Anda di halaman 1dari 13

ISLAM

&
KESEHATAN
Oleh :

REZA AZHARI MUSLIM


DASAR AGAMA ISLAM

TAUHID, Tauhid adalah ilmu yang mengajarkan tentang keesaan Allah. Dengan ilmu ini seorang muslim
harus mneyakini akan keberadaan tuhan yang maha esa yaitu, Allah Zat Maha Pencipta sekalian alam.
Dengan mengamalkan ilmu tauhid ini seseorang akan menjadi orang mukmin yang sesungguhnya

SYARIAH, adalah jalan yang harus dilewati oleh seorang muslim untuk lebih mendekat kepada Allah,
setelah seorang muslim itu yakin akan kederadaan Allah Yang Maha Esa. Hal ini berupa ibadah yang
merupakan perwujudan dari ketauhidan dari seorang muslim dan merupakan tugas dan fungsi dari
penciptaan manusia itu sendiri

AKHLAK, adalah tat cara untuk beribadah dengan Allah dan bermu’amalah dengan sesama manusia.
Akhlak itu sendiri merupakan buah dari sebuah keimanan dan kedekatan diri kepada Allah dalam
mewujudkan potensi fitrah yang kita miliki
SUMBER SYARIAH

SUMBER POKOK
◦ Al-Quran
◦ Ash-Sunnah

SUMBER PENDUKUNG
◦ Atsar
◦ Ijtihad Sahabat
◦ Ijtihad Ulama
MAZHAB FIQHIYYAH
Dalam ilmu fiqih terdapat beberapa mazhab. Namun, yang termasyhur didunia ada empat yaitu sebagai berikut.
◦ Hanafiyyah
Memiliki karakter pendekatan rasional. artinya para pengikut mazhab ini lebih mengutamakan pemikiran atau
rasionalitas dalam pengembangan ilmu keislaman

◦ Malikiyyah
Karakter mazhab ini lebih menekannkan pada pendekatan historis, mereka ingin memelihara, menjaga, dan
melaksanakan tradisi umat islam di Madinah yang merupakan model masyarakat umat islam yang ideal.
◦ Syafi’iyyah
Mazhab ini mecoba menggabungkan antara aliran tradisi (malikiyah) dengan aliran pemikiran (Hanafiyah),
sehingga mazhab ini melakukan pendekatan historis dan pendekatan rasional dalam mengambil hukum
fiqih.

◦ Hanabiliyah
Mazhab ini lebih menitikberatkan kepada kemurnian ajaran islam yang sesuai dengan teks Al-Qur’an dan
hadist., hal ini dilakukan demi hidupnya jejeak generasi terdahulu
KARAKTER AGAMA
ISLAM
◦ Egaliter
Prinsip ajaran islam yang pertama adalah prinsip kesamaan. Ajaran islam tidak membedakan umatnya
berdasarkan jenis kelamin, budaya, ras,  ataupun suku. Yang membedakan mereka di hadapan Allah hanyalah
ketaqwaan mereka.
◦ Rasional dan simplicity
Ajaran islam bersifat rasional, artinya dapat diterima dengan akal sehat dan menganjurkan umatnya untuk selalu
menggunakan akal pikirannya. Selain itu, ajaran islam juga bersifat simplicity atau elastis, sehingga ajaran islam
dapat diterima oleh seluruh tingkatan manusia.
◦ Kemajuan
Semua ajaran islam mendorong umatnya untuk selalu memperoleh kemajuan dalam segala aspek kehidupan.
Hal ini juga bertujuan agar terwujud peradaban islam yang maju seperti pada zaman keemasan (golden age)
 islam beberapa abad yang lalu
USHUL FIQIH
Ushul fiqih diartikan sebagai prinsip-prinsip dalam penetapan hukum, ushul fiqih berisi tentang kaidah-
kaidah yang akan digunakan untuk menentukan hukum dari suatu hal.

Tujuan Ushul Fiqih

Menjadi acuan bagi seorang muslim dalam menentukan hukum agama (syara’) dari berbagai dalil dan
sumber dan kenyataan yang ada.

Seorang muslim dapat mengembalikan hukum kepada sumber dan dalilnya. Sehingga seorang muslim
tidak hanya bisa bertaqlid, tetapi bisa mengetahui alur pikiran dan asal usul dari hukum tersebut.

Memungkinkan seorang muslim untuk mengetahui dasar-dasar ijtihad yang tentang ilmu fiqih  di masa
lalu
KAIDAH USHUL FIQIH
◦ Dalam ilmu ushul fiqih terdapat 32 qaidah yang dapat dijadikan acuan untuk menetukan hukum suatu hal. 32 qaidah
tersebut adalah sebagai berikut :

1. Al umur bi maqasidiha: semua perkerjaan ditentukan berdasarkan tujuan dan niatnya. Oleh karena itu, hukum
dalam pekerjaan manusia dapat berubah sesuai dengan niat dan tujuannya.
2. Al Yaqin la yuzalu bi al syakk: sesuatu yang sudah diyakini tidak bisa dibatalkan dengan keraguan. Oleh karena
itu, apabila ada keraguan dalam hal yang sudah yakin adanya maka keraguaan itu tidak berpengaruh atau tidak
bisa merubah hukum.
3. Al Ashlu bara-at al dzimmah: semua orang asalnya bebas dari tanggung jawab. Namun, hal ini berubah jika hak
sudah diambil atau digunakan.
4. Al Ijtihad la yunqadlu illa bi al ijtihad: sebuah ijtihad atau penalaran tidak bisa dibatalkan, kecuali dengan
ijtihad atau penalaran yang lain.
5. Al Masyaqqat tajlib al taisir: kesusahan itu akan mengundang kemudahan. Oleh karena itu, apabila seseorang
mengalami kesusahan dalam menjalankan perintah agama, maka akan muncul beberapa kemudahan atau rukhsah
baginya.
NEXT...
6. Idza dlaqa al amr ittasa’a (wa idza ittasa’a dlaqa): apabila perkara itu sempit untuk dilakukan, maka akan ada
kelonggaran hukum, dan sebaliknya.
7. La dlarara wa la dlirara: tidak diperbolehkan mencelakakan diri sendiri, atau bahkan dicelakakan orang lain.
Oleh karena itu, diwajibkan untuk membela diri.
8. Al Dlarar yuzalu: segala yang mencelakakan itu harus dihilangkan, karena akn menyebar kepada kebagian lain
yang masih baik.
9. Al Dlarurat tubihu al mahzurat: kedaruratan dapat membolehkan hal-hal yang dilarang.
10. Al Dlarurat tuqaddaru bi qadariha: kedaruratan diukur menurut kemestiannya. Oleh karena itu, sebagai seorang
dokter muslim harus berhati-hati dalam menentukan kadar kedaruratan karena hal tersebut akan menimbulkan
hukum yang berbeda
11. Ma jaza bi ‘uzrin bathala bi zawalihi: kebolehan sesuatu karena uzur akan hilang apabila uzur tersebut hilang.
12. Idza zala al mani’ ‘ada al mamnu’: apabila hal yang menjadi uzur hilang, maka larangan bagi sesuatu akan
kembali.
13. Al Dlarar la yuzalu bi mitslihi: suatu kemudharatan tidak boleh dihingkan dengan kemudharatan lain yang
sejenis.
NEXT...
14. Yutahammal al dlarar al khass li daf’i al dlarar al ‘am: bahaya khusus harus diabaikan demi menolak bahaya
umum.
15. Al Dlarar al asyadd yuzalu bi al dlarar al ‘am: bahaya yang besar harus dihilangakan dengan bahaya yang lebih
kecil.
16. Idza ta’aradla mafsadatani ru’iya a’zamahuma dlararan (bi irtikab akhaffihima): apabila terdapat dua
kerusakan maka harus dihindarkan hal yang lebih besar, dengan memperhatikan yang lebih ringan.
17. Yukhtaru ahwan al dlararain: dari dua kemudaratan harus dipilih yang lebih mudah.
18. Mala yudrak kulluh la yutraku kulluhu: segala sesuatu yang tidak bisa diselesaikan sepenuhnya, jangan
ditinggalkan seluruhnya.
19. Dar-u al mafasid muqaddam ‘ala jalab al mashalih: menghindari kerusakan lebih utama daripada mengambil
manfaat.
20. Al Dlarar yudfa’ bi qadar al imkan: suatu bahaya harus ditolak semampunya.
NEXT...
21. Al Hajat tanzilu manzilat al dlarurat: keadaan perlu sama dengan keadaan darurat.

22. Al ‘Adat muhakkamah: kebiasaan bisa menjadi hukum.

23. La yunkar tagayyur al ahkam bi tagayyur al azman: tidak diingkari bahwa terdapat perubahan hukum akibat
berubahnya waktu.

24. Al Baqa’ as-hal min al ibtida’: mengikuti yang sudah ada lebih mudah daripada memulai sesuatu yang belum
ada.

25. Al tasharruf ‘ala al ra’yat manutun bi al maslahat: tindakan terhadap rakytat harus dipertimbangkan
kemashlahatannya.

26. Idza ta’azzarat al haqiqat yusharu ila majaz: apabila susah memaknai dengan makna sebenarnya, maka
boleh diambil makna kiasan (majaz).
NEXT...
27. Idza ta’azzara i’mal al kalam yuhmal: apabila kesulitan memaknai sesuatu dengan makna tekstual, maka
boleh diabaikan.

28. La hujjat ma’a al ihtimal: sesuatu yang meragukan tidak bisa dijadikan alasan atau bukti (hujjah)

29. La ‘ibrat ma’a al wahm: dugaan tidak bisa menjadi pertimbangan.

30. Al Ashl fi al asyya’ al ibahat: hukum awal segala sesuatu adalah boleh.

31. Al Hukm yaduru ma’a al ‘illat: hukum itu harus sesuai dengan masalahnya.

32. Ma lam yatimm al wajib ila bihi fahua wajib: segala sesuatu yang menyebabkan perkara wajib tidak
lengkap dengan ketiadaannya, maka sesuatu tersebut juga bersifat wajib.
MANFAAT USHUL FIQIH BAGI
SEORANG DOKTER MUSLIM

1. Dapat menjadi acuan dalam menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan teori kedokteran dan
kesesuaiannya dengan ajaran islam
2. Sebagai pegangan dalam menghadapi kasus yang berkaitan dengan masalah hukum islam
3. Sebagai penuntun dalam perwujudan ajaran islam dalam profesi sebagai dokter muslim

Anda mungkin juga menyukai