Anda di halaman 1dari 21

TUGAS UJI CAPAIAN PEMBELAJARAN KE-1

MENGGALI FAKTOR-FAKTOR LAIN DALAM BERWIRAUSAHA


(FAKTOR X) DAN SIKAP UNTUK MENGHADAPI FAKTOR LAIN
DALAM BERWIRAUSAHA

KELOMPOK 6
1. Maria Gabrilla 1810111017
2. Mirari Yovanda 1810111149
3. Mahira Nurul Fathya 1810111161
4. Hanif Rahman 1910111222
5. Soeltan Adjie Opa 1910111239

PROGRAM STUDI S1 MANAJEMEN


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL VETERAN JAKARTA
2020
DAFTAR ISI
DAFTAR GAMBAR.......................................................................................................................3
Deskripsi...........................................................................................................................................4
Menemukan “Pintu” nya................................................................................................................5
Contoh kasus:................................................................................................................................5
Memancing Keberuntungan...........................................................................................................6
Bakat “Menemukan” Pintunya......................................................................................................7
“X” Kecil dan “X” Besar................................................................................................................8
Identifikasi Faktor ‘X’....................................................................................................................9
Tidak Dapat Dirampas....................................................................................................................9
Tugas Dalam Mendeteksi Faktor “X”..........................................................................................10
Tips Praktis....................................................................................................................................10
Contoh Kasus.................................................................................................................................11
Contoh Soal....................................................................................................................................13
DAFTAR PUSTAKA....................................................................................................................21
DAFTAR GAMBAR
1.1 Gambar Matriks RKS………………………………………………………………………………9
Deskripsi
Dalam berwirausaha kita perlu tahu bahwa terdapat faktor-faktor lain yang berperan
di dalamnya, kita tidak hanya boleh berpangku pada kemampuan kita. Tetapi kita juga harus
berusaha, tekun, dan melihat peluang-peluang baru. Dilain sisi terdapat juga faktor X yang
mana harus kita telusuri dimulai dari sekitar kita. Kita juga harus mengobservasi,
merenungkan diri, serta memiliki semangat untuk terus berkembang. Dalam berwirausaha
intinya kita harus mau untuk berubah menjadi lebih baik lagi dan mengetuk pintu yang tepat
bagi diri dan usaha kita.
Menemukan “Pintu” nya
Contoh kasus:
Di Italia, ada sebuah desa yang bernama Rocca di Papa. Desa yang sejuk di
daerah perbukitan ini terletak pada jarak 1 jam sebelah selatan kota Roma. Di tepi
danau yang airnya bi
ru itu, puluhan jenis burung berkicauan tiada henti. Angin semilir yang
tertiup ke atas ke arah perbukitan membuat pemandangan menjadi semakin
mengesankan. Tak ada yang menyangka pada salah satu bukit itu terdapat sebuah
vila yang dioperasikan seorang perempuan Indonesia asal pulau Dewata.
Vila itu diberi nama sesuai nama asli pemiliknya: Dewi Francesca. Dewi,
pengusaha muda itu pun bercerita bagaimana ia membuka usaha di Rocca di Papa
dan menumbuhkan jiwa kewirausahaannya. Ketika media massa di Italia tak henti-
hentinya menyuarakan krisis keuangan global pada akhir tahun 2008, vila Dewi
Francesca tetap ramai diminati para honey mooners. Pesanan kamar sudah full-book
hingga 2 tahun ke depan. Nuansa Bali yang dipadu dengan interior Italia terlihat
dominan.
Bagaimana kita menjelaskan seorang gadis desa, anak seorang petani yang selepas
sekolah bekerja sebagai seorang pelayan restoran di sebuah hotel di Bali dapat menjadi
seorang wirausahawan yang terhormat di luar negeri? Bagi kebanyakan orang hal tersebut
dianggap sebuah keniscayaan.
Menurut KBBI, niscaya artinya pasti, tentu, tidak boleh tidak, jika Tuhan yang menyuruh-
ia berangkat. Jadi, dapat dipahami bahwa keniscayaan adalah keadaan yang pasti atau tentu.
Jadi, maksudnya kalau “gadis desa tersebut dulunya bukan dari orang kaya raya, maka itu
tidak akan membuat hidupnya terus seperti itu seperti halnya dia akan terus menjadi petani
atau pelayan” karena adanya usaha yang tekun dari gadis tersebut akhirnya ia dapat merubah
hidupnya menjadi wirausahawan yang terhormat di luar negeri. Umumnya, keniscayaan itu
sering disebut sebagai faktor X yang datang dari langit. Maksudnya, faktor “restu dan campur
tangan” dari Tuhan Yang Maha Esa.
Menurut Malcom Gladwell (2008), pakar yang meneliti kesuksesan manusia menemukan
karya karya besar yang dilakukan manusia ternyata tidak ditentukan oleh tingginya IQ yang
dimiliki. Latar belakang keluarga, tanggal lahir, keturunan darah biru atau tidak, juga tidak
menjadi penentu orang tersebut dapat sukses. Namun, lebih kepada kecerdasan praktislah
yang menentukan kesuksesan orang tersebut.
Kecerdasan praktis maksudnya bagaimana kemampuan seseorang dapat beradaptasi
dengan kehidupan sehari-hari yang tentu dengan mendayagunakan pengetahuan dan
keterampilan yang dimiliki.
Menurut Rhenald Khasali, di dunia ini ada orang yang bodoh dan ada orang yang pintar.
Namun, ada juga orang yang makin pintar dan makin bodoh. Pernyataan tersebut sejalan
dengan yang dikatakan pakar Jhon. C. Maxwell dalam bukunya yang berjudul Talent is
Never Enough (2007). Menurut Maxwell, talenta atau bakat itu hanyalah sebuah kesempatan.
Untuk menjadi “sesuatu” talenta atau bakat harus diasah agar ia mengeluarkan aura
cahayanya dan menemukan pintunya. Maksudnya, bahwa bakat tersebut harus diasah agar
menjadi potensi yang berdaya guna dan tentunya bisa menjadi jalan keluar bagi persoalan
hidup yang dihadapinya.
Contoh nyata nya seperti : Di masa pandemi, perekonomian semakin menurun, banyak
orang-orang yang terkena PHK. Nah, orang tersebut karena memiliki bakat atau keahlian
menjahit akhirnya orang tersebut mendayagunakan keahliannya untuk membuat masker kain,
masker tersebut akan dijual sehingga masyarakat menengah ke bawah bisa menjaga
kesehatan dirinya dengan memakai masker kain tidak perlu harus membeli masker sensi
(masker di rumah sakit yang harganya juga lebih mahal). Selain itu, jika usaha nya semakin
laku dan berkembang, pemilik usaha itu dapat membuka lowongan kerja bagi masyarakat lain
yang terkena PHK, hanya tinggal membagi segmen tugas mereka kerja (misal ada yang
menjahit, ada yang mengemas, dsb) dengan begitu saja, ternyata bakat menjahit yang
dijadikan untu berwirausaha masker sudah dapat menolong sesama yang kesusahan serta
usaha masker dapat memberi keuntungan pula bagi pemilik usaha tersebut.
Untuk itu perlu sekali, agar orang-orang dapat mengasah setiap bakat yang dimilikinya
agar bakat tersebut tidak hanya terkubur atau terpendam seiring waktu dan usia pemilik.
Selain itu, orang yang pintar janganlah cepat puas agar tidak tertinggal atau kalah bersaing
dan orang yang memiliki kecerdasan standar, janganlah berkecil hati namun harus terus
memotivasi diri untuk terus belajar dan belajar untuk mengembangkan ilmu dan skill nya
agar tidak kalah bersaing dan semakin bodoh serta bisa bermanfaat bagi banyak orang.

