Anda di halaman 1dari 46

Magnitudo Bolometrik

 Berbagai magnitudo yang telah kita bicarakan belum


bisa menggambarkan sebaran energi pada spektrum
bintang, karena magnitudo ini hanya diukur pada λ
tertentu saja.
 Untuk itu didefinisikan magnitudo bolometrik (mbol)
yaitu magnitudo bintang yang diukur dalam seluruh λ.
 Rumus Pogson untuk magnitudo semu bolometrik
dituliskan sebagai,
mbol = -2,5 log Ebol + Cbol . . . . . . . . . (4-
L 14)
Fluks bolometrik E = tetapan
4d2

DND - 2006
Magnitudo mutlak bolometrik diberi simbol Mbol
 Magnitudo mutlak bolometrik mempunyai arti penting
karena kita dapat memperoleh informasi mengenai
energi total yang dipancarkan suatu bintang per detik
(luminositas) yaitu dari rumus,

Mbol – Mbol = -2,5 log L/L . . . . . . . . (4-15)

Mbol : magnitudo mutlak bolometrik bintang


Mbol : magnitudo mutlak bolometrik Matahari = 4,75
L : Luminositas bintang
L : Luminositas Matahari = 3,83 x 1033 erg/det

DND - 2006
 Magnitudo bolometrik sukar ditentukan karena
beberapa panjang gelombang tidak dapat menembus
atmosfer Bumi.
 Bintang yang panas sebagian besar energinya
dipancarkan pada panjang gelombang ultraviolet,
sedangkan bintang yang dingin, sebagian besar
energinya dipancarkan pada panjang gelombang
inframerah. Keduannya tidak dapat menembus
atmosfer Bumi.
 Magnitudo bolometrik bintang-bintang panas dan
dingin ini ditentukan secara teori, atau penentuannya
dilakukan di luar atmosfer Bumi.

DND - 2006
 Cara lain adalah cara tidak langsung, yaitu dengan
memberikan koreksi pada magnitudo visualnya.
Magnitudo visual adalah, V = -2,5 log EV + CV
Magnitudo bolometrik adalah, mbol = -2,5 log Ebol + Cbol
Dari dua persamaan ini diperoleh,
V - mbol = -2,5 log EV / Ebol + C

Atau V – mbol = BC . . . . . . . . . . . . . . . . . (4-16)

BC disebut koreksi bolometrik (bolometric correction)


yang harganya bergantung pada temperatur atau
warna bintang

DND - 2006
 Koreksi bolometrik dapat juga dituliskan sebagai,

mv – mbol = BC . . . . . . . . . . . . . . (4-17)

mv adalah magnitudo visual


 Dalam magnitudo mutlak koreksi bolometrik dituliskan
sebagai,
Mv – Mbol = BC . . . . . . . . . . . . . . (4-
18)

DND - 2006
 Untuk bintang yang sangat panas atau sangat dingin,
 sebagian besar energinya dipancarkan pada
daerah ultraviolet atau inframerah, hanya sebagian
kecil saja dipancarkan pada daerah visual.
 koreksi bolometriknya besar
 Untuk bintang yang temperaturnya sedang, seperti
Matahari,
 sebagian besar energinya dipancarkan dalam
daerah visual hingga perbedaan antara mbol dan V
kecil.
 koreksi bolometriknya mencapai harga terkecil.
Koreksi bolometrik bergantung pada warna bintang !

DND - 2006
Hubungan antara BC dengan B-V
2,00
Koreksi bolometrik yang
minimum (BC = 0) terjadi
1,50 pada harga B – V = 0,30

Untuk bintang lainnya,


1,00 apabila B – V diketahui,
Bintang Deret Utama maka BC dapat ditentukan
Contoh, bintang Vega harga
0,50 Bintang Maharaksasa
B – V = 0,
Jadi harga koreksi bolome-
0,00 triknya adalah BC = 0,15
-0,40 0,00 0,40 0,80 1,20

