Anda di halaman 1dari 31

MITIGASI

KEJADIAN LUAR
BIASA
(KLB)
DINAR SYIFA ULYA RINALDI
FARMASI
1906404436
MPKTB-G
A. Pengertian KLB
◦ Menurut Peraturan Menteri Kesehatan RI No . 949 / MENKES / SK / VII /
2004. KLB : timbulnya atau meningkatnya kejadian kesakitan atau kematian
yang bermakna secara epidemiologis pada suatu daerah dalam kurun waktu
tertentu.
◦ Undang-Undang Wabah, 1969:
Wabah : peningkatan kejadian kesakitan/kematian, yang meluassecara cepat
baik dalam jumlah kasus maupun luas daerah penyakit, dan dapat
menimbulkan malapetaka.
Perbedaan definisi antara Wabah dan KLB :
• Wabah harus mencakup •Waktuyang lebih lama
• Jumlah kasus yang besar •Dampakyang timbulkan lebih berat.
• Daerah yang luas
B. Penyidikan KLB
A. Tujuan
• Umum: mencegah meluasnya (penanggulangan)
dan terulangnya kembali di masa depan
(pengendalian)
• Khusus: Buku pedoman penyelidikan
dan penanggulangan kejadian
-Diagnosis kasus yang terjadi dan mengidentifikasi penyebab luar biasa penyakit menular
dan keracunan pangan,2011
penyakit
-Pemastian kejadian tersebut merupakan KLB
-Mengidentifikasikan sumber dan cara penularan
-Mengidentifikasi keadaan yang menyebabkan KLB
-Mengidentifikasikan populasi yang rentan atau daerah yang
beresiko akan terjadi KLB (CDC, 1981; Bres, 1986).
B. Tahapan Penyidikan KLB :
1. Persiapan penelitian lapangan
2. Memastikan kejadian tersebut merupakan KLB
3. Memastikan Diagnosis Etiologis
4. Mengidentifikasikan dan menghitung kasus atau paparan
5. Mendeskripsikan kasus berdasarkan orang, waktu dan tempat
6. Membuat cara penanggulangan sementara dengan segera(jika diperlukan)
7. Mengidentifikasi sumber dan cara penyebaran
8. Mengidentifikasi keadaan penyebab KLB
9. Merencanakan penelitian lain yang sistematis
10. Menetapkan saran cara pencegahan atau penanggulangan
11. Menetapkan sistem penemuan kasus baru atau kasus dengan komplikasi.
12. Melaporkan hasil penyidikan kepada instansi kesehatan setempat dan kepada
sistem pelayanan kesehatan yang lebih tinggi.
Persiapan Penelitian Lapangan
• Dikerjakan secepat mungkin dalam 24 jam pertama setelah mendapat
informasi
• Meliputi :
1. Pemantapan (Konfirmasi) Informasi.
a. Asal informasi adanya KLB, contoh : laporan Wabah (W1),Analisis sistim
kewaspadaan dini didaerah tersebut (laporan W2), hasil laboratorium, laporan
Rumah Sakit (RL2a, RL2b) atau masyarakat.
b. Gambaran tentang penyakit yang sedang berjangkit, meliputi:
Gejala klinis, Pemeriksaan yang telah dilakukan untuk menegakkan diagnosis
dan hasil pemeriksaannya, komplikasi yang terjadi (kematian, kecacatan, dll )
c. Keadaan geografi dan tranportasi yang dapat digunakan didaerah KLB.
2. Pembuatan Rencana Kerja (rencana penyidikan /proposal)
Minimal berisi:
a. Tujuan Penyidikan
b. Definisi kasus awal, arahan pada pencarian kasus
c. Hipotesis awal mengenai agent penyebab (penyakit)
d. Macam dan sumber data yang diperlukan
e. Strategi penemuan kasus
f. Sarana dan tenaga yang diperlukan
3. Pertemuan Dengan Pejabat Setempat
Membicarakan rencana dan pelaksanaan, kelengkapan sarana dan
tenaga di daerah, dan memperoleh ijin dan pengamanan.
c. Pemastian Diagnosis Penyakit dan Penetapan KLB
A. Pemastian Diagnosis Penyakit
a. Mencocokkan gejala/tanda penyakit yang
terjadi pada individu
b. Menyusun distribusi frekuensi gejala
klinisnya.
http://www.kmpk.ugm.ac.id/images/Semes
B. Penetapan KLB ter_1/Epidemiologi/Investigasi_Wabah.pdf
1. Membandingkan insidensi penyakit sekarang dengan insidensi penyakit
dalam keadaan biasa (endemik), pada populasi dianggap beresiko, tempat
dan waktu tertentu
2. Pola Maxiumum dan Minimum 5 atau 3 tahunan.
3. Membandingkan frekuensi penyakit (pada tahun sama bulan berbeda atau
bulan sama tahun berbeda)
1. Data kasus KLB keracunan makanan di Z, tahun 1996

