Anda di halaman 1dari 30

MAKALAH

PENGARUH BULLYING VERBAL TERHADAP PERILAKU


ANAK KELAS 6 SDN 121 DESA TANJUNG HERAN

Guru Pembimbing

RINI LESTARI, S.Sos

Disusun Oleh

ALDI SAPUTRA

XI IPS II

0051826986

KEMENTERIAN AGAMA

MADRASAH ALIYAH NEGEREI 1 (MODEL)


LUBUKLINGGAU

TAHUN AJARAN 2020/2021


KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT. yang telah
memberikan rahmat serta karunianya sehingga penulis dapat menyelesaikan
tugas ini dengan baik. Shalawat beriring salah tidak lupa kita haturkan kepada
junjungan kita yakni nabi Muhammad SAW beserta sahabat dan para
pengikutnnya. Atas berkatnyalah tugas penelitian sosiologi yang ini dapat
terselesaikan dengan sebaik-baiknya. Tidak lupa pula penulis menyampaikan
terima kasih kepa pihak-pihak yang telah membantu penulis dalam
menyelesaikan tugas ini.

Terselesaikannya tugas ini tidak lain dan tidak bukan alah berkat dukungan
dan do’a kalian semua. Untuk itu penulis menyampaikan rasa terima kasih
yang teramat dalam kepada :

1. Bunda Rini Lestari, S.Sos sebagai guru pembimbing, yang mana beliau
telah banyak membagikan ilmunya tentang cara penulisan makalah yang
baik dan benar.
2. Para narasumber yang telah bersedia dimintai informasinya oleh penulis,
tanpa kalian rasanya penelitian ini tidak akan terselesaikan dengan baik.
3. Orang tua penulis yang senantiasa selalu mendukunga dan mendo’akan
dalam pengerjaaan tugas ini
4. Para teman-teman seperjuangan yang telah bersedia membantu penulis.
Dalam penulisan makalah penelitian ini penulis begitu mengharapkan
masukkan dari para pembaca berupa kritik dan saran, yang mana hal tersebut
sangat bermanfaat untuk penulis kedepannya.

Tanjung Heran, 2021

Penulis

i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.............................................................................................i

DAFTAR TABEL.................................................................................................iv

BAB 1 PENDAHULUAN......................................................................................1

1. Latar Belakang..............................................................................................1

2. Identifikasi Masalah......................................................................................3

3. Pembatasan Masalah.....................................................................................4

4. Rumusan Masalah.........................................................................................4

5. Tujuan Penelitian..........................................................................................5

6. Manfaat Penelitian........................................................................................5

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA.............................................................................6

1. Kajian Teori..................................................................................................6

A. Pengertian Bullying...................................................................................6

B. Penyebab Bullying....................................................................................9

C. Cara Mengurangi Perilaku Bullying........................................................10

2. Kerangka Pemikiran....................................................................................12

3. Variabel Penelitian......................................................................................13

4. Hipotesis......................................................................................................14

BAB 3 METODOLOGI PENELTIAN..............................................................15

1. Jenis Penelitian............................................................................................15

2. Tempat Penelitian.......................................................................................16

3. Sumber Data Penelitian...............................................................................16

A. Sumber Data Primer................................................................................16

B. Sumber Data Sekunder............................................................................17

4. Fokus Penelitian..........................................................................................17

ii
5. Teknik Pengumpulan Data Penelitian.........................................................17

A. Observasi...................................................................................................17

B. Wawancara..............................................................................................18

6. Instrumen Penelitian...................................................................................19

BAB 4 PENUTUP.................................................................................................21

1. Kesimpulan.................................................................................................21

2. SARAN.......................................................................................................22

DAFTAR PUSAKA..............................................................................................23

LAMPIRAN..........................................................................................................24

iii
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman

1. Daftar siswa SDN 121 kelas 6 ................................................................ 2


2. Fasilitas di SDN 121 Tanjung Heran .................................................... 3

iv
BAB 1 PENDAHULUAN
1. Latar Belakang

Apakah Anda pernah mendengar tentang kasus bullying? Atau mungkin


Anda memiliki sebuah pengalaman yang berkenaan dengan istilah tersebut?
Bullying bisa saja terjadi di sekitar Anda, baik Anda sadari atau tidak.
Mengkhawatirkannya, masalah sosial ini bisa memiliki dampak yang sangat
fatal pada mental seseorang, terutama anak-anak, jika terus diabaikan. Bullying
yang sering Anda lihat di televisi mungkin berbentuk kekerasan fisik seperti
pemukulan, pengancaman hingga teror. Bullying sebenarnya tidak terbatas
pada aktivitas-aktivitas tersebut; memanggil nama yang tidak pantas, dengan
sengaja ‘mengucilkan’ seseorang, menyebarkan isu, atau memanipulasi korban
untuk mempercayai bahwa mereka adalah pihak yang patut disalahkan
merupakan bentuk bullying yang juga dapat melukai korban sama fatalnya
dengan perudungan secara fisik. Dalam sebuah penelitian lain, disebutkan
bahwa bullying akan menciptakan ketakutan berantai di lingkungan tempat hal
itu terjadi karena kebanyakan orang akan takut untuk menjadi ‘korban’
selanjutnya. Bullying akan mencuri rasa aman yang harusnya tercipta di
lingkungan tempat seseorang belajar atau bekerja. Dalam kasus ekstrim,
korban-korban biasanya dikeluarkan dari sekolah karena ketakutan luar biasa,
terkena depresi, mendapat gangguan kecemasan hingga penurunan
kepercayaan diri.

Kasus Bullying di Indonesia seringkali terjadi di institusi pendidikan. Fakta


menunjukkan, Bullying berdampak secara fisik, psikis, dan sosial terhadap
korban. Selain menurunnya prestasi belajar, Bullying juga mengakibatkan
dampak fisik, seperti kehilangan selera makan dan migrain. Korban juga rentan
menjadi pencemas hingga mengalami depresi dan menarik diri dari pergaulan.

