Anda di halaman 1dari 29

ASUHAN

KEPERAWATAN
kegawatan Pada Pasien
Luka Bakar
Sri Suciati, SST

Burn Unit
RSUD Dr. Soetomo

Sri Suciati, SST

Burn Unit
RSUD Dr. Soetomo
BIODATA
Nama : Sri Suciati
Pendidikan :
• D3 Keperawatan Soetomo, Lulus thn 1989
• D4 Keperawatan UNAIR, Lulus thn 1999
Pengelaman Kerja :
• Thn 1989 - 1994 Ruang Paru
• Thn 1994 - 1999 Ruang Bedah G
• Thn 1999 - saat ini Ruang Burn Unit GBPT
Latar Belakang
 Luka bakar bukanlah luka biasa
 luka bakar merupakan suatu bentuk cidera berat yang
memerlukan penatalaksanaan yang tepat sejak awal akan
menentukan perjalanan penyakit luka bakar selanjutnya
 Sering dijumpai kasus luka bakar datang dengan kondisi syok
atau tindakan pertolongan sebelumnya yg kurang tepat, maka
perlu penatalaksanaan rujukan yang baik dan benar
 Kematian umumnya terjadi pada luka bakar lebih dari 50%
dan pada luka bakar yang disertai cidera pada saluran
pernapasan
DEFINISI
• Suatu luka atau trauma yang disebabkan oleh sumber panas
yang mengakibatkan kerusakan jaringan kulit, mukosa, dan
jaringan yang lebih dalam (Djohansyah M, 1991).

• Suatu trauma yang disebabkan oleh panas, arus listrik, bahan


kimia dan petir yang mengenai kulit, mukosa dan jaringan
yang lebih dalam (Ilmu Bedah RSUD Dr.Soetomo, 2001).
5
9
ETIOLOGI
Listrik
Kimia
Api
Udara panas (Uap panas)
Cairan panas
Petir
Bom
PENANGANAN AWAL DITEMPAT KEJADIAN
 Jika penyebabnya Api:
 Jauhkan korban dari sumber api, anjurkan untuk
berguling-guling & jangan biarkan korban lari.
 Bungkus tubuh korban dengan kain basah.
 Pindahkan korban keruangan yg cukup ventilasi jika
kejadian diruang tertutup.
 Suruh korban berendam dengan air bersih (suhu air
jangan terlalu dingin bisa menyebabkan hipotermia)
lakukan ini jika sudah tidak ada masalah jalan napas
pada korban.

 Jika penyebabnya bahan kimia atau cairan panas:


 siram dengan air sebanyak-banyaknya (dekntaminasi)
untuk menghilangkan zat kimia dari tubuh korban.
 Jika penyebabnya listrik:
 jika menolong pastikan sumber listrik atau panel
sudah dimatikan, jangan sampai penolong menjadi
korban berikutnya.

Penanganan:
1. Buka pakaian dan perhiasan yang dipakai korban.
2. Perhatikan Air Way, Breathing, Circulation,
Kesadaran keadaan umum dan cedera lain yang
menyertai luka bakar.
3. Segera bawa penderita kerumah sakit untuk
mendapatkan penanganan lebih lanjut.
Penanganan pertama luka bakar di Unit Gawat
Darurat
Lakukan pengkajian riwayat kesehatan dan riwayat kejadian luka
bakar yang dialami pasien:
 Kaji keadaan umum pasien
A. Air way (jalan nafas)
kaji adanya Cedera Inhalasi:
1. Luka bakar mengenai wajah
2. Bulu hidung dan alis terbakar, dijumpai karbon dan tanda
radang akut pada orofaring
3. Sputum mengandung karbon
4. Riwayat terbakar diruang tertutup
5. Riwayat terpapar pada ledakan
6. Kesulitan menelan ataupun berbicara, kaji adanya Oedema pada
saluran pernapasan.
B. Breathing (pernapasan)
kaji Apakah ada menurunya kemampuan
bernafas akibat cedera thorax yg menyertai ,
adanya escar yang melingkar, pernapasan
cuping hidung, dsb.
C. Circulation (sirkulasi)
 Kaji adanya faktor-faktor lain yang memperberat luka
bakar: adanya fraktur, penilaian adanya manifestasi
klinik syok, adanya gangguan kesadaran, riwayat
diabet, hipertensi, gagal ginjal, COB , listrik tegangan
tinggi, dsb
 Penilaian luas dan kedalaman luka bakar.
 Pasang infus (IV line) , pasang CVP sesuai indikasi,
pasang dower kateter urin.
Penatalaksaan

