Anda di halaman 1dari 49

KEMENTERIAN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL

DIREKTORAT JENDERAL MINERAL DAN BATUBARA

KESTABILAN
KESTABILANLERENG
LERENGTAMBANG
TAMBANG
DAN
DANPENGENDALIAN
PENGENDALIANAIR
AIRTAMBANG
TAMBANG

Dalam

Bimbingan Pengelolaan Aspek Teknis Pertambangan Minerba

Semarang, 13 Februari 2013


Outline
1. Kestabilan Lereng
• Longsor Lereng Tambang
• Perancangan Lereng Tambang
• Jenis-jenis Longsoran dan faktor yang mempengaruhi
• Pemantauan Lereng Tambang
2. Pengendalian Air Tambang
• Kasus Penyaliran air tambang
• Analisis Hidrologi
• Analisis Hidrogeologi
• Pengendalian Air Tambang
• Pamantauan Sumber Air Tambang
KESTABILAN
KESTABILAN LERENG
LERENG TAMBANG
TAMBANG
Longsor Lereng Tambang
Longsor Lereng Tambang
Longsor Lereng Tambang
Longsor Lereng Tambang
Longsor Lereng Tambang
Longsor Lereng Tambang
Longsor Lereng Tambang

 Akibat Longsor
• Berhentinya operasional tambang
• Terdapat komoditas yang tidak
dapat diambil
• Kerusakan alat
• Korban jiwa
Lereng
Perancangan Lereng
1. Tantangan Kestababilan Lereng
• Optimalisasi cadangan komoditas tambang kaitannya dengan
konservasi dan aspek keekonomian
• Bukaan tambang yang semakin lebar dan dalam
• Lereng tambang semakin lama terekspose sejalan dengan operasional
tambang
2. Filosofi perancangan lereng tambang
• Avoid of Failure
• Manage of Failure
3. Penerapan filosofi perancangan lereng memerlukan
• Kondisi batuan (rock mass) dan geologi struktur (fault, joint, fold)
• Tingkat kerapatan, konsistensi dan kesinambungan data geoteknik
yang dimiliki
• Sumber daya geoteknik (skill, pengalaman dan perlengkapan)
Tahapan Perancangan Lereng
1. Pengumpulan Data
• Pemetaan Geoteknik
• Geotechnical Core Drilling
• Pengujuan Laboratorium
• Hasil Back Analysis
2. Modelling
• Structural Block Model
• RMR Block Model
• Hydrogeological Model
3. Analisis Kestabilan Lereng
• Geometri
• Parameter Kekuatan
• Tekanan Air tanah
• Reinforcement
• Imposed loading
Analisis Kestabilan Lereng
 Metode Pendekatan Analisis
• Kesetimbangan Batas
Metode paling sederhana dan umum digunakan (Galena, GeoSlope, Slide)
• Metode Elemen Hingga
Metode dengan membagi menjadi elemen-elemen kecil, sedikit lebih rumit
khususnya dalam input parameter (Phase2, GeoSlope, Flac, LOP)
• Distinct Elemen
Metode analisis tahap lanjut dengan input parameter dan running analisis
yang sangat rumit (Udec)
 Kunci dalam pekerjaan Modeling dan Analisis Kestabilan Lereng
• Hasil nilai Faktor Keamanan yang diperoleh dari analisis dapat berbeda,
tergantung pada pendekatan yang dilakukan
• Dalam beberapa kasus faktor geologi (struktur) tidak dimasukkan dalam
analisis kestabilan lereng.
• Mempergunakan asumsi-asumsi dalam melakukan pemodelan
• Dalam memprediksi bidang gelincir dilihat dari kemungkinan terjadinya
longsor suatu lereng
Jenis-Jenis Longsoran

Planar Baji Topling Circular

Secara umum, bentuk longsoran yang terjadi pada lereng batuan yang keras
dan kuat (hard rock) adalah longsoran bidang (planar) melalui bidang
diskontinuitas batuan. Namun, sering dijumpai adanya longsoran baji yang
disebabkan oleh perpotongan 2 (dua) atau lebih bidang diskontinuitas di muka
lereng, serta kombinasi longsoran circular dan planar karena adanya material
lunak yang berdekatan dengan hard rock. Sementara itu, bentuk longsoran
yang terjadi pada lereng batuan lunak (soft rock) atau batuan keras yang
sudah dalam keadaan terpecah – pecah (broken rock) adalah longsoran busur
(circular)
Faktor-faktor yang mempengaruhi longsoran
1. Geomeri Lereng
Faktor geometri lereng yang mempengaruhi ketidakstabilan adalah tinggi dan kemiringan
dari sistem lereng yang di analisis. Untuk suatu kondisi batuan, semakin tinggi suatu
lereng dan/atau semakin besar kemiringan lereng maka ketidakstabilan lereng semakin
tinggi yang berarti faktor keamanan (FK) semakin kecil, atau sebaliknya