a. Distribusi Frekuensi
http://www.kmpk.ugm.ac.id/images/Semester_1/Epidemi
ologi/Investigasi_Wabah.pdf

b. Diagnosis sementara: keracunan


makanan di Z tahun 1996 disebabkan
karena kuman clostridum batulinum
2. Pola Maximum dan Minimum

http://www.kmpk.ugm.ac.id/images/Semester_1/Epidemiologi/Investigasi_Wabah.pdf
Deskripsi KLB
a. Berdasarkan Waktu
• Menggunakan kurva epidemik, kegunaan :
- Menentukan / memprakirakan sumber atau cara penularan penyakit
- Mengidentifikasikan waktu paparan atau pencarian kasus awal (index case),dengan
menghitung masa inkbasi rata-rata atau masa inkubasi maksimum dan minimum.

• Metoda masa inkubasi rata-rata :


1. Identifikasi puncak KLB (25 Juni)
2. Dari puncak KLB dihitung kebelakang selama
masa inkubasi rata-rata rubella 18 hari
(minimum 14 hari-maksimum 21 hari).
Diperoleh waktu paparan yang paling mungkin
7 Juni
• Tipe point common source • Tipe propagated (banyak Sumber).
(satu sumber) -Terjadi pada KLB dengan cara
-Waktu sama dan singkat. penularan melalui kontak dari orang ke
-Biasanya ditemukan pada penyakit- orang.
penyakit yang ditularkan melalui air dan
makanan (misalnya : kolera, typoid).

(dikutip dari CDC, 1979) (dikutip dari Carman et al., 1979)


• Tipe campuran

-Terjadi pada KLB yang pada awalnya kasus-kasus memperoleh


paparan suatu sumber secara bersama, kemudian terjadi karena
penyebaran dari orang ke orang (kasus sekunder).
-Menggunakan : masa inkubasi rata-rata dan masa inkubasi
maksimum-minimum

(dikutip dari CDC, 1979)


• Kesalahan yang biasa sering terjadi pada Kurva Epidemik :
Penetapan interval waktu
b. Berdasarkan Tempat
◦ Hasil analisis ini dapat digunakan untuk mengidentifikasi sumber
penularan
- Daerah variabel geografi (tempat tinggal, blok sensus)
Pola geografik yang terlihat pada 'spot map', penilaian variasi geografik
dari risiko paparan infeksi harus memperhitungkan distribusi populasi.,
perlunya dihitung angka serangan menurut daerah (specific attack rate
area), dan kesimpulan perbedaan risiko pada daerah-daerah yang
berlainan harus didasarkan pada 'rate' dan bukan pada jumlah kasus
saja.

Pedoman penyelidikan dan penanggulangan kejadian luar biasa penyakit menular dan keracunan pangan,2011
-Tempat pekerjaaan, tempat (lingkungan) pembuangan limbah, tempat
rekreasi sekolah kesamaan hubungan (kesamaantempatrekreasi,
sekolah, kesamaanhubungan(kesamaandistribusi air, makanan),
kemungkinan kontak dari orang ke orang atau melalui vektor (CDC,
1979, Friedman, 1980).
Angka serangan diare menurut Sumber Air Minum
PadaMasyarakat A dan B, Agustus 198

Pedoman penyelidikan dan penanggulangan kejadian luar biasa penyakit menular dan keracunan pangan,2011
C. Berdasarkan Orang
-Membantu merumuskan hipotesis sumber penularan atau etiologi
penyakit
-Orang dideskripsikan menurut variabel umur, jenis kelamin, ras, status
kekebalan, status perkawinan, tingkah laku, atau kebudayaan setempat