jika terbukti bahwa gejala dan tanda distres pernafasan


akibat cedera inhalasi ditemukan, maka:
1. Intubasi (pemasangan pipa endotrakea) tanpa
menggunakan pelumpuh otot dan tanpa ventilator
2. Pemberian oksigen 2-4 liter/menit melalui pipa
endotrakea
3. Penghisapan sekret scr berkala
4. Humidifikasi dgn pemberian nebulizer menggunakan
sungkup setiap 6 jam
5. Pemberian bronkodilator (ventolin® inhalasi) dilakukan
bila jelas dijumpai gejala dan tanda distres pernafasan
6. Pemantauan gejala dan tanda distres pernafasan:
a. Gejala subyektif : gelisah, sesak nafas
b. Gejala Obyektif : peningkatan frekuensi pernafasan
(>30kali permenit), sianotik, stridor, aktivitas otot-otot
pernafasan otot tambahan, perubahan nilai hasil pemeriksaan
analisis gas darah (yg terjadi pada masa akut /8 jam pertama
pasca kejadian) sementara gambaran perselubungan/infiltrat
pada paru biasanya baru dijumpai>24jam s/d 4-5hari
c. Untuk pemantauan ini, maka dilakukan pemeriksaan
i. Analisis gas darah
1. Pertama kali pasien ditolong (saat resusitasi)
2. Dalam 8jam pertama
3. Dalam 24jam pasca cedera
4. Selanjutnya sesuai kebutuhan
ii. Foto toraks/paru, 24jam pasca cedera
TRAUMA INHALASI
Dibagi menjadi 3 stadium :
Stadium Pertama
 Acute pulmonary insufficiency  0-36 jam pasca trauma
 asphyxia, carbon monoxidepoisoning, bronchospasm, upper airway
obstruction dan parenchymaldamage.
Stadium Kedua
 Pulmonary edema  48-96 jam pasca trauma
 Meliputi 5-30% pada pasien

Stadium Ketiga
 Bronchopneumonia  terjadi pada 3-10 hari pasca trauma
 Dilaporkan pada 15-60% mengalami mortalitas 50-86%.

18
 Pasang NGT jika diperlukan
 Lakukan pemeriksaan laboratorium:
DL, SE, Albumin, LFT, RFT, gula darah, analisa
gas darah.
 Lakukan perawatan luka:
cuci luka debridemen, bulectomi
 Berikan obat-obatan sesuai instruksi dokter
LUAS LUKA BAKAR

Untuk menentukan luas luka bakar tubuh dibagi


berdasarkan rumus Rule of Nine yang meliputi :
1. Kepala dan leher 9%
2. Lengan kiri % kanan (2x9%) 18%
3. Badan depan 18%
4. Badan belakang 18%
5. Tungkai kanan & kiri (2x18%) 36%
6. Genitalia / perineum 1%
Jumlah 100%
 Cara penghitungan kebutuhan cairan sesuai dengan Teori
Baxter
 Dewasa: 4cc x luas luka bakar x berat badan
cth: pasien dgn luas luka bakar 50% dan berat badan 50kg jadi
kebutuhan cairannya (4cc x 50% x 50% = 10.000cc/24jam)

 Anak: Ringer Laktat: Dextran = 17 : 3


2 cc x berat badan x % luas luka bakar ditambah
kebutuhan faali

Kebutuhan Faali:
<1 tahun : berat badan x 100 cc
1-3 tahun : berat badan x 75 cc
3-5 tahun : berat badan x 50 cc

Cara pemberian:
½ jumlah cairan diberikan dalam 8 jam pertama
½ diberikan 16 jam berikutnya
Luas Luka
Bakar
 Penanganan luka bakar diruang
Intensif Care Unit

Masalah yang sering terjadi, adalah:


 Syok, henti jantung, atau obstruksi jalan nafas
 Pada pasien luka bakar dengan trauma inhalasi, yang mengalami obstruksi jalan
nafas atas jika kondisi semakin memburuk maka diperlukan alat bantu
pernapasan (ventilator) maka perlu penanganan sbb:
a. Pantau keadaan pasien dan setting ventilator, kaji apakah pasien mengadakan
perlawanan terhadap ventilator
b. Observasi tanda vital, tensi, nadi, RR, tiap am dan suhu tiap jam,
c. Pantau nilai CVP
d. Amati neurologist pasien
e. Pantau status Hemodinamik
f. Pantau haluaran urine (minimal 1ml/kg bb/jam)
g. Auskulfasi suara paru tiap pergantian jaga
h. Cek analisa gas darah setiap hari atau bila diperlukan
i. Pantau saluran oksigen
j. Pengisapan lender minimal setiap 2 jam dan jika perlu
k. Perawatan mulut tiap 2 jam (beri boraq gliserin)
l. perawatan mata dengan memberi salp/tetes mata tiap 2 jam
m.Ganti posisi pasien tiap 3 jam (perhatikan posisi yang
benar bagi pasien.)
n. Fisioterapi dada
o. Perawatan daerah invasive seperti daerah pemasangan
CUP, kateter, serta oral higiene setiap hari.
p. Ganti kateter NGT setiap2 minggu
q. Observasi letak tube (ETT) setiap shift
r. Observasi terhadap aspirasi cairan lambung
s. Periksa laboratorium : Elektrolit, ureum / kreatin, AGD
gula darah ,SGOT_SGPT,Albumin.
t. Perawatan luka bakar sesuai protocol Rumah Sakit
Penanganan luka bakar di Unit Perawatan
Luka Bakar:

1. Pasien dirawat di Burn Unit/Burn center


2. Jika rumah sakit tidak memiliki Burn Unit, pasien dirawat
di bangsal bedah dirawat diruang khusus (isolasi)
Tujuannya:
• Pemenuhan kebutuhan nutrisi
• Mengatasi nyeri
• Pemenuhan kebutuhan cairan dan elektrolit
• Mempercepat proses penyembuhan
• Mencegah komplikasi
• Perawatan luka: - Terbuka atau tertutup
Perawatan terbuka adalah :
Perawatan luka yang telah diberikan obat Topical dibiarkan
terbuka sehingga exsudat & debris akan mengering jd escar,
tanpa balutan

Keuntungan :
 Bila terjadi infeksi mudah terdeteksi

Kerugian :
 Perawatan luka dilakukan tiap hari ,butuh SDM yg cukup
 Jika tidak kerjasama dengan dokter anastesi penderita akan
mengalami nyeri dan trauma setiap kali dilakukan perawatan luka
 Perlu persediaan obat-obat Topical setiap hari
 Kulit yang seharusnya terjadi Epitelisasi akan terganggu
 Px sulit bergerak
Perawatan tertutup adalah :
Melakukan perawatan luka dan memberikan obat Topical
dengan menutup luka dengan balutan kasa steril, maka
Keuntungan:
 Luka tidak langsung berhubungan dengan udara luar
 Pasien merasa lebih nyaman
 Kulit luka mendapatkan kesempatan proses Epetilisasi
 Perawatan luka dilakukan 5 hari sekali untuk yang grade
IIA dan grade IIB maka menghemat biaya dan SDM
 Mengurangi nyeri dan trauma pasien
 Memudahkan mobilisasi pasien

Kerugian:
 Jika terjadi infeksi, luka sulit dievakuasi
Penggunaan obat-obat Topical
Pasien luka bakar memerlukan obat-obat topical
karena Eschar tebal tidak dapat tembus dengan
pemberian obat Topical biasa.
Maka perlu obat-obat Topical yang dipilih
sebaiknya yang bersifat:
 Mampu mengatasi kuman pathogen
 Non toksis local dan sistemik
 Mudah digunakan
 Memberi kenyamanan pasien (tidak menimbulkan
nyeri)
 Tidak iritatif
 Harga terjangkau
 Tidak menyebabkan iritasi
Ada beberapa jenis obat Topical yang dapat
digunakan pada pasien luka bakar, yang paling
sering digunakan yaitu silver sulfadiazine (SSD),
yang memiliki keunggulan seperti:
1) Dapat lebih mudah melepaskan eshar
2) Tidak menyebabkan asidosis
3) Tidak menyebabkan discolouration
4) Dapat menembus eschar
5) Tidak menimbulkan toksisitas local maupun
sistematik
6) Hampir tidak menimbulkan nyeri
7) Mengurangi timbulnya hipertropi eschar

Anda mungkin juga menyukai