Anda di halaman 1dari 21

THALASSEMIA

THALASSEMIA
• Anemia karena sel darah merah mudah pecah
(hemolitik) disebabkan kelainan genetik
• Umur sel darah merah normal ± 120 hari
• Umur sel darah merah pada pasien Thalassemia
lebih pendek (<120 hari)  Anemia
• Diturunkan secara genetik dari kedua orang tua
ETIOLOGI
• Mutasi gen globin pada
• Kromosom 11  globin β
• Kromosom 16  globin α

• Berbagai mutasi pada gen atau pada unsur-unsur dasar


gen menyebabkan cacat pada inisiasi atau pengakhiran
transkripsi, pembelahan RNA yang abnormal, substitusi,
dan frameshifts.
Hemoglobin
 2 pasang rantai “globin” yang terikat dengan “heme”
• globin terdiri dari 4 rantai :
1. Rantai α
2. Rantai β
3. Rantai δ
4. Rantai γ
Karena terdapat kelainan pada struktur Hemoglobin
maka sel darah merah mudah pecah
Pembawa Pembawa
sifat sifat

Thalassemia Pembawa Pembawa Sehat


sifat sifat
Pembawa
Pembawa
sifat Sehat
sifat

Pembawa Pembawa
sifat sifat

Sehat Sehat
EPIDEMIOLOGI
• Sebanyak 5% dari populasi penduduk dunia memiliki variasi
rantai globin namun hanya sekitar 1,7% yang memiliki gen
pembawa thalasemia beta atau alpha  Sekitar 4,4 dari
10.000 kelahiran setiap tahun diperkirakan mendapatkan
thalassemia.
• Thalasemia dapat mengenai laki-laki maupun perempuan
dengan jumlah perbandingan yang sama.
• Di Indonesia lebih banyak ditemukan kasus thalassemia β
• Jumlah pasien yang terdaftar di Pusat Thalassemia,
Departemen Ilmu Kesehatan Anak, FKUI-RSCM, sampai
dengan bulan Agustus 2009 mencapai 1.494 pasien yang
terdiri dari 52,5 % pasien thalassemia β homozigot, 46,2 %
pasien thalassemia HbE, serta thalassemia α  1,3%
Klasifikasi:

- Secara molekuler:
Thalassemia   gangguan pembentukan rantai
globin 
Thalassemia   gangguan pembentukan rantai
globin 

- Secara klinis:
thalassemia mayor
thalassemia minor
Patofisiologi
• Thalasemia merupakan salah satu bentuk kelainan genetik Hb
yg ditandai dengan kurangnya atau tidak adanya sintesis 1
rantai globin atau lebih  terjadi ketidakseimbangan jumlah
rantai globin yang terbentuk. 

• Secara genetik, gangguan pembentukan protein globin


disebabkan karena kerusakan gen yang terdapat pada
kromosom 11 atau 16 yang ditempati lokus gen globin.

• Kerusakan pada salah satu kromosom homolog menimbulkan


terjadinya keadaan heterozigot. Kerusakan pada
kedua kromosom homolog menimbulkan keadaan
homozigot (-/-).
• Seseorang yg memiliki 2 gen dari kedua
orangtuanya  Thalassemia homozigot, sintesis
rantai menurun atau tidak ada sintesis sama
sekali. Jika hanya 1 gen yg diturunkan orang
tersebut hanya menjadi pembawa/carier.

• Pada delesi 4 gen globin alfa, 80% adalah Hb


Barts (γ4)  γ4 memiliki afinitas yg sangat kuat
terhadap oksigen  hipoksia berat
MANIFESTASI KLINIS

