Anda di halaman 1dari 11

TUGAS PANCASILA

Oleh :
CALVIN ALFIANDI ZALUKHU
PUTRI MELISA
REVI OKDAYNI ASNA

JURUSAN D-III ADMINISTRASI PERPAJAKAN


FAKULTAS EKONOMI DAN ILMU SOSIAL
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SULTAN SYARIF KASIM
RIAU
202
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh,

Alhamdulillahirabbil’alamin. Segala puji dan syukur kehadirat Allah SWT. yang telah
melimpahkan ridho, rahmat, dan hidayah-Nya. Shalawat serta salam penulis curahkan
kepada junjungan kita semua, Nabi Muhammad SAW. beserta keluarga, para sahabat,
dan ummatnya. Semoga dakwah keilmuannya terus menjadi penunjuk jalan yang terang
pada kebenaran. Selalu ingat, bahwa Allah SWT. akan senantiasa membukakan jalan
untuk sampai pintu impian.

Tugas ini jauh dari kata sempurna, maka kritik dan saran yang membangun demi
terciptanya tugas yang lebih baik kedepannya. Semoga dengan adanya tugas ini juga
dapat menambah pengetahuan dan pemahaman untuk kita semua.

Wassalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.

i
DAFTAR ISI

KATA PEGANTAR ................................................................................................................... i


DAFTAR ISI ............................................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN .......................................................................................................... 1
A. Latar Belakang ................................................................................................... 1
B. Perumusan Masalah ........................................................................................... 3
C. Tujuan ................................................................................................................ 3
BAB II PEMBAHASAN ............................................................................................................ 4
A. Definisi Manusia Silver ..................................................................................... 4
B. Dampak Negatif Terjun sebagai Manusia Silver .............................................. 5
C. Faktor Penyebab Manusia Silver ....................................................................... 6
D. Akibat yang dialami anak menjadi manusia silver ............................................ 6
BAB III PENUTUP .................................................................................................................... 7
A. KESIMPULAN .................................................................................................. 7
B. SARAN .............................................................................................................. 7
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................................. 8

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kehadiran anak di tengah keluarga menjadi sebuah kehangatan tersendiri dalam keluarga.
Biasanya, orang tua akan menjadi lebih giat dalam mencari nafkah untuk memenuhi
kebutuhan anak dan akan menjadi lebih protektif untuk menjaga anaknya dari segala hal yang
akan mengganggu anak. Hal ini dilakukan semata-mata, karena mereka sangat menyanyangi
anak yang sudah diidam-idamkan sebagai hadiah dari sebuah pernikahan.

Pada dasarnya, anak merupakan karunia dari Tuhan yang harus dirawat dan dijaga dengan
baik. Dalam hal itu, konstitusi negara kita juga telah mengatur terkait hak anak yang
tercantum dalam Pasal 59 Undangundang Nomor 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak
yang berbunyi “Pemerintah dan lembaga negara lainnya berkewajiban dan bertanggung
jawab untuk memberikan perlindungan khusus kepada anak dalam situasi darurat anak yang
berhadapan dengan hukum, anak dari kelompok minoritas dan terisolasi, anak yang
tereksploitasi secara ekonomi dan/atau seksual, anak yang diperdagangkan, anak yang
menjadi korban penyelahgunaan narkotika, alkohol, psikotropika, dan zat adiktif lainnya
(NAPSZA), anak korban penculikan, penjualan dan perdagangan, anak korban kekerasan baik
fisik dan/atau mental, anak yang menyandang cacat, dan anak korban perlakuan salah dan
penelantaran”. Selain itu, dalam Konvensi Hak Anak (KHA) yang disahkan oleh PBB,
disebutkan 4 poin penting tentang perlindungan anak seperti non-diskriminasi, kepentingan
terbaik bagi anak, hak asasi anak untuk hidup dan berkembang, serta penghargaan terhadap
pendapat anak.

