KESTABILAN
KESTABILANLERENG
LERENGTAMBANG
TAMBANG
DAN
DANPENGENDALIAN
PENGENDALIANAIR
AIRTAMBANG
TAMBANG
Dalam
Akibat Longsor
• Berhentinya operasional tambang
• Terdapat komoditas yang tidak
dapat diambil
• Kerusakan alat
• Korban jiwa
Lereng
Perancangan Lereng
1. Tantangan Kestababilan Lereng
• Optimalisasi cadangan komoditas tambang kaitannya dengan
konservasi dan aspek keekonomian
• Bukaan tambang yang semakin lebar dan dalam
• Lereng tambang semakin lama terekspose sejalan dengan operasional
tambang
2. Filosofi perancangan lereng tambang
• Avoid of Failure
• Manage of Failure
3. Penerapan filosofi perancangan lereng memerlukan
• Kondisi batuan (rock mass) dan geologi struktur (fault, joint, fold)
• Tingkat kerapatan, konsistensi dan kesinambungan data geoteknik
yang dimiliki
• Sumber daya geoteknik (skill, pengalaman dan perlengkapan)
Tahapan Perancangan Lereng
1. Pengumpulan Data
• Pemetaan Geoteknik
• Geotechnical Core Drilling
• Pengujuan Laboratorium
• Hasil Back Analysis
2. Modelling
• Structural Block Model
• RMR Block Model
• Hydrogeological Model
3. Analisis Kestabilan Lereng
• Geometri
• Parameter Kekuatan
• Tekanan Air tanah
• Reinforcement
• Imposed loading
Analisis Kestabilan Lereng
Metode Pendekatan Analisis
• Kesetimbangan Batas
Metode paling sederhana dan umum digunakan (Galena, GeoSlope, Slide)
• Metode Elemen Hingga
Metode dengan membagi menjadi elemen-elemen kecil, sedikit lebih rumit
khususnya dalam input parameter (Phase2, GeoSlope, Flac, LOP)
• Distinct Elemen
Metode analisis tahap lanjut dengan input parameter dan running analisis
yang sangat rumit (Udec)
Kunci dalam pekerjaan Modeling dan Analisis Kestabilan Lereng
• Hasil nilai Faktor Keamanan yang diperoleh dari analisis dapat berbeda,
tergantung pada pendekatan yang dilakukan
• Dalam beberapa kasus faktor geologi (struktur) tidak dimasukkan dalam
analisis kestabilan lereng.
• Mempergunakan asumsi-asumsi dalam melakukan pemodelan
• Dalam memprediksi bidang gelincir dilihat dari kemungkinan terjadinya
longsor suatu lereng
Jenis-Jenis Longsoran
Secara umum, bentuk longsoran yang terjadi pada lereng batuan yang keras
dan kuat (hard rock) adalah longsoran bidang (planar) melalui bidang
diskontinuitas batuan. Namun, sering dijumpai adanya longsoran baji yang
disebabkan oleh perpotongan 2 (dua) atau lebih bidang diskontinuitas di muka
lereng, serta kombinasi longsoran circular dan planar karena adanya material
lunak yang berdekatan dengan hard rock. Sementara itu, bentuk longsoran
yang terjadi pada lereng batuan lunak (soft rock) atau batuan keras yang
sudah dalam keadaan terpecah – pecah (broken rock) adalah longsoran busur
(circular)
Faktor-faktor yang mempengaruhi longsoran
1. Geomeri Lereng
Faktor geometri lereng yang mempengaruhi ketidakstabilan adalah tinggi dan kemiringan
dari sistem lereng yang di analisis. Untuk suatu kondisi batuan, semakin tinggi suatu
lereng dan/atau semakin besar kemiringan lereng maka ketidakstabilan lereng semakin
tinggi yang berarti faktor keamanan (FK) semakin kecil, atau sebaliknya
3. Struktur Batuan
Struktur yang memiliki arah umum sejajar dengan arah umum lereng dan kemiringan
lebih landai dari kemiringan lereng akan berpengaruh langsung terhadap ketidakstabilan
lereng
4. Air Tanah
Semakin tinggi muka air tanah, maka semakin tinggi potensi ketidakstabilan pada lereng
5. Beban Luar
Beban dinamik: alat berat yang bekerja pada atau di sekitar lereng, getaran dari kegiatan
peledakan dan gempa bumi. Beban statik : bangunan/infrastruktur, kolam, tempat parkir
