Anda di halaman 1dari 26

Colitis

NAMA KELOMPOK :
1. Shelvi Khurrotul Faize
2. Meisany Indah Safitri
3. Siti Hartina
4. Nurrairine
5. Nia Marethalia Erna
6. Anindya Julita Putri
Anatomi fisiologi
• Usus besar terdiri dari kolon, sekum, apendiks, dan
rektum. Sekum membentuk kantung buntu di bawah
taut antara usus halus dan usus besar di katup
ileosekum. Tonjolan kecil mirip jari di dasar sekum
adalah apendiks, jaringan limfoid yang mengandung
limfosit
• Mukosa usus besar, seperti pada usus halus,
mempunyai banyak kripta Lieberkuhn; tetapi, berbeda
dengan usus halus, mukosa usus besar tidak memiliki
vili. Sel-sel epitelnya hampir tidak mengandung enzim.
Sebaliknya, sel ini terutama mengandung sel-sel mukus
yang hanya menyekresi mukus. Sekresi yang dominan
pada usus besar adalah mukus.
Lanjutan

• Colitis penyakit ulceroinflamatorik yg


mengenai kolon, tetapi sebatas mukosa
dan submukosa. Kecuali pada keadaan
parah.
• Berawal dari rektum meluas ke
perkontinuitatum.
• Colitis terjadi pada usus besar, khususnya
bagian kolon desenden sampai rectum.
Gambar : Anatomis letak
terjadinya Colitis
Fungsi utama kolon adalah
- (1) absorbsi air dan elektrolit dari kimus
untuk membentuk feses yang padat
- (2) penimbunan bahan feses sampai
dapat dikeluarkan. Setengah
bagian proksimal kolon berhubungan
dengan absorbsi dan setengah distal kolon
berhubungan dengan penyimpanan.
DEFINISI KOLITIS
• Colitis berasal dari kata kolon (usus besar) dan itis
(peradangan).
• Kolitis ulseratif adalah penyakit yang menyebabkan peradangan
dan luka, yang disebut borok, di lapisan rektum dan usus besar.
Borok terbentuk peradangan telah membunuh sel-sel di garis
usus besar, kemudian perdarahan dan menghasilkan nanah.
Peradangan dalam usus besar juga menyebabkan usus sering
kosong, menyebabkan diare.
• Colitis yang berupa peradangan usus besar menyebabkan gejala
nyeri, meradang, diare dan perdarahan anus. Usus besar
meliputi area dari caecum (tempat menempel usus
buntu/appendiks), kolon ascendant, kolon transversum, kolon
descendent, sigmoid, rektum, dan anus. (Lestari, 2011)
ETIOLOGI
Penyebab kolitis ulseratif tidak diketahui. Teori yang paling umum
bahwa kolitis ulseratif disebabkan oleh beberapa faktor genetik, reaksi sistem
imun yang salah, pengaruh dari lingkungan, penggunaan obat-obatan anti
inflamasi non-steroid, kurangnya kadar anti oksidan di dalam tubuh, faktor
stress, ada atau tidaknya riwayat merokok, dan riwayat mengonsumsi produk
susu.
a.Penyebab genetik Hipotesis
Riwayat adanya kolitis ulseratif pada keluarga diasosiasikan dengan
seseorang yang memiliki risiko tinggi terkena penyakit ini. Kesesuaian
penyakit ini ditemukan pada anak kembar monozigot
b. Reaksi imun
Adanya antibodi antineutrofil sitoplasma/antineutrophil cytoplasmic antibodies
(ANCA) dan anti-Saccharomyces cerevisiae antibodi (ASCA) adalah ciri-ciri
utama dari penyakit inflamasi usus
Lanjutan
• c. Faktor lingkungan
Faktor lingkungan juga berperan. Sebagai contoh, bakteri
yang mereduksi sulfat, memproduksi sulfat, ditemukan
pada sejumlah besar pasien dengan kolitis ulseratif, dan
produksi sulfat pada lebih tinggi pada pasien kolitis
ulseratif dibandingkan pasien-pasien lainnya.