Kemiskinan merupakan suatu keadaan dimana individu, kelompok, atau keluarga


mengalami ketidakmampuan ekonomi untuk memenuhi standar hidup di suatu daerah.
Kemiskinan bukanlah suatu hal yang asing lagi bagi setiap orang. Tidak semua orang hidup
dalam keadaan berlimpah harta. Masih banyak orang di dunia yang hidup dalam garis
kemiskinan. Kemiskinan juga membuat kesulitan seseorang atau rumah tangga untuk
memenuhi kebutuhan pokoknya, serta lingkungan pendukungnya terkadang kurang
memberikan bantuan atau peluang untuk dapat keluar dari kemisinan tersebut. Tidak setiap
anak lahir di keluarga yang berkecukupan. Ada anak-anak yang lahir dalam kemiskinan.
Potret kemiskinan di kota besar dapat dilihat secara seksama dengan “mata telanjang”.
Seperti, menjamurnya pemukiman kumuh, banyaknya anak-anak yang putus sekolah, dan
tingkat kriminalitas yang kian merajalela. Bahkan, lebih mirisnya dari potret kemiskinan di
kota besar adalah mereka yang tidak memiliki tempat tinggal yang tetap. Sehingga, hal

1
tersebut akan sangat membahayakan bagi dirinya, terlebih jika turut serta membawa
keluarganya
Tantangan hidup di kota besar menjadi momok tersendiri bagi mereka yang baru pertama
kali menginjakkan kaki ke kota. Sejatinya hidup di kota-kota besar, tidaklah mudah. Peluang
migrasi akan meningkat ketika seorang individu memasuki fase pra-angkatan kerja dan
mencapai puncaknya pada fase angkatan kerja dan selanjutnya peluang migrasi akan
mengalami penurunan pada saat individu memasuki fase pasca-angkatan kerja. Berbagai
tantangan datang menghampiri, seperti tuntutan hidup yang tinggi. Tuntutan yang tinggi ini
tidak selaras dengan kualifikasi pendidikan yang tidak memenuhi syarat, dan kemampuan
skill yang rendah. Sehingga, menjadi pemicu utama kemiskinan di kota-kota besar.

Kehidupan anak tidak terlepas dari tanggung jawab orang tua. Anak-anak yang hidup di
kota besar, idealnya mendapatkan akses yang jauh lebih mudah dibanding anak yang hidup di
desa. Salah satunya adalah kehidupan yang layak. Namun, nyatanya tidak semua anak lahir
dan besar dalam kehidupan ekonomi yang layak. Banyak dari mereka yang kehilangan hak
sebagai anak, karena beban yang sudah diturunkan orang tua kepada mereka. Mereka
dipekerjakan dengan dalih kemampuan orang tua yang terbatas, namun tidak dapat melakukan
hal apapun lagi, selain meminta sang anak untuk membantu mencari uang. Sehingga, sangat
tidak asing jika melihat seorang anak di jalanan kota besar sedang mengais rezeki.

Anak-anak tersebut terpaksa melakukan pekerjaan itu dengan berbagai alasan, seperti
kemampuan ekonomi orang tua yang sudah sangat pas-pasan. Karena hal tersebut, mereka
lebih dekat dengan kehidupan di jalanan. Hal yang biasa mereka lakukan adalah mengemis
dan mengamen. Kedua hal tersebut menjadi lekat sebagai identitas diri anak yang mencari
uang di jalanan. Padahal, berdasarkan Konvensi Hak Anak Nomor 138 Tahun 1973 tentang
Usia Minimum untuk Diperbolehkan Bekerja ditetapkan bahwa usia minimum anak untuk
bekerja tidak boleh kurang dari usia wajib belajar, agar tidak terganggu perkembangan fisik,
mental, dan sosial anak sebelum mereka memasuki angkatan kerja.