SDN 121 adalah sekolah dasar yang terletak di Desa Tanjung Heran,
Sindang Beliti Ulu, Rejang Lebong, Bengkulu. Sama seperti sekolah dasar

1
pada umumnya di sd ini juga mengajarkan berbagai macam pelajaran mulai
dari umum sampai agama.
Sudah menjadi permasalahan umum bahwa pendemi Covid 19 telah
menghambat berbagai sektor penting, tak luput sektor pendidikan. Begitu pula
SDN 121 Tanjung Heran yang dimana para siswa diminta belajar dari rumah.
Oleh karen hal tersebut peneliti mengurungkan niat untuk datang kesana
dan saya hanya bisa mendapatkan data tentang sekolah tersebut dari para guru
saja. Adapun fokus penelitian saya di SDN 121 Tanjung Heran adalah kelas 6.
Jumlah siswa SDN 121 Tanjung Heran adalah 67 siswa terdiri dari 6 lokal.
Berikut adalah tabel kelas 6 SDN 121 Tanjung Heran.
Tabel 1.1 : Daftar siswa SDN 121 kelas 6.
No. Nama Siswa Kelas Keterangan
1. Andi Saputra 6 L
2. Anita Patmi 6 P
3. Devi 6 P
4. Kelzei Simbara 6 L
5. Medi Carles 6 L
6. Riski Saputra 6 L
7. Suci 6 P
8. Todi Apriyan 6 L
9. Vika 6 P

Adapun sejumlah fasiitas yang disediakan oleh pihak sekolah


adalah sebagai berikut.

2
Tabel 1.2 Fasilitas di SDN 121 Tanjung Heran.

Fasilitas Jumlah
No
.
1. Ruang Kelas 6
2. Ruang Kepala Sekolah 1
3. Ruang Guru 1
4. Toilet Laki-laki 1
5. Toilet Perempuan 1
6. Dapur 1
7. Luas Tanah 50 M x 30 M persegi

Adapun proses Bullying disekolah ini lebih sering dikategorikan sebagai


Bullying Verbal, yaitu antara lain sebagai berikut:
a. Mengejek dengan nama orang tua
b. Memanggil dengan julukan yang tidak baik
c. Mengejek bentuk tubuh atau Body Shaming
d. Meprovokasi anatar sesama
2. Identifikasi Masalah

 Observasi
Observasi adalah proses mengamati lingkunga disekitar yang mana hal
tersebut mempunyai tujuan tertentu, tapi kebanyakan observasi
dilakukan saat hendak melakukan penelitian terutama yang berkaitan
dengan sosial.
 Studi Kasus
Studi Kasus adalah salah satu metode penelitian dalam ilmu sosial.
Dalam riset yang menggunakan metode ini, dilakukan pemeriksaan
longitudinal yang mendalam terhadap suatu keadaan atau kejadian yang
disebut sebagai kasus dengan menggunakan cara-cara yang sistematis

3
dalam melakukan pengamatan, pengumpulan data, analisis informasi,
dan pelaporan hasilnya.
 Wawancara
Wawancara adalah kegiatan tanya-jawab secara lisan untuk
memperoleh informasi. Bentuk informasi yang diperoleh dinyatakan
dalam tulisan, atau direkam secara audio, visual, atau audio visual.
Wawancara merupakan kegiatan utama dalam kajian pengamatan.
Pelaksanaan wawancara dapat bersifat langsung maupun tidak
langsung. Wanawancara langsung ialah dengan menemui langsung
narasumber yang hendak diwawancarai. Sedangkan, wawancara tidak
langsung adalah wawancara yang dilakukan tanpa menemui si
narasumber melainkan dengan menggunakan berupa media jarak jauh.
Dalam penelitian ini peneliti telah melakukan wawancara dengan
korban bullying secara langsung. Dari hasil yang didapat diketahui
bahwa memang benar telah terjadi bullying verbal di SDN 121 Tanjung
Heran.
 Studi Kepustakaan
Studi kepustakaan adalah kegiatan untuk menghimpun informasi yang
relevan dengan topik atau masalah yang menjadi obyek penelitian.
Informasi tersebut dapat diperoleh dari buku-buku, karya ilmiah, tesis,
disertasi, ensiklopedia, internet, dan sumber-sumber lain. Dengan
melakukan studi kepustakaan, peneliti dapat memanfaatkan semua
informasi dan pemikiran-pemikiran yang relevan dengan penelitiannya.
3. Pembatasan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas peneliti tertarik untuk melakukan


penelitian dengan judul “pengaruh Bullying verbal terhadap perilaku anak kelas
6 SDN 121 Desa Tanjung Heran, Kec. Sindang Beliti Ulu, Kab. Rejang
Lebong, Bengkulu”
4. Rumusan Masalah

4
Berdasarkan uraian latar belakang masalah diatas maka dapat dirumuskan
masalah sebagai berikut “Apakah ada pengaruh Bullying Verbal terhadap
perilaku siswa?”
5. Tujuan Penelitian

Berdasarkan latar belakang permasalahan yang telah diuraikan di atas,


maka peneliti menentukan tujuan dari penelitian ini yang diharapkan mampu
mengungkap data yang dapat menjawab segala bentuk pertanyaan penelitian
ini, sebagai berikut:
1) Untuk memperoleh informasi mengenai pengaruh bullying verbal di SDN
121 Tanjung Heran
2) Untuk memperoleh gambaran mengenai perilaku bullying verbal antar siswa
di SDN 121 Tanjunga Heran
3) Untuk mengetahui pengaruh bullying verbal terhadap perilaku siswa
sekolah SDN 121 Tanjung Heran
6. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat-manfaat sebagai


berikut :
1) Bagi pihak sekolah, dapat memberikan informasi tentang tindakan bullying
sehingga pihak sekolah dapat menciptakan suasana yang kondusif saat
proses belajar-mengajar untuk mengurangi tindakan bullying di sekolah.
2) Bagi orang tua, dapat digunakan sebagai acuan untuk mengetahui dampak
tindakan bullying pada anak sehingga nantinya orang tua dapat
mendengarkan keluh kesah yang dialami anak serta melaporkan tindakan
bullying kepada pihak sekolah agar tindakan bullying tersebut tidak
berkelanjutan.
3) Bagi siswa, sebagai informasi tentang bahaya yang ditimbulkan oleh
perilaku bullying sehingga baik pelaku maupun korban bullying dapat
menghentikan maupun mengatasi perbuatan bullying