Memancing Keberuntungan
Contoh kasus:
Dewi Francesca bukan orang yang pintar namun ia berkembang dan dalam kehidupan
praktis, dia semakin pintar. Namun, memulainya bukan dengan IQ, uang atau gelar sekolah
melainkan dengan dedikasi suci. Dewi melayani tamu-tamu asing di Bali dengan tulus
sehingga dia dipertemukan dengan Ibu tua Francesca, seseorang yang jatuh cinta dengan Bali.
Ny. francesca kemudian tertarik dengan Dewi dan mengajaknya ke Italia dan berjanji akan
membantunya disana. Namun, ajakan itu ditolak oleh Dewi. Suatu saat kemudian, Dewi pun
merasa yakin untuk menerima ajakan Ny. Franscesca untuk pergi ke Italia. Dewi merawat
Ny. Francesca yang semakin tua itu dengan tulus dan jujur, merawat villa dan merawat
kebun-kebun mawar Ny. Francesca. Seiring berjalannya waktu, Dewi pun diangkat anak oleh
Ny. Francesca, dan berfikir agar hari-hari tua nantii tidak bergantung belas kasihan orang
lain. Sehingga dengan tekun ia memperbaiki villa itu. Sampai suatu ketika, anak sulung Ny.
Francesca seorang arsitek, merancang ulang villa menjadikan tempat istirahat bagi
honeymooners lengkap dengan arena pesta kebun mawar yang indah. Untuk itu, villa tersebut
menjadi ramai.
Dari contoh kasus diatas, saya mencoba mendefinisikan arti hoki atau keberuntungan.
Menurut saya, hoki merupakan suatu keadaan bertemunya kesempatan dan persiapan.
Maksudnya, suatu keadaan dimana ketika kesempatan datang dan kita siap mengambilnya,
itu lah yang dinamakan hoki atau beruntung. Contoh nyata: ketika ada kesempatan atau
peluang daftar beasiswa BCA, anda mencobanya tetapi tidak ada persiapan dengan matang
( seperti tidak ada kesiapan belajar untuk tes, pasrah tetapi tidak berdoa dengan sungguh-
sungguh atau dikatakan kita sedikit usaha ) lalu anda gagal, itu berarti anda tidak beruntung.
Berbeda dengan “kita tau akan peluang beasiswa itu kapan dibukanya ?, lalu belajar untuk
tes, berserah dan berdoa sungguh-sungguh, lalu kita lolos sampai tahap akhir” itu yang
dikatakan hoki “tetap ada usaha dan doa dibaliknya”.
Definisi hoki atau keberuntungan yang ke dua saya dapat dari seorang pengusaha
sukses juga bernama Chandra Putra Negara, bahwa hoki adalah keadaan dimana setiap orang
sudah menghabiskan jatah gagal masing-masing, Contoh: Michael jordan, pemain basket
terkenal, selama masa remajanya di habiskan dengan latihan basket terus menerus. Sedangka
mungkin teman-temannya menghabiskan waktu untuk bermain games. Sehingga ketika dia
sudah sukses meniti karier, teman-temannya baru akan meniti karier. Pesan yang saya
daptkan dari beliau, bahwa kita harus habiskan jatah gagal semuda mungkin dan secepat
mungkin, jangan takut gagal dan jangan cepat menyerah. Karena menurut saya juga, hoki
akan datang jika setiap orang sudah melakukan usaha semaksimal mungkin, berserah dan
berdoa kepada Tuhan Yang Maha Esa seperti yang dikatan di buku kewirausahaan bahwa
hoki atau keberuntungan juga perlu di pancing agar ia mau datang yaitu dengan menunjukan
keseriusan berusaha, berserah dan berdoa sehingga nanti hoki akan datang bagi orang-orang
yang siap menerimanya. Itu juga yang disebut sebagai “pintu”, kecerdasan praktis atau
dedikasi suci.

