Anda di halaman 1dari 54

Stomatitis

Sigit Widyatmoko
Fakultas Kedokteran
Universitas Muhammadiyah Surakarta
Jaringan lunak mulut terdiri dari mukosa pipi, bibir,
ginggiva, lidah, palatum, dan dasar mulut.
Struktur jaringan lunak mulut terdiri dari lapisan tipis
jaringan mukosa yang licin, halus, fleksibel, dan
berkeratin atau tidak berkeratin.
Jaringan lunak mulut berfungsi melindungi jaringan
keras di bawahnya; tempat organ, pembuluh darah,
saraf, alat pengecap, dan alat pengunyah

Pendahuluan
mukosa mulut terdiri dari 3 lapisan,
1) Lapisan epitelium, yang melapisi di bagian
permukaan luar terdiri dari berlapis-lapis sel mati yang
berbentuk pipih (datar) dimana lapisan sel-sel yang
mati ini selalu diganti terus-menerus dari bawah,
 2) Membrana basalis, yang merupakan lapisan
pemisah antara lapisan ephitelium dengan lamina
propria, berupa serabut kolagen dan elastis.
 3) Lamina propria, terdapat ujung saraf rasa sakit,
raba, suhu dan cita rasa, tersebut terdapat juga pleksus
kapiler, jaringan limf dan elemen-elemen penghasil
sekret dari kelenjar-kelenjar ludah yang kecil-kecil
Mulut merupakan pintu gerbang masuknya kuman-kuman
atau rangsangan-rangsangan yang bersifat merusak.
Mukosa mulut dapat mengalami kelainan yang merupakan
kondisi herediter.
Pada keadaan normal di dalam rongga mulut terdapat
bermacam-macam kuman yang merupakan bagian dari
“flora mulut” dan tidak menimbulkan gangguan apapun dan
disebut apatogen
 Jika daya tahan mulut atau tubuh menurun, maka kuman-
kuman yang apatogen itu menjadi patogen dan menimbulkan
gangguan atau menyebabkan berbagai penyakit/infeksi.
 Daya tahan mulut dapat menurun karena gangguan mekanik
(trauma, cedera), gangguan kimiawi, termik, defisiensi
vitamin, kekurangan darah (anemi),
Sariawan merupakan salah satu keadaan yang
sering terjadi secara berulang atau rekuren pada
mukosa mulut seseorang
dapat dikatakan bahwa setiap orang pasti pernah
mengalami sariawan baik yang ringan maupun
yang berat  mengganggu fungsi fisiologis dari
jaringan rongga mulut
dapat menyebabkan seseorang penderita
mengalami gangguan bicara, mengunyah,
menelan & menurunnya kondisi tubuh
Stomatitis adalah inflamasi lapisan
struktur jaringan lunak apa pun pada
mulut.
Stomatitis biasanya merupakan kondisi
yang menyakitkan, yang terkait dengan
kemerahan, pembengkakan, dan kadang-
kadang perdarahan dari daerah yang
terkena.
Bau mulut (halitosis) juga mungkin
menyertai keadaan ini.
Stomatitis terjadi pada semua kelompok
umur, dari bayi hingga dewasa tua.
Definisi
Sariawan atau stomatitis merupakan kelainan
yang terjadi pada selaput lendir di dalam
mulut. Kelainan tersebut berupa luka yang
berbentuk bercak berwarna putih kekuningan
dengan permukaan cenderung cekung.
Stomatitis adalah radang yang terjadi di
daerah mukosa mulut, yang biasanya
melibatkan pipi, gusi, lidah, bibir,
kerongkongan dan bagian atas atau bawah
mulut.
Kata “stomatitis” secara harfiah berarti radang
pada mulut.
Radang ini bisa disebabkan oleh kondisi-
kondisi dalam mulut itu sendiri, seperti
kesehatan mulut yang buruk, gigi tiruan
yang tidak terpasang dengan baik, atau
akibat luka bakar mulut karena makanan
atau minuman panas  atau kondisi-kondisi
yang mengenali seluruh tubuh, seperti
pengobatan, reaksi alergi, terapi radiasi
atau infeksi.
Infeksi Virus:
◦ Beberapa bentuk virus yang ada di dalam
tubuh yang menyebabkan demam dan
berhubungan dengan mulut
◦ Penyakit sistemik yang biasanya menimbulkan
gejala klinis stomatitis antara lain infeksi
herpetic, gonorrhea, measles, leukemia,
HIV/AIDS, kekurangan vitamin C dan lainnya

