Anda di halaman 1dari 33

Prinsip Dasar

Bank Syariah
Definisi

Lembaga Keuangan Syariah (LKS)


menurut DSN adalah lembaga keuangan
yang mengeluarkan produk keuangan
syariah dan yang mendapatkan izin
operasional sebagai lembaga keuangan
syariah (DSN)-MUI, 2003).
Lembaga Keuangan Syariah (LKS)
harus memenuhi dua unsur yaitu :

1. Unsur kesesuaian dengan syariah


Islam
2.Unsur legalitas operasi sebagai
lembaga keuangan.
Institusi Yang Memiliki Kewenangan
Mengeluarkan Izin Operasi (sejak OJK berperan)

Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Departemen


adalah institusi yang berwenang Koperasi
mengatur dan mengawasi Lembaga sebagai institusi yang
Keuangan bank dan non-bank berwenang mengatur
seperti asuransi dan pasar modal dan mengawasi
(efetif sejak 1 Januari 2013) dan Bank koperasi.
(efektif sejak 1 Januari 2014)
Fungsi Bank Syariah
a. Manajer investasi, (dengan akad
mudharabah dan wadiah)
b. Agen investasi. (dengan akad wakalah)
c. Investor.
d. Penyedia jasa keuangan.
e. Pengemban fungsi sosial.
Asas Transaksi Syariah
• Persaudaraan (ukhuwah),
• Keadilan (‘adalah),
• Kemaslahatan (maslahah),
• Keseimbangan (tawazun), dan
• Universalisme (syumuliyah).
Persaudaraan
• Persaudaraan (ukhuwah), yang berarti bahwa
transaksi syariah menjunjung tinggi nilai
kebersamaan dalam memperoleh manfaat, sehingga
seseorang tidak boleh mendapatkan keuntungan di
atas kerugian orang lain.
• Prinsip ini didasarkan atas prinsip saling mengenal
(ta’aruf), saling memahami (tafahum), saling
menolong (ta’awun), saling menjamin (takaful),
saling besinergi dan saling berafiliasi (tahaluf).
Keadilan
• Keadilan (‘adalah), yang berarti selalu
menempatkan sesuatu hanya pada yang
berhak dan sesuai dengan realitas prinsip
ini dalam bingkai aturan muamalah
adalah melarang adanya unsur yang
dilarang dalam islam.
Kemaslahatan
• Kemaslahatan (maslahah), yaitu segala bentuk
kebaikan dan manfaat yang berdimensi
duniawi dan ukhrawi, meterial dan spiritual,
serta individual dan kelektif.
• Kemaslahatan harus memenuhi dua unsur
yaitu: halal (patuh terhadap ketentuan
syariah) dan thayib (membawa kebaikan dan
bermanfaat).
Keseimbangan(Tawazun)
• Keseimbangan (tawazun), yaitu keseimbangan antara
aspek material dan spiritual, antara aspek privat dan
publik, antara sektor keuangan dan sektor rill, antara
bisnis dan sosial serta antara aspek pemanfaatan
serta pelestarian.
• Transaksi syariah tidak hanya memperhatikan
kepentingan pemilik semata tetapi memperhatikan
kepentingan semua pihak sehingga dapat merasakan
manfaat adanya suatu kegiatan ekonomi tersebut.
Universalisme (Sumuliah)
• Universalisme (syumuliah), dimana esensinya
dapat dilakukan oleh, dengan dan untuk
semua pihak yang berkepentingan tanpa
membedakan suku, agama, ras, dan golongan,
sesuai dengan semangat kerahmatan semesta
(rahmatan li alamin).
Prinsip Hukum Muamalah