alat berat dekat crest lereng dan lain-lain
Pemantauan Lereng Tambang
Pemantauan lereng tambang sangat penting dilakukan dan memiliki
peran yang utama untuk memastikan, serta menjamin kegiatan
operasional penambangan berlangsur sesuai dengan perhitungan
rencana dan aman, selain itu dapat dipergunakan juga untuk analisis
lainnya, antara lain:
• Early warning system
• Identifikasi area kritis
• Mengidentifikasi perilaku lereng dan prediksi longsor
Alat Monitoring
• Pengamatan Visual
• Creckmeter
• Prisma Monitoring
• GPS High Precision
• Inclinometer
• Robotic Total Station
• Radar
Pemantauan Lereng Tambang
Radar
GPS High Precision
Inklinometer
PENGENDALIAN
PENGENDALIAN AIR
AIR TAMBANG
TAMBANG
Kasus Penyaliran Air Tambang
Kasus Penyaliran Air Tambang
Kasus Penyaliran Air Tambang
Kasus Penyaliran Air Tambang
Kasus Penyaliran Air Tambang
Gambaran Umum
Pertambangan Indonesia umumnya menerapkan metode
tambang terbuka
Bukaan tambang/cekungan yang ada akan mengalami
permasalahan air tambang (air hujan, air limpasan, dan air
tanah)
Sebagian lokasi tambang berada dekat dengan sumber air
Beberapa permasalahan air tambang yang dihadapi perusahaan
tambang: pit tergenang, sistem penyaliran air tidak mencukupi,
rusaknya jalan tambang/angkut akibat genangan air, terjadinya
longsor akibat tingkat kejenuhan air dalam lereng
Hal-hal tersebut memerlukan perancangan sistem pengendalian
air tambang yang baik agar operasional tambang dapat optimal
Sumber Air Tambang
Metode:
- Membuat garis imajiner pada peta
topografi yang menghubungkan titik
yang mempunyai elevasi kontur
tertinggi dari sebelah kiri dan kanan
titik terendah suatu bukaan tambang
yang ditinjau.
- Area di dalam garis imajiner pada
peta topografi tersebut merupakan
area tangkapan hujan
Data Curah Hujan
Menentukan besarnya air limpasan yang
harus dikelola pada suatu area tambang
Data yang diperlukan adalah data curah
hujan harian dari stasiun penakar hujan
yang berada di daerah sekitar area tambang
Jika terdapat lebih dari satu stasiun
pengukuran yang letaknya terpencar, maka
yang dipergunakan sebagai perhitungan
adalah curah hujan rata-rata pada daerah
tersebut
Metode penentuan curah hujan rata-rata:
- Rata-rata Aritmatik
- Poligon Thiessen
- Isohiet
Perhitungan Curah Hujan Rencana
Desain pengendalian air tambang perlu memperhitungkan
kondisi hujan yang paling ekstrem (hujan tertinggi yang
mungkin terjadi pada periode perencanaan operasional
tambang)
Melalui analisis frekuensi yaitu analisis kemungkinan tinggi
hujan yang terjadi dalam kala ulang tertentu sebagai hasil dari
suatu rangkaian analisis hidrologi
Tahapan analisis frekuensi perhitungan curah hujan rencana:
- Parameter statistik
- Pemilihan jenis metode
- Uji kebenaran sebaran (uji chi-kuadrat & uji smirnov-
kolmogorov)
- Perhitungan intensitas hujan rencana
Perhitungan Debit Limpasan
Data intensitas hujan akan digunakan untuk mengetahui
besarnya air limpasan yang akan masuk ke dalam area
pertambangan dilakukan dengan menggunakan rumus
rasional
Q = 0,278 C . I . A
dimana:
Q : debit banjir rencana (m3/detik)
C : Koefisien run off
I : Intensitas hujan (mm/jam)
A : Luas Daerah Aliran (km2)
Analisis Geohidrologi
Data Lithologi
Data Permeabilitas
Data Muka Air Tanah
Perhitungan Debit Air Tanah
Data Lithologi
Keberadaan air tanah tergantung pada besarnya curah hujan,
besarnya air yang dapat meresap kedalam tanah, juga kondisi
lithologi (batuan) dan geologi setempat
Lapisan tanah memiliki tiga zona penting kaitannya dengan air
tanah, yaitu zona jenuh air, zona kapiler dan zona jenuh
sebagian