Penyebab
Infeksi bakteri
◦ Bakteri penyebab sariawan sangat mudah
masuk melalui makanan dan minuman yang
biasa dikonsumsi.
◦ Sariawan yang disebabkan oleh infeksi bakteri
biasanya terjadi saat seseorang menderita sakit
tenggorokan atau penyakit lain yang
disebabkan oleh bakteri.
◦ Jika tidak sering membersihkan rongga mulut
secara teratur bakteri akan mudah berkembang
biak di dalam mulut. Biasanya bakteri akan
menempel di rongga mulut, kemudian akan
menyebabkan peradangan
Serangan Jamur:
◦ Sariawan jenis ini timbul saat seseorang
memiliki sistem kekebalan tubuh yang sangat
rendah atau masalah kesehatan lainnya yang
mungkin memerlukan penggunaan antibiotik
dosis tinggi.
Kurangnya asupan nutrisi
◦ Asupan nutrisi berupa Vitamin C, Vitamin B12,
dan zat besi timbulnya sariawan disertai juga
dengan bibir pecah-pecah atau gusi yang
mudah berdarah.
Terganggunya imunitas tubuh
◦ Contoh : TB, SLE, pemakai steroid
Gangguan hormonal (seperti sebelum atau
sesudah menstruasi) .
Alergi terhadap makanan (seperti cabai
dan nanas)
Penyebab eksternal lain
◦ luka yang ditimbulkan akibat tergigit atau gigi
yang miring, pemasangan gigi palsu atau kawat
gigi, kondisi psikologi seseorang seperti stress.
Klasifikasi stomatitis
Stomatitis Primer
Recurrent Aphtouch Stomatitis (RAS), merupakan
ulcer yang terjadi berulang. Bentuknya 2 – 5 mm,
awal lesi kecil, dan berwarna kemerahan. Akan
sembuh ± 2 minggu tanpa luka parut.
Herpes Simplek Stomatitis, stomatitis yang
disebabkan oleh virus. Bentuknya menyerupai
vesikel.
Vincent’s Stomatitis, stomatitis yang terjadi pada
jaringan normal ketika daya tahan tubuh
menurun. Etiologinya, bakteri normal yang ada
pada mulut, yaitu bakteri flora. Bentuk stomatitis
ini erythem, ulcer dan nekrosis pada ginggival.  
Traumatik Ulcer, stomatitis yang
ditemukan karena trauma. Bentuknya lesi
lebih jelas, dan nyeri tidak hebat.
2  Stomatitis Sekunder, merupakan
stomatitis yang secara umum terjadi
akibat infeksi oleh virus atau bakteri
ketika host (inang) resisten baik lokal
maupun sistemik.
Recurrent aphthous stomatitis (RAS)

• painful oral ulcers and


recurring condition
• may involve buccal,
labial, tongue, hard
and soft palate
mucosal surfaces.
• Shallow ulcers covered
by gray, yellow or
white plaques with
erythema.
RAS (Aetiology&Treatment)