2. Kekuatan Masa Batuan


Semakin besar kekuatan massa batuan, maka lereng tambang akan semakin stabil

3. Struktur Batuan
Struktur yang memiliki arah umum sejajar dengan arah umum lereng dan kemiringan
lebih landai dari kemiringan lereng akan berpengaruh langsung terhadap ketidakstabilan
lereng

4. Air Tanah
Semakin tinggi muka air tanah, maka semakin tinggi potensi ketidakstabilan pada lereng

5. Beban Luar
Beban dinamik: alat berat yang bekerja pada atau di sekitar lereng, getaran dari kegiatan
peledakan dan gempa bumi. Beban statik : bangunan/infrastruktur, kolam, tempat parkir
alat berat dekat crest lereng dan lain-lain
Pemantauan Lereng Tambang
Pemantauan lereng tambang sangat penting dilakukan dan memiliki
peran yang utama untuk memastikan, serta menjamin kegiatan
operasional penambangan berlangsur sesuai dengan perhitungan
rencana dan aman, selain itu dapat dipergunakan juga untuk analisis
lainnya, antara lain:
• Early warning system
• Identifikasi area kritis
• Mengidentifikasi perilaku lereng dan prediksi longsor

Alat Monitoring
• Pengamatan Visual
• Creckmeter
• Prisma Monitoring
• GPS High Precision
• Inclinometer
• Robotic Total Station
• Radar
Pemantauan Lereng Tambang

Creckmeter Prisma + RTS


Pemantauan Lereng Tambang

Radar
GPS High Precision

Inklinometer
PENGENDALIAN
PENGENDALIAN AIR
AIR TAMBANG
TAMBANG
Kasus Penyaliran Air Tambang
Kasus Penyaliran Air Tambang
Kasus Penyaliran Air Tambang
Kasus Penyaliran Air Tambang
Kasus Penyaliran Air Tambang
Gambaran Umum
 Pertambangan Indonesia umumnya menerapkan metode
tambang terbuka
 Bukaan tambang/cekungan yang ada akan mengalami
permasalahan air tambang (air hujan, air limpasan, dan air
tanah)
 Sebagian lokasi tambang berada dekat dengan sumber air
 Beberapa permasalahan air tambang yang dihadapi perusahaan
tambang: pit tergenang, sistem penyaliran air tidak mencukupi,
rusaknya jalan tambang/angkut akibat genangan air, terjadinya
longsor akibat tingkat kejenuhan air dalam lereng
 Hal-hal tersebut memerlukan perancangan sistem pengendalian
air tambang yang baik agar operasional tambang dapat optimal
Sumber Air Tambang

 Limpasan air hujan


 Rembesan Air Tanah
 Air tersebut wajib dikelola dengan baik untuk menghindari
penggenangan pit, mengganggu transportasi alat berat dan
mengganggu kegiatan pertambangan secara keseluruhan
Drainage Pattern
 Run off akan mengikuti kontur topografi kemudian saling
bertemu pada jaringan pengaliran yang kecil sebagai anak
sungai

 Selanjutnya akan bertemu di sungai sebagai aliran air yang


lebih besar dimana aliran permukaan berpadu dengan aliran
bawah permukaan (interflow) dan aliran dasar (base flow)

 Pola aliran run off penting untuk perencanaan tambang untuk


mencegah air limpasan masuk ke dalam bukaan tambang dan
mengalirkan air dari dalam bukaan tambang menuju ke fasilitas
pengelolaan air
Analisis Hidrologi
 Penentuan Daerah Tangkapan Hujan
 Data Curah Hujan
 Perhitungan Curah Hujan
 Perhitungan Debit Air Limpasan
Penentuan Daerah Tangkapan Hujan
 Mengetahui luasaan area tangkapan
hujan
 Menghitung besar dan arah limpasan
air hujan

