Keluhan utama
Berdasarkan Alloanamnesis (Tn. N, suami pasien) yang dilakukan via
telepon, suami mengatakan bahwa pasien dibawa ke RSMM Bogor
karena terus-menerus mengomel di rumah membahas masalah yang
lalu, tidak berhenti bicara sudah 1 minggu SMRS.
Keluhan tambahan
Berdasarkan keterangan (Tn. N, suami pasien), 1 minggu SMRS pasien
belanja mukena dengan jumlah sangat banyak, selalu minta diantar
ke bank untuk mengambil uang, sulit tidur, dan tidak merasa lelah.
Riwayat gangguan sekarang
Berdasarkan alloanamnesis (Tn. N, suami) gejala dimulai sejak tahun
2010 pasien mengalami kecelakaan, kepala membentur kaca depan.
Menurut suami, selang beberapa bulan sejak kejadian tersebut emosi
pasien menjadi lebih labil, sering menangis sendirian, pendiam, lebih
senang menyendiri, takut tidur di kamar, dan tidak mau keluar rumah
±1 minggu.
Pasien juga menjadi lebih sering marah-marah, mengomel hal-hal
kecil.
Suami akhirnya membawa pasien berobat ke RS Dharmawangsa dan
dikatakan pasien menderita bipolar.
Pasien ingat memang pernah dibawa ke RS Dharmawangsa, dikatakan
menderita bipolar tapi pasien tidak mengerti dan merasa bahwa ia dibawa
ke RS karena banyak bicara saja.
Tahun 2011 ketika sudah pensiun, pasien mulai
menunjukkan gejala yang sama, sering mengomel tentang
hal-hal kecil, tidak berhenti bicara, pasien hanya tidur
apabila sudah lelah bicara, tidur pun hanya 2-3 jam dalam
sehari.
Pasien dibawa ke pesantren selama 3 bulan untuk
menyembuhkan pasien dari segi spiritual.
Saat itu pasien belum minum obat jiwa apa pun.
Setelah pulang dari pesantren pasien menjadi lebih
pendiam, lebih sering menyendiri, dan menarik diri.
Agustus – September 2016 pasien dirawat di RSMM Bogor
karena keluhan yang marah-marah, mengamuk, dan mengacak
barang-barang karena dimarahi oleh suami ketika membeli banyak
baju dan 20 sprei sampai menghabiskan 30jt rupiah.
Pasien sendiri mengatakan pada saat itu membeli sprei untuk
mempercantik kamarnya dengan suami agar suami bahagia.
Membeli banyak pakaian karena pasien merasa baju-bajunya yang lama
sudah tidak layak pakai.
Pasien pernah memanjat pagar rumah karena ingin kabur
berbelanja lebih banyak lagi barang.
Ketika ditanya tentang hal itu, pasien mengatakan kesal dengan Supinah
(asisten rumah tangga) karena telah mengurungnya di rumah, bukan
hanya dikurung di rumah pasien juga mengatakan dijambak oleh
Supinah – yang menurut pernyataan suami, tidak benar.
Satu minggu lalu (12 Mei 2018) pasien datang ke UGD RSMM
Bogor diantar oleh keluarga (suami dan supir) karena pasien tidak
berhenti marah-marah dan mengomel.
1 minggu terakhir ini pasien juga sering menghabiskan banyak uang
untuk berbelanja hal yang tidak diperlukan dan mengajak orang-
orang sekitar untuk makan-makan di rumah, sampai menghabiskan
uang 40jt rupiah.
Hanya tidur 2 jam dalam sehari, tidak pernah merasa lelah, sampai
tidak makan, mandi, dan solat.
Pasien kesal dengan suami karena selalu menyuruhnya untuk berhenti
bicara dan mengurung pasien tidak boleh keluar rumah.
Menurutnya, ia dibawa ke RSMM karena suami tidak tahan ia tidak
berhenti bicara.
Pasien tidak lelah dan hanya perlu tidur 1-2 jam.
±10 hari SMRS pasien pergi di Tasikmalaya selama 2 hari. Setelah 1 minggu
pasien tidak kunjung pulang. Adik pasien menghubungi Tn. N (suami)
bahwa pasien banyak menghabiskan uang sampai 40jt rupiah
Ketika diantar pulang dari Tasikmalaya, pasien membawa banyak sekali
belanjaan pakaian dan mukena yang kemudian dibagi-bagikan ke tetangga
sekitar rumah.
Pasien juga mengatakan akan naik haji plus dengan seluruh anggota keluarga di
bulan puasa nanti dengan uang pesangon 500jt rupiah yang ia miliki.
Pasien mengatakan mudah saja baginya mendapat uang 500jt karena ia merupakan
orang penting di Bank Indonesia dan akan menggunakan uangnya untuk mengajak
orang-orang untuk naik haji bersama.
Memiliki empat mobil dan dua motor di rumah yang jarang dipakai – hanya sebagai
pajangan.
Berdasarkan keterangan suami; hal tersebut tidak sepenuhnya benar.
Apabila sedang tidak “kumat” pasien lebih menjadi pribadi yang pendiam,
menyendiri, dan lebih senang di rumah mengurus keperluan rumah tangga.
Pasien mengatakan sering mendengar suara-suara bisikan yang
menyuruhnya untuk sabar, istighfar, jangan menangis dan bersedih.
Suara laki-laki dan perempuan yang tidak dikenali.
Muncul apabila pasien sedang sendiri dan merasa sedih.
Tidak ingat sejak kapan suara itu muncul.
Suara terkadang mengajaknya pergi ke suatu tempat, apabila
pasien menurutinya pasien mengatakan suara itu akan
menunjukkan wujudnya.
Pasien tidak pernah mau diajak pergi oleh suara itu.
Suara muncul sudah sejak lama, tidak ingat tepatnya kapan.
Daya nilai
Daya nilai sosial : baik, pasien dapat menyebutkan hal yang seharusnya
dilakukan saat menemukan dompet orang lain.
Penilaian realita : terganggu (pasien masih mengalami halusinasi auditorik
dan memiliki waham grandiosa)
Tilikan
Tilikan derajat 1. Pasien tidak mengetahui bahwa dia sedang sakit; pasien
hanya merasa bahwa ia banyak berbicara.