Manusia silver muncul sebagai bentuk solidaritas dalam penggalangan dalam beberapa
komunitas. Menilik lebih jauh, keberadaan manusia silver sebenarnya sudah ada jauh sebelum
tahun 2000 yang saat itu diekspresikan sebagai sebuah seni. Berdasarkan penuturan Septian
Dwi Cahyosebagai seorang seniman, para manusia silver ini berasal dari sebuah seni yang
disebut human statue. Seni yang sarat nilai dan mampu menarik perhatian orang ini, berasal
dari Jerman.

Awal mulanya, seni human statue ini dibawa oleh kelompok pantomim Sena Didi Mime.
Sebuah kelompok teater pantomim yang didirikan oleh Sena A. Utoyo dan Didi Petet pada
tahun 1987. Pada saat ini, keberadaan manusia silver biasanya berada di persimpangan jalan

2
yang terdapat lampu merah. Mereka melakukan gerakan layaknya pantomim saat lampu
sedang merah. Bahkan, ada dari mereka yang hanya berkeliling dari kampung ke kampung
lain tanpa melakukan sebuah gerakan pantomim.

Fenomena manusia silver ini semakin marak. Tidak hanya untuk alasan seni, dewasa ini
lebih banyak untuk alasan komersil. Manusia silver mudah ditemui di jalan-jalan ramai
ibukota. Anak-anak yang menjadi manusia silver menghabiskan banyak waktunya di jalan.
Mereka menjadi manusia silver karena putus sekolah, sehingga mereka rawan mendapat
tindak kekerasan dan pelecehan. Selain itu, hak anak untuk bermain dan belajar juga
tereksploitasi karena mereka pada waktu tersebut mereka gunakan untuk mencari uang di
jalanan

B. Perumusan Masalah

Adapun perumusan masalah yang akan menjadi fokus dalam adalah:


1. Bagaimanakah kehidupan sosial anak-anak yang menjadi manusia silver ?
2. Apakah faktor pendorong anak yang menjadi manusia silver ?
3. Apa dampak yang dialami anak yang menjadi manusia silver ?
4. Apa sajakah yang dialami oleh anak-anak yang menjadi manusia silver tersebut?

C. Tujuan

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui dan mengungkapan:


1. Gambaran kehidupan sosial anak-anak yang menjadi manusia silver.
2. Faktor pendorong eksploitasi anak yang menjadi manusia silver.
3. Eksploitasi yang dialami oleh anak-anak yang menjadi manusia silver.

3
BAB II
PEMBAHASAN

A. Definisi Manusia Silver

Manusia perak (silver man) atau lebih dikenal dengan manusia silver adalah orang yang
melumuri tubuhnya dengan cat berwarna silver untuk mengamen atau mengemis. Adapun
pengertian lainnya, manusia perak adalah pengamen yang rela tubuhnya di cat semprot
bewarna perak yang mengkilat, sehingga menarik perhatian orang-orang yang berlalu lalang.

Berbekal tampilan serba perak dan kardus , mereka menghampiri satu persatu masyarakat
yang melintas di sekitar kawasan “pangkalan” mereka guna menghimpun dana sumbangan
bagi para yatim piatu. Aksi manusia silver kini sudah semakin menyimpang dari tujuan
awalnya yang semula aksi manusia silver dilakukan untuk menarik perhatian publik dalam
ajang penggalangan dana. Tertujunya atensi masyarakat akan para “Silver Man” ini tak
terlepas dari tampilan dengan kostum serba perak yang menjadi ciri khasnya. Mereka tak
segan melumuri tubuhnya menggunakan cat berwarna perak dari ujung rambut hingga ujung
kaki serta menggunakan pakaian guna menutupi sebagian tubuh mereka dengan warna
senada. Keberadaan mereka yang nyentrik dan mengundang perhatian banyak orang,
menjadikannya sebuah lading pencaharian uang yang baru.

