1
Tujuan
Mahasiswa mampu:
1. Menjelaskan perubahan sistem kognitif pada lansia
2. Menjelaskan konsep demensia
3. Menjelaskan asuhan keperawatan lansia dengan
demensia
2
Persentase Penduduk Lansia di Indonesia
Lima Provinsi dengan Generasi Tua
3
4
Perubahan Aspek Kognitif
Terkait Penuaan
5
A. Sistem saraf pusat (Central
nervus system)
1. Penurunan pada white matter
6
7
Sistem saraf pusat (Central nervus
system)
2. Penurunan berat otak
8
Sistem saraf pusat (Central nervus
system)
3. Penurunan aliran darah ke otak
9
Sistem saraf pusat (Central nervus
system)
4. Kehilangan dan penyusutan neuron
10
11
Sistem saraf pusat (Central nervus
system)
5. Penurunan neurotransmiter
12
Sistem saraf pusat (Central nervus
system)
6. Akumulasi lipofusin di sel saraf
13
Efek
14
Masalah Akibat Perubahan Sistem
Persarafan Pada Lansia
Gangguangerakla Gangguaneliminas
ngkah iBABdanBAK
15
B. Memori
16
C. Psycological Development
• Kemampuan kognitif berhubungan dengan
kemampuan daam mengambil keputusan dan
memecahkan masalah setiap hari
17
18
Demensia
• Demensia bukan suatu penyakit tetapi merupakan sindrom
• Grayson (2004) menyebutkan bahwa demensia bukanlah sekedar
penyakit biasa, melainkan kumpulan gejala yang disebabkan
beberapa penyakit atau kondisi tertentu sehingga terjadi
perubahan kepribadian dan tingkah laku.
• Stanley (2006), Demensia adalah istilah umum yg digunakan untuk
meggambarkan kerusakan fungsi kognitif global yg biasanya
bersifat progresif dan mempengaruhi aktifitas sosial dan okupasi
yg normal juga aktifitas kehidupan sehari-hari (AKS).
19
• Sudoyo (2009), Demensia merupakan sindroma yang ditandai oleh
berbagai gangguan fungsi kognitif tanpa gangguan kesadaran.
Fungsi kognitif yang dapat dipengaruhi pada demensia adalah
inteligensia umum, belajar dan ingatan, bahasa, memecahkan
masalah, orientasi, persepsi, perhatian, konsentrasi, pertimbangan
dan kemampuan social.
• Kehilangan kapasitas intelektual pada demensia tdk hanya pada
memori atau ingatan saja, tetapi juga pada kepribadian (WHO,
2016).
20
Epidemiologi
• Penyakit Alzheimer (AD) merupakan penyebab yg paling
sering & ditemukan pada 50-75% pasien demensia. Pada tahun
2010 terdapat 35,6 juta di seluruh dunia dan diperkirakan akan
mencapai 65,7 juta di tahun 2030 (AD diidap oleh 5% dari
populasi lansia di dunia).
• Demensia vaskuler merupakan jenis demensia terbanyak ke-2.
Angka kejadian 47% dari populasi demensia secara
keseuruhan.
• Sisanya disebabkan demensia lainnya.
21
Klasifikasi
22
1. Demensia Alzhaimer
• Diperkirakan sebanyak 50% dialami oleh lansia > 85 tahun.
Terdapat 80% lansia yg tinggal di home residen (panti werdha)
mengalami Alzheimer disease (AD) (Jellinger, dkk, 2010).
• Orang yg pertama kali mendefinisikan penyakit ini adalah Alois
Alzheimer sekitar tahun 1910.
• Pada penderita Alzheimer terjadi penurunan fungsi neuron, sinap
dan penurunan berat otak.
• Perubahan neurotransmiter: penurunan reseptor dopamin,
serotonin, acetylcolinesterase, dan glutamat sehingga terjadi
perubahan kognitif dan perilaku.
• Terjadi penumpukan plak beta amyloid (Aβ) dan neurofibrillary
tangles (kekusutan neurofibriler).
23
Faktor Risiko AD
1. Usia 8. Obesitas
2. Faktor genetik 9. Penyakit jantung
3. Proses inflamasi 10. Atrial fibrillation
4. Hipertensi 11. Gangguan mental ringan
5. DM 12. Aktifitas fisik
6. Hiperlipidemia 13. Diet tinggi lemak
7. Merokok
24
Gejala Klinis:
• Sulit mengingat waktu, tempat, nama, tanggal lahir, alamat dan
berbagai informasi dasar lainnya
• Sering kehilangan barang dan tidak dapat mengingat di mana
letaknya
• Sulit berbicara dan berkomunikasi dengan orang di sekitarnya
• Sulit berjalan, mengenakan pakaian, dan menggunakan kamar
mandi
• Sering mengalami perubahan kepribadian dan mood
• Sulit memahami apa yang terjadi di sekitarnya
• Sering tidak ingat anggota keluarga dan tidak mampu mengurus
diri sendiri
25
2. Demensia Vaskuler
• Terjadi sumbatan atau infark pada pembuluh darah di area white
matter
• Penyakit kardiovaskuler: stroke, HT dan atrial fibrillation
mempengaruhi kejadian demensia vaskuler
• Kejadian mendadak, sehingga perlu penanganan yg segera.