• Tanda-tanda anemia  pucat, lemah,letih,lesu,tidak aktif


beraktifitas
• Gagal tumbuh
• Infeksi berulang
• Hepato – splenomegali
• Nafsu makan menurun
• Hemosiderosis
• Hiperkromatosis
• Ikterus
DIAGNOSIS
• Anamnesis  sesuai gambaran klinis
• Pemeriksaan Fisik :
• Pucat
• Facies Cooley pada anak yang lebih besar
• Gangguan pertumbuhan
• Ikterik ringan
• Hepatosplenomegali tanpa limfadenopati
• Pemeriksaan Penunjang
1. Darah tepi
- Hb rendah dapat sampai 2 atau 3 gr%
- Gambaran morfologi eritrosit : mikrositik
hipokromik, sel target, anisositosis berat dengan
makrovaloositosis, mikrosferosit, polikromasi,
basophilic stippling, benda Howell jolly, poikilositosis
dan sel target.
- Indeks eritrosit : MCV,MCH,MCHC menurun,
RDW meningkat  menggunakan cell counter / uji
fragilitas
2. Susunan Tulang / sumsum tulang
- Hiperplasi sistem eritropoesis dengan normoblas
terbanyak dari jenis asidofil.
- Granula Fe (dengan pengecatan prussian Blue)
meningkat.
3. Pemeriksaan Khusus
- Elektroforesis Hb untuk menunjukkan hemoglobinopati
yang lain maupun mengukur kadar HbF. HbF meninggi : 20% -
90%
- Pemeriksaan pedigree untuk memastikan diagnosis :
kedua orang tua pasien thalassemia mayor merupakan
trait (carier) dengan Hb A2 meninggi (> 3,5 dari Hb total)
-Analisis DNA (Metode PCR)
4. Pemeriksaan Lain
- Foto Rontgen
• tulang kepala menunjukkan gambaran hair on end kortex
menipis, diploe melebar dengan traberkula tegak lurus pada
kortex.
• Pada tulang-tulang pendek tangan dan kaki terbentuk trabekulasi
kasar, tulang menjadi berbetuk pipa serta tampak adanya
abnormalitas kistik. Pelebaran kavitas medulla pada metacarpal,
metatarsal dan phalanges memberi gambaran bentuk
rectangular dengan konkavitas normal menghilang.
• tulang panjang dan ekstremitas memperlihatkan korteks yang
menipis dan dilatasi kavitas medulla sehingga mengakibatkan
tulang-tulang tersebut sangat rapuh dan mudah mengalami
fraktur patologik
• USG
Melihat hepatomegali dan splenomegali, pada janin untuk
melihat ketebalan densitas plasenta yang pada pasien
thalassemia dapat meningkat
• CT-Scan
Melihat hemosiderosis melalui peningkatan densitas
Hapusan darah tepi

Normal Thalassemia
Penatalaksanaan
1. Medikamentosa
 Pemberian iron chelating agent (desferoxamine):
 diberikan setelah kadar feritin serum 1000 mg/l
atau saturasi transferin lebih 50%
 dosis 25-50 mg/kg BB/hari
 Vitamin C 100-250 mg/hari selama pemberian
kelasi besi, untuk meningkatkan efek kelasi besi
 Asam folat 2-5 mg/hari untuk memenuhi bahan
pembentukan eritrosit yang kebutuhannya meningkat
 Vitamin E 200-400 IU setiap hari sebagai antioksidan
dapat memperpanjang umur sel darah merah.
• Desferoksamin 
• feritin serum mencapai 1000 mg/l atau
• saturasi transferin lebih 50%
• dosis 25-50 mg/kgBB/hari subkutan dalam 8-12 jam min. 5 hari
setiap selesai transfusi darah.
• ES : toksisitas retina, pendengaran, gangguan tulang dan
pertumbuhan, reaksi lokal dan infeksi.
• Deferipron 
• Oral  dosis 75 mg/kgBB/hari dibagi dalam 3 dosis
• efek proteksi terhadap jantung
• ES : agranulositosis, artralgia, kelainan imunologi, dan fibrosis hati
• Deferasirox 
• Oral  20-30 mg/kgBB/hari dosis tunggal
• potensi 4-5 kali lebih besar dibanding deferoksamin dalam
memobilisasi besi jaringan hepatoseluler, dan efektif dalam
mengatasi hepatotoksisitas
• ES : sakit kepala, mual, diare, dan ruam kulit
2. Bedah
Splenektomi, dengan indikasi:
• Splenomegali  peningkatan  tekanan intraabdominal
dan bahaya terjadinya ruptur
• Hipersplenisme  peningkatan kebutuhan transfusi
darah (PRC) melebihi 250 ml/kg BB/tahun.
3. Suportif
Transfusi darah :
 Hb penderita dipertahankan > 12 g/dl.
 mempertahankan pertumbuhan dan perkembangan
penderita
KOMPLIKASI

Dampak tumpukan zat besi


Gagal tumbuh, infertilitas
Gangguan hormon tiroid
Cardiomiopati, gagal jantung

Sirosis hati
Diabetes Melitus
Gangguan hormon gonad,
pubertas terlambat

Anda mungkin juga menyukai