4
B. Dampak Negatif Terjun sebagai Manusia Silver

Tiap pekerjaan memiliki tantangan tersendiri, tak terkecuali pada anak-anak yang
bekerja sebagai manusia silver. Pekerjaan yang dilakukan dari siang hingga malam hari
ini rentan sekali terpapar polusi udara. Selain itu, bahan-bahan yang digunakan untuk
melumuri tubuh dengan bahan kimia juga tak luput dari bahaya kesehatan, seperti
dermatitis kontak misal gatal, luka, dan perih yang merupakan reaksi kulit sensitif.
Lainnya, untuk efek jangka panjang akibat paparan zat kimia berbahaya dapat
menyebabkan timbulnya potensi karsinogenik pemicu kanker.

Selain itu, dampak terhadap kesehatan lainnya dalam jangka panjang, jika kontak
terjadi terus-menerus, zat kimia yang asing untuk tubuh bisa terserap pori-pori, masuk ke
lapisan bawah kulit dan terbawa oleh aliran darah, hingga menyebabkan berbagai
masalah kesehatan, seperti kerusakan mata, gangguan sistem saraf hingga kanker.
Apalagi penggunaan cat semprot silver juga sampai ke bagian wajah, sehingga bisa
menyebabkan mata iritasi, lapisan kornea yang tipis pecah, dan terjadi korosif atau
kerusakan hingga kebutaan.

Hingga kini, menempatkan anak-anak di lingkungan pekerjaan yang berbahaya


menjadi permasalahan pekerja anak, karena telah terjadi eksploitasi terhadap anak.
Resiko dari eksploitasi, kekerasan, pelecehan, kecelakaan, dan lainnya juga tidak dapat
dielakkan.

Kesehatan anak menjadi salah satu sorotan. Disebutkan dalam Pasal 45 Ayat 1 UU
Nomor 23 Tahun 2002, “Orang tua dan keluarga bertanggung jawab menjaga kesehatan
anak dan merawat anak sejak dalam kandungan”. Selain itu, berdasarkan cara pembagian
hak anak yang dirumuskan oleh Komite Hak Anak PBB, dikelompokkan Konvensi Hak
Anak menjadi delapan kategori, yaitu
1) Langkah-langkah implementasi umum,
2) Definisi anak,
3) Prinsip-prinsip umum,
4) Hak sipil dan kemerdekaan,
5) Lingkungan keluarga dan pengasuhan alternatif,
6) Kesehatan dan kesejahteraan dasar,
7) Pendidikan, waktu luang, dan kegiatan budaya, dan
8) Langkah-langkah perlindungan hukum untuk mendapatkan perlindungan
khusus

5
C. Faktor Penyebab Anak Terjun sebagai Manusia Silver

Lapangan pekerjaan semakin menyempit. Berbagai cara ditempuh oleh masyarakat, agar
tetap bisa bertahan hidup. Tidak terkecuali bagi orang-orang yang memutuskan menjadi
manusia silver. Banyak faktor penyebab manusia silver muncul, salah satunya kemiskinan.
Pun yang lebih banyak dialami, seperti korban atau orang tua yang di PHK dan dorongan
keluarga. Kemiskinan menjadi alasan kebanyakan orang yang alih profesi menjadi manusia
silver. Sehingga, hal ini harus mereka lakukan dengan tulus dan ikhlas, mengingat kondisi
perekonomian yang sedang tidak baik. Salah satu alasan anak-anak bekerja adalah karena
keluarga mengharuskan mereka melakukan hal tersebut untuk menopang kelangsungan
kehidupan mereka dan keluarga di rumah.

D. Akibat yang dialami oleh anak-anak menjadi manusia silver

1. Hak anak untuk bermain dan belajar menjadi terampas


Karena banyak menghabiskan waktu di jalanan untuk mencari uang, anak-anak
ini kehilangan waktu belajar dan bermain bersama teman-temannya
2. Tidak dapat menikmati masa kecil karena mendapat tanggung jawab mencari nafkah
Hal ini terjadi karena ketidakberdayaan orang tua menghadapi keadaan ekonomi
yang semakin sulit dan ketidakhadiran peran pencari nafkah dalam hidup anak.
3. Kesehatan terabaikan
Di balik kilauan cat silver yang menempel pada tubuh anakanak ini, tersimpan
rasa gatal dan terbakar karena sengatan matahari yang harus dihadapi oleh mereka.
Belum lagi mereka harus stay berdiri di lampu merah maupun terus berjalan kaki.