• Demensia vaskuler merupakan diagnosa jika ada bukti adanya
penyakit pembuluh darah di otak dan fungsi kognitif yang
terganggu yang mempersulit kemampuan hidup sehari-hari.
• Gejala-gejalanya berbeda-beda tergantung pada lokasi dan ukuran
kerusakan otak itu.
26
Gejala Klinis:
• Kebingungan dan mudah marah
• Gangguan penglihatan
• Halusinasi
• Gangguan ingatan
• Sulit berbicara dan memahami pembicaraan orang lain
• Perubahan kepribadian
• Sulit melakukan hal-hal sederhana
27
3. Demensia Lewy Body (LBD)
• Terjadi penumpukan abnormal protein (Lewy body
adalah gumpalan-gumpalan protein alpha-synuclein),
yang berkembang di dalam sel-sel saraf
• Abnormalitas ini terdapat di tempat-tempat tertentu di
otak, yang menyebabkan perubahan-perubahan dalam
bergerak, berpikir dan berperilaku.
• Orang yang menderita penyakit Lewy body dapat
merasakan naik turunnya perhatian dan pemikiran.
28
Gejala Klinis:
• Gangguan daya ingat
• Sulit berpikir, membuat keputusan, dan memberi
perhatian
• Melihat hal yang tidak ada (halusinasi visual)
• Sulit tidur di malam hari atau jatuh tertidur secara
mendadak saat siang hari
• Sering melamun
• Gangguan pergerakan / tremor (seperti
Parkinson’sdisease)
• Sulit berjalan atau berjalan sangat lambat
29
4. Demensia Frontotemporal
• Demensia frontotemporal merupakan jenis demensia
yang disebabkan oleh kerusakan sel saraf di bagian
frontal (depan) dan temporal (samping) otak akibat
mutasi gen-gen tertentu.
• Area otak ini mengatur kemampuan bicara, membuat
rencana, bergerak, dan emosi.
30
Gejala Klinis:
• Perubahan kepribadian dan perilaku
• Hilangnya hambatan (inhibisi) dari dalam diri saat
berinteraksi dengan orang lain ataupun dengan diri
sendiri, sehingga muncul tindakan-tindakan impulsif
• Sulit bicara dan lupa kata-kata yang umum
• Gangguan pergerakan, seperti kaku otot, tremor, dan
gangguan keseimbangan
31
Klasifikasi Demensia
Menurut Umur
32
Klasifikasi Demensia
Menurut Perjalanan Penyakit
1. Demensia Reversibel
2. Demensia Ireversibel
33
Diagnosis Demensia
1. Pemeriksaan saraf
2. Pemeriksaan mental
3. Pemeriksaan/tes fungsi luhur
4. Pemeriksaan lainnya juga perlu dilakukan bila ada penyakit
lain yang menimbulkan gejala demensia, seperti stroke,
tumor otak, atau gangguan tiroid. Pemeriksaan tersebut
meliputi:
• Pencitraan otak dengan CT scan, MRI, atau PET scan.
• Pemeriksaan listrik otak dengan EEG.
• Pemeriksaan darah.
34
Asuhan Keperawatan Lansia
Dengan Demensia
Nursing Assessment
Nursing Diagnosis
Nursing Planning
Nursing Implementation
Nursing Evaluation
35
Nursing Assessment
FaktorPenggangguProsesPengkajianDemensia
PengkajianAwal
PengkajianLanjut
36
Faktor Pengganggu Proses
Pengkajian Demensia
• SIKAP • MITOS
• Kurang Informasi
Tentang Demensia
37
Pengkajian Awal
• Proses penurunan fungsi kognitif terjadi secara perlahan
• Perlu waktu beberapa minggu bahkan beberapa bulan
mencakup fungsi psikososial dan medis
• perlu melibatkan beberapa tim multidisiplin meliputi
primary care provider, psikiater, perawat, pekerja sosial,
therapist rehabilitative. Tim tersebut harus bekerja dengan
keluaga dan care giver untuk memperoleh informasi yg tepat
• Perawat dapat menjadi leader yg bertanggung jawab untuk
berkoordinasi tentang informasi dan memfasilitasi
komunikasi antara tim dengan lansia dan anggota keluarga
maupun care giver.