5
4) Bagi peneliti, dapat dimaknai sebagai media pembelajaran dan juga sebagai
pengalaman bahwa peneliti pernah melakukan sebuah penelitian, yang
mana hal ini sangat berpengaruh pada peneliti kedepannya.

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA


1. Kajian Teori

A. Pengertian Bullying
Kata bullying berasal dari Bahasa Inggris, yaitu dari kata bull yang berarti
banteng yang senang merunduk kesana kemari. Dalam Bahasa Indonesia,
secara etimologi kata bully berarti penggertak, orang yang mengganggu orang
lemah. Sedangkan secara terminology menurut Definisi bullying menurut Ken
Rigby dalam Astuti (2008 ; 3, dalam Ariesto, 2009) adalah “sebuah hasrat
untuk menyakiti. Hasrat ini diperlihatkan ke dalam aksi, menyebabkan
seseorang menderita. Aksi ini dilakukan secara langsung oleh seseorang atau
sekelompok yang lebih kuat, tidak bertanggung jawab, biasanya berulang, dan
dilakukan dengan perasaan senang”.
Bullying adalah salah satu bentuk dari agresi. Agresi adalah fenomena
kompleks yang terdiri dari sejumlah perilku dari jenis yang lebih khusus. (Hall
& Lindzey, 1993). Pengertian bullying menurut para ahli: Beane (2008: 2)
mengatakan bullying adalah “Overt and aggressive behavior that is intentional,
hurtful and persistent (repeated). ‘Maksud Saat ini kita mampu melihat bahwa
betapa banyak remaja yang terlibat dalam perilaku yang merugikan orang lain,
termasuk vandalisme, pelecehan seksual, penggencetan atau yang biasanya
dikenal dengan bullying. (Armstrong, 2009: 104) Bullying itu sama dengan
penganiayaan, kekerasan, atau perilaku menyakiti orang lain yang biasanya
terjadi di sekolah”. Prisna Adisti (2010: 85) Alizamar dkk (2013: 22) bullying
ini merupakan salah satu bentuk kekerasan atau perilaku agresif yang
diperlihatkan atau dilakukan seorang kepada orang lain. Menurut Randall

6
( 1997 dalam Randall, 2002 ) bullying merupakan perilaku agresif yang di
sengaja untuk menyebabkan ketidak nyaman fisik maupun psikologis terhadap
orang lain. Jadi, dapat disimpulkan bahwa bullying merupakan suatu perilaku
agresif yang sengaja dilakukan secara berulangulang dengan cara mengejek,
memukul dan perilaku yang merugikan lainnya, sehingga korban tidak dapat
membela diri.

1. Bullies (pelaku bullying)


Bullies (pelaku bullying) yaitu murid yang secara fisik dan/atau emosional
melukai murid lain secara berulang-ulang (Olweus, dalam Moutappa dkk,
2004). Remaja yang diidentifikasi sebagai pelaku bullying sering
memperlihatkan fungsi psikososial yang lebih buruk daripada korban bullying
dan murid yang tidak terlibat dalam perilaku bullying (Haynie, dkk., dalam
Totura, 2003). Pelaku bullying juga cenderung memperlihatkan simptom
depresi yang lebih tinggi daripada murid yang tidak terlibat dalam perilaku
bullying dan simptom depresi yang lebih rendah daripada victim atau korban
(Haynie, dkk., dalam Totura, 2003). Olweus (dalam Moutappa, 2004)
mengemukakan bahwa pelaku bullying cenderung mendominasi orang lain dan
memiliki kemampuan sosial dan pemahaman akan emosi orang lain yang sama
(Sutton, Smith, & Sweetenham, dalam Moutappa, 2004). Menurut Stephenson
dan Smith (dalam Sullivan, 2000), tipe pelaku bullying antara lain:
 tipe percaya diri, secara fisik kuat, menikmati agresifitas, merasa aman dan
biasanya populer,
 tipe pencemas, secara akademik lemah, lemah dalam berkonsentrasi,
kurang populer dan kurang merasa aman, dan
 pada situasi tertentu pelaku bullying bisa menjadi korban bullying.
Selain itu, para pakar banyak menarik kesimpulan bahwa karakteristik
pelaku bullying biasanya adalah agresif, memiliki konsep positif tentang
kekerasan, impulsif, dan memiliki kesulitan dalam berempati (Fonzi & Olweus
dalam Sullivan, 2000). Menurut Astuti (2008) pelaku bullying biasanya agresif
baik secara verbal maupun fisikal, ingin popular, sering membuat onar,