Pada dasarnya segala bentuk muamalah adalah


mubah (boleh), kecuali yang ditentukan lain oleh Al
Qur’an dan Sunnah Rasul.
Muamalah dilakukan atas dasar sukarela dan
tanpa mengandung unsur – unsur paksaan.
Muamalah dilakukan atas dasar pertimbangan
mendatangkan manfaat dan menghindari mudharat.
Muamalah dilaksanakan dengan memelihara nilai
keadilan dan menghindari unsur – unsur
penganiyaan, pengambilan kesempatan dalam
kesempitan.
Larangan Terhadap Transaksi
Syariah
Haram
zatnya
Haram
selain
zatnya

Transaksi
yang
dilarang

Tidak sah
akadnya
1. Larangan terhadap transaksi yang haram
zatnya

Larangan terhadap transaksi yang haram zatnya


sering dikaitkan dengan prinsip muamalah yang
ketiga yaitu keharusan menghindari kemudharatan.
Bagi industri perbankan syariah, pelarangan
terhadap transaksi yang haram zatnya tersebut
diwujudkan dalam bentuk larangan memberikan
pembiayaan yang terkait dengan aktivitas produksi
makanan, minuman dan tindakan yang
diharamkan dalam Islam.
2. Larangan
terhadap transaksi
haram selain
Beberapa zatnya
hal yang masuk kategori haram selain zatnya

Tadlis Gharar Ikhtikar Bai’


(ketida najasy
(rekaya
(ketidak
(rekayas Mays
ktahua tahuan sa pasar
a pasar Riba
n satu kedua dalam dalam
ir
pihak) supply)
pihak) demand)
TADLIS
Tadlis adalah transaksi yang mengandung suatu hal yang
tidak diketahui oleh salah satu pihak yang berjual beli
(unknow to one party)
Tadlis dapat terjadi dari empat hal yaitu :
1. Kuantitas
2. Kualitas
3. Harga
4. Waktu Penyerahan
GHARAR

 Gharar adalah ketiadaan informasi


terjadi pada kedua belah pihak yang
bertransaksi jual beli.
BAI’ IKHTIKAR

Bai’ Ikhtikar adalah mengupayakan


adanya kelangkaan barang dengan cara
menimbun.
Bai’ Najasy

Bai’ najasy adalah tindakan menciptakan


permintaan palsu, seolah – olah ada banyak
permintaan terhadap suatu produk,
sehingga harga jual produknya akan naik.
MAYSIR

Maysir (gambling/judi) adalah sebuah


permainan dimana satu pihak akan
memperoleh keuntungan sementara pihak
lain akan menderita kerugian.
RIBA
Riba adalah tambahan yang disyaratkan
dalam transaksi bisnis tanpa adanya
padanan (iwad) yang dibenarkan syariah
atas penambahan tersebut.
RIBA
Dalil larangan Riba:
• “Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada
Allah dan tinggalkanlah sisa riba (yang belum
dipungut) jika kamu orang-orang yang beriman.
• Maka jika kamu tidak mengerjakan (meninggalkan sisa
riba) maka ketahuilah bahwa Allah dan Rasul-Nya akan
memerangimu.
• Dan jika kamu bertaubat (dari pengambilan riba) maka
bagimu pokok hartamu. Kamu tidak menganiaya dan
tidak pula dianiaya.” Q.S. Al-Baqarah 278-279
RIBA
Dalil kriteria Riba
Nabi Muhammad SAW yang diriwayatkan oleh Ubadah bin Samit yang terdapat
dalam Abu Daud hadis 3343 dan dalam At Tirmidzi hadis 2819 dengan bunyi sebagai
berikut:

• “Emas dibayar dengan emas, perak dengan perak, gandum dengan gandum,
tepung gandum dengan tepung gandum dalam ukuran yang sama, kurma dengan
kurma dalam ukuran yang sama, garam dengan garam dalam ukuran yang sama.
Jika seseorang memberi lebih atau meminta lebih, dia telah berhubungan dengan
riba.
• Tetapi tidak diharamkan penjualan emas dengan perak dan perak dengan emas
dalam berat yang tidak sama. Pembayaran dilakukan pada saat itu juga dan
janganlah menjual jika dibayar belakangan.
• Dan tidak diharamkan menjual gandum dengan tepung gandum dan tepung
gandum (dengan gandum) dalam ukuran yang berbeda, pembayaran dilakukan
pada saat itu. Jika pembayaran dilakukan kemudian, janganlah menjualnya.”
RIBA
Dalil kriteria Riba: - Lanjutan
hadis Nabi Muhammad SAW yang diriwayatkan oleh Muslim
“Jangan kamu bertransaksi satu dinar dengan dua dinar; satu
dirham dengan dua dirham; satu sha’ dengan dua sha karena
aku khawatir akan terjadinya riba. Seorang bertanya: Wahai
Rasul, bagaimana jika seseorang menjual seekor kuda dengan
beberapa ekor kuda dan seekor unta dengan beberapa ekor
unta? Jawab Nabi SAW: Tidak mengapa, asal dilakukan
dengan tangan ke tangan (langsung).” (HR.Muslim)
RIBA DAPAT TERJADI PADA:

1. Tranksaksi hutang piutang


2. Transaksi jual beli barang
ribawi
Barang Ribawi dikelompokkan menjadi dua yaitu :
1. Kelompok mata uang; dapat dibagi dalam
beberapa jenis yaitu emas dan perak secara
khusus baik dalam bentuk mata uang dan dalam
bentuk lainnya.
2. Kelompok bahan makanan pokok: seperti beras,
gandum dan jagung serta bahan makanan seperti
sayur – sayuran dan buah – buahan.
Transaksi Hutang
Piutang

Riba qardh adalah kelebihan tertentu


yang disyaratkan pada yang berhutang.

Riba jahiliyyah adalah riba yang timbul


karena peminjam tidak mampu
mengembalikan hutangnya pada
waktu yang ditetapkan.
Transaksi jual beli Barang
ribawi
Riba fadhl adalah
riba yang timbul karena
pertukaran antar barang ribawi
yang sejenis dengan kadar dan
takaran yang berbeda.

Riba nasi’ah adalah


riba yang timbul karena penangguhan
penyerahan atau penerimaan barang
yang dipertukarkan.
Larangan terhadap transaksi yang tidak sah
akadnya

 Akad secara bahasa adalah ikatan


 Akad menurut istilah adalah keterikatan
keinginan diri dengan keinginan orang lain
dengan cara memunculkan adanya
komitmen tertentu yang disyariatkan.
Rukun Akad
1. Adanya dua pihak atau lebih yang saling terikat
dengan akad.
2. Adanya sesuatu/objek yang diikat dengan akad.
3. Adanya pengucapan akad berupa ungkapan serah
terima (ijab-kabul).
Larangan Satu transaksi dua akad

Akad tidak boleh mengandung unsur dua akad dalam satu


transaksi (two in one transaction)
 Misal: transaksi sewa modal atau capital lease yang mana
pembayaran sewanya diakui juga diakui sebagai peralihan
kepemilikan.
Dalam Islam mekanisme yang dibolehkan adalah selama masa
sewa pembayaran hanya diakui sebagai pembayaran sewa,
adapun peralihan kepemilikan dilakukan setelah masa sewa.
Ini memberi kepastian siapa pemilik barang..
Larangan Ta’alluq
Ta’alluq yaitu dua akad yang saling berkaitan
dimana berlakunya akad 1 bergantung pada
akad 2.
 Misal: transaksi dengan cara ‘inah, yaitu
seseorang ‘A’ menjual barang seharga tertentu
secara cicilan (misalkan Rp 11 juta) kepada
orang lain ‘B’ dengan syarat, orang lain ‘B’
tersebut kembali menjual barang tersebut secara
tunai kepada A (misalkan Rp 10 juta)
Selesai

Terima Kasih

Anda mungkin juga menyukai