38
Pengkajian Lanjut
Lansia dg demensia dapat mengalami banyak masalah lain sehingga
perawat perlu melakukan pengkajian lebih lanjut, seperti:
1. Perubahan kognitif & psikososial yg berkaitan dengan demensia
(penurunan kemampuan kognitif, cemas dan depresi)
2. Perubahan status mental terkait dg kondisi yg dialaminya seperti
(delirium berkaitan dg medis atau efek dari efek samping obat-
obatan)
3. Perubahan kemampuan fungsi aktifitas
4. Perubahan perilaku berkaitan dg kondisi pengobatan (cemas, tidak
nyaman, faktor ingkungan)
39
Nursing Diagnosis
40
Diagnosis Keperawatan
41
Diagnosa Keperawatan Berkaitan Dengan
Psikososial Pada Demensia
1. Fear
2. Anxiety
3. Hopelessness
4. Impaired memory
5. Social isolation
6. Self esteem
7. Ineffective coping
42
Diagnosa Keperawatan Berkaitan Dengan
Kemampuan Fungsional Pada Demensia
1. Wandering
2. Imbalanced nutrition
3. Impaired urinaria elimination
4. Self care deficit
5. Impaired verbal communication
6. Risk for falls
7. Risk for injury
8. Disturbed sensory perception
9. Disturbed sleep pattern
10. Ineffective health management
43
Diagnosa Keperawatan Berkaitan Dengan
Kemampuan Care Giver Pada Demensia
44
Nursing Planning
45
Nursing Implementation
46
47
Kualitas Hidup Lansia Demensia
1. Kesehatan
2. Kemandirian
3. Motivasi diri
4. Interaksi sosial
5. Keamanan keuangan
6. Kesejahteraan psikologis
7. Keamanan dan privasi
8. Agama & spiritual
9. Memaknai hidup
48
Intervensi Keperawatan
Pada Beberapa Setting Area
49
Long term Residential
(Assisted living and nursing fasilities)
• Special care unit (SCUs) untuk lansia demensia:
1. Modifikasi lingkungan
2. Keterlibatan keluarga
3. Perencanaan perawatan individu
4. Program aktifitas untuk demensia
5. Pelatihan khusus
6. Seleksi staf
50
Acute care (Rumah Sakit)
• Perawat di RS tdk hanya mengatasi keluhan akut pasien
tetapi juga dari dampak perilaku yg ditimbulkan akibat
demensia, yg diperburuk oleh kondisi seperti masalah
kesehatan, lingkungan RS, care giver yg tidak familiar,
dan perubahan rutinitas.
• Perawat juga mengajarkan kepada caregiver tentang
perawatan demensia di rumah.
51
Komunitas / Masyarakat
• Berfokus pada peningkatan fungsi lansia demnsia,
menurunkan beban care giver dan meningkatkan
kualitas hidup lansia dan care giver
• Membentuk program dukungan, program promosi
kesehatan & aktifitas yg membantu seseorang mengatasi
masalahnya (misal: program latihan, pencegahan jatuh,
stimulasi kognitif)
• Perawat juga penting untuk membentuk support group
untuk demensia baik lansia maupun care giver yg
memberdayakan komunitas.
52
Peningkatan keamanan & fungsi lingkungan melalui
modifikasi lingkungan
1. Kebisingan
2. Musik
3. Lantai
4. Warna yg kontras
5. Pencahayaan
6. Desain untuk tempat keluar maupun kamar mandi
7. Benda di sekitarnya (misal: tanaman, burung, ikan, kucing, dll)
8. Perabotann rumah (misal: kursi, meja, dll)
9. Alat keselamatan (pagar, palang pintu)
10. Interak sisosial
11. Dekorasi rumah
12. Alat –alat yg beresiko/berbahaya (pisau, produk beracun, dll) 53
Komunikasi Pada Lansia Dengan Demensia
54
Memberikan Informasi Tentang Obat
• Penting untuk diajarkan pada care giver
• Obat-obat jenis cholinesterase inhibitor penghambat
pelepasan glutamate): donipezil (aricept), rivastigmine
(exelon), dan galantamine (razadyne, formerly)
• Efek samping dari obat-obatan yg dikonsumsi lansia
demensia, seperti: mual, muntah, diare, BB turun, dan
kehilangan nafsu makan, efek yg lebih berat, seperti:
pusing, sakit kepala, konstipasi dan konfusi
• Namun, tidak ada obat-obatan formakologi yg lebih
efektif dari pada intervensi non farmakologi.
55
Nursing Evaluation
• Perawat dapat mengevaluasi lansia dengan demensia
berkaitan dg penerimaan intervensi yg diberikan
perawat untuk meningkatkan martabat dan kualitas
hidup.
• Care giver puas terhadap kualitas kualitas hidupnya,
meskipun banyak beban dalam situasi seperti ini.
• Care giver hadir dan aktif dalam kegiatan support group
dan menggunakan segala sumber yg ada untuk merawat
lansia demensia.
56
SELAMAT BELAJAR
57