7
mencari-cari kesalahan orang lain, pendendam, iri hati, hidup berkelompok dan
menguasai kehidupan sosial di sekolahnya. Selain itu pelaku bullying juga
menempatkan diri di tempat tertentu di sekolah atau di sekitarnya, merupakan
tokoh popular di sekolahnya, gerak geriknya sering kali dapat ditandai dengan
sering berjalan di depan, sengaja menabrak, berkata kasar, dan menyepelekan/
melecehkan.
2. Victim (korban bullying)
Victim (korban bullying) yaitu murid yang sering menjadi target dari
perilaku agresif, tindakan yang menyakitkan dan hanya memperlihatkan sedikit
pertahanan melawan penyerangnya (Olweus, dalam Moutappa dkk, 2004).
Menurut Byrne dibandingkan dengan teman sebayanya yang tidak menjadi
korban, korban bullying cenderung menarik diri, depresi, cemas dan takut akan
situasi baru (dalam Haynie dkk, 2001). Murid yang menjadi korban bullying
dilaporkan lebih menyendiri dan kurang bahagia di sekolah serta memiliki
teman dekat yang lebih sedikit daripada murid lain (Boulton & Underwood
dkk, dalam Haynie dkk, 2001). Korban bullying juga dikarakteristikkan dengan
perilaku hati-hati, sensitif, dan pendiam (Olweus, dalam Moutappa, 2004).
Coloroso (2007) menyatakan korban bullying biasanya merupakan anak baru di
suatu lingkungan, anak termuda di sekolah, biasanya yang lebih kecil, tekadang
ketakutan, mungkin tidak terlindung, anak yang pernah mengalami trauma atau
pernah disakiti sebelumnya dan biasanya sangat peka, menghindari teman
sebaya untuk menghindari kesakitan yang lebih parah, dan merasa sulit untuk
meminta pertolongan. Selain itu juga anak penurut, anak yang merasa cemas,
kurang percaya diri, mudah dipimpin dan anak yang melakukan hal-hal untuk
menyenangkan atau meredam kemarahan orang lain, anak yang perilakunya
dianggap mengganggu orang lain, anak yang tidak mau berkelahi, lebih suka
menyelesaikan konflik tanpa kekerasan, anak yang pemalu, menyembunyikan
perasaannya, pendiam atau tidak mau menarik perhatiaan orang lain,
pengugup, dan peka. Disamping itu juga merupakan anak yang miskin atau
kaya, anak yang ras atau etnisnya dipandang inferior sehingga layak dihina,
anak yang orientsinya gender atau seksualnya dipandang inferior, anak yang

8
agamanya dipandang inferior, anak yang cerdas, berbakat, atau memiliki
kelebihan. ia dijadikan sasaran karena ia unggul, anak yang merdeka, tidak
mempedulikan status sosial, serta tidak berkompromi dengan norma-norma,
anak yang siap mengekspresikan emosinya setiap waktu, anak yang gemuk
atau kurus, pendek atau jangkung, anak yang memakai kawat gigi atau
kacamata, anak yang berjerawat atau memiliki masalah kondisi kulit lainnya.
Selanjutnya korbannya merupakan anak yang memiliki ciri fisik yang berbeda
dengan mayoritas anak lainnya, dan anak dengan ketidakcakapan mental
dan/atau fisik, anak yang memiliki ADHD (attention deficit hyperactive
disorder) mungkin bertindak sebelum berpikir, tidak mempertimbangkan
konsekuensi atas perilakunya sehingga disengaja atau tidak menggangu bully,
anak yang berada di tempat yang keliru pada saat yang salah. ia diserang
karena bully sedang ingin menyerang seseorang di tempat itu pada saat itu
juga.

B. Penyebab Bullying
Menurut Ariesto (2009), faktor-faktor penyebab terjadinya bullying antara
lain:
1. Keluarga
Pelaku bullying seringkali berasal dari keluarga yang bermasalah : orang
tua yang sering menghukum anaknya secara berlebihan, atau situasi rumah
yang penuh stress, agresi, dan permusuhan. Anak akan mempelajari
perilaku bullying ketika mengamati konflik-konflik yang terjadi pada
orang tua mereka, dan kemudian menirunya terhadap teman-temannya.
Jika tidak ada konsekuensi yang tegas dari lingkungan terhadap perilaku
cobacobanya itu, ia akan belajar bahwa “mereka yang memiliki kekuatan
diperbolehkan untuk berperilaku agresif, dan perilaku agresif itu dapat
meningkatkan status dan kekuasaan seseorang”. Dari sini anak
mengembangkan perilaku bullying;
2. Sekolah

9
Pihak sekolah sering mengabaikan keberadaan bullying ini. Akibatnya,
anakanak sebagai pelaku bullying akan mendapatkan penguatan terhadap
perilaku mereka untuk melakukan intimidasi terhadap anak lain. Bullying
berkembang dengan pesat dalam lingkungan sekolah sering memberikan
masukan negatif pada siswanya, misalnya berupa hukuman yang tidak
membangun sehingga tidak mengembangkan rasa menghargai dan
menghormati antar sesama anggota sekolah;

3. Faktor Kelompok Sebaya


Anak-anak ketika berinteraksi dalam sekolah dan dengan teman di sekitar
rumah, kadang kala terdorong untuk melakukan bullying. Beberapa anak
melakukan bullying dalam usaha untuk membuktikan bahwa mereka bisa
masuk dalam kelompok tertentu, meskipun mereka sendiri merasa tidak
nyaman dengan perilaku tersebut.
4. Kondisi lingkungan sosial
Kondisi lingkungan sosial dapat pula menjadi penyebab timbulnya
perilaku bullying. Salah satu faktor lingkungan social yang menyebabkan
tindakan bullying adalah kemiskinan. Mereka yang hidup dalam
kemiskinan akan berbuat apa saja demi memenuhi kebutuhan hidupnya,
sehingga tidak heran jika di lingkungan sekolah sering terjadi pemalakan
antar siswanya.
5. Tayangan televisi dan media cetak
Televisi dan media cetak membentuk pola perilaku bullying dari segi
tayangan yang mereka tampilkan. Survey yang dilakukan kompas
(Saripah, 2006) memperlihatkan bahwa 56,9% anak meniru adegan-
adegan film yang ditontonnya, umumnya mereka meniru geraknya (64%)
dan kata-katanya (43%).