DND - 2006
B-V
Tabel 4.1. Temperatur efektif dan koreksi bolometrik untuk
bintang-bintang Deret Utama dan Bintang Maharaksasa.
Bintang Bintang Bintang Bintang
B - V Deret Utama Maharaksasa B-V Deret Utama Maharaksasa
Teff BC Teff BC Teff BC Teff BC
-0,25 24500 2,30 26000 2,20 0,30 7450 0 6800 -0,100
-0,23 21000 2,15 23500 2,05 0,40 6800 0 6370 -0,090
-0,20 17700 1,80 19100 1,72 0,50 6310 0,03 6020 -0,070
-0,15 14000 1,20 14500 1,12 0,60 5910 0,07 5800 -0,003
-0,10 11800 0,61 12700 0,53 0,70 5540 0,12 5460 0,003
-0,05 10500 0,33 11000 0,14 0,80 5330 0,19 5200 0,100
0,00 9480 0,15 9800 -0,01 0,90 5090 0,28 4980 0,190
0,10 8530 0,04 8500 -0,09 1,00 4840 0,40 4770 0,300
0,20 7910 0 7440 -0,10 1,20 4350 0,75 4400 0,590
DND - 2006
Temperatur Effektif Bintang
Pers. (2-29) : L = 4 p R2 Tef 4 2
R
L E=  Tef4 . (4-19)
d
Pers. (2-30) : E = 4  d 2

R . . . . . . (4-
R =
 d 20)
Radius sudut bintang
d
Subtitusikan pers. (4-20) ke pers. (4-19) diperoleh,

E = 2  Tef4 . . . . . . . . . . . . (4-21)

DND - 2006
 R
d

R

 = 2 . . . . . . . . . . . . . . (4-
22)
Garis tengah sudut

Subtitusikan pers. (4-22) ke pers. (4-21) : E = 2  Tef4


diperoleh,
 2
E=  Tef4 . . . . . . . . . . (4-23)
2
 2
Untuk Matahari : E =  Tef4 . . . . . . . . . . (4-24)
2
DND - 2006
Bandingkan fluks bintang dengan fluks Matahari :
 2
Fluks bintang : E =  Tef4 1/2 1/4
2 Tef  E
 2 =
Tef  E
FluksMatahari : E =  Tef4
2

Jika diambil logaritmanya, maka diperoleh,

log (Tef /Tef) = 0,25 log (E /E) + 0,5 log (/)


. . . . (4-25)

DND - 2006
Dengan menggunakan rumus Pogson, didapatkan,

mbol - mbol = - 2,5 log (E/E) . . . . . . . . . (4-26)

Apabila pers. ini disubtitusikan ke pers. (4-25) :

log (Tef /Tef) = 0,25 log (E /E) + 0,5 log (/)

akan diperoleh,
log Tef = log Tef  0,1 (mbol - mbol) + 0,5 (log   log )
. . . . . . . . . (4-27)

DND - 2006
Untuk Matahari diketahui,
Tef = 5785 K, mbol = 26,79 dan  = 1920”
Jika harga-harga ini dimasukan ke pers. (4-27) :
log Tef = log Tef - 0,1(mbol  mbol ) + 0,5 (log   log )

akan diperoleh,
log Tef = 2,73 – 0,10 mbol – 0,50 log  . . (4-28)
dinyatakan dalam
detik busur

Jadi jika δ dan mbol dapat ditentukan maka Tef dapat dicari.

DND - 2006
Jika Tef sudah dapat ditentukan, maka dengan menggu-
nakan pers. (2-29) :
L = 4 p R2 Tef 4
ditentukan dari δ
dapat dicari

Atau mana saja yang duluan bisa ditentukan, maka yang


lainnya dapat dicari.