Bakat “Menemukan” Pintunya


Setiap orang yang membaca makalah ini adalah pribadi yang unik. Kita semua
memiliki bakat kita masing-masing. Dan kita semua berbeda-beda. Ada di antara kita yang
mempunyai bakat memimpin orang, membuat lagu yang indah, menulis puisi, memijat,
menyembuhkan orang, berpidato, memasak, melucu, menyanyi, memberi semangat,
berolahraga, dan sebagainya. Kita semua berbeda-beda.
Kita juga belum tentu mengenali bakat kita masing-masing. Atau kalaupun tampak,
kadang kita tidak menyadarinya atau mengakuinya. Bakat-bakat itu ada yang tersembul
keluar seperti buah yang menggantung di pohon. Namun, sebagian besar bakat tersimpan
jauh di lubuk hati seperti bongkahan emas yang terkubur di perut bumi. Kecuali manusia
menggalinya, maka ia tidak dapat ditemukan.
Demikian pulalah dengan faktor “X” itu. Ia melekat pada diri kita masing-masing dan
baru menjadi faktor “X” kalau ia berhasil menemukan pintunya. Celakanya, di dunia ada
ribuan atau bahkan jutaan pintu yang pasangannya berbeda. Maka, temukan dan ketuklah
pintu-pintu itu.
Sikap kita terhadap “pintu” itu akan tercermin pada apa yang kita dapatkan. Sikap itu adalah
sebuah pilihan. Pilihannya bermacam-macam.

 Ada yang mendiamkan saja. Dia adalah orang yang percaya diri dengan “bakat”-nya
dan membiarkan “pintu” menemukan dirinya. Kalau dia beruntung, bisa saja dia
berhasil. Namun faktanya, sedikit sekali orang yang berhasil menggunakan cara ini.
 Mengirim sinyal positif. Orang kedua ini sepertinya diam dan menunggu pintu
mendatanginya, tetapi sesungguhnya dia tidak diam. Dia mengirimkan signal agar
“pintu” itu bergerak menghampirinya. Dengan kata lain, dia mengetuk “pintu” itu
dengan bahasa tubuhnya. Apakah itu penampilannya yang menarik, suaranya yang
khas, dan sebagainya.
 Mencari pintu, mengetuk pintu. Orang yang ketiga ini adalah orang yang kurang
beruntung. Mereka sadar bahwa “pintu” tidak akan terbuka, kecuali mereka
mendatangi dan mengetuk-ngetuknya, maka mereka mendatangi sebuah pintu. Pintu
itu mungkin cuma dibuka separuh oleh pemilik atau penghuninya. Ia tidak welcome.
Kita harus pergi mencari pintu lainnya. Terus mencari dan mengetuknya. Namun,
begitu berada di dalam pintu itu, lagi-lagi sikap mereka berbeda-beda:
 Ada yang sudah merasa nyaman dengan berada di ruang tunggu yang
membukakan pria itu. Dia tidak mengerti bahwa dia hanya welcome di ruang
itu saja. Ruang itu terlalu kecil, tetapi ia sudah merasa betah.
 Ada yang segera menyadari bahwa ruang itu sekedar ruang tunggu saja. Kalau
pintu utama tidak dibukakan, dia segera keluar mencari pintu lebih welcome
dan di dalamnya tersimpan pintu-pintu lain yang boleh dia ketuk dan masuk ke
dalamnya.
Demikianlah, hidup adalah sebuah pilihan. Ada demikian banyak pilihan yang
tersedia. Masalahnya, apakah kita mau mendatangi pilihan-pilihan itu, mengetuknya, dan
mengambil pilihan yang terbaik?
Dalam berwirausaha, seorang pemula dapat diibaratkan sebagai seseorang yang
mencari pintu. Sukses yang dicapainya adalah sebuah keberhasilan menemukan pintu yang
sesuai dengan minat dan masa depannya. Namun, untuk “menemukan” pintu itu, dia harus
mengetuk-ngetuk dan menemukannya. Dia melawan rasa nyaman sampai benar-benar
mendapatkan jawaban setimpal.

“X” Kecil dan “X” Besar


Dengan demikian, faktor “X” tidak lain adalah sesuatu yang harus kita cari dan miliki.
Ia akan menemani siapa saja yang ingin berubah, menjadi lebih baik. Orang yang tidak
ingin berubah juga memiliki faktor “X”, tetapi itu hanyalah “X” kecil yang berarti sebuah
kenyamanan. Dia sudah nyaman dengan kondisi sekarang dan tentu saja hidupnya tidak
akan mengalami kemajuan.
Untuk mengalami kemajuan, seseorang harus berani pada gelombang
ketidaknyamanan. Entrepeneur adalah orang yang merasa hidupnya kurang nyaman,
terancam, miskin, atau kurang bermakna. Maka dari itu, dia berjuang mengejar kenyamanan
baru. Dia bergerak, berjalan, berpikir, mengetuk pintu, mengambil risiko, mencari produk,
membuat, membangun usaha, mendatangi pelanggan, dan seterusnya. Kalau dia diam atau
menikmati warisan orangtua, ia sudah bisa hidup nyaman. Namun, ia ingin masa depannya
lebih baik. Daripada hidup susah nanti, lebih baik sulit sekarang. Dia tidak memilih hidup
nyaman dengan “X” kecil warisan, melainkan membentuk “X” besar.

1.1
gambar
matriks
RKS
Identifikasi Faktor ‘X’
Ada “X” besar dan ada pula “X” kecil, “X” besar berada di tangan orang dewasa, yaitu orang
yang sudah memiliki kepercayaan pasar. Sedangkan “X” kecil ada pada diri kita masing
masing. bentuk ‘X’ pun macam macam. Ada yang berasal dari diri sendiri, orang lain,
lembaga lain, dan sebagainya. Dari mana pun sumbernya itu bisa membuat tumbuh menjadi
besar dan sebaliknya.
“X” yang berasal dari diri sendiri itu adalah bakat (talenta), kerja keras, kejujuran,
kecerdasan, keterampilan, penampilan fisik, kualitas suara, dan pendidikan. Orang-Orang
yang memiliki potensi dari dalam dirinya tidak boleh mengeluh karena semua potensi itu
adalah modal yang jadi lebih bernilai dari sekedar modal uang. Dengan ketekunan, “X” kecil
itu dapat ditumbuhkan menjadi “X” besar.
Namun, “X” kecil itu bisa saja tak menjadi besar kalau tidak menemukan ‘pintu’nya.
Sebaliknya orang orang yang tak memiliki potensi yang berasal dari dirinya dapat
menunggang ‘kuda’ yang berasal dari orang lain atau lembaga lain. Carilah dan temui orang
orang dalam kehidupan yang bisa menumbuhkan “X” kecil menjadi tumbuh besar. Jadikan
lah orang tersebut menjadi mentor dalam hidup.
Syarat untuk menjadi kuda adalah "kepercayaan" dan "penerimaan" pasar. Mereka adalah
orang orang tepercaya yang sudah memiliki "X" dari pengalaman, keahlian, dan kepercayaan
yang mereka bangun. Dari kepercayaan itu, mereka memiliki sesuatu yang dapat pelajari.
Mereka juga mempunyai jaringan dan kenalan yang setia. Hal itu bisa dimanfaatkan. Namun,
hal itu tidak dapat memindahkan "X" besar itu dalam sekejap.
Karakteristik faktor "X” yaitu:

 Merupakan penentu keberhasilan,


 Merekat pada diri manusia,
 Tidak diperoleh dalam waktu sekejap
 Namun, ia dapat tumbuh dan berkembang menjadi "X" besar.
 Dapat berasal dari diri sendir;, tetapi juga dapat berasal dari luar diri
 Sekali tumbuh, dapat dipakai untuk usaha lainnya

Tidak Dapat Dirampas


Karena melekat pada diri Anda sendiri, maka ia harus dipelihara. Banyak orang
berusaha merampas “X” itu dengan merampas "kuda-kuda tunggangan" yang dimiliki
seseorang. Padahal “X” itu merupakan kombinasi dari berbagai hal yang melekat pada
seseorang.
Banyak orang berpikir dengan memboyong atau membajak tukang masak pada sebuah
restoran, maka dia bisa meraih sukses seperti yang diraih restoran yang mempekerjakan juru
masak itu. Faktanya, setelah orang itu dibujuk, dia hanya bisa memasak saja, tetapi tidak bisa
mendatangkan pembeli. Faktor "X" itu bukan ada di tangan tukang masak, melainkan pemilik
restoran.
Pada dasarnya, sebuah usaha bukanlah semata-mata bisa membuat atau menghasilkan sesuatu
lebih baik. Sebuah usaha baru berhasil bila Anda berhasil mendatangkan pelanggan. Jadi,
faktor "X" itu bukan berada di tangan orang lain, melainkan pada usaha Anda sendiri.
Ada hotel yang baru dibuka sudah langsung ramai dikunjungi pelanggan karena merek dan
pelayanannya bagus. Namun setelah mereknya diganti, hotel itu pun sepi, Ini berarti faktor
"X" itu belum berada di tangan pemilik hotel itu, melainkan ada di pemilik merek yang
menguasai jaringan pelanggan.
Ada banyak kasus terjadi di media massa yang membedol hampir seluruh petugas redaksi dan
staf pemasarannya. Setelah berjalan beberapa waktu, media baru yang membedol ternyata
tidak berhasil menjadi besar, sementara media massa yang karyawan nya dibedol tidak
mengalami penurunan penjualan, Dalam kasus ini, faktor "X" berada bukan pada redaksi,
melainkan pada pendiri dan pemegang merek.
Namun hal sebaliknya bisa terjadi, ternyata faktor "X" berhasil Anda deteksi dan dapatkan.

Tugas Dalam Mendeteksi Faktor “X”


Untuk menemukan faktor “X” dalam diri kita, diperlukan pencarian terlebih dahulu.
Caranya dapat dengan mendeteksinya melalui membuat list sebanyak-banyaknya mengenai
apa yang kita pikir menjadi faktor “X” dalam diri kita. Dari sebagian besar list tersebut
pilihlah dua hal yang menurut diri kita paling sesuai antara apa yang kita pikirkan mengenai
faktor “X” tersebut dengan sifat asli yang ada didalam diri kita bila melihat dari sudut
pandang objektif. Setelah itu kembangkanlah hal tersebut agar kita bisa memanfaatkannya
dan menjadi modal kita dalam berwirausaha kelak.
Selain hal tersebut, kita juga harus melakukan deteksi atau mememperhatikan
terhadap apa yang menjadi faktor “X” dari orang-orang maupun lembaga di sekitar kita. Hal
tersebut dilakukan agar kita mengetahui apa yang dapat membuat orang tersebut terus maju,
berkembang, dan sukses. Bila kita sudah menemukan apa yang menjadi faktor “X” dari
orang-orang maupun lembaga tersebut, cobalah untuk menungganginya. Artinya kita dapat
mencoba apa yang dilakukan mereka terhadap diri kita juga atau menerapkan hal-hal yang
menjadikan mereka bisa seperti sekarang.

Tips Praktis
Berikut beberapa tips praktis yang dapat dilakukan untuk menemukan faktor “X”
dalam diri kita, yaitu :
1. Kenali Diri Sendiri dan Munculkan
Hal penting yang patut dilakukan pada tahap awal adalah mengenali diri kita
sendiri dan mulai untuk memunculkan faktor “X” yang ada dalam diri kita.
2. Temukan Pintu Kita
Carilah pintu kesempatan yang dapat membuat faktor “X” dalam diri kita bisa
tumbuh. Kita tidak boleh diam saja setelah menemukannya, tapi datangilah dan
ketuklah masing-masing pintu tersebut.
3. Kenalilah Pintu yang Kita Pilih
Setelah menemukan pintu kita, kenalilah apakah pintu tersebut bagus bagi diri
kita. Perhatikanlah apakah pintu yang kita masuki tersebut memberikan kita ruang
untuk berkembang dan kita memiliki kesempatan untuk membuka pintu-pintu lainnya.
4. Keluarlah Dari Zona Nyaman
Jangan merasa cukup dengan hidup yang nyaman, karena hal tersebut perlu
kita waspadai untuk kedepannya yang dapat membawa hidup kita pada kesulitan.
Cobalah untuk selalu mencoba hal-hal baru yang sulit, karena dengan seperti itu kita
bisa belajar banyak hal-hal baru.
5. Pintu yang Tepat
Dari sekian banyak pintu yang kita datangi dan ketuk, pintu yang tepat adalah
yang dapat membuat kita merasa mampu untuk tumbuh dan memberikan ruang untuk
terus berkembang.
6. Teruslah Mencari
Berusahalah untuk mencari “kuda” yang ada di luar diri kita, maksudnya
cobalah untuk mencari hal-hal yang dapat memacu diri kita yang sumbernya terdapat
di luar diri kita, tetapi jangan sampai kita merampas atau mengambil suatu hal yang
dimiliki orang lain. Satu hal yang perlu diingat adalah faktor “X” dapat kita temukan
melalui proses bukan dengan sekejap. Tetapi jangan berkecil hati karena dalam