C. Cara Mengurangi Perilaku Bullying

10
Ingatlah bahwa siapapun bisa menjadi korban bullying. Namun, kita
semua bisa melakukan sejumlah cara untuk mencegah agar anak tak menjadi
korban bullying. Bullying terjadi dalam bentuk fisik, verbal, dan yang terbaru
adalah di dunia maya atau dikenal dengan istilah "cyber bullying". Bullying
bisa membuat korban merasakan depresi, yang pada beberapa kasus berujung
pada bunuh diri. Karenanya keluarga dan lingkungan punya peran yang sangat
penting dalam hal pencegahan. Psikolog dari Citra Ardhita Psychological
Services, Ayoe Sutomo, M.Psi menyebutkan, beberapa hal yang bisa dilakukan
orangtua pada anak agar terhindar dari aksi bullying, antara lain:

1. Membangun konsep diri yang baik


Ayoe menjelaskan, konsep diri adalah bagaimana anak memandang
dirinya, untuk itu anak perlu diajarkan untuk memiliki pandangan diri yang
baik. Membentuk pandangan diri yang baik bisa diawali dengan menciptakan
lingkungan yang suportif di keluarga. Misalnya, dengan tidak sering
menyalahkan anak karena bisa merusak konsep diri mereka. "Misalnya dengan
mengatakan, 'Kamu enggak bisa apa-apa, gitu aja enggak bisa.' Kata-kata itu
kecil, tapi jika berulang, konsep anak akhirnya merasa enggak bisa apa apa,"
ujarnya. Setiap anak pasti memiliki kekurangan, namun setiap anak juga pasti
memiliki kelebihan. Bantulah anak untuk menemukan dan mengeksplorasi
kelebihannya agar anak memiliki pandangan yang baik terhadap dirinya, lebih
percaya diri dan mampu menghadapi lingkungannya dengan baik.
2. Dukung minat dan bakat anak
Hal ini dilakukan untuk membangun kepercayaan diri anak dan membuat
dirinya merasa mahir di bidang tersebut. Sehingga, ketika suatu saat anak
menjadi korban bullying dan dijauhi sekelompok anak tertentu, dia cenderung
tak memandangnya sebagai masalah dan bisa bergaul dengan teman-temannya
yang lain.
3. Ajar anak mengatakan tidak
Anak korban bullying seringkali ada di posisi yang tidak berdaya dan
cenderung tidak bisa menolak perlakuan buruk terhadapnya. Untuk mencegah

11
hal itu, orangtua bisa mengajari anak untuk berani mengatakan "tidak". "Jadi
ketika diperlakukan tidak baik, dia bisa bilang bahwa dia tidak suka
diperlakukan begitu," kata Ayoe.
4. Beri dukungan penuh
Orangtua juga perlu terus menekankan pada anak bahwa mereka akan
terus mendukung anak, apapun kondisinya. Buat anak merasa nyaman untuk
menyampaikan masalah yang dihadapinya di luar. Sehingga ketika anak
berhadapan dengan seseorang, mereka tahu akan selalu mendapatkan dukungan
dan diterima oleh orangtuanya.

5. Mencegah anak jadi pelaku


Ayoe menjelaskan, seringkali pelaku bullying merupakan korban bullying.
Maka hal yang perlu dilakukan adalah mencegah anak menjadi pelaku
bullying. Caranya adalah membentuk konsep diri yang bagus pada anak.
Tanamkan dalam diri anak bahwa mereka bisa menjadi hebat tanpa harus
menjatuhkan dan merendahkan orang lain. "Itu juga dibangun di rumah,
dengan diterima dan dicukupi secara emosi, itu akan membuat anak merasa
cukup dan terpenuhi sehingga dia enggak perlu merendahkan orang lain untuk
menjadi lebih hebat," ungkapnya.
6. Bangun rasa empati
Membangun rasa empati pada diri anak juga bisa mencegah dirinya
menjadi pelaku bullying. Ayoe menyarankan orangtua untuk sering mengajak
anak melihat orang-orang dengan kondisi kehidupan yang lebih sulit dan
mengajak mereka untuk mau berbagi. Buat anak mau mengungkapkan
pendapatnya jika berada pada posisi orang yang mengalami kesulitan.
Misalnya, dalam kasus bullying. Buat anak berpikir jika mereka ada di posisi
korban bullying dan tanyakan apa yang mungkin mereka rasakan jika ada di
posisi korban. "Hal-hal seperti itu dipancing dari anak sehingga anak punya
rasa empati. Sehingga ketika dia mau melakukan sesuatu, dia punya pakem:
“oh iya ya kalau saya digituin, saya juga enggak mau," katanya. Rasa empati
terbangun tidak dalam waktu singkat. Empati perlu ditanamkan secara terus

12
menerus dan diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. "Membentuknya tidak
sehari-dua hari, tapi tidak ada kata terlambat untuk membentuknya," kata
Ayoe.

2. Kerangka Pemikiran

Kerangka pemikiran pada hakekatnya bersumber pada kajian teoritis dan


sering diformulasikan dalam bentuk anggapan dasar. Anggapan dasar adalah
suatu hal yang diyakini kebenarannya oleh penelitii harus dirumuskan secara
jelas (Arikunto, 2006: 68). Berdasarkan kajian teoritis sebagaimana dipaparkan
di atas, maka penelitian ini perlu mengajukan anggapan dasar atau kerangka
pemikiran sebagai berikut.
a. Sekolah, para siswa-siswa berada di lingkup sekolah yang beraktifitas
untuk melaksanakan pembelajaran maupun kegiatan non pembelajaran,
misalnya ekstra kulikuler.
b. Interaksi siswa, Merupakan tindakan antara siswa dengan siswa yang
terjadi di dalam kelas maupun di luar kelas, saat siswa berada
dilingkungan sekolah.
c. Bullying, Bullying dapat di bedakan menjadi dua secara pisikis dan secara
mental.
d. Faktor penyebab terjadinya bullying pada siswa, yang meliputi faktor
keluarga, faktor teman sebaya dan lingkungan sosial, serta pengaruh
media.
e. Upaya sekolah dalam menangani bullying pada siswa untuk memberikan
sanksi yang tegas dari pihak sekolah. Pihak sekolah bersama dengan orang
tua bekerja sama untuk menangani perilaku siswa yang terkait dengan
bullying.
f. Peran Guru PKn dalam mencegah terjadinya bullying pada siswa, seorang
guru haruslah mampu untuk berperan sesuai dengan kompetensi guru, agar
mampu mengendalikan bagaimana siswa bertingkah laku sesuai dengan
norma-norama yang ada di dalam sekolahan.

