Anda di halaman 1dari 17

Psychologi and

Nutrition
Kelompok 8
Astrid Pambayun (1403000071)
Rini Duwi Astutik (1403000084)
Jimi Ganjar A. P. (1403000097)
Mufidatur R. (1403000106)
Nurul Hidayati (1403000111)
Pengertian

Psikologi klinis merupakan bentuk psikologi terapan untuk


menentukan kapasitas dan karakteristik tingkah laku individu dengan
menggunakan metode-metode pengukuran assessment, analisa dan
observasi serta uji fisik dan riwayat sosial agar dapat diperoleh saran
dan rekomendasi untuk membantu penyesuaian diri individu secara
tepat. (American Psychological Association: 1935)
Assesment Psikologi Klinis

Asesmen klinis adalah proses yang digunakan psikolog klinis untuk mengamati dan
mengevaluasi masalah sosial dan psikologi klien, baik menyangkut keterbatasan
maupun kapabilitasnya. sebagai prasyarat bagi terapi, asesmen klinis menyediakan
jawaban untuk pertanyaan-pertanyaan kunci, seperti menyangkut kelemahan klien
dan akibat-akibatnya, defisiensi dan gangguan apa yang terjadi pada pemfungsian
klien atau lingkungan sosialnya untuk mengelola masalah dan mengembangkan
kecenderungan positifnya, serta interfensi apa yang terbaik digunakan untuk dapat
memenuhi kebutuhan klien.
Psikologi klinis dapat memusatkan perhatian
terhadap :

– disfungsi (psikologis) individual, memperhatikan abnormalitas atau kekurangan


dalam aspek pikiran, emosi, atau tindakannya.
– Kekuatan klien, dalam hal kemampuan, keterampilan, atau aktifitas yang
menjadi target evaluasi, dan melukiskan.
– kepribadian subjek.
Metode Assesment dalam Psikologi
Klinis
– Wawancara
– Tes terstruktur
– Tes tak terstruktur
– Assesmen-assesmen perilaku
– Kunjungan rumah
– Catatan kehidupan
– Dokumen pribadi
– Pemfungsian psikofisiologis
Intervensi Klinis

Intervensi dalam rangka psikologi dan khususnya psikologi klinis adalah membantu
klien atau pasien menyelesaikan masalah psikologis, terutama sisi emosionalnya.
Kendall dan Norton Ford berpendapat bahwa intervensi klinis meliputi penggunaan
prinsip-prinsip psikologi untuk menolong orang menangani maslaah-masalah dan
mengembangkan kehidupannya yang memuaskan. Psikologi klinis menggunakan
pengetahuannya mengenai pemfungsian manusia dan sistem-sistem sosial dalam
kombinasi dengan hasil asesmen klinis guna merumuskan cara untuk membantu
perubahan klien ke arah yang lebih baik.
Konseling

Konseling biasanya kita kenal dengan istilah penyuluhan, yang secara awam
dimaknakan sebagai pemberian penerangan, informasi, atau nasihat kepada pihak
lain. Konseling sebagai cabang ilmu dan praktik pemberian bantuan kepada
individu pada dasarnya memiliki pengertian yang spesifik sejalan dengan konsep
yang dikembangkan dalam lingkup profesinya.
1. Konseling sebagai Proses

Konseling sebagai proses berarti konseling tidak dapat dilakukan sesaat. Butuh
proses yang merupakan waktu untuk membantu klien dalam memecahkan
masalah mereka, dan bukan terjadi hanya dalam satu pertemuan. Permasalahan
klien yang kompleks dan cukup berat, konseling dapat dilakukan beberapa kali
dalam pertemuan secara berkelanjutan.
2. Konseling sebagai Hubungan
Spesifik
Hubungan antara konselor dan klien merupakan unsur penting dalam konseling.
Hubungan konseling harus dibangun secara spesifik dan berbeda dengan
hubungan sosial lainnya. Karena konseling membutuhkan hubungan yang
diantaranya perlu adanya keterbukaan, pemahaman, penghargaan secara psitif
tanpa syarat, dan empati.
3. Konseling adalah Membantu Klien

Membantu tetap memberikan kepercayaan pada klien dalam menghadapi dan


mengatasi permasalahan mereka. Hubungan konseling tidak bermaksud
mengalihkan pekerjaan klien pada konselor, tetapi memotivasi klien untuk lebih
bertanggung jawab terhadap dirinya sendiri dan mengatasi masalah.
4. Konseling untuk Mencapai Tujuan
Hidup
Konseling diselenggarakan untuk mencapai pemahaman dan penerimaan diri,
proses belajar dari perilaku adaptif, dan belajar melakukan pemahaman yang lebih
luas tentang dirinya yang tidak hanya membuat “know about” tetapi juga “how to”
sejalan dengan kualitas dan kapasitasnya. Tujuan akhir konseling pada dasarnya
adalah sejalan dengan tujuan hidupnya yang oleh Maslow (1968) disebut
aktualisasi diri.
Anorexia Nervosa dan Bulimia