Contoh Kasus
Indonesia memiliki 95% usaha kecil, 3% usaha menengah, dan 2% usaha kecil, dengan
penyerapan tenaga kerja oleh usaha kecil dan menengah adalah 50%. Hal ini menunjukkan
bahwa usaha kecil menengah tumbuh subur dan turut berkontribusi pada penyerapan tenaga
kerja.
Kewirausahaan dapat dikatakan merupakan salah satu faktor penentu bagi kemajuan suatu
Negara. Pertumbuhan ekonomi dapat dicapai jika negara memiliki banyak wirausaha.
Menurut David McClelland, suatu negara untuk menjadi makmur minimum memiliki jumlah
wirausaha 2 % dari total jumlah penduduk contohnya seperti negara Amerika Serikat
memiliki 11,5 % wirausaha, Singapura terus meningkat menjadi 7,2 %, Indonesia menurut
data dari BPS (2010) diperkirakan hanya sebesar 0,18 % (sekitar 400.000 dari yang
seharusnya 4,4 juta). Dengan kata lain bahwa wirausaha adalah pelaku penting dari kegiatan
ekonomi modern saat ini.
Keberhasilan pembangunan yang dicapai oleh negara Jepang ternyata disponsori oleh para
entrepreneur yang berjumlah 2 % tingkat sedang, berwirausaha kecil sebanyak 20% dari
jumlah penduduknya. Inilah kunci keberhasilan pembangunan negara Jepang (Heidjrachman
Ranu, dalam Aditya Dion, 2012). Korporasi-korporasi berupaya untuk mendorong para
manajer mereka menjadi orang-orang yang berjiwa entrepreneur, universitas-universitas
sedang mengembangkan program-program entrepreneurhip, dan para entrepreneur individual
menimbulkan perubahanperubahan dalam masyarakat. Kewirausahaan dapat membantu
menyediakan begitu banyak kesempatan kerja, berbagai kebutuhan konsumen, jasa
pelayanan, serta menumbuhkan kesejahteraan dan tingkat kompetisi suatu negara. Selain itu,
seiring dengan berkembangnya globalisasi, kewirausahaan juga semakin menjadi perhatian
penting dalam menghadapi tantangan globalisasi yaitu kompetisi ekonomi global dalam hal
kreativitas dan inovasi (Peterson & Lee, 2000). Hal ini disebabkan karena organisasi-
organisasi yang terampil dalam berinovasi, sukses menghasilkan ide-ide baru, akan
mendapatkan keunggulan bersaing dan tidak akan tertinggal di pasar dunia yang terus
berubah dengan cepat (West, dalam Aditya Dion, 2012)
Kewirausahaan sebagai perilaku yang terencana terkait dengan minat yang dimiliki oleh
seseorang. Berdasarkan pada pemahaman ini, minat berwirausaha merupakan prediktor
terbaik untuk perilaku berwirausaha (Krueger dan Carsrud, 1993). Mahasiswa jurusan
manajemen yang menekuni ilmu manajerial khususnya kewirausahaan, diharapkan memiliki
jiwa wirausaha yang tinggi, sehingga hal ini akan mampu membuka lapangan kerja yang
lebih luas. Dengan kondisi tersebut, maka perguruan tinggi negeri maupun swasta diharapkan
mampu menyiapkan anak didiknya, khususnya jurusan manajemen untuk menjadi wirausaha
yang unggul.
Sejumlah faktor telah diprediksi dapat mempengaruhi minat seseorang untuk berkarir sebagai
wirausaha, seperti keinginan untuk menjadi wirausaha, faktor kepribadian, keterampilan
wirausaha, ketersediaan modal (Zain et al., 2010 dalam Bambang Sad & Sulistya Eka, 2012).
Disamping itu, terdapat faktor lain seperti demografi dan kontekstual seperti umur, jenis
kelamin, pengalaman kerja dan ketidakpuasan kerja dalam memobilisasi perilaku
kewirausahaan (Linan et al, 2005; Wilson, et al., 2007; dalam Pihie, 2009). Menurut Law &
Hung (2009; dalam Bambang Sad & Sulistya Eka, 2012), upaya memahami karakteristik
wirausaha dengan menggunakan aspek kepribadian menghasilkan karakteristik sebagai
berikut: wirausaha cenderung pengambil risiko, berorientasi mencapai hasil, komitmen,
toleransi terhadap ketidakpastian dan mempunyai visi.
Untuk dapat menumbuhkembangkan minat mahasiswa agar berkarir sebagai wirausaha maka
dibutuhkan upaya untuk meningkatkan faktor kepribadian mereka. Faktor kepribadian
meliputi kebutuhan akan berprestasi, locus of control, bersahabat dengan ketidakpastian, dan
keberanian mengambil risiko serta percaya diri. Faktor kepribadian tersebut dapat dipupuk
dan ditingkatkan melalui pengembangan softskill mereka. Di samping itu, perbaikan
kurikulum, metode pembelajaran dan pengajaran tetap perlu untuk dibenahi (Bambang Sad
Kurnianto & Sulistya Eka Putra, 2012)
Mata kuliah kewirausahaan merupakan mata kuliah yang wajib diikuti oleh mahasiswa
semester 3 di program studi manajemen. Salah satu metode yang digunakan adalah
mahasiswa didorong untuk melakukan kegiatan wirausaha, dengan membuat dan
memasarkan produk yang dihasilkannya. Hal ini dilakukan untuk mendorong kreativitas
mahasiswa dan mengetahui seberapa jauh kemampuan mahasiswa dalam menjadi
wirausahawan. Bagi sebagian mahasiswa, kegiatan ini dianggap sebagai salah satu media
latihan bagi minat berwirausaha, namun bagi sebagian yang lain, aktivitas ini hanya tuntutan
untuk mendapat nilai semata.
Dengan demikian, perlu dilakukan penelitian yang bermaksud untuk mengetahui atau
mengeksplorasi faktor-faktor yang berpengaruh pada minat berwirausaha pada mahasiswa,
sehingga pada program perkuliahan dapat ditekankan secara optimal. Penelitian ini akan
berimplikasi pada pengembangan kewirausahaan di program studi yang bersangkutan,
sehingga bisa menanamkan nilai-nilai yang diperlukan untuk menunjang pengembangan
minat berwirausaha mahasiswa.
Kesimpulan:
1. Ada pengaruh factor internal terhadap minat wirausaha
2. Ada pengaruh eksternal terhadap minat wirausaha
3. Ada pengaruh pembelajaran terhadap minat wirausaha
4. Ada pengaruh faktor interna;, eksternal, dan pembelajaran terhadap minat
berwirausaha.
CONTOH SOAL
Soal pilihan ganda