13
g. Pelaksanaan Sekolah dalam mencegah terjadinya bullying pada siswa,
sekolah merupakan tempat siswa untuk belajar, jadi pelaksanaan sekolah
untuk mencegah terjadinya bullying dengan menciptakan budaya sekolah
yang beratmosfir belajar tanpa rasa takut melalui pendidikan karakter.

3. Variabel Penelitian

Variabel penelitian adalah suatu atribut atau sifat atau nilai dari orang,
obyek atau kegiatan yang mempunyai variasi tertentu yang ditetapkan oleh
peneliti untuk dipelajari dan ditarik kesimpulannya (Sugiyono, 2007,Statistika
untuk Penelitian, Alfabeta, Bandung).
Dalam penelitian ini menggunakan dua variabel, yaitu variabel bebas dan
variabel terikat. Variabel bebas (independent variable) atau variabel X adalah
variabel yang dipandang sebagai penyebab munculnya variabel terikat yang
diduga sebagai akibatnya. Sedangkan variabel terikat (dependent variable) atau
variabel Y adalah variabel (akibat) yang dipradugakan, yang bervariasi
mengikuti perubahan dari variabel-variabel bebas. Umumnya merupakan
kondisi yang inginkita ungkapkan dan jelaskan (Kerlinger, 1992:58-59)
1. Variabel Bebas (independent) : Perilaku bullying (X)
2. Variabel Terikat (dependent) : Bullying verbal (Y)

4. Hipotesis

Hipotesis adalah dugaan tentang apa yang kita amati dalam upaya untuk
memahaminya. Menurut Prof. Dr. S. Nasution (Nasution:2000)
Dari berbagai teori yang dipaparkan di atas, maka dapat disusun hipotesis
dalam penelitian ini yaitu : Terdapat perilaku bullying SDN 121 Tanjung Heran
terutama bullying verbal ditinjau dari observasi yang peneliti lakukan.

14
BAB 3 METODOLOGI PENELTIAN

1. Jenis Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif. Penelitian kualitatif adalah


penelitian yang digunakan untuk meneliti pada kondisi objek alamiah, dimana
peneliti merupakan instrumen kunci (Sugiyono, 2005). Perbedaannya dengan
penelitian kuantitatif adalah penelitian ini berangkat dari data, memanfaatkan
teori yang ada sebagai bahan penjelas dan berakhir dengan sebuah teori.

Moleong, setelah melakukan analisis dan penelitian terkait dengan definisi


penelitian kualitatif kemudian membuat definisi sendiri sebagai sintesis
dari pokok-pokok pengertian penelitian kualitatif. Menurut Moleong
(2005:6), penelitian kualitatif adalah penelitian yang bermaksud untuk
memahami fenomena tentang apa yang dialami oleh subjek penelitian misalnya
perilaku, persepsi, motivasi, tindakan, dll secara holistic, dan dengan cara
deskripsi dalam bentuk kata-kata dan bahasa, pada suatu konteks khusus yang
alamiah dan dengan memanfaatkan berbagai metode alamiah.

Tujuan penelitian kualitatif adalah untuk menjelaskan suatu fenomena


dengan sedalam-dalamnya dengan cara pengumpulan data yang sedalam-
dalamnya pula, yang menunjukkan pentingnya kedalaman dan detail suatu data

15
yang diteliti. Pada penelitian kualitatif, semakin mendalam, teliti, dan tergali
suatu data yang didapatkan, maka bisa diartikan pula bahwa semakin baik
kualitas penelitian tersebut. Maka dari segi besarnya responden atau objek
penelitian, metode penelitian kualitatif memiliki objek yang lebih sedikit
dibandingkan dengan penelitian kuantitatif, sebab lebih mengedepankan
kedalaman data, bukan kuantitas data. Beberapa poin penting yang perlu
dipahami oleh seorang peneliti dalam melakukan penelitian kuakitatif adalah :

 Penelitian kualitatif tidak terlalu fokus kepada angka atau nilai dalam
pengukuran variabelnya.
 Penelitian kualitatif tidak melakukan suatu pengujian menggunakan
metode statistic
 Bersifat elaborasi, peneliti diperbolehkan menggali informasi lebih dalam
terhadap objek penelitian dengan tidak bergantung pada pengukuran
numerik.
 Lebih tidak terstruktur disbanding penelitian kuantitaif.

2. Tempat Penelitian

Lokasi dalam penelitian ini ialah bertempatan di SDN 121 Tanjung Heran,
Rejang Lebong, Bengkulu.

