Anda di halaman 1dari 20

KONSEP PERAWATAN ANAK

DENGAN PENYAKIT TERMINAL DAN


KRONIS

Amalia Sholiha
Ega Welliyani
Nopiani Dwi Astuti
Sifa Nur Fitriani
Umi Kulsum
Yuliana Dosen Pembimbing:
Ema Hikmah S.Kp.,M.Kep
Penyakit Terminal

Suatu proses yang progresif menuju


kematian berjalan melalui suatu tahapan
Penyakit proses penurunan fisik, psikososial dan
Kronik spiritual bagi individu. (Carpenito ).
Pasien Terminal adalah : Pasien–pasien
yang dirawat, yang sudah jelas bahwa
mereka akan meninggal atau keadaan
Penyakit kronik adalah suatu
mereka makin lama makin memburuk.
penyakit yang perjalanan penyakit (P.J.M. Stevens, dkk ).
berlangsung lama sampai
bertahun-tahun, bertambah
berat,menetap,dan sering kambuh.
(Purwaningsih dan Karbina, 2009).
Jenis-Jenis Penyakit
Kronik dan Terminal
Pada Anak

A. Infeksi Saluran Nafas Bawah, Pneumonia


dan Bronkhitis
B. HIV/AIDS
C. Malaria
D. Diare
E. Tuberkulosis
F. Campak
G. Tetanus
H. Infeksi Selaput Otak (Meningitis)
I. Difteri
J. Penyakit Kanker
K. Akibat Kecelakaan Fatal
a. Penyakit sudah tidak dapat disembuhkan
b. Mengarah pada kematian
Kriteria Penyakit Terminal c. Diagnosa medis sudah jelas
d. Tidak ada obat untuk menyembuhkan
e. Prognosis jelek dan bersifat progresif.

a. Progresif
Kriteria Penyakit Kronik  b. Menetap
c. Kambuh
Respon Klien Terhadap Penyakit Kronik dan Terminal
Penyakit kronik dan keadaan terminal dapat menimbulkan
respon Bio-Psiko-Sosial-Spritual ini akan meliputi respon
kehilangan.
Kehilangan kesehatanKehilangan kemandirian Kehilangan situasi

Kehilangan peran Kehilangan fungsi fisik,


dalam kelompok dan Mental dan Konsep diriKehilangan rasa nyaman
keluarga
Tahapan Penerimaan Terhadap Penyakit

a. Denial (penyangkalan)
Penyakit Terminal b. Anger (Marah)
c. Bargaining (menawar)
d. Depresi
e. Penerimaan (acceptance)

Penyakit Kronik a. Penolakan (Denial)


b. Cemas
c. Depresi
Adaptasi Dengan Terminal Illnes
Kematian adalah topik yang tidak mudah bagi orang dewasa
untuk didiskusikan dan mereka biasanya menghindarkan
anaknya dari realita akan kematian dengan mengatakan bahwa
orang mati akan “pergi” atau “berada di surga” atau hanya tidur.
a. Anak
Pada anak yang mengalami terminal illness kesadaran
mereka akan muncul secara bertahap. Pertama, anak akan
menyadari bahwa mereka sangat sakit tetapi akan sembuh.
b. Remaja atau Dewasa muda

Jika mereka mengalami terminal illness,


mereka menyadari bahwa kematian tidak terjadi
semestinya dan merasa marah dengan
“ketidakberdayaannya” dan “ketidakadilan” serta
tidak adanya kesempatan untuk
mengembangkan kehidupannya.
Kebutuhan
ANAK FASE TERMINAL
1. Komunikasi, dalam hal ini anak sangat perlu di ajak unuk
berkomunikasi atau berbicara dengan yang lain terutama
oleh kedua orang tua karena dengan orang tua mengajak
anak berkomunikasi /berbicara anak merasa bahhwa ia
tidak sendiri dan ia merasa ditemani.

2. Memberitahu kepada anak bahwa ia tidak sendiri dalam


menghadapi penyakit tersebut.

3. Berdiskusi dengan siblings (saudara kandung) agar saudara


kandung mau ikut berpartisipasi dalam perawatan atau
untuk merawat

4. Social support meningkatkan koping


PALLIATIFE CARE
Perawatan paliatif berfokus pada gejala rasa sakit
(nyeri, dypsnea) dan kondisi (kesendirian) dari anak
dalam kondisi terminal.

1. Menghormati atau menghargai martabat dan


harga diri dari pasient dan keluarga pasien.
2. Dukungan untuk caregiver
3. Palliateve care merupakan accses yang
PRINSIP DARI competent dan compassionet
PERAWATAN 4. Mengembangkan professional dan social
PALLIATIVE CARE support untuk pediatric palliative care
5. Melanjutkan serta mengembangkan pediatrik
palliative care melalui penelitian dan
pendidikan
Konsep Asuhan Keperawatan pada Anak dengan Penyakit Terminal atau Kronis

Pengkajian

Riwayat kesehatan Riwayat kesehatan


sekarang dahulu

Lakukan pengkajian Fisik. Dapatkan riwayat Riwayat kesehatan


kesehatan tentang penyakit terminal dan terapinya. keluarga
Observasi Tanda-Tanda Fisik yang Mendekati kematian