DND - 2006
Contoh:
1. Vega adalah bintang deret utama kelas A0 dengan Mv
= 0,58. Tentukanlah Mbol dan Luminositasnya.
Jawab:
Koreksi Bolometrik Vega adalah, BC = 0,15
Mbol = 4,75
Dari pers. (4-18) : Mv – Mbol = BC
diperoleh, Mbol = 0,58 – 0,15 = 0,43
Dari pers. (4-15) : Mbol – Mbol = -2,5 log L/L
diperoleh,
Mbol – Mbol 0,43 – 4,75
Log L/L = = = 1,73
2,5  2,5
Jadi, L = 53,46 L
DND - 2006
2. Dari hasil pengukuran, diameter sudut bintang Vega
adalah 3,24 x 103 detik busur, parallaksnya adalah p
= 0”,133 dan koreksi bolometriknya BC = 0,15. Jika
diketahui Mv = 0,58 tentukanlah,
a. Temperatur efektifnya
b. Radiusnya
c. Dari nilai yang diperoleh dari butir a dan b,
tentukan-lah Luminositasnya. Bandingkan hasilnya
dengan contoh 1.
Jawab:
δ = 3,24 x 103 detik busur BC = 0,15
= 1,57 x108 radian Mv = 0,58
p = 0,133 detik busur,

DND - 2006
a) p = 1/d* d* = 1/p = 1/0,133 = 7.52 pc
= 2,32 x 1018 cm
Rumus modulus jarak (pers. 4-9) untuk magnitudo
bolometrik adalah,
mv – Mv = -5 + 5 log d mv = -5 + 5 log 7.52 + 0,58
= – 0,04
Dari pers. (4-17) : mv – mbol = BC mbol = – 0,19
Dari pers. (4-28) :log Tef = 2,726 – 0,1mbol – 0,5 log 
diperoleh,
log Tef = 2,726 – 0,1(– 0,19) – 0,5 log (3,24 x 103)
Tef = 9766 K

DND - 2006
R
b)  = δ d (1,57 x 10 8) (2,32 x 1019)
d R= =
2 2
 = 2
= 1,82 x 1011 cm = 12,62 R

c) Luminositas bintang dapat ditentukan dari pers.


L = 4 p R2 Tef 4
L = 4  (1,82 x 1011)2 (5,67 x 10-5) (9766)4
= 2,15 x 1035erg/s = 56,08 L

Dari contoh 1, L = 53,46 L

DND - 2006
Soal Latihan :
1. Dari pengamatan diperoleh bahwa magnitudo semu
sebuah bintang adalah mv = 10,4 dan kereksi
bolometriknya BC = 0,8. Jika parallaks bintang
tersebut adalah p = 0”,001, berapakah luminositasnya.
2. Sebuah bintang mempunyai Tef = 8700 K, Mbol = 1,6
dan mbol = 0,8. Tentukanlah jarak, radius dan
luminositas bintang tersebut.

DND - 2006
Soal Latihan :
3. Magnitudo semu visual bintang  Aql adalah 0,78,
temperatur efektifnya adalah 8400 K. Jika parallaks
bintang ini adalah 0”,198 dan diameter sudutnya 2,98
x 10-3 detik busur, tentukanlah :
a. Koreksi bolometrik dan magnitudo mutlak bolome-
trik bintang tersebut.
b. Luminositas dan radius bintang.

DND - 2006
Penyerapan (Absorpsi) Cahaya Bintang Oleh
Atmosfer Bumi
Sebelum sampai ke permukaan Bumi, cahaya yang
berasal dari benda-benda langit akan melewati atmosfer
Bumi. Materi yang berada di atmosfer Bumi, akan
menyerap cahaya tersebut sehingga cahaya yang
diterima di Bumi menjadi lebih redup. Oleh karena itu
pengamatan magnitudo bintang dari permukaan Bumi
harus dikoreksi terhadap penyerapan ini.

DND-2006
Perhatikan gambar berikut :
 Cahaya bintang merambat melalui atmosfer dan
membentuk sudut  terhadap arah zenit.  disebut
jarak zenit (sudut zenit pengamat)

Atmosfer Zenit
 Pada saat cahaya bin- atas
tang melalui atmosfer
bumi (jarak s), sebagian
cahaya tersebut diserap x s
dan sebagian lagi 
disebarkan ke arah lain.
Permukaan
Bumi P

DND-2006
 Proses penyerapan ini dinyatakan oleh koefisien
absorpsi  yang diukur per cm dan sangat ber-
gantung pada panjang gelombang.
 Intensitas cahaya 
bintang pada waktu Atmosfer Zenit
melewati elemen atas
jarak ds akan
berkurang sebesar : dx  ds
x s

Permukaan
Bumi P

DND-2006
dE =  E  ds . . . . . . . . . . . . . . . . (4-
29)
Tanda negatif berarti fluks berkurang
dengan bertambahnya jarak
Fluks yang diterima di bumi.

