KONFLIK
1.Definisi
Kepemimpinan adalah suatu seni untuk memotivasi sekelompok orang untuk bertindak dalam mencapai
tujuan bersama (Marquis & Huston, 2012).
2. Teori Kepemimpinan
a.The Great Man Theory The Great Man Theory menyimpulkan bahwa pemimpin sejati sudah mempunyai
bakat sejak lahir. Menurut teori ini, seorang pemimpin harus memiliki karisma, kecerdasan, dan
kebijaksanaan (Russel, 2011).
b.. Trait Theories Trait Theories merupakan cabang dari Great Man Theory. Teori ini menyimpulkan bahwa
sifat-sifat tertentu dari seorang individu memberikan kecenderungan yang lebih baik untuk menjadi
pemimpin. Teori ini menekankan bahwa para pemimpin mempunyai ciri-ciri umum dan karakteristik yang
membuat mereka sukses (Russel, 2011).
c. Contingency Theories Contingency Theories menyimpulkan bahwa
seorang pemimpin menjadi besar karena dipengaruhi oleh faktor-
faktor yang lain seperti situasi, kualitas para pengikut atau sejumlah
variabel lainnya. Dalam teori ini tidak ada satu cara yang tepat
untuk memimpin karena faktor internal dan eksternal dari
lingkungan memerlukan pemimpin untuk beradaptasi dengan
situasi tertentu.
d. Situasional Theories Teori Situasional sangat mirip dengan teori
contingency. Teori ini menyimpulkan bahwa kinerja yang baik
ditentukan oleh gaya kepemimpinan yang baik. Kepemimpinan
yang efektif ditentukan oleh pemimpin, kelompok yang dipimpin
dan kinerja yang baik (Russel, 2011) .
e. Behavioral Theories Teori ini bertolak belakang dengan Great Man
Theory, Behavioral Theories menyimpulkan bahwa seorang
pemimpin menjadi besar karena dibuat, tidak dilahirkan. Teori ini
berfokus pada tindakan atau ciri-ciri prilaku para pemimpin.
Pemimpin dapat menjadi seorang pemimpin yang efektif melalui
pengamatan, pengalaman dan pembelajaran
f. Participative Theories : Teori Partisipatif menyimpulkan bahwa pemimpin yang
baik mempertimbangkan apa yang orang lain miliki sebagai masukan. Jenis
kepemimpinan pada teori ini memberikan kepercayaan terhadap bawahan
dengan maksud untuk mengumpulkan partisipasi kolaboratif aktif dalam
organisasi. Dengan membiarkan bawahan untuk terlibat dalam suatu pekerjaan,
maka akan meningkatkan pengetahuan mereka tentang cara kerja dalam
organisasi dan membantu mereka untuk memahami bagaimana proses
pengambilan keputusan oleh pemimpin. Jenis kepemimpinan ini dapat
mengakibatkan konsekuensi negatif jika pemimpin sering meminta pendapat
kepada bawahan kemudian mengabaikan masukan dari bawahan (Russel, 2011) .
• ANTAR INDIVIDU
• INTERNAL ORGANISASI.
• DAMPAK LANGSUNG:
• MENCEGAH:
1. Objek pencetus konflik harus disosialisasikan secara
jelas.
2. Dihindari adanya kesalah pahaman.
3. Benefit harus dibagi secara adil dan merata.
(fairness).
4. Transparansi perlu dijaga.
CARA ( Lanjutan )……….
• MENGHINDARI:
1. Penundaan pelaksanaan menunggu kesiapan
stakeholder.
2. Win-win solution.
3. Penerapan exit strategi.
• MENGURANGI DAMPAK:
1. Mengurangi Skala kegiatan.
2. Penanganan di percepat.
CARA (Lanjutan)….
• PENYELESAIAN KONFLIK:
1. Kesetaraan antar obyek organisasi terkait.
2. Win-win Solution.
3. Masing masing pihak memenuhi tugas dan
kewajibannya.
4. Masing masing pihak sepakat terhadap output
termasuk out come kegiatan organisasi.
PENGARUH
DAMPAK KONFLIK
• Skala Nasional;Daerah;lokal.
• Dampak positif dan Negatif terhadap kinerja
organisasi.
• Eksternal organisasi atau internal organisasi .
• Berlanjut.
• Berhenti pada satu proses.
• Catatan : semua tergantung dari jenis konfliknya.
KOMPETENSI PEMIMPIN
YANG DIHARAPKAN
Kasus
• Perawat R (wanita) 48 tahun (S2 Keperawatan, pengalaman bekerja 18 tahun) adalah manajer keperawatan di unit
perawatan neuroscience di sebuah rumah sakit di Chicago. Beliau memiliki keinginan untuk melakukan renovasi pada
unit perawatan yang dipimpinnya dan perawat R pun menemui direktur keperawatan di RS tersebut. Ketika bertemu
dan menyampaikan keinginannya, ternyata menurut direktur keperawatan, RS hanya memiliki biaya untuk
merenovasi 1 unit saja untuk tahun ini, dan direktur mengatakan sudah ada perawat J (laki-laki) 56 tahun (S1
Keperawatan, pengalaman bekerja 30 tahun) yang merupakan manajer keperawatan di unit perawatan bedah
ortopedi yang juga mengajukan proposal untuk renovasi. Direktur menyarankan mereka untuk bertemu satu sama
lain untuk membahas masalah yang terjadi agar mendapatkan keputusan yang tepat. Perawat R dan Perawat J
sebelumnya juga pernah berkonflik tentang penyusunan standar tindakan keperawatan sehingga mereka jarang
menjalin komunikasi secara langsung. Perawat R pun merasa terpaksa harus menemui Perawat J, dan dalam
pertemuan tersebut terjadi perbedaan pendapat antara keduanya, dimana kedua belah pihak beranggapan bahwa
renovasi di unit perawatan mereka lebih penting dari renovasi di unit perawatan lainnya. Perawat J juga menganggap
perawat R tidak berkewenangan untuk melakukan negosiasi dengannya, yang memiliki kewenangan tersebut adalah
direktur keperawatan. Konflik ini berdampak pula pada kinerja staf perawat yang bekerja di unit masing-masing
terutama dalam hal kolaborasi. Direktur keperawatan merasa bertanggung jawab terhadap kondisi ini, dan ingin
segera menyelesaikannya
DISKUSI PESERTA
SEKIAN……..
TERIMA KASIH….
SEMOGA BERMANFAAT…………!!!!
Maret 2016