Miris rasanya melihat anak-anak yang masih kecil sudah harus mencari uang. Mendapat
tanggung jawab sebagai pencari nafkah dialami oleh anak-anak yang peneliti temui.
Padahal, hal tersebut tidak dibenarkan dalam Pasal 13 Ayat 1 Undang-undang Perlindungan
Anak Nomor 23 Tahun 2002 yang disebutkan bahwa setiap anak berhak mendapat
perlindungan dari perlakuan diskriminasi; eksploitasi baik ekonomi maupun seksual;
penelantaran, kekejaman, dan penganiayaan; ketidakadilan; dan perlakuan salah lainnya.
Hardius Usman dan Nachrowi Djalal juga menyebutkan ada 8 (delapan) kriteria pekerja
anak yang bersifat eksploitatif, misalnya apabila pekerjaan yang menimbulkan tekanan fisik,
sosial, dan psikologis yang tak patut terjadi serta tanggung jawab yang terlalu banyak.
Mereka menjadi manusia silver sebagai tambahan kebutuhan domestik sehari-hari.
Eksploitasi anak terjadi saat memperkerjakan anaknya yang masih dibawah umur yang
tidak semestinya telah mencari uang untuk membantu perekonomian keluarga.

6
BAB III
PENUTUP

A. KESIMPULAN

Anak-anak ini turun ke jalan dan menjadi manusia silver, bukan tanpa sebab. Penyebab
mereka menjadi manusia silver adalah faktor keterbatasan ekonomi karena mereka tergolong
dari keluarga miskin, orang tua yang berpendidikan rendah dan berpenghasilan pas-pasan.

Masa kanak-kanak adalah masa vital perkembangan dan pertumbuhan manusia. Oleh
karena itu, anak-anak harus diberi kesempatan dan lingkungan yang baik. Penelitian ini
menunjukkan bahwa anak-anak yang menjadi manusia silver merenggut hak untuk bermain
dan belajar, karena mereka lebih banyak menghabiskan waktu di jalan untuk mencari
uang, sehingga tidak ada waktu untuk bermain dengan teman seusianya dan belajar seperti
pelajar pada biasanya. Kemudian hal lain adalah anak tidak dapat menikmati masa kecil,
karena mendapat tanggung jawab mencari nafkah. Terakhir, kesehatan anak yang terabaikan,
karena bahan-bahan yang digunakan untuk mengecat tubuh tidak aman untuk kulit mereka.

B. SARAN

Beberapa saran untuk mencegah eksploitasi anak yang menjadi manusia silver, diantaranya:
1) Orang tua dan masyarakat harus mengubah stigma untuk tidak membenarkan bahwa
anak di bawah umur yang bekerja di jalanan tetapi sekolah tetap dijalankan adalah
sebuah hal yang positif
2) Masyarakat dapat memberikan edukasi saat bertemu dengan manusia silver anak
bahwa cat yang digunakan tersebut dalam jangka waktu yang panjang dapat
menimbulkan resiko kanker
3) Orang tua dapat memberi ruang untuk anak bercerita
4) Orang tua sebisa mungkin menciptakan suasana yang hangat dan menyenangkan di
rumah

7
DAFTAR PUSTAKA

https://hkln.kemenag.go.id/download.php?id=188#:~:text=(1)%20Perlindungan%20khusus
%20bagi%20anak,tanggung%20jawab%20pemerintah%20dan%20masyarakat.

https://www.cakaplah.com/berita/baca/75454/2021/09/24/ini-yang-dirasakan-manusia-silver-
saat-tubuhnya-dilumuri-cat/

Anda mungkin juga menyukai