Metode:
- Membuat garis imajiner pada peta
topografi yang menghubungkan titik
yang mempunyai elevasi kontur
tertinggi dari sebelah kiri dan kanan
titik terendah suatu bukaan tambang
yang ditinjau.
- Area di dalam garis imajiner pada
peta topografi tersebut merupakan
area tangkapan hujan
Data Curah Hujan
 Menentukan besarnya air limpasan yang
harus dikelola pada suatu area tambang
 Data yang diperlukan adalah data curah
hujan harian dari stasiun penakar hujan
yang berada di daerah sekitar area tambang
 Jika terdapat lebih dari satu stasiun
pengukuran yang letaknya terpencar, maka
yang dipergunakan sebagai perhitungan
adalah curah hujan rata-rata pada daerah
tersebut
 Metode penentuan curah hujan rata-rata:
- Rata-rata Aritmatik
- Poligon Thiessen
- Isohiet
Perhitungan Curah Hujan Rencana
 Desain pengendalian air tambang perlu memperhitungkan
kondisi hujan yang paling ekstrem (hujan tertinggi yang
mungkin terjadi pada periode perencanaan operasional
tambang)
 Melalui analisis frekuensi yaitu analisis kemungkinan tinggi
hujan yang terjadi dalam kala ulang tertentu sebagai hasil dari
suatu rangkaian analisis hidrologi
 Tahapan analisis frekuensi perhitungan curah hujan rencana:
- Parameter statistik
- Pemilihan jenis metode
- Uji kebenaran sebaran (uji chi-kuadrat & uji smirnov-
kolmogorov)
- Perhitungan intensitas hujan rencana
Perhitungan Debit Limpasan
Data intensitas hujan akan digunakan untuk mengetahui
besarnya air limpasan yang akan masuk ke dalam area
pertambangan dilakukan dengan menggunakan rumus
rasional

Q = 0,278 C . I . A
dimana:
Q : debit banjir rencana (m3/detik)
C : Koefisien run off
I : Intensitas hujan (mm/jam)
A : Luas Daerah Aliran (km2)
Analisis Geohidrologi
 Data Lithologi
 Data Permeabilitas
 Data Muka Air Tanah
 Perhitungan Debit Air Tanah
Data Lithologi
 Keberadaan air tanah tergantung pada besarnya curah hujan,
besarnya air yang dapat meresap kedalam tanah, juga kondisi
lithologi (batuan) dan geologi setempat
 Lapisan tanah memiliki tiga zona penting kaitannya dengan air
tanah, yaitu zona jenuh air, zona kapiler dan zona jenuh
sebagian
 Data lithologi diperlukan dalam studi hidrogeologi untuk
memprediksi pola aliran dan debit air tanah
Data Permeabilitas
 Permeabilitas merupakan sifat batuan yang mengalirkan air
melalui rongga pori yang dipengaruhi oleh tahanan (dimana
bergantung pada jenis batuan, ukuran dan bentuk butiran,
rapat masa, bentuk geometri rongga pori, serta temperatur)
terhadap aliran air tanah
 Data permeabilitas batuan digunakan untuk mengitung debit
rembesan air tanah yang keluar akibat
 Koefisien permeabilitas ditentukan dengan 2 cara, yaitu:
- Pengujian di laboratorium (konstan head permeter)
- Pengujian di lapangan (slug test, pumping test)
Perhitungan Debit Air Tanah
 Data Muka Air Tanah
 Tinggi muka air tanah dan pola aliran air tanah sangat penting
untuk menentukan debit rembesan air tanah yang masuk ke
dalam bukaan tambang
 diperoleh dari pengukuran yang dilakukan pada lubang hasil
pemboran eksplorasi maupun pemboran geoteknik
menggunakan piezometer

 Perhitungan Debit Air Tanah


dihitung dengan menggunakan hukum Darcy:
q = kiA, dimana :
q = debit rembesan (cm3/det)
i = Gradien hidrolik
k = Koefisien permeabilitas (cm/det)
A = Luas penampang yang dilalui air (cm2)
Pengendalian Air di luar Bukaan Tambang

Meliputi:
 Pengendalian Air Limpasan pada Jalan Angkut
 Pengendalian Air Limpasan pada Timbunan Batuan Penutup
 Pengendalian Air Limpasan pada Fasilitas Penunjang Lainnya

Metode pengendalian yang digunakan antara lain:


 Pembuatan saluran air (open channel) untuk menampung air
limpasan pada suatu daerah dan mengalirkannya ke tempat
pengumpulan (sump) atau ke tempat lain
 Pembuatan tanggul untuk mencegah air masuk ke area fasilitas
pendukung
Jalan Angkut
 Dilakukan agar tidak terjadi terjadi genangan air yang dapat
merusak badan jalan dan mengganggu operasional
pengangkutan di area tambang
 Metode:
- Konstruksi badan jalan dibuat miring ke arah sisi luar jalan
sebesar 2% sehingga air dapat mengalir keluar dari jalan
- Pembuatan tanggul pada sisi luar jalan untuk mencegah air
limpasan dari area non jalan masuk ke badan jalan
- Membuat saluran air pada sisi luar jalan untuk mengalirkan
air limpasan dari badan jalan
Timbunan dan Stockpile
 Dengan mencegah air limpasan dari luar area timbunan masuk
ke area timbunan dan mengeluarkan air limpasan yang berasal
dari area timbunan untuk kemudian dialirkan ke kolam
penampung air / kolam pengendap
 Metode yang dapat diterapkan antara lain:
- Pembuatan saluran air untuk mencegah air limpasan dari
luar area timbunan masuk ke area timbunan batuan
penutup
- Pembuatan saluran air di sekeliling area timbunan untuk
mengumpulkan air limpasan yang berasal dari area
timbunan
- Penataan timbunan (recountouring dan reshaping) untuk
memudahkan air limpasan mengalir keluar dari timbunan
- Pembuatan drop structure pada timbunan batuan penutup
Pengendalian Air di dalam Bukaan Tambang

Prinsipnya adalah dengan dilakukan pencegahan


masuknya air ke dalam lubang tambang dan
pengeluaran air yang telah masuk ke dalam lubang
tambang
Metode yang diterapkan meliputi:
 Drainase Tambang
 Mine Dewatering
Drainase Tambang

 Untuk mencegah masuknya air ke dalam lubang tambang yang


berasal dari air limpasan daerah tangkapan hujan di sekitar
lubang bukaan tambang yang tidak terganggu, maka dibuat
saluran pengelak di sekeliling lubang bukaan tambang
 Dalam pembuatan saluran pengelak perlu dipertimbangkan
mengenai luas dan topografi daerah tangkapan hujan
Mine Dewatering

Jenjang penambangan
- air hujan dan air limpasan di jenjang penambangan tidak boleh
dibiarkan menggenang dan harus segera dialirkan ke sump agar
tidak mengganggu kestabilan lereng tambang
- air tanah yang keluar hasil dari kegiatan vertical dan horizontal
drilling juga harus dialirkan ke sump
- dapat dilakukan dengan cara pembuatan jenjang (ramp) yang
memiliki kemiringan ke arah dalam (crest) sehingga air dapat
mengalir di sepanjang crest untuk kemudian dialirkan keluar
dari jenjang penambangan
Mine Dewatering
 Lantai Tambang
- membuat kemiringan tertentu
(2%) agar air tambang yang
masuk ke front tambang dapat
mengalir menuju sump yang
telah ditentukan
- pembuatan sump
- pemompaan air tambang
dilakukan dengan sistem
pemompaan menuju kolam
penampung air / kolam
pengendap di luar bukaan
tambang
Pemantauan

Meliputi:
 Pengukuran Curah Hujan
 Pengukuran Muka Air Tanah

Besaran curah hujan dan debit air tanah harus diukur secara
periodik untuk dapat digunakan sebagai bahan evaluasi dalam
rangka re-desain apabila sistem pengendalian air tambang yang
telah dibuat tidak memadai dan perancangan sistem
pengendalian air tambang pada lokasi tambang akan
direncanakan seiring kemajuan tambang
Pengukuran Curah Hujan
 Dilaksanakan selama tambang beroperasi untuk
mendesain ulang sistem pengendalian air
tambang apabila sistem yang telah dirancang
tidak berfungsi dengan baik
 Menggunakan alat penakar hujan (raingauge),
terdiri dari 2 jenis, yaitu penakar hujan biasa
tipe observatorium (obs) atau non recording dan
penakar hujan otomatis yang dapat mencatat
sendiri (self-recording)
 Raingauge harus ditempatkan pada area yang
datar dan terbuka untuk menghindari
terhambatnya jatuhan curah hujan kedalam
corong penakar
 Penentuan jumlah stasiun hujan dipengaruhi
oleh topografi dan iklim daerah yang akan
dipantau
Pengukuran Muka Air Tanah
 Tujuannya untuk memberikan gambaran
informasi tentang perubahan tinggi muka air
tanah dan pola aliran air tanah akibat penggalian
batuan penutup dan komoditas tambang
 Pengukurannya dilakukan secara berkala pada
sumur pantau (lubang bor ex pemboran
eksplorasi atau pemboran geoteknik di sekitar
lubang bukaan tambang) dalam waktu yang
relatif sama sehingga hasil pengukuran
menggambarkan kondisi airtanah pada suatu
waktu tertentu
 Hasil pengukuran dituangkan menjadi suatu peta
yang menggambarkan bentuk morfologi
permukaan air tanah beserta arah alirannya
 Alat yang digunakan adalah piezometer

Anda mungkin juga menyukai