3. Sumber Data Penelitian

Sumber data dalam penelitian kualitatit dapat berupa wawancara,


observasi, foto dan lainnya. Adapun sumber data yang digunakan dalam
penelitian ini ialah sebagai berikut :

A. Sumber Data Primer

Pengertian Data primer adalah sumber data penelitian yang diperoleh


secara langsung dari sumber aslinya yang berupa wawancara, jajak pendapat

16
dari individu atau kelompok (orang) maupun hasil observasi dari suatu obyek,
kejadian atau hasil pengujian (benda). Dengan kata lain, peneliti membutuhkan
pengumpulan data dengan cara menjawab pertanyaan riset (metode survei) atau
penelitian benda (metode observasi).
Kelebihan dari data primer adalah data lebih mencerminkan kebenaran
berdasarkan dengan apa yang dilihat.dan didengar langsung oleh peneliti
sehingga unsur-unsur kebohongan dari sumber yang fenomenal dapat
dihindari. Kekurangan dari data primer adalah membutuhkan waktu yang
relatif lama serta biaya yang dikeluarkan relatif cukup besar. Sumber data
primer dalam penelitian ini adalah para siswa kelas 6 SDN 121 Tanjung Heran

B. Sumber Data Sekunder

Pengertian Data sekunder adalah sumber data penelitian yang diperoleh


melalui media perantara atau secara tidak langsung yang berupa buku, catatan,
bukti yang telah ada, atau arsip baik yang dipublikasikan maupun yang tidak
dipublikasikan secara umum. Dengan kata lain, peneliti membutuhkan
pengumpulan data dengan cara berkunjung ke perpustakaan, pusat kajian, pusat
arsip atau membaca banyak buku yang berhubungan dengan penelitiannya.
Kelebihan dari data sekunder adalah waktu dan biaya yang dibutuhkan
untuk penelitian untuk mengklasifikasi permasalahan dan mengevaluasi data,
relatif lebih sedikit dibandingkan dengan pengumpulan data primer.
Kekurangan dari data sekunder adalah jika sumber data terjadi kesalahan,
kadaluwarsa atau sudah tidak relevan dapat mempengaruhi hasil penelitian.

4. Fokus Penelitian

Fokus peneleiti dalam melakukan penelitian ini adalah terhadap anak-


anak SDN 121 Tanjung Heran terutama siswa kelas 6, yang mana hal ini
peneliti lakukan untuk mengetahui dampak tindakan bullying perilaku mereka
di sekolah maupun dikesehariannya.

17
5. Teknik Pengumpulan Data Penelitian

Karena penelitian ini berjenis kualitatif, maka teknik pengumpuan data


yang dipakaioleh peneliti adalah antara lain sebagai berikut :

A. Observasi

observasi adalah suatu metode pengumpulan data yang dilakukan dengan


cara mengamati objek penelitian secara langsung. Hal itu bertujuan untuk
memperoleh hasil yang akurat karena peneliti dapat menyaksikan, memahami,
serta memperhatikan objek dari dekat. Secara etimologi arti kata
observasi adalah melihat dan memperhatikan. Makna tersebut berasal dari
bahasa latin.
Sudjana, Observasi merupakan salah satu metode penelitian yang
digunakan untuk mengukur segala tindakan objek yang sedang diamati. Karl
Welk, Definisi observasi merupakan serangkaian proses pengamatan yang
dilakukan dengan cara mencatat, memilih, serta menyusun hal-hal yang
berkaitan dengan objek penelitian.
Teknik Observasi punya kelebihan sebagai berikut :
 Data diperoleh langsung dari objek penelitian, baik secara verbal maupun
tidak.
 Pencatatan informasi yang mendukung proses pengumpulan data dapat
dilakukan segera setelah terjadi atau saat berlangusngnya kejadian
tersebut.
Adapun kekurangan teknik Observasi ialah sebagai berikut :
 Membutuhkan kurun waktu yang lama untuk mendapatkan hasil
pengamatan dari suatu kejadian.
 Pengamatan berlangsung lama, karena tidak dapat dilakukan secara
langsung dalam satu hari.
 Kegiatan-kegiatan yang berhubungan dengan pribadi individu tidak dapat
diamati oleh pengamat karena hal itu menjadi privasi.

18
B. Wawancara

Wawancara adalah tanya jawab antara dua pihak yaitu pewawancara dan
narasumber untuk memperoleh data, keterangan atau pendapat tentang suatu
hal. Menjelaskan bahwa wawancara dengan tujuan percakapan tertentu. Dalam
metode ini peneliti dan responden berhadapanlangsung (tatap muka) untuk
mendapatkan informasi secara lisan dengan mendapatkandata tujuan yang
dapat menjelaskan masalah penelitian (Lexy  J  Moleong 1991:135).
Wawancara adalah proses pembekalan verbal, di mana dua orang atau lebih
untuk menangani secara fisik, orang dapat melihat mukayang orang lain dan
mendengarkan suara telinganya sendiri, ternyata informasi langsung
alatpemgumpulan pada beberapa jenis data sosial, baik yang tersembunyi
(laten) atau manifest (Sutrisno Hadi 1989:192 ).
Kelebihan wawancara yakni sebagai berikut :
 Dapat menggali informasi dengan lebih mendalam dan berkualitas.
 Peneliti dapat mengembangkan pertanyaan sesuai dengan situasi terbaru.
 Tidak terbatas pada tingkat pendidikan tertentu, asalkan responden dapat
berbicara dengan baik.
 Instrumen terbaik untuk mendapatkan data pribadi.
 Peneliti bisa mendapatkan hal-hal khusus yang sering luput dari perhatian.
Kekurangan dari wawancara adalah sebagai berikut :
 Membutuhkan banyak waktu dan tenaga baik dari peneliti maupun
responden.
 Keberhasilan proses wawancara tergantung dari kepandaian peneliti dalam
menggali informasi yang diperlukan
 Interpretasi peneliti bisa terpengaruh oleh responden sehingga tidak
objektif.
 Ketika wawancara, responden harus mampu bicara dengan jelas dan benar.
 Kecukupan data yang diperoleh sangat tergantung pada kesediaan
responden untuk menjawab pertanyaan yang diajukan.