d. Penggunaan obat-obatan anti inflamasi non-steroid


Penggunaan obat-obatan anti inflamasi non-steroid lebih
tinggi pada pasien dengan kolitis ulseratif dibandingkan
dengan kontrol.
TANDA DAN GEJALA
• Gejala utama Kolitis:
1. Diare berdarah
2. Nyeri abdomen/Nyeri perut (nyeri bertambah
saat diare dan kemudian berkurang)
3. Seringkali terjadi demam menggigil dan tanda-
tanda infeksi lain (sesuai penyebab kolitisnya)
4. Penurunan berat badan (Kasus berat)
5. Feses mengandung sedikit darah/tanpa
manifestasi sistemik (Kasus ringan)
6. Kembung dan peningkatan udara usus.
PROGNOSIS
• Dapat terjadi komplikasi : perforasi usus yangterlibat,
terjadinya stenosis usus akibat proses fibrosis,
megakolon toksik (terutamapada colitis ulseratif),
perdarahan, dan degenerasi maligna.
• Diperkirakan risiko terjadinya kanker pada IBD lebih
kurang 13% .
• Risiko terjadi kanker usus besar akan meningkat pada
pasien kolitis ulseratif setelah 8-10 tahun,
• Perjalanan klinis Colitis bervariasi, mayoritas pasien
akan menderita relaps dalam waktu 1 tahun dari
serangan pertama, mencerminkan sifat rekuren dari
penyakit.
Komplikasi yang mungkin muncul pada penderita Colitis jika kondisinya
parah adalah :
• Anemia
• Abses hati pada kolitis amuba
• Dehidrasi
• Hipoksia
• Syok
• Disseminated intravascular coagulation (DIC)
• Toksik megakolon
• Peritonitis
• Perforasi usus
• Obstruksi
• Hemolytic uremic syndrome (HUS)
Perlu pertolongan medis yang adekuat untuk menghindarkan terjadinya
kematian.
Faktor predisposisi
• Faktor-faktor pencetus yang memungkinkan terjadinya
aktivasi respon imun pada penyakit colistis ialah organisme
patogenik (yang belum dapat diidentifikasi), respon imun
terhadap antigen intraluminal (contohnya protein dari susu
sapi), atau suatu proses autoimun dimana ada respon imun
yang sesuai terhadap antigen intraluminal, adapula respon
yang tidak sesuai pada antigen yang mirip yang terjadi pada
sel epitel intestinal (contohnya perubahan fungsi barrier).
Menurut studi prospektif E3N, ditemukan bahwa makanan
dengan protein hewani yang tinggi (daging atau ikan)
berhubungan dengan meningkatnya risiko terjadi penyakit
Colistis, genetik juga mepengaruhi penyakit colisti namun
belum di ketahui penyebabnya, gangguan kesehatan ini
menyebabkan penderita mengalami diare berkepanjangan.
PATOFISIOLOGI
Peradangan mukosa, ulserasi, kerusakan kronis mukosa
kolon.
 tahap awal  ditemukan infiltratperadangan difus yg
terdiri dari sel mononukleus di lamina propria. Infiltrat
neutrofilik di lapisan epitel neutrofil di lumen kriptus
(abses kriptus). Pada ulserasi kolon tidak ada granuloma.
 Kedua  destruksi mukosa lebih lanjut  ulkus meluas
ke submukosa  muskularis propria terpajan
 Dengan remisi penyakit aktif, kawah ulkus terisi jaringan
granulasi, diikuti regenerasi epitel mukosa
 Fibrosi submukosa, kacaunya arsitektur mukosa & atrofi
adl gejala sisa penyakit yg sudah sembuh.
PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
1. Gejala Klinis
Gejala utama dari kolitis ulseratif adalah diare,
perdarahan pada rektum, tenesmus, adanya mukus, dan
nyeri (kram) abdomen.
2. Aspek Fisik dan Laboratorium
a. Aspek Fisik
Pada pemeriksaan fisik, khususnya pemeriksaan
fisik pada region abdomen, tidak khas. Pemeriksaan
fisik seringkali normal pada pasien dengan gejala
klinis yang ringan, kecuali terdapat nyeri perut pada
kuadran kiri bawah
Lanjutan

3. Pemeriksaan Laboratorium
Pada pemeriksaan darah lengkap, dapat ditemukan anemia
dan trombositosis, Dapat ditemukan leukositosis, namun
bukan merupakan indikator yang spesifik pada penyakit ini.