1. Kehilangan sensasi dan gerakan pada ekstremitas bawah,


berlanjut ke tubuh bagian atas.
2. sensasi panas, meskipun badan terasa dingin
3. Sensasi taktil menurun
4. Sensasi terhadap sinar
5. Pendengaran adalah indera yang terakhir hilang
6. Konfusi, kehilangan kesadaran, bicara tidak jelas
7. Kelemahan otot
8. Kehilangan kontrol defekasi dari kandung kemih
9. Perubahan pola napas
10.Pernapasan cheyne-stokes death rattle (bunyi dada
bising karena akumulasi sekresi paru dan faring)
11.nadi lemah dan lambat, penurunan tekanan darah
Diagnosa
KEPERAWATAN

a. Perubahan pertumbuhan dan perkembangan berhubungan


dengan penyakit terminal dan ancaman kematian
b. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan
dengan kehilangan nafsu makan, tidak tertarik pada
makanan.
c. Takut/cemas berhubungan dengan diagnosa, terapi, dan
prognosis
d. Antisipasi berduka berhubungan dengan ancaman kematian
anak
e. Duka cita adaptif yang berhubungan dengan semakin
dekatnya kematian anak
Intervensi
1. Dukung keluarga untuk tetap berada didekat anak
sesering mungkin
2. Dukung anak untuk membicarakan perasaanya, bantu
Dx : Perubahan
keluarga sewaktu mereka mengungkpkan perasaan.
pertumbuhan dan
3. Berikan, penyaluran agresi yang aman dan dapat
perkembangan
diterima.
berhubungan dengan
4. Hindari pengukuran tanda tanda vital yang berulang
penyakit terminal
5. Kolaborasi pemberian pereda nyeri sesuai dengan
dan ancaman
instruksi Rasional
kematian.
1. Untuk memberikan dukungan melalui kehdiran
mereka
2. Untuk mengetahui perasaan seorang anak, dengan
pendekatan orangtua
3. Untuk memberikan perasaan yang aman bagi anak
4. Agar tidak mnengganggu istirahat anak
5. Karena nyeri merupakan pemicu timbulnya perasaan
Intervensi
1. Jelaskan semua prosedur dan tetap bersama
anak berikan kehadiran yang konstan
2. Tentukan apa yang diinginkan keluarga
Dx : Takut/cemas 3. Libatkan orang tua dalam perawatan anak
berhubungan dengan
diagnos, terapi dan
prognonosis

Rasional
1. untuk mengurangi ketakutan atau ansietas
2. menentukan perawatan yang terbaik bagi
anaknya
3. anak merasa selalu ditemani oleh orang tuanya
Intervensi
1. Diskusikan proses berduka dengan keluarga
2. Berikan kesempatan pada keluarga untuk
mengungkapkan emosi.
3. Bantu orang tuha mengatasi perasaan mereka
Dx : Berduka 4. Dorong orangtua tetap berada sedekat mungkin dengan
antisipasi anak.
berhubungan dengan 5. Berikan informasi mengenai status anak dan reaksi
ancaman kematian yang telah diantisipasiRasional
anak 1. Memungkkinkan mereka mempunyai cadangan
emosional yang lebih bagi anak
2. Untuk mengurangi ansietas atau kekuatan
3. keluarga mampun mengutarakan perasaannya
4. menemami anak sampai akhir hidupnya.
5. keluarga mampu menerima kondisi anaknya dan siap
mengikhaskannya
Pemasangan Infus pada bayi dan Anak

Pemberian cairan melalui infus merupakan tindakan memasukkan cairan


melalui intravena yang dilakukan pada pasien dengan bantuan perangkat
infus. Tindakan ini dilakukan untuk memenuhi kebutuhan cairan dan
elektrolit serta sebagai tindakan pengobatan dan pemberian makanan.

Kebutuhan cairan pada tubuh data dihitung sebagai berikut:


• Pada anak < 10 Kg , maka 10 Kg dihitung 100 ml/ BB.
Missal BB 8 kg maka kebutuhan cairan adalah 8 x 100 = 800 ml/hari.
• Pada anak dengan BB 10 – 20 Kg, maka 1000 ml pada 10 kg pertama dan ditambah
50 ml per Kg penambahan berat badannya.
Missal BB = 15 kg, maka 1000 ml ditambah 5 x 50 ml maka menjadi 1250 ml/ hari
kebutuhan cairannya.
• Pada seorang dengan berat badan > 20 Kg maka rumusnya adalah 1500 ml pada 20
kg pertama dan ditambah 20 ml/Kg sisanya,
misal seseorang dengan BB 40 Kg, maka 20 kg pertama adalah 1500 ml, sedangkan
20 kg sisanya x 20 ml = 400 ml sehingga kebutuhan cairan seseorang dengan berat
40 kg adalah 1500 + 400 ml = 1900 ml/hari
Transfusi
Darah Tujuan transfusi darah antara lain untuk mengembalikan
volume darah normal, mengganti kekurangan komponen darah
selain efisien, ekonomis, juga untuk memperkecil reaksi
transfusi (Nency & Suanti, 2011).

Reaksi Transfusi
Reaksi yang terjadi pada waktu transfusi antar lain ;
a) Ringan : Demam saat trasfusi, menggigil, urtikaria (alergi)
b) Berat : Demam selama 1-7 hari, anafilaksis (alergi berat),
hemolitik akut (Bakta, 2003).
Pencegahan Infeksi Lingkungan pada BBL
Selama 50 tahun terakhir upaya pencegahan telah mengurangi resiko infeksi janindan bayi baru
lahir dinegara negaraberkembang. Keberhasilan ini di capai melalui :
1. Imunisasi maternal (tetanus, rubella, varicella, dan hepatitis B)
2. Pengobatan antenatal sifilis maternal, gonorrhoea, dan klamidia. Uraian Materi
3. Penggunaan profilaksis obat tetes mata post natal untuk mencegah infeksi mata (konjungtivitis)
karena klamidia, gonorrhoea, dan jamur (kandida)
4. Pengobatan dengan obat anti retrovirus maternal,( antenatal dan intrapartum) dan bayi baru
lahir (post natal)untuk mencegah HIV.
Thank You

Anda mungkin juga menyukai