Pedoman penyelidikan dan penanggulangan kejadian luar biasa penyakit menular dan keracunan pangan,2011
Penyusunan Laporan KLB
1. Pendahuluan, menggambarkan peristiwa dan keadaan yang menyebabkan
dimulainya penyelidikan.
2. Latar belakang, menguraikan dengan singkat keadaan yang melatarbelakangi
masalah, termasuk segi geografis, politis, ekonomis, demografis, dan historis.
3. Uraian tentang yang dilakukan, termasuk alasan (yaitu hipotesis yang hendak
diuji), metode, dan sumber informasi.
4. Hasil penelitian, hanya memuat fakta-fakta
5. Analisis data dan kesimpulan,
6. Uraian tentang tindakan yang diambil.
7. Uraian tentang dampak-dampak penting lainnya
8. Saran mengenai perbaikan prosedur surveilans dan penanggulangan di masa
depan.
Contoh

http://www.kmpk.ugm.ac.id/images/Semester_1/Epidemiologi/Investigasi_Wabah.pdf
http://www.kmpk.ugm.ac.id/images/Semester_1/Epidemiologi/Investigasi_Wabah.pdf
http://www.kmpk.ugm.ac.id/images/Semester_1/Epidemiologi/Investigasi_Wabah.pdf
Sistem Kewaspadaan Dini KLB
◦ Pengamatan terhadap distribusi dan faktor-faktor risiko kejadian yang
mendorong suatu sikap tanggap terhadap perubahan sehingga dapat dilakukan
antisipasi
•Inti SKD adalah surveilans
•Mencakup :Pengumpulan data, pengolahan, analisa data dan penyebarluasan
informasi.
Tujuan SKD :
1. Antisipasi/prediksi
2. Deteksi dini
3. Reaksi cepat
4. Effective Response
Kriteria KLB
1.
Timbulnya suatu penyakityang sebelumnya tidak dikenal
2.
Peningkatan kejadian penyakit terus menerus selama 3 kurun waktu berturut-turut
3.
Peningkatan kejadian penyakit/kematian 2kali atau lebih dari periode sebelumnya
4.
Jumlah penderita baru meningkat 2 kali atau lebih dari angka rata-rata perbulan dalam tahun
sebelumnya
5.
Angka rata-rat perbulan selama satu tahun menunjukan kenaikan 2 kali atau lebih dari tahun
sebelumnya
6.
Kenaikan Case Fatality Rate ( CFR ) sebanyak 50 % dari suatu penyakit dalam satu kurun waktu
dibandingkan periode sebelumnya
7.
Kenaikan Proporsional Rate ( PR ) dua kali atau lebih untuk penderita baru dari suatu periode
tertentu disbanding periode sebelumnya
8. Beberapa penyakit khusus : Kholera, DHF
a.Setiap peningkatan kasus dari periode sebelumnya (pada daerah
endemis
b.Terdapat satu atau lebih penderita baru dimana pada periode 4 minggu
sebelumnya daerah tersebut dinyatakan bebas dari penyakit yang
bersangkutan
9. Beberapa penyakit yang dialami 1 atau lebih penderita :
a.Keracunan makanan
b. Keracunan pestisida