19
 Untuk objek yang luas, diperlukan pewawancara yang banyak jumlahnya.

6. Instrumen Penelitian

instrumen penelitian adalah alat bantu yang digunakan untuk mendapatkan


data penelitian. Tanpa instrumen, kamu tidak akan bisa mengumpulkan data
yang diperlukan dalam penelitian. Bila datanya tidak ada, maka penelitian pun
tidak akan bisa dilakukan.
Suharsimi arikunto, Instrumen menurut Suharsimi adalah alat bantu yang
digunakan oleh peneliti ketika mengumpulkan data. Tujuannya agar penelitian
sistematis dan mudah. Sementara itu, Suryabrata mendefinisikan instrumen
penelitian adalah alat yang digunakan untuk merekam keadaan atau aktivitas
atribut-atribut psikologis Istilah atribut psikologis memang kurang familiar di
telinga orang awam. Atribut tersebut terbagi menjadi dua yakni atribut kognitif
dan atribut non kognitif. Atribut kognitif diidentikkan dengan pertanyaan.
Sementraa atribut non kognitif dikaitkan pernyataan.
Instrumen dalam penelitian ini adalah peneliti itu sendiri (human
instrument) yang disertai alat bantuan berupa handphone. Lexy J. Moelong,
Dalam penelitian kualitatif, peneliti memiliki kedudukan sebagai perencana,
pelaksana,pengumpulan data, analisis, penafsir data dan pada akhirnya menjadi
pelapor hasil penelitiannya

20
BAB 4 PENUTUP

1. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan mengenai dampak
adanya bullying pada anak-anak terhadap perilaku mereka di sekolah (SDN
121 Tanjung Heran) atau dikesehariannya. Maka, dapat ditarik kesimpulan
sebagai berikut :
a. Bullying pada anak-anak sangatlah tidak baik karena dapat
memepengaruhi tindakan yang mereka lakukan, banyak anak yang
menjadi korban bullying selanjutnya mereka bertranformasi menjadi
pelaku bullying, hal ini terjadi karena adanya rasa dendam yang dirasakan
atas perlakuan yang telah ditimpalkann pada mereka. Namun, ada juga
anak-anak yang malah mengalmi depresi karena perlakuan perundungan
yang mereka terima, hingga nanti itu sangat berdampak sekali terhadap
kesehatan psikologis mereka dan pada akhirnya mereka bisa melakukan
hal-hal ekstrem yakni bunuh diri ataupun mengalami gangguang jiwa,
yang tentu hal-hal tersebut sangat tidak diinginkan untuk terjadi

21
b. Faktor pendorong anak untuk melakukan tindakan bullying atau
perundungan adalah yang paling utama pola asuh keluarga, jika kondisi
keluarga si anak sudah tidak harmonis maka sangat tinggi potensi anak
untuk menjadi pelaku bullying hal ini mereka lakukan untuk mendapat
perhatian dari lingkungan sekitarnya. Namun, selain dikarenakan
hubungan keluarga yang kurang baik. Kasus bullying juga dapat terjadi
karena faktor lingkungan baik di tempat mereka tinggal ataupun di
sekolah. Hal ini dapat terjadi karena seringkali anak memilih pergaulan
yang salah, sehingga pada ujungnya mereka meniru apa yang temannya
lakukan. Begitupun dengan para siswa di SDN 121 Tanjung Heran
terutama siswa kelas 6. Atas penelitian yang saya lakukan, ditemukan
bahwa adanya indikasi bullying di kelas tersebut, lalu setelah saya amati
lebih dalam, kasus bullying disana terjadi karena pola asuh keluarga yang
kurang tepat dan ada juga yang keluarganya kurang harmonis.

2. SARAN
Berhubungan dengan beberapa kesimpulan di atas, berikut adalah saran
yang dapat peneliti sampaikan.
a. Hendaknya para orang tua mendididk anak-anaknya sebaik mungkin dan
jangan sampai mereka melakukan berbagai macam tindakan tidak terpuji
seperti bullying. Para orang tua juga harus memperhatikan pergaulan
macam apa yang anak mereka jalanai, sekiranya mereka bergaul dengan
orang-orang yang tidak baik, maka batasi pergaulan si anak terhadap
orang-orang itu lalu bimbing anak untuk memilih teman pergaulan yang
baik dan juga untuk para orang tua, jika ada masalah rumah tangga tolong
jangan lampiaskan pada anak-anak, bersikap baik dan sayangi anak-anak.
Karena, mereka akan menirukan apa yang mereka lihat dan rasakan.
b. Untuk pihak sekolah, jika tidak ingin ada masalah di sekolah kalian. Maka,
berlakukanlah sistem pendidikan yang sama rata tehadap siswa, jangan ada
pilih kasih atau perlakuan khusus terhadap siswa yang merupakan anggota

22
keluarga dari dewan guru. Ajarkanlah para siswa bahwa akhlak di atas
segalanya, percuma jika siswa punya kemampuan yang pintar tapi tidak
mempunyai akhlak yang terpuji. Untuk melakukan hal ini, para guru juga
harus mencontohkan tindakan yang baik pada siswa.

DAFTAR PUSAKA

Zakiyah, E. Z., Humaedi, S., & Santoso, M. B. (2017). Faktor yang


mempengaruhi remaja dalam melakukan bullying. Prosiding Penelitian
dan Pengabdian kepada Masyarakat, 4(2).

https://www.ef.co.id/englishfirst/kids/blog/apa-itu-bullying/

https://www.kajianpustaka.com/2018/01/pengertian-unsur-jenis-ciri-ciri-dan
skenario-bullying.html

https://lifestyle.kompas.com/read/2020/01/22/082910220/6-cara-mencegah-anak-
jadi-korban-bullying?page=al

https://kumparan.com/berita-update/pengertian-variabel-penelitian-dan-jenis-
jenisnya-1vPy5si1opG/full

23
https://binus.ac.id/bandung/2020/04/penelitian-kualitatif-manfaat-dan-alasan-
penggunaan/

https://belajargiat.id/obsevasi/

https://www.gurupendidikan.co.id/pengertian-wawancara/

https://m-edukasi.kemdikbud.go.id/medukasi/produk-files/kontenkm/km2016/
KM201627/materi2.html

https://penerbitdeepublish.com/instrumen-penelitian/
https://www.kanalinfo.web.id/pengertian-data-primer-dan-data-sekunder

LAMPIRAN

24
25

Anda mungkin juga menyukai