• Unknown aetiology: possible genetic predisposition


– Some factors local trauma, stress, local infections, food allergy,
hormonal fluctuations, exposure to chemicals.
– In association with systemic diseases including HIV infection,
Behcet’s disease, inflammatory bowel disease and celiac
• Treatment:
– topical corticosteroids
– Clorhexidine gluconate mouthwash decrease the severity of
episode
– More severe conditions immunosuppressive therapy
Behçet’s disease
• A rare autoimmune disease
• T cell mediated auto-inflammation of blood vessels.
• Triple-symptom complex: recurrent oral aphthous ulcers,
genital ulcers, and uveitis.
• Non-scarring oral lesions in the form of aphthous ulcers
• Systemic involvement of visceral organs such as GIS,
pulmonary, musculoskeletal, cardiovascular and
neurological systems.
• Treatment: easing the symptoms, reducing inflammation
and controlling immune system.
• high dose steroids/ immunesupp therapy
Oral Lichen Planus (OLP)

• Chronic inflammatory
condition
• Affects 2 % of
population.
• Unknown aetiology
• Hyperkeratosis:
appearing
mostly as white slightly
raised lines and/or
erythema, erosions
OLP (Pathogenesis&Treatment)

• T cell mediated autoimmune disease: cytotoxic T cell


induced apoptosis of epithelial cells.
• Lichenoid lesions:
– include lichenoid drug reactions (anti-hypertensive agents,
NSAID, anti-malarials).
• In association with systemic diseases:
– autoimmune liver disease, chronic active hepatitis
and hepatitis C virus infection, graft versus host disease
Treatment: topical/systemic steroids
Manifestasi Klinis
Masa prodromal atau penyakit 1 – 24 jam,
hipersensitive dan perasaan seperti terbakar
Stadium Pre Ulcerasi, adanya udema / pembengkaan
setempat
Stadium Ulcerasi, pada stadium ini timbul rasa sakit
terjadi nekrosis ditengah-tengahnya, makula pavula
serta terjadi peninggian 1- 3 hari batas sisinya merah
dan udema tonsilasi ini bertahan lama 1 – 16 hari.
Masa penyembuhan ini untuk tiap-tiap individu berbeda
yaitu 1 – 5 minggu.
Gambaran klinis dari stomatitis
Lesi bersifat ulcerasi
bentuk oval / bulat
Sifat tersebar
Batasnya jelas
Biasa singulas (sendiri-sendiri) dan
multiple (kelompok)
Tepi merah
Lesi dangkal
Lesi sembuh tanpa meninggalkan jaringan
parut
Pharmaceuticals agents in Oral
medicine
• Anaesthetics/analgesics (palliative
medicine)
• Anti-inflammatory agents
• Anti-viral,
• Anti-fungal agents
• Local/systemic corticosteroids
• Immunomodulatory/immunosuppres
sive
Palliative medicine
-symptomatic treatment

• relieve symptoms without having


a curative effect on the
underlying disease or cause
• reduce pain and uncomfort
• help to enhance the quality of
life
Anaesthetics/Analgesics

Lidocain cream/spray
Anaesthetic, analgesic
NSAIDs: Analgesic, antipyretic, anti-
inf effect by COX inhibition
– Paracetamol: mild analgesic COX 2
– Benzydamine hydrochloride
suspension
Analgesic, anti-inf NSAID, effect by
inhibiting prostaglandin synthesis
Anti-viral agents

Treatment of herpes infection


• Acyclovir: local/systemic treatment
• Valacyclovir: prodrug of acyclovir
– Better bioavailability
– Systemic treatment
• For treatment of severe viral
infections otherwise palliative
treatment.
Anti-fungal agents

Candida albicans infections


• Nystatin/Mycostatin
– Toxic for parenteral use
– Oral suspension, cream
• Mikanazol
– Oral gel, suspension/cream
• Flukonazol
– Systemic treatment (oral or iv)
Corticosteroids

