PERTEMUAN 10-11. MENIKMATI CERITA Rido Wahyudi SEJARAH #3 MENGANALISIS KEBAHASAAN TEKS CERITA (NOVEL) SEJARAH Membaca novel tidak dapat dilepaskan dari bahasa yang digunakan. Seperti diketahui bersama bahwa bahasa novel sejarah yang dianut adalah bahasa yang digunakan pada karya sastra novel pada umumnya, yakni konotatif dan emotif. Hal ini berbeda dengan bahasa ilmiah yang denotatif dan rasional. Meskipun konotatif dan emotif novel sejarah tetep mengacu pada bahasa yang digunakan di masyarakat (konvensional) agar tetap dipahami oleh pembacanya. Penggunaan bahasa ini diwujudkan pengarang dengan merekayasa bahasa dengan menggunakan beragam gaya bahasa, pencitraan, dan beragam pengucapan (style). Dapat dipahami secara umum bahwa novelsejarah diciptakan menggunakan bahsa- bahasa yang berfungsi pula sebagai alat komunikasi dalam masyarakat. KAIDAH KEBAHASAAN TEKS NOVEL SEJARAH 1. Banyak menggunakan kalimat bermakna lampau. Contoh: a. Prajurit-prajurit yang telah diperintahkan membersihkan gedung bekas asrama telah menyelesaikan tugasnya b. Dalam banyak hal Gadjah Mada bahkan sering mengemukakan pendapat-pendapat yang tidak terduka dan membuat siapapn yang mendengar akan terperangah, apalagi bila Gadjah Mada berada di tempat berseberangan melawan arus atau pendapat umum dan ternyata Gadjah Mada terbukti berada pada pihak yang benar. KAIDAH KEBAHASAAN TEKS NOVEL SEJARAH 2. Menggunakan kata yang menyatakan urutan waktu (konjungsi kronologis, temporal) seperti : sejak saat itu, setelah itu, mula-mula, kemudian. Contoh: a. Setelah juara gulat itu pergi Sang Adipati bangkit dan berjalan tenang- tenang masuk ke kadipaten. b. “sejak sekarang kau sudah boleh membuat rencana yang harus kau lakukan, Gagak Bongol. Sementara itu, dimana pecandian akan dilakukan, aku usahakan malam ini sudah diketahui jawabannya.” KAIDAH KEBAHASAAN TEKS NOVEL SEJARAH 3. Menggunakan banyak kata kerja yang menggambarkan suatu tindakan (Kata kerja material) Contoh: Didepan Ratu Biksuni Gayatri yang berdiri, Sri Gitarja duduk bersimpun. Emban tua itu meanjutkan tugasnya, kali ini untuk Sekar Kedaton Dyah Wiyat yang lebih tegar daripada kakaknya, atau boleh jadi merupakan penampakan dari dalam hatinya yang menyatakan tidak bisa menerima dengan tulus pernikahan itu. Ketika ibu ratu menangis yang menulari siapapun untuk menangis, Dyah Wiyat sama sekali tidak menitikan air mata. Manakala menatap segenap wajah yang hadir di ruangan itu, yang hadir dan melekat di benaknya justru wajah Rakrian Tanca. Ayunan tangan Gadjah Mada yang memegang keris ke dada prajurit ang tampan itu masih terbayang di kelopak matanya. KAIDAH KEBAHASAAN TEKS NOVEL SEJARAH 4. Menggunakan kata kaerja yang menunjukkan kalimat tak langsung sebagai cara untuk menceritakan tuturan tokoh oleh pengarang. Misalnya mengatakan bahwa, menceritakan bahwa, menurut, menceritakan, menanyakan, menyatakan, menuturkan. Contoh: a. Menurut sangpatih, Galeng telah periksa seluruh kamar Syahbandar dan ia telah menemukan banyak botol dan benda-benda yang ia tak tahu nama dan gunanya. b. Riung samudra mengatakan bahwa ia bingung dengan semua penjelasan kendit galih tentang masalah itu. KAIDAH KEBAHASAAN TEKS NOVEL SEJARAH 5. menggunakan kata kerja yang menyatakan sesuatu yng dirasakan atau dipikirkan oleh tokoh (kata kerja mental), misalnya mersakan, menginginkan, mengharapkan, mendambakan, menganggap. Dll Contoh: a. Gadjah Mada sependapat dengan jalanpikiran Senopati Gajah Enggon. b. Melihat itu, tak seorangpun menolak karena semua berfikir Patih Gajah Mada memang mampu dan layak berada di tempat sekarang ia pegang. KAIDAH KEBAHASAAN TEKS NOVEL SEJARAH 6. Menggunakan banyak dialog. Hal ini ditunjukkan dengan tanda petik ganda (“.....”) dan kata kerja yang menunjukkan tuturan langsung. Contoh: “mana surat itu?” “Ampun, Gusti Adipati, patik takut mana patik bakar.” “surat apa, Nyi Gede, lontar ataukah kertas?” “lon... lon... lon... Kertas barangkali, Gusti, patik tak tau namanya . Bukan lontar.” KAIDAH KEBAHASAAN TEKS NOVEL SEJARAH 7. menggunakan kata-kata sifat (deskriptive language) untuk menggambarkan tokoh, tempat atau suasana. Contoh: Gajah mada mempersiapkan diri sebelum berbicara dan menebar pandangan matamenyapu wajah semua pimpinan prajurit, pimpinan dari satuan masing-masing. Dari apa yang terjadi itu terlihat betapa besar wibawa Gajah Mada, bahkan beberapa prajurit mengakui kewibawaan Gajah Mada jauh lebih besar dari wibawa Jayanegara. Sri Jayanegara masih bisa diajak bercanda, tetapi tidak dengan [atih Daha Gajah Mada, sang pemilik walah yang amat beku itu. MAKNA KIAS DALAM TEKS NOVEL SEJARAH Selain kebahasaan yang diterangkan diatas, novel sejarah juga mengunakan kata atau frasa yang bermakna kias. Hal ini digunakan untuk membangkitkan imajinasi pembaca dan memperindah cerita. Contoh: 1. Di antara para ibu ratu yang terpukul hatinya, hanya Ibu Ratu Rajapatni Gayatri yang bisa berfikir tenang. (sangat sedih) 2. Mampukah Cakradara menjadi tulang punggung mendampingi menyelenggarakan pemerintahan?. (sandaran, sumber kekuatan) 3. Di sebelahnya, Gajah Mada membeku. (diam saja) MAKNA KIAS DALAM TEKS NOVEL SEJARAH Selainmenggunakan kata atau frasa kias, novel sejarah juga banyak menggunakan peribahasa, baik berbahasa daerah maupun berbahasa indonesia. Contoh: 1. Hidup rakyat Majapahit boleh dikata gemah ripah loh jinawikerta tata raharja, hukum ditegakkan, keamanan negara dijaga menjadikan siapapun merasa tenang dan tentram hidup dibawah panji gula kelapa. (hidup makmur aman tenram) 2. Singa Parepen yang disebut Bango Lumayang terpaksa harus menebus dengan nyawa untuk ameng-ameng nyawa yang dilakukannya. (bermain-main dengan nyawa) PENUTUP... Demikian materi Pada pertemuan ke 10-11 ini Semoga kalian dapat memahaminya dengan baik Apabila ada pertanyaan silahkan bisa ditanyakan