4. Pemeriksaan Radiologi
Pemeriksaan CT-Scan dapat membantu ahli radiologi
dalam membedakan kolitis ulseratif dan penyakit Crohn, jika
pemeriksaan barium enema menunjukkan kemiripan di
antara keduanya. CT dapat mendeteksi bagaimana
karakteristik dari kolitis ulseratif.
Penatalaksanaan
• 1. Penatalaksanaan Medikamentosa Penatalaksanaan medikamentosa
pada pasien kolitis ulseratif, antara lain:
o Asam aminosalisilat Obat ini memiliki efek anti-inflamasi lokal, secara
khusus pada kolon, dan dapat diberikan secara rektal atau oral.
o Kortikosteroid Pengobatan kolitis ulseratif dengan menggunakan steroid
biasanya efektif dalam menimbulkan remisi dan digunakan secara
khusus untuk mengobati kolitis ulseratif eksaserbasi akut.
o ]Antibiotik digunakan dalam mengobati kolitis ulseratif namun tidak
memberikan hasil yang baik.
o Probiotik digunakan untuk mengembalikan flora normal pada usus, dan
telah dilaporkan berhasil pada beberapa kasus
• 2. Penatalaksanaan Bedah
Pembedahan, berupa panproktokolektomi (memotong kolon dan rektum),
merupakan terapi definitif pada kolitis ulseratif. Indikasi operasi pada kolitis
ulseratif bervariasi. Terapi medikamentosa yang gagal merupakan indikasi
yang paling sering untuk dilakukan pembedahan.
IMPLIKASI KEPERAWATAN
PADA COLITIS
Pengkajian
Pemeriksaan Fisik
•Inspeksi
•Auskultasi
•Palpasi
•Perkusi

Pemeriksaan Laboratorium / Data Penunjang


•Hitung darah lengkap untuk memeriksa anemia
•Elektrolit studi dan tes fungsi ginjal dilakukan, sebagai kornis diare dapat
berhubungan hipokalemia, hypomagnesemia , dan pra-gagal ginjal
•Tes fungsi untuk keterlibatan saluran empedu : kolangitis sclerosing utama
•X-Ray
•Urine
Lanjutan
• Bangku budaya, untuk menyingkirkan parasit dan menyebabkan infeksi
• Tingkat sedimentasi eritrosit dapat diukur, dengan tingkat sedimentasi yang
tinggi menunjukkan bahwa proses peradangan hadir.
• C-reactive protein dapat diukur, dengan tingkat yang lebih tinggi menjadi
indikasi lain peradangan.
• Sumsum tulang : Menurun secara umum pada tipe berat/setelah proses
inflamasi panjang.
• Alkaline fostase : Meningkat, juga dengan kolesterol serumdan
hipoproteinemia, menunjukkan gangguan fungsi hati (kolangitis, sirosis)
• Kadar albumin : Penurunan karena kehilangan protein plasma/gangguan
fungsi hati.
• Elektrolit : Penurunan kalium dan magnesium umum pada penyakit berat.
• Trobositosis : Dapat terjadi karena proses penyakit inflamasi.
• ESR : meningkatkarena beratnya penyakit.
• Kadar besi serum : rendah karena kehilangan darah.
Diagnosa
• a)      Diare berhubungan dengan proses inflamasi, iritasi atau
malabsopsi .
• b)      Nyeri abdomen di quadran kiri bawah berhubungan dengan
iritasi pada colon.
• c)      Feses berlendir dan bercampur darah berhubungan
dengan terjadinya infeksi dan iritasi pada kolon
• d)     Kurangnya nafsu makan berhubungan dengan rasa mual.
• e)      Nyeri abdomen, berhubungan dengan peningkatan
peristatik dan inflamasi.
• f)       Kurang volume cairan dan elektrolit berhubungan dengan
anoreksia, mual, dan diare.
• Perubahan nutrisi, kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan pembatasan diet dan mual.
Intervensi
Implementasi

•Tujuan utama mencakup mendapatkan eliminasi


usus normal, hilangnya nyeri abdomen, dan
keram, mencegah kekurangan volume cairan,
mempertahankan nutrisi dan berat badan optimal,
menghindari keletihan, penurunan anxietas,
mencegah kerusakan kulit, mendapatkan
pengetahuan dan pembahasan tentang proses
penyakit dan program terapeutik dan tidak adanya
komplikasi.
Evaluasi
• ada diagnosis kolitis ulserative kronis, pemeriksaan feses
yang cermat dilakukan untuk membedakannya dengan
disentri yang di sebabkan oleh organisme usus umum,
khususnya entamoeba histolityca. Feses positif terhadap
darah. Tes laboratorium akan menunjukkan hematokrik dan
hemoglobin yang rendah, peningkatan hitung darah
lengkap, albumin rendah, dan ketidakseimbangna elektrorit.
• Sigmoidoskopi dan enemabarium dapat membedakan
kondisi ini dari penyakit kolon yang lain dengan gejala yang
serupa. Enema barium akan menunjukkan iregularitas
mukosal, pemendekkan kolon, dan dilatasi lengkung usus.
Terima Kasih

Anda mungkin juga menyukai