1. Mengapa dewi francesca bisa mengubah hidupnya menjadi wirausahawan terhormat?


a. Ada usaha yang tekun
b. Mencoba-coba
c. Kebetulan
d. Bisa beradaptasi
e. Menyerah
Jawaban: A

2. "Untuk menjadi sesuatu bakat itu harus diasah agar ia mengeluarkan cahaya nya dan
menemukan pintunya"
Pendapat tersebut berasal dari pakar...
a. Malcom Gladwell
b. Rhenald Khasali
c. Jhon C. Maxwell
d. Leonardo Da Vinci
e. Chandra Putera Negara
Jawaban: B

3. Hoki adalah...
a. Keniscayaan
b. Bertemunya kesempatan dan peluang namun siap
c. Bertemunya kesempatan dan peluang walopun tidak siap
d. Kebetulan
e. Ketidakpercayaan
Jawaban: B
4. Apa saja yang diurus oleh Dewi Francesca?
a. Kebun mawar dan vila honemoon
b. Kebun mangga dan kebun stroberi
c. Villa honeymoon
d. Hotel tempat ia bekerja
e. Restaurant
Jawaban: A

5. Berikut ini mana sikap kita terhadap penemuan pintu dalam menentukan faktor "X",
kecuali?
a. Mendiamkan saja
b. Mengunci pintu
c. Mengirim sinyal positif
d. Mencari pintu
e. Mengetuk pintu
Jawaban: B
6. Manakah sikap yang paling sedikit kemungkinan menemukan pintu dalam
menentukan faktor "X"?
a. Mendiamkan saja
b. Mengunci pintu
c. Mengirim sinyal positif
d. Mencari pintu
e. Mengetuk pintu
Jawaban: A
7. Jika sudah menemukan pintu yang diharapkan, lalu merasa tidak nyaman dengan
ruang yang ditempati karena penghuninya yang tidak welcome. Apa yang harus kita
lakukan?
a. Membuat diri agar tetap nyaman
b. Membiarkan saja
c. Berusaha agar penghuni sebelumnya menerima
d. Berusaha menyingkirkan penghuni sebelumnya
e. Segera keluar mencari pintu yang lebih welcome
Jawaban: E
8. Bagaimana sikap kita agar merubah "x" kecil menjadi "X" besar?
a. Membiarkan saja
b. Membuat diri agar lebih nyaman
c. Bergantung pada warisan yang diberikan orang tua
d. Mulai bergerak dan berpikir keluar zona nyaman
e. Tetap mempertahankan zona nyaman
Jawaban: D
9. Manakah yang bukan sumber factor “X” dari dalam diri sendiri?

a. Kerja Keras
b. Kecerdasan
c. Keterampilan
d. Keluarga
e. Penampilan fisik
Jawaban: D

10. Apa perbedaan “X” besar dengan “X” kecil?


a. “X” besar berada pada diri sendiri, Sedangkan “X” kecil berada pada orang yang
sudah memiliki kepercaan pasar
b. “X” besar dan “X” kecil adalah sesuatu yang merekat pada diri manusia
c. “X” Besar berada pada orang yang memiliki kepercayaan pasar, sedangkan “X”
kecil berada pada diri sendiri
d. “X” kecil adalah sebuah hasil, “X” Besar merupakan sebuah proses
e. “X” besar adalah sebuah bakat, sedangkan “X” kecil adalah sebuah kerja keras
Jawaban: C
11.
I. Merekat pada diri manusia
II. Tidak diperoleh dalam waktu sekejap
III. Merupakan Jati diri seseorang
IV. Merupakan penentu keberhasilan
Dari karakteristik diatas, apa saja yang merupakan karakteristik factor “X”?
a. I,III,IV
b. I,II,III
c. I dan II
d. I, II, IV
e. IV saja
Jawaban: D

12. Bagaimana orang yang tidak memiliki potensi untuk menumbuhkan factor “X”nya?

a. Jika tidak memiliki potensi maka tidak bisa menumbuhkan factor “X”nya
b. ‘Menunggangi’ orang lain atau lembaga lain untuk dijadikan mentor
c. Menyalahkan orang lain atas tindakan yang dilakukan
d. Membuat usaha sendiri dengan kemampuan seadanya
e. Belajar dengan sungguh sungguh
Jawaban: B

13. Berikut tips praktis untuk menemukan faktor “X” dalam diri kita, kecuali…
a. Kenali diri sendiri dan munculkan
b. Temukan pintu kita
c. Kenalilah pintu yang kita pilih
d. Keluarlah dari zona nyaman
e. Mencoba hal-hal baru
Jawaban: E