• naturally produced in adrenal cortex:


mineralocorticoids (aldosterone) and
glucocorticoids (cortisol)
• involved in physiological processes:
Stress response,
Immune response,
Anti-inflammatory,
Fat and protein metabolism
Corticosteroids in Oral
medicine
Most of the cases intermediate-
acting topical steroids.
• Clobetasol propionate
– 0.05 % oral gel or oral paste
• Triamcinolone (0.1 % oral paste)
Systemic treatment with
prednisolone in severe cases
Tumor Jinak: neurofibroma
Neurofibroma adalah suatu neoplasia jinak yang relatif tidak
umum. Secara histologis mengandung campuran dari sel-sel
schwan neoplastik dan akson-akson yang tersebar
Neoplasia ini berkembang dari berkas saraf dan batang saraf
yang besar, menghasilkan pembesaran tumor.
Neurofibroma lebih lunak pada pemeriksaan palpasi
dibandingkan mukosa normal sekitarnya dan sering
digambarkan sebagai suatu konsistensi kistik atau menyerupai
tekstur jaringan adiposa
Neurofibroma dapat menunjukkan variasi warna, antara warna
pucat hingga agak kekuningan
 Pengambilan/eksisi neurofibroma merupakan
terapi sekaligus untuk diagnosis
 Prognosis keseluruhan pada pasien neurofibroma
kurang baik.
 Pasien-pasien dengan kelainan ini dapat
menderita tumor yang terus tumbuh dan
berkembang sepanjang hidup mereka.
 Dalam beberapa kasus dampaknya dapat
merusak estetik dan fungsional. Juga berpotensi
untuk berkembang menjadi sarcoma neurogenik.

Manajemen
Karsinoma sel squamosa
Squamos Cell Carcinoma merupakan kanker yang
sering terjadi pada rongga mulut biasanya secara klinis
terlihat sebagai plak keratosis, ulserasi, tepi lesi yang
indurasi, dan kemerahan dimana squamos cell
carcinoma dapat terjadi pada seluruh permukaan
rongga mulut.
WHO mengklasifikasikan Squamos Cell Carcinoma secara histologist menjadi:
- Well differentiated (Grade I): yaitu proliferasi sel-sel tumor dimana sel-sel

basaloid tersebut masih berdiferensiasi dengan baik membentuk keratin.


- Moderate differentiated (Grade II): yaitu proliferasi sel-sel tumor dimana

sebagian sel-sel basaloid tersebut masih menunjukkan diferensiasi,


membentuk keratin.
- Poorly differentiated (Grade III): yaitu proliferasi sel-sel tumor dimana

seluruh sel-sel basaloid tidak berdiferensiasi membentuk keratin, sehingga


sel sulit dikenali lagi.
Perawatan umunya melibatkan eksisi, electrosurgery,
radiasi, atau kemoterapi jika tumor telah ermanifestasi
luas.
Jika dilakukan eksisi dengan sempurna, menunjukkan
prognosis yang baik.

Manajemen
Angina ludwig merupakan infeksi ruang sub
mandibula berupa peradangan selulitis dari
bagian superior ruang suprahioid, yang
ditandai dengan edema bagian bawah ruang
submandibular, yang mencakup jaringan
yang menutupi otot-otot antara laring dan
dasar mulut, tanpa disertai
pembengkakan pada limfonodus
Menyebabkan kekerasan yang berlebihan
pada jaringan dasar mulut dan mendorong
lidah ke atas dan ke belakang: obstruksi
jalan napas secara potensial.
Angina Ludwig
Gambar: angina ludwig
Paling sering terjadi sebagai akibat infeksi akar
gigi, yakni molar dan premolar, dapat
juga  karena trauma bagian dalam mulut, karies
gigi, dan, tindik lidah yang menyebabkan proses
supuratif kelenjar limfe servikal di dalam ruang
submandibular
Infeksi dari gigi, organisme pembentuk gas tipe
anaerob sangat dominan. 
Bukan berasal dari daerah gigi, biasanya
disebabkan oleh streptococcus dan
staphylococcus