Data lithologi diperlukan dalam studi hidrogeologi untuk
memprediksi pola aliran dan debit air tanah
Data Permeabilitas
Permeabilitas merupakan sifat batuan yang mengalirkan air
melalui rongga pori yang dipengaruhi oleh tahanan (dimana
bergantung pada jenis batuan, ukuran dan bentuk butiran,
rapat masa, bentuk geometri rongga pori, serta temperatur)
terhadap aliran air tanah
Data permeabilitas batuan digunakan untuk mengitung debit
rembesan air tanah yang keluar akibat
Koefisien permeabilitas ditentukan dengan 2 cara, yaitu:
- Pengujian di laboratorium (konstan head permeter)
- Pengujian di lapangan (slug test, pumping test)
Perhitungan Debit Air Tanah
Data Muka Air Tanah
Tinggi muka air tanah dan pola aliran air tanah sangat penting
untuk menentukan debit rembesan air tanah yang masuk ke
dalam bukaan tambang
diperoleh dari pengukuran yang dilakukan pada lubang hasil
pemboran eksplorasi maupun pemboran geoteknik
menggunakan piezometer
Meliputi:
Pengendalian Air Limpasan pada Jalan Angkut
Pengendalian Air Limpasan pada Timbunan Batuan Penutup
Pengendalian Air Limpasan pada Fasilitas Penunjang Lainnya
Jenjang penambangan
- air hujan dan air limpasan di jenjang penambangan tidak boleh
dibiarkan menggenang dan harus segera dialirkan ke sump agar
tidak mengganggu kestabilan lereng tambang
- air tanah yang keluar hasil dari kegiatan vertical dan horizontal
drilling juga harus dialirkan ke sump
- dapat dilakukan dengan cara pembuatan jenjang (ramp) yang
memiliki kemiringan ke arah dalam (crest) sehingga air dapat
mengalir di sepanjang crest untuk kemudian dialirkan keluar
dari jenjang penambangan
Mine Dewatering
Lantai Tambang
- membuat kemiringan tertentu
(2%) agar air tambang yang
masuk ke front tambang dapat
mengalir menuju sump yang
telah ditentukan
- pembuatan sump
- pemompaan air tambang
dilakukan dengan sistem
pemompaan menuju kolam
penampung air / kolam
pengendap di luar bukaan
tambang
Pemantauan
Meliputi:
Pengukuran Curah Hujan
Pengukuran Muka Air Tanah
Besaran curah hujan dan debit air tanah harus diukur secara
periodik untuk dapat digunakan sebagai bahan evaluasi dalam
rangka re-desain apabila sistem pengendalian air tambang yang
telah dibuat tidak memadai dan perancangan sistem
pengendalian air tambang pada lokasi tambang akan
direncanakan seiring kemajuan tambang
Pengukuran Curah Hujan
Dilaksanakan selama tambang beroperasi untuk
mendesain ulang sistem pengendalian air
tambang apabila sistem yang telah dirancang
tidak berfungsi dengan baik
Menggunakan alat penakar hujan (raingauge),
terdiri dari 2 jenis, yaitu penakar hujan biasa
tipe observatorium (obs) atau non recording dan
penakar hujan otomatis yang dapat mencatat
sendiri (self-recording)
Raingauge harus ditempatkan pada area yang
datar dan terbuka untuk menghindari
terhambatnya jatuhan curah hujan kedalam
corong penakar
Penentuan jumlah stasiun hujan dipengaruhi
oleh topografi dan iklim daerah yang akan
dipantau
Pengukuran Muka Air Tanah
Tujuannya untuk memberikan gambaran
informasi tentang perubahan tinggi muka air
tanah dan pola aliran air tanah akibat penggalian
batuan penutup dan komoditas tambang
Pengukurannya dilakukan secara berkala pada
sumur pantau (lubang bor ex pemboran
eksplorasi atau pemboran geoteknik di sekitar
lubang bukaan tambang) dalam waktu yang
relatif sama sehingga hasil pengukuran
menggambarkan kondisi airtanah pada suatu
waktu tertentu
Hasil pengukuran dituangkan menjadi suatu peta
yang menggambarkan bentuk morfologi
permukaan air tanah beserta arah alirannya
Alat yang digunakan adalah piezometer