14. Untuk menemukan faktor “X” dalam diri kita perlu adanya pencarian terlebih dahulu,
yaitu caranya adalah…
a. Melakukan deteksi atau mememperhatikan terhadap apa yang menjadi faktor “X”
dari orang-orang maupun lembaga di sekitar kita
b. Melatih bakat yang kita miliki dalam diri kita
c. Membuat list sebanyak-banyaknya mengenai apa yang kita pikir menjadi faktor
“X” dalam diri kita
d. Mengamati terhadap apa yang menjadi faktor “X” dari tokoh selebritas panutan
yang kita kagumi
e. Memikirkan dengan baik-baik apa yang kita kuasai dan kita tidak kuasai dan
menjadikannya acuan untuk berkembang
Jawaban: C

15. Arti dari kata menunggangi pada kalimat, “Bila kita sudah menemukan apa yang
menjadi faktor “X” dari orang-orang maupun lembaga tersebut, cobalah untuk
menungganginya.” adalah…
a. Kita dapat mencoba apa yang dilakukan mereka terhadap diri kita juga atau
menerapkan hal-hal yang menjadikan mereka bisa seperti sekarang
b. Kita dapat menjadikan diri kita seperti mereka dengan menirukan semua hal dari
gaya hidup sampai perilaku
c. Kita dapat menjadikan panutan sifat-sifat mereka, tetapi hanya untuk sementara
d. Kita dapat memanfaatkan mereka sesuai kehendak kita
e. Kita dapat menggunakan faktor “X” dalam diri orang-orang maupun lembaga
tersebut untuk sesuatu yang kita inginkan
Jawaban: A
16. Perhatikan tips praktis yang dapat dilakukan untuk menemukan faktor “X” dalam diri
kita berikut!
1. Keluarlah dari zona nyaman
2. Pintu yang tepat
3. Temukan pintu kita
4. Kenali diri sendiri dan munculkan
5. Kenalilah Pintu yang kita pilih
6. Teruslah mencari
Urutan yang tepat adalah…
a. 1,2,3,5,4,6
b. 1,2,4,6,3,5
c. 2,4,6,1,3,5
d.2,4,5,1,3,6
e. 4,3,5,1,2,6
Jawaban: E

17. Berdasarkan soal no.4 yang memiliki arti untuk mengenali apakah pintu tersebut
bagus bagi diri kita adalah…
a. Kenali diri sendiri dan munculkan
b. Pintu yang tepat
c. Temukan pintu kita
d. Kenalilah Pintu yang kita pilih
e. Teruslah mencari
Jawaban: D

Berikut merupakan contoh faktor X internal dan external


1. Tanggap dan cepat
2. Rajin
3. Berkebun
4. Bisa memasak
5. Beternak ikan
6. Mempunyai usaha kuliner

18. Dari contoh tersebut yang merupakan faktor X internal adalah...


a. 1,3,5
b. 1,2,3
c. 1.2.4
d. 1,4,6
e. 3,5,6
Jawaban: C

19. Faktor eksternal menurut contoh diatas adalah...


a. 1,3,5
b. 1,2,3
c. 1.2.4
d. 1,4,6
e. 3,5,6
Jawaban: E

20. Berikut yang bukan merupakan karakteristik faktor X adalah...


a. Merupakan penentu keberhasilan
b. Merekat pada diri manusia
c. Tidak dapat diperoleh dalam waktu sekejap
d. Berasal dari diri sendiri, namun juga dapat berasal dari luar diri
e. Perlunya eksplorasi diri

Essay
1. Jelaskan arti hoki dari yang sudah kamu pelajari!
2. Jelaskan apa yang dimaksud dengan "x" kecil dan "X" besar?
3. Apa yang dimaksud dengan faktor X??
4. Jelaskanlah bagaimana untuk menemukan faktor “X” dalam diri kita.
5. Salah satu karakteristik Faktor “X” adalah Tidak Dapat Dirampas. Ada hotel yang
baru dibuka sudah langsung ramai dikunjungi pelanggan karena merek dan
pelayanannya bagus. Namun setelah mereknya diganti, hotel itu pun sepi. Lantas
dimanakah Faktor “X” itu berada?

Jawab:
1. Menurut saya, hoki merupakan suatu keadaan bertemunya kesempatan dan persiapan.
Maksudnya, suatu keadaan dimana ketika kesempatan datang dan kita siap
mengambilnya, itu lah yang dinamakan hoki atau beruntung. Contoh nyata: ketika ada
kesempatan atau peluang daftar beasiswa BCA, anda mencobanya tetapi tidak ada
persiapan dengan matang ( seperti tidak ada kesiapan belajar untuk tes, pasrah tetapi
tidak berdoa dengan sungguh-sungguh atau dikatakan kita sedikit usaha ) lalu anda
gagal, itu berarti anda tidak beruntung. Berbeda dengan “kita tau akan peluang
beasiswa itu kapan dibukanya ?, lalu belajar untuk tes, berserah dan berdoa sungguh-
sungguh, lalu kita lolos sampai tahap akhir” itu yang dikatakan hoki “tetap ada usaha
dan doa dibaliknya”.
Definisi hoki atau keberuntungan yang ke dua saya dapat dari seorang pengusaha
sukses juga bernama Chandra Putra Negara, bahwa hoki adalah keadaan dimana
setiap orang sudah menghabiskan jatah gagal masing-masing, Contoh: Michael
jordan, pemain basket terkenal, selama masa remajanya di habiskan dengan latihan
basket terus menerus. Sedangka mungkin teman-temannya menghabiskan waktu
untuk bermain games. Sehingga ketika dia sudah sukses meniti karier, teman-
temannya baru akan meniti karier. Pesan yang saya daptkan dari beliau, bahwa kita
harus habiskan jatah gagal semuda mungkin dan secepat mungkin, jangan takut gagal
dan jangan cepat menyerah. Karena menurut saya juga, hoki akan datang jika setiap
orang sudah melakukan usaha semaksimal mungkin, berserah dan berdoa kepada
Tuhan Yang Maha Esa seperti yang dikatan di buku kewirausahaan bahwa hoki atau
keberuntungan juga perlu di pancing agar ia mau datang yaitu dengan menunjukan
keseriusan berusaha, berserah dan berdoa sehingga nanti hoki akan datang bagi orang-
orang yang siap menerimanya. Itu juga yang disebut sebagai “pintu”, kecerdasan
praktis atau dedikasi suci.
2. Faktor “X” tidak lain adalah sesuatu yang harus kita cari dan miliki. Ia akan
menemani siapa saja yang ingin berubah, menjadi lebih baik. Orang yang tidak ingin
berubah juga memiliki faktor “X”, tetapi itu hanyalah “X” kecil yang berarti sebuah
kenyamanan. Dia sudah nyaman dengan kondisi sekarang dan tentu saja hidupnya
tidak akan mengalami kemajuan.
Untuk mengalami kemajuan, seseorang harus berani pada gelombang
ketidaknyamanan. Entrepeneur adalah orang yang merasa hidupnya kurang nyaman,
terancam, miskin, atau kurang bermakna. Maka dari itu, dia berjuang mengejar
kenyamanan baru. Dia bergerak, berjalan, berpikir, mengetuk pintu, mengambil
risiko, mencari produk, membuat, membangun usaha, mendatangi pelanggan, dan
seterusnya. Kalau dia diam atau menikmati warisan orangtua, ia sudah bisa hidup
nyaman. Namun, ia ingin masa depannya lebih baik. Daripada hidup susah nanti,
lebih baik sulit sekarang. Dia tidak memilih hidup nyaman dengan “X” kecil warisan,
melainkan membentuk “X” besar.

