Anda di halaman 1dari 12

BAHASA INDONESIA.

XII/1 Guru Pembimbing:


PERTEMUAN 10-11. MENIKMATI CERITA Rido Wahyudi
SEJARAH #3
MENGANALISIS KEBAHASAAN
TEKS CERITA (NOVEL)
SEJARAH
Membaca novel tidak dapat dilepaskan dari bahasa yang digunakan. Seperti
diketahui bersama bahwa bahasa novel sejarah yang dianut adalah bahasa yang
digunakan pada karya sastra novel pada umumnya, yakni konotatif dan emotif. Hal
ini berbeda dengan bahasa ilmiah yang denotatif dan rasional.
Meskipun konotatif dan emotif novel sejarah tetep mengacu pada bahasa yang
digunakan di masyarakat (konvensional) agar tetap dipahami oleh pembacanya.
Penggunaan bahasa ini diwujudkan pengarang dengan merekayasa bahasa dengan
menggunakan beragam gaya bahasa, pencitraan, dan beragam pengucapan (style).
Dapat dipahami secara umum bahwa novelsejarah diciptakan menggunakan bahsa-
bahasa yang berfungsi pula sebagai alat komunikasi dalam masyarakat.
KAIDAH KEBAHASAAN TEKS
NOVEL SEJARAH
1. Banyak menggunakan kalimat bermakna lampau.
Contoh:
a. Prajurit-prajurit yang telah diperintahkan membersihkan gedung bekas
asrama telah menyelesaikan tugasnya
b. Dalam banyak hal Gadjah Mada bahkan sering mengemukakan
pendapat-pendapat yang tidak terduka dan membuat siapapn yang
mendengar akan terperangah, apalagi bila Gadjah Mada berada di tempat
berseberangan melawan arus atau pendapat umum dan ternyata Gadjah
Mada terbukti berada pada pihak yang benar.
KAIDAH KEBAHASAAN TEKS
NOVEL SEJARAH
2. Menggunakan kata yang menyatakan urutan waktu (konjungsi
kronologis, temporal) seperti : sejak saat itu, setelah itu, mula-mula,
kemudian.
Contoh:
a. Setelah juara gulat itu pergi Sang Adipati bangkit dan berjalan tenang-
tenang masuk ke kadipaten.
b. “sejak sekarang kau sudah boleh membuat rencana yang harus kau
lakukan, Gagak Bongol. Sementara itu, dimana pecandian akan
dilakukan, aku usahakan malam ini sudah diketahui jawabannya.”
KAIDAH KEBAHASAAN TEKS
NOVEL SEJARAH
3. Menggunakan banyak kata kerja yang menggambarkan suatu tindakan (Kata kerja
material)
Contoh:
Didepan Ratu Biksuni Gayatri yang berdiri, Sri Gitarja duduk bersimpun. Emban tua itu meanjutkan
tugasnya, kali ini untuk Sekar Kedaton Dyah Wiyat yang lebih tegar daripada kakaknya, atau boleh
jadi merupakan penampakan dari dalam hatinya yang menyatakan tidak bisa menerima dengan tulus
pernikahan itu. Ketika ibu ratu menangis yang menulari siapapun untuk menangis, Dyah Wiyat sama
sekali tidak menitikan air mata. Manakala menatap segenap wajah yang hadir di ruangan itu, yang
hadir dan melekat di benaknya justru wajah Rakrian Tanca. Ayunan tangan Gadjah Mada yang
memegang keris ke dada prajurit ang tampan itu masih terbayang di kelopak matanya.
KAIDAH KEBAHASAAN TEKS
NOVEL SEJARAH
4. Menggunakan kata kaerja yang menunjukkan kalimat tak langsung sebagai
cara untuk menceritakan tuturan tokoh oleh pengarang. Misalnya mengatakan
bahwa, menceritakan bahwa, menurut, menceritakan, menanyakan,
menyatakan, menuturkan.
Contoh:
a. Menurut sangpatih, Galeng telah periksa seluruh kamar Syahbandar dan
ia telah menemukan banyak botol dan benda-benda yang ia tak tahu nama
dan gunanya.
b. Riung samudra mengatakan bahwa ia bingung dengan semua penjelasan
kendit galih tentang masalah itu.
KAIDAH KEBAHASAAN TEKS
NOVEL SEJARAH
5. menggunakan kata kerja yang menyatakan sesuatu yng dirasakan atau
dipikirkan oleh tokoh (kata kerja mental), misalnya mersakan, menginginkan,
mengharapkan, mendambakan, menganggap. Dll
Contoh:
a. Gadjah Mada sependapat dengan jalanpikiran Senopati Gajah Enggon.
b. Melihat itu, tak seorangpun menolak karena semua berfikir Patih Gajah
Mada memang mampu dan layak berada di tempat sekarang ia pegang.
KAIDAH KEBAHASAAN TEKS
NOVEL SEJARAH
6. Menggunakan banyak dialog. Hal ini ditunjukkan dengan tanda petik ganda
(“.....”) dan kata kerja yang menunjukkan tuturan langsung.
Contoh:
“mana surat itu?”
“Ampun, Gusti Adipati, patik takut mana patik bakar.” “surat apa, Nyi Gede, lontar
ataukah kertas?”
“lon... lon... lon... Kertas barangkali, Gusti, patik tak tau namanya . Bukan lontar.”
KAIDAH KEBAHASAAN TEKS
NOVEL SEJARAH
7. menggunakan kata-kata sifat (deskriptive language) untuk menggambarkan tokoh,
tempat atau suasana.
Contoh:
Gajah mada mempersiapkan diri sebelum berbicara dan menebar pandangan
matamenyapu wajah semua pimpinan prajurit, pimpinan dari satuan masing-masing.
Dari apa yang terjadi itu terlihat betapa besar wibawa Gajah Mada, bahkan beberapa
prajurit mengakui kewibawaan Gajah Mada jauh lebih besar dari wibawa
Jayanegara. Sri Jayanegara masih bisa diajak bercanda, tetapi tidak dengan [atih
Daha Gajah Mada, sang pemilik walah yang amat beku itu.
MAKNA KIAS DALAM TEKS
NOVEL SEJARAH
Selain kebahasaan yang diterangkan diatas, novel sejarah juga mengunakan kata atau
frasa yang bermakna kias. Hal ini digunakan untuk membangkitkan imajinasi
pembaca dan memperindah cerita.
Contoh:
1. Di antara para ibu ratu yang terpukul hatinya, hanya Ibu Ratu Rajapatni Gayatri
yang bisa berfikir tenang. (sangat sedih)
2. Mampukah Cakradara menjadi tulang punggung mendampingi
menyelenggarakan pemerintahan?. (sandaran, sumber kekuatan)
3. Di sebelahnya, Gajah Mada membeku. (diam saja)
MAKNA KIAS DALAM TEKS
NOVEL SEJARAH
Selainmenggunakan kata atau frasa kias, novel sejarah juga banyak menggunakan
peribahasa, baik berbahasa daerah maupun berbahasa indonesia.
Contoh:
1. Hidup rakyat Majapahit boleh dikata gemah ripah loh jinawikerta tata raharja,
hukum ditegakkan, keamanan negara dijaga menjadikan siapapun merasa tenang
dan tentram hidup dibawah panji gula kelapa. (hidup makmur aman tenram)
2. Singa Parepen yang disebut Bango Lumayang terpaksa harus menebus dengan
nyawa untuk ameng-ameng nyawa yang dilakukannya. (bermain-main dengan
nyawa)
PENUTUP...
Demikian materi Pada pertemuan ke 10-11 ini