Integrasikan
dE

pers. (4-29) dari E0 (fluks yang diamati di
E
atas atmosfer) sampai E (fluks yang diamati di bumi)

dan ds dari s sampai 0.


0 0

 
E

dE =   ds ln =   ds

E E0
s s
E0λ

DND-2006
0 0

 
E
= exp   ds E = E0λ exp   ds
E0
s s
. . . . . . . . . (4-
0 30)


Definisikan tebal
optis atmosfer bumi
τλ =  ds . . . . . . . . . (4-
sepanjang garis s. s 31)

Subtitusikan pers. (4-31) ke pers. (4-30) diperoleh,

E = E0λ e  τ  . . . . . . . . . . . . . (4-32)
fluks yang fluks yang diamati
diamati di bumi di atas atmosfer

DND-2006
Misalkan m0 = magnitudo yang diamati di atas atmosfer
m = magnitudo yang diamati di bumi
Dari rumus Pogson (pers. 4-1) diperoleh,
moλ – mλ = - 2,5 log (Eoλ/Eλ) . . . . . . . . . .(4-33)
Subtitusikan pers. (4-30) : E = Eoλ e  τ 
ke pers. (4-33) diperoleh, moλ – mλ = - 2,5 log (eτ)
moλ – mλ = - 2,5 τλ log e
atau, mλ – moλ = 1,086 τλ . . . . . . . . . . .(4-34)
Persamaan di atas mengatakan bahwa cahaya bintang
pada waktu melewati atmosfer bumi dilemahkan sebesar
1,0856 τλ
DND-2006
 Karena  (jarak zenit) selalu berubah dengan
berubahnya waktu pengamatan, maka harga
ekstingsi atmosfer (pengurangan intensitas cahaya
bintang karena diserap dan disebarkan oleh atmosfer
bumi) juga berubah terhadap waktu pengamatan.
 Apabila kita menggunakan bintang standar sepanjang
waktu pengamatan, maka ekstingsi dapat ditentukan
sebagai fungsi waktu; hasilnya dapat digunakan pada
bintang yang kita amati.

 Untuk ketelitian yang tinggi, bintang standar harus


berada di dekat bintang program, dalam hal ini,
diperlukan bintang standar yang banyak.

DND-2006
Menentukan Koefisien Absorpsi
 Andaikan atmosfer bumi plan paralel sehingga
pembelokkan cahaya bintang oleh atmosfer bumi
dapat diabaikan. Zenit 
 sifat-sifat atmosfer Atmosfer A’ B
atas A
bumi hanya ber-
gantung pada ke-
dx  ds
tinggian dari per-
x
mukaan bumi (jadi s
koefisien absorpsi 
di titik A akan
sama dengan di Permukaan
Bumi P
titik B)

DND-2006
Perhatikan gambar berikut :
ds = sec  dx . . . . . . . . . . . . . . . (4-
35)
dx Subtitusikan pers. (4-35) ke
 ds 0 Zenit 

0
pers. (4-29)Atmosfer
: τλ =  ds
atas
0

s
A
B

 

dx
diperoleh, τλ = λ sec  dx = sec  λ dx . . . . . . ds
. (4-36)
s s
x s
Pada arah zenit,  = 0, jadi pers. (4-36) dapat
 dituliskan
menjadi 0
Permukaan
τoλ

= Bumi
s

dx . . . . . . .P. . . . . . (4-37)

DND-2006
Subtitusikan 0

Pers. (4-37)

: τoλ =  dx
s 0
τλ = τoλ sec 
. .(4-38)


ke pers. (4-36) : τλ = sec   dx
s

Selanjutnya subtitusikan pers. (4 -38) ke


pers. (4-34) : mλ – mo = 1,086 τλ

diperoleh, mλ – mo = 1,086 τoλ sec  . . . . . . . . . (4-39)