3. Faktor X merupakan faktor yang melekat pada diri semua orang, tak berwujud benda
namun dapat dirasakan. Pada diri seorang entrepreneur faktor X sangat
mempengaruhi geraknya dalam menjalankan usaha. Awalnya faktor X tidak ada atau
sangat kecil sekali, namun apabila kita tekun maka faktor tersebut akan muncul dan
tumbuh karena ia hidup. Karena ia hidup, ia pun dapat mati.

4. Diperlukan pencarian terlebih dahulu. Caranya dapat dengan mendeteksinya melalui


membuat list sebanyak-banyaknya mengenai apa yang kita pikir menjadi faktor “X”
dalam diri kita. Dari sebagian besar list tersebut pilihlah dua hal yang menurut diri
kita paling sesuai antara apa yang kita pikirkan mengenai faktor “X” tersebut dengan
sifat asli yang ada didalam diri kita bila melihat dari sudut pandang objektif. Setelah
itu kembangkanlah hal tersebut agar kita bisa memanfaatkannya dan menjadi modal
kita dalam berwirausaha kelak.
Selain hal tersebut, kita juga harus melakukan deteksi atau mememperhatikan
terhadap apa yang menjadi faktor “X” dari orang-orang maupun lembaga di sekitar
kita. Hal tersebut dilakukan agar kita mengetahui apa yang dapat membuat orang
tersebut terus maju, berkembang, dan sukses. Bila kita sudah menemukan apa yang
menjadi faktor “X” dari orang-orang maupun lembaga tersebut, cobalah untuk
menungganginya. Artinya kita dapat mencoba apa yang dilakukan mereka terhadap
diri kita juga atau menerapkan hal-hal yang menjadikan mereka bisa seperti sekarang.

Jawab:
1. Kenali Diri Sendiri dan Munculkan
Hal penting yang patut dilakukan pada tahap awal adalah mengenali diri kita
sendiri dan mulai untuk memunculkan faktor “X” yang ada dalam diri kita.
2. Temukan Pintu Kita
Carilah pintu kesempatan yang dapat membuat faktor “X” dalam diri kita bisa
tumbuh. Kita tidak boleh diam saja setelah menemukannya, tapi datangilah dan
ketuklah masing-masing pintu tersebut.
3. Kenalilah Pintu yang Kita Pilih
Setelah menemukan pintu kita, kenalilah apakah pintu tersebut bagus bagi diri
kita. Perhatikanlah apakah pintu yang kita masuki tersebut memberikan kita ruang
untuk berkembang dan kita memiliki kesempatan untuk membuka pintu-pintu lainnya.
4. Keluarlah Dari Zona Nyaman
Jangan merasa cukup dengan hidup yang nyaman, karena hal tersebut perlu
kita waspadai untuk kedepannya yang dapat membawa hidup kita pada kesulitan.
Cobalah untuk selalu mencoba hal-hal baru yang sulit, karena dengan seperti itu kita
bisa belajar banyak hal-hal baru.
5. Pintu yang Tepat
Dari sekian banyak pintu yang kita datangi dan ketuk, pintu yang tepat adalah
yang dapat membuat kita merasa mampu untuk tumbuh dan memberikan ruang untuk
terus berkembang.
6. Teruslah Mencari
Berusahalah untuk mencari “kuda” yang ada di luar diri kita, maksudnya
cobalah untuk mencari hal-hal yang dapat memacu diri kita yang sumbernya terdapat
di luar diri kita, tetapi jangan sampai kita merampas atau mengambil suatu hal yang
dimiliki orang lain. Satu hal yang perlu diingat adalah faktor “X” dapat kita temukan
melalui proses bukan dengan sekejap. Tetapi jangan berkecil hati karena dalam
perjalanannya kita bisa mendapat pelajaran dan kepercayaan dari jaringan dan juga
pengalaman yang dimiliki oleh orang lain.

5. Dalam soal diatas berarti hal ini menandakan bahwa faktor "X" itu belum berada di
tangan pemilik hotel itu, melainkan ada di pemilik merek yang menguasai jaringan
pelanggan.
DAFTAR PUSTAKA

Kasali, R. (2010). MODUL KEWIRAUSAHAAN (Untuk Program Strata 1). Jakarta Selatan, In
donesia: Penerbit Hikmah.

Anda mungkin juga menyukai