doktersehat.com
Pelaksanaan SKD

1.Surveilans epidemiologi rutin


•Statistik morbiditas & mortalitas dikumpulkan oleh semua jenjang
pelayanan kesehatan.
•Namun mungkin sulit karena jumlah pasien yang diperiksa sedikit dengan
wilayah terbatas.
•Biasanya terdeteksi pada level Kabupaten , sehingga perlu kriteria lokal
dan tiap kasus di plot bersama dengan data dasar dari surveilans rutin
tahun sebelumnya. Kriteria nilai ambang epidemik perlu
ditetapkan,sehingga unit pelayanan kesehatan dapat mengetahui kapan
harus melapor tentang adanya kejadian penyakit
2. Surveilans epidemiologi aktif
•Pencarian kasus-kasus tertentu secara tuntas.
•Pengaturan permanen diperlukan agar kasus yang dicurigai dapat
segera diselidiki lebih lanjut, dan harus dinilai dengan selang waktu
tertentu melalui pemeriksaan kasus, laboratorium atau reservoir bila ada.
•Hal ini penting dari sisi kesehatan masyarakat yang berkaitan dengan
endemisitas atau berkaitan fokus aktif di wilayah lain
•Juga pada daerah dimana dimungkinkan tingkat kekebalan penduduk
belum baik,atau adanya serangga penular yang berperan.
•Basis surveilans biasanya pada lembaga kesehatan dan masyarakat.
•Contoh nyata pelaksanaan ini adalah SURVEILANS AKTIF AFP.
3.Surveilans epidemiologi Mobile / lapangan
•Lazim dikenal sebagai penyelidikan epidemiologi.
•Pencarian kasus-kasus tambahan
•Sifat-sifat penyebab
•Faktor yang mempengaruhi kejadian
•Tindakan seperlunya
Instrumen SKDIndikator yang diwujudkan dalam
•Tabel misalnya SKD malaria
•PWS misalnya PWS Imunisasi
•Grafik misalnya Pola maksimal, Minimal, atau rata-rata dengan Standart
Deviasi sebagai Nilai ambang Batas Epidemik
http://www.kmpk.ugm.ac.id/images/Semester_1/Epidemiologi/Investigasi_Wabah.pdf
Tindakan Pasca Bencana
1. Surveilens Penyakit Pasca Bencana
Dilakukan pada penyakit :
- Khas akibat adanya bencana, contoh gempa
bumi di yogya yang meningkatkan jumlah
kasus : Diare, ISPA, Campak dan Tetanus)
- Sebelum bencana bersifat Indemis, karena
dengan terjadinya bencana dimungkinkan
akan menjadi faktor risiko terjadinya KLB
penyakit yang bersangkutan.

Kerusakan di Pandeglang akibat tsunami (Foto: Rifkianto Nugroho)


2. Surveilens berbasis kesehatan lingkungan
Tujuan :
-Mengidentifikasi kerusakan fasilitas kesehatan lingkungan yang ada
-Menganalisis kemungkinan penyakit yang akan muncul setelah
kerusakan terjadi
-Menentukan tindakan yang cepat dan tepat
• Tindakan konkrit upaya – upaya berbasis lingkungan pasca bencana :
a. Penyediaan penampungan bagi korban khususnya saat masa tanggap
darurat
b. Menyediakan fasilitas- fasilitas sarana sanitasi, seperti : Sarana Air
bersih, sarana Pembuangan Tinja dan Air limbah (PTAL), Sarana
pembuangan sampah.
3. Upaya-Upaya menanggulangi terjadinya masalah gizi akbibat bencana
:
a. Menyediakan kebutuhan- kebutuhan pokok terutama pada masa
tanggap darurat
b. Menyediakan makanan pendamping ASI untuk bayi, dan balita
c. Menyediakan susu formula bagi anak, khususnya ibu yang
mengalami keterhambatan memberikan ASI
d. Meningkatkan upaya surveilens gizi buruk di masyarakat.
4. Upaya –upaya rehabititasi medik
Rehabilitasi medik ditujukan pada kasus-kasus :
e. Trauma Fisik
f. Trauma Mental (gangguan Jiwa Pasca Bencana)
Kesimpulan

Kesimpulannya Kejadian luar biasa ini dapat memberikan berbagai


dampak bagi masyarakat, untuk mengetahui kejadian tersebut
merupakan KLB atau tidak ada tahapan-tahapan dan aspek yang harus
diperhatikan. KLB ini juga tentunya dapat dilakukannya pencegahan dini.
Akan tetapi, jika sudah terjadi juga akan ada beberapa tindakan yang
dapat menanggulanginya.
Daftar pustaka
◦ Agung, T. (2019). [online] Kmpk.ugm.ac.id. Available at:
http://www.kmpk.ugm.ac.id/images/Semester_1/Epidemiologi/Investigasi_Wabah.pdf [Accessed
31 Oct. 2019]
◦ Santoso, H, Hapsari, R, dll.(2011). Buku pedoman penyelidikan dan penanggulangan kejadian
luar biasa penyakit menular dan keracunan pangan. Kementerian Kesehatan Republik
Indonesia.

Anda mungkin juga menyukai