DND-2006
Untuk menentukan τoλ, bintang standard paling sedikit
harus diamati dalam dua posisi. Biasanya sebelum
pengamatan terhadap bintang program dan sesudahnya.
Posisi bintang program
sewaktu diamati
Posisi ke-2          Posisi ke-1
bintang standar bintang standar
Zenit

2 1

P
DND-2006
Misalkan
 m1 magnitudo bintang standar pada waktu pengamat-
an pertama (t1), dan 1 jarak zenitnya.
 m2 magnitudo bintang standar pada waktu pengamat-
an kedua (t2), dan 2 jarak zenitnya.
Dari pers. (4-39) diperoleh,
mλ1 – mo = 1,086 τoλ sec 1
mλ2 – mo = 1,086 τoλ sec 2
mλ1 – m2 = 1,086 τo (sec 1 – sec 2) . . . . . . . . . (4-
40)

DND-2006
m1 – m2 . . . . . . . . . . . . (4-
atau τo  =
1,086 (sec 1 – sec 2) 41)

mλ1, m2, 1 dan 2 dapat diamati τoλ dapat ditentukan


Nilai τoλ ini selanjutnya bisa digunakan ke pers. (4-39)
untuk bintang-bintang program.

Pers. (4-39) : moλ - mλ = 1,086 τoλ sec 


dapat dicari dapat diamati
dapat diamati ditentukan dari pers. (4-41)

DND-2006
Contoh :
1. Sebuah bintang diamati dengan sebuah teropong yang
ada di sebuah observatorium. Pada waktu bintang
tersebut berada jarak zenit 35o, magnitudo semunya
adalah 5,8, sedangkan pada waktu jarak zenitnya 15o,
magnitudo semunya adalah 5,5. Berapakah magnitudo
semu binatang tersebut apabila diamati di luar
atmosfer bumi.

DND-2006
Penyerapan (Absorpsi) Cahaya Bintang Oleh
Materi Antar Bintang
 Ruang antar bintang tidak hampa. tetapi dipenuhi
dengan materi antar bintang (MAB)
 Pada waktu melewati MAB ini,
cahaya bintang mengalami
pelemahan, karena sebagian
cahaya bintang tersebut diserap
oleh MAB. Oleh karena itu,
magnitudo bintang yang diamati
di Bumi, harus dikoreksi terhadap
penyerapan/absorpsi ini.

DND-2006
 Proses penyerapan cahaya bintang oleh MAB pada
prinsipnya hampir sama dengan proses penyerapan
oleh atmosfer Bumi.
Misalkan  adalah koefisien absorpsi dalam cm-1 yang
bergantung pada .
Ketebalan optis  antara bumi dengan bintang pada jarak
s adalah (lihat pers. 4-31) :
0


τλ =  ds . . . . . . . . . . . . . (4-42)
s

DND-2006
Akibat absorpsi oleh MAB ini, maka fluks yang diamati di
Bumi (di luar atmosfer Bumi) adalah (lihat penentuan
pers. 4-30)
E = Eoλ e  τ  . . . . . . . . . . . . . (4-43)
fluks yang diamati di fluks yang diamati
luar atmosfer bumi sebelum melewati MAB

Akibat penyerapan oleh MAB ini, magnitudo bintang di


lemahkan sebesar (lihat penentuan pers. 4-34)

DND-2006
mλ – m0λ = 1,086 τλ . . . . . . . . . . . . . (4-44)
magnitudo di luar magnitudo sebelum
atmosfer bumi melewati MAB
Δ m = mλ – m0λ = Aλ . . . . . . . . . . . . . . . . . (4-45)
disebut besaran absorpsi
untuk panjang gelombang visual, pers. (4-45) menjadi,
Δ mv = mv – m0v = Av . . . . . . . . . . . . . . . . . (4-
Dengan demikian, persamaan 46)Pogson harus dikoreksi
terhadap absorpsi ini, sehingga persamaan Pogson
(pers. 4-9) dapat dituliskan menjadi,

m – M = -5 + 5 log d + Av . . . . . . . . . . . . (4-47)