Etiologi
Infeksi gigi nekrosis pulpa karena karies
dalam dan periodontal pocket dalam
merupakan jalan bakteri untuk mencapai
jaringan periapikal  jumlah bakteri yang
banyak  menyebar ke tulang spongiosa
sampai tulang cortical menembus dan masuk
ke jaringan lunak.
Penyebaran infeksi ini tergantung dari daya
tahan jaringan tubuh. Odontogen dapat
menyebar melalui jaringan ikat
(perkontinuitatum), pembuluh darah
(hematogenous), dan pembuluh limfe
(limfogenous).
Perjalanan Penyakit
Demam, nyeri tenggorokan dan leher
disertai pembengkakan di daerah
submandibula yang tampak hiperemis,
drooling (air liur mengalir di luar mulut), dan
trismus. 
Nyeri tekan dan keras pada perabaan
(seperti kayu). Dasar mulut membengkak,
dapat mendorong lidah ke atas
belakang sehingga menimbulkan sesak nafas
karena sumbatan jalan nafas.

Gejala klinis
Prinsip utama jika adanya sumbatan jalan
nafas: menjamin jalan nafas yang stabil
melalui trakeostomi yang dilakukan dengan
anestesia lokal. Trakeostomi dilakukan tanpa
harus menunggu terjadinya dispnea/sianosis
Antibiotik dosis tinggi dan berspektrum luas
secara intravena untuk organisme gram
positif dan gram-negatif serta kuman aerob
dan anaerob. 
Jika terbentuk nanah dilakukan insisi
dan drainase. Insisi dilakukan di garis tengah
secara horizontal setinggi os hyoid (3–4 jari di
bawah mandibula).
Terapi
Fungal infections of the oral
mucosa

Most wide-spread: Candida albicans (70-90%)


As an opportunist pathogen it may be detected in the mouth
of many healthy individuals.

Non-albicans strains: Candida glabrata, krusei, tropicalis,


parapsilosis, guillermondii

Candida dubliniensis: it belongs to the most recently


recognised species that was primarily isolated from HIV infected
individuals’ oral cavity. The number of cases when it’s found in
oral disorder, e.g. parodontitis is growing
Predisposing factors

• Different immune deficiency conditions (the


pseudomembranosus form developes in nearly
90% of HIV infected patients)
• Diabetes mellitus
• Smoking
• Sjögren syndrome
• Long term antibiotic treatment
• Bad oral hygiene, trauma
• Childhood and infancy
• Hormonal changes
• Radiotherapy
Classification of the Candida
infections of oral mucosa

• Primer oral candidiasis: affects the tissue


of the mouth and the surrounding area

• Secunder oral candidiasis: oral


manifestation of generalized candida
infection
Acute pseudomembranosus
oral candidiasis

• Always indicates a severe background


disease in healthy individuals (except
babies)

• In AIDS patients its appearance precisely


indicates the stage of the disease
Pseudomembranosus
candididasis
Recurrent vaginal infections
Patient with asthma
Acute erythematosus

• It is often found in HIV positive patients


but also appears in immune deficiency
conditions and as a consequence of sexual
infections.

• Usually goes with symptoms, causes a


burning, stinging sensation on the mucosa
Acute
erythematosus
form

RA
Glossitis
Polyenes – non toxic used per os

• Nystatin
The most commonly used local drug
Should be a first choice medicine generally
when the infection is not too serious or old or
the patient hasn’t immundeficiency

• Amphotericin B cream, suspension


Also effective with the non-albicans species

Not absorbsed from the digestive


tracts
Triazoles

Flukonazol
• The British National Formulary has
listed it as suitable for dental use
• Non-albicans types are less
sensitive or resistant to it
• A first choice systemic drug if there
is no suspicion of a non-albicans
type causing the infection
• Suspension is available
• Few siginificant drug interaction
alhamdulillah

Anda mungkin juga menyukai