Hubungan antara gangguan makan dengan masalah psikologi telah banyak diteliti.
Gangguan makan yang kita kenal seperti anoreksia nervosa, bulimia nervosa dan
binge-eating berhubungan dengan masalah psikologi. Mengenai tepatnya
prevalensi anoreksia nervosa, bulimia nervosa dan binge-eating disorder pada
kaum wanita di Indonesia belum ditemukan angka yang tepat, tetapi
kecenderungan anoreksia nervosa pada remaja putri telah banyak diteliti.
Ratnawati dan Sofiah pada tahun 2012 telah meneliti bahwa kecenderungan untuk
menjadi anoreksia nervosa pada remaja putri sebuah sekolah kejuruan (setingkat
dengan sekolah menengah atas) berhubungan dengan kepercayaan diri dan body
image (citra diri).
Anorexia Nervosa dan Bulimia

Penelitian yang dilakukan oleh Smeets dkk pada tahun 2006 terhadap 12 orang wanita
dan 12 orang laki-laki usia 20 tahun dengan berat badan normal, membuktikan bahwa
efek kenyang (satiety) berada di otak manusia. Penelitian ini menerapkan gambaran
struktur otak peserta penelitian menggunakan MRI sebelum dan setelah mengkonsumsi
coklat. Coklat pahit diberikan kepada peserta pada pagi hari setelah puasa sejak jam 10
malam. Coklat pahit dipilih karena memberikan sensari rasa yang cukup kuat. Setelah
puasa semalaman, peserta diberi coklat selama beberapa sesi sampai mereka merasa
kenyang, kemudian diambil gambaran MRI otaknya. Hasil penelitian menunjukkan rasa
kenyang setelah mengkonsumsi coklat berhubungan dengan peningkatan aktivasi
daerah otak di daerah tertentu.
Dengan adanya bukti ilmiah berupa perubahan gambaran otak yang dilihat melalui
MRI yang ternyata berhubungan dengan perilaku makan maka dapat diambil
kesimpulan bahwa emosi bisa berperan dalam proses makan. Proses makan dan
pengaturan emosi tidak lepas dari aktivitas otak sehingga dapat kita katakan bahwa
di dalam otak ada jiwa.
Hubungan Emosi dan Perilaku
Makan
Kondisi jiwa berhubungan dengan gizi melalui jalur neurohormonal (sistem saraf
dan hormon). Misalnya: seorang ibu yang menyusui dalam kondisi relaks akan
meningkatkan hormon oksitosin yang dihasilkan oleh sistem saraf pusat sehingga
produksi air susu ibu (ASI) meningkat yang akan meningkatkan berat badan bayi.
Dalam ilmu kedokteran jiwa, jika emosi tidak harmonis, maka akan mengganggu
sistem lain dalam tubuh kita seperti: sistem pernafasan, sistem endokrin (hormon),
sistem imun (kekebalan tubuh), sistem kardiovaskuler (jantung), sistem metabolik
(pengaturan proses pencernaan dalam tubuh), sistem motorik (pergerakan otot),
sistem nyeri, sistem temperatur (suhu tubuh) dan lain sebagainya
Hubungan Emosi dan Perilaku
Makan
Kelainan perilaku makan yang disebut emotional eating ini penting sekali kita ketahui karena seringkali
kegagalan diet bukan karena secara sadar kita menerapkan perhitungan kalori yang sudah dirancang
oleh ahlinya, tetapi karena kita tidak dapat menahan dorongan hati untuk makan dan terus makan.
Dorongan hati ini mungkin merupakan suatu penghiburan bagi diri kita saat kita stres, depresi, panik,
bahkan cemas. Saat perut terasa kenyang, usus akan mengeluarkan sinyal ke otak untuk menghentikan
asupan makanan. Usus merupakan organ penghasil hormon dan enzim pengatur perilaku makan kita.
Sekarang saya harus berhenti makan! Hal ini merupakan hasil koordinasi usus dengan sistem saraf
pusat (otak). Terdapat pusat kenyang dan pusat lapar di otak kita, pada daerah yang disebut
hipotalamus. Saat ini saya harus makan! Hal ini akan dilakukan saat perut terasa lapar. Pusat kenyang
terdapat di daerah ventromedial hipotalamus dan pusat lapar di daerah ventrolateral hipotalamus.
Hormon dari usus akan diterima oleh reseptor di daerah sekelompok inti saraf yang disebut nukleus
arkuatus.  
Dengan ilmu psikologi kita dapat lebih memahami kepribadian dan tingkah
laku pasien sehingga kita dapat menyelesaikan masalah tersebut dengan
sudut pandang yang berbeda. Dan dapat memahami tentang seseorang
dalam dinamika psikologis yang selalu menjaga kesehatannya, dinamika
psikologis seseorang yang sehat tetapi dia mengalami diagnosa penyakit
kronis serta dinamika psikologis seseorang saat merespon sakit kronis yang
dialaminya.

TERIMAKASI
H

Anda mungkin juga menyukai