DND-2006
Untuk pengamatan dalam dua panjang gelombang yang
berbeda yaitu 1 dan 2,
Pers. (4-45) : m – mo = A
dapat dituliskan menjadi,
(m 1 – mo 1 ) – (m 2– mo 2) = Aλ 1– A 2

atau (m 1 – m 2 ) – (m 1 – m 2)o = A –


1
A 2

disebut Ekses Warna dan diberi simbol E

Jadi :
E = (m  m )  (m  m )o = A  A . . . . (4-48)
12 1 2 1 2 1 2

DND-2006
Selanjutnya definisikan perbandingan absorpsi sbb:
Aλ 1
R= . . . . . . . . . . . . . . . (4-49)
Eλ 12

Maka A 1 = R Eλ 12 . . . . . . . . . . . . . . (4-50)

Untuk sistem UBV , ekses warna dituliskan sebagai

EBV = E(B - V) = (B - V) - (B - V)o . . . . . . (4-


51)
dan AV = R EBV . . . . . . . . . . . . . (4-52)

DND-2006
Untuk MAB yang normal , harga R = 3,2

sehingga : AV = 3,2 EBV . . . . . . . . . . . . . . . (4-53)

 Makin besar harga R, maka absorpsi yang


disebabkan oleh MAB akan semakin besar.
Pada umumnya, untuk MAB :
mB = 1,31 mV
mU = 1,53 mV
mB - mV = (B - V) = 0,31 mV
mU - mB = (U - B) = 0,22 mV

DND-2006
Dari hubungan ini diperoleh,
(U - B)
= 0,72
(B - V)

E(U - B) EUB
atau = = 0,72 . . . . . . . . . . . (4-54)
E(B - V) EBV

dapat digunakan untuk mengoreksi absorpsi yang


disebabkan oleh MAB,

Absorpsi cahaya bintang oleh MAB disebut juga sebagai


efek pemerahan (reddening) karena akibat absorpsi,
cahaya bintang menjadi lebih merah

DND-2006
Untuk menentukan efek pemerahan suatu bintang, dapat
digunakan diagram dua warna sebagai berikut :
 Buat diagram antara (U-B) dan (B-V) untuk bintang-
bintang yang tidak mengalami absorpsi
1.2
arah pemerahan,
0.8 ditentukan dari
E(U - B)
0.4 = 0,72
E(B - V)
(U  B)O

0.0

0.4

0.8

1.2
0. 0.0 0.4 0.8 1.2
DND-2006 4 (B  V)O
 Jika kita mempunyai indeks warna (U  B) dan (B  V)
suatu bintang hasil pengamatan, maka indeks warna
bintang tersebut kita plotkan dalam diagran dua warna
tersebut.

1.2
A’
0.8
A
0.4
B’’’
(U  B)O

0.0 B’’

0.4 B’

0.8
B

1.2
0.4 0.0 0.4 0.8 1.2
DND-2006 (B  V)O
Tugas :
Buat diagram dua warna dg menggunakan data warna
intrinsik bintang sebanyak mungkin (Cari sendiri
datanya). Selanjutnya cari paling sedikit 5 buah bintang
hasil pengamatan, kemudian tentukan magnitudo intrinsik
bintang tersebut dengan menggunakan diagram dua
warna yang anda buat.

DND-2006
Soal Latihan
1. Dari hasil pengamatan terhadap sebuah bintang diper-
oleh, B = 4,53 dan V = 4,42, Apabila warna instrinsik
bintang ini sudah diketahui yaitu (B – V)o = 0,25, dan
magnitudo mutlaknya Mv =  2,8 tentukanlah :
a. Magnitudo visual intrinsiknya
b. Jarak sebenarnya bintang ini
(misalkan konstanta absorpsinya R = 3,2)

Lanjut ke Bab V

Kembali ke Daftar Materi

DND-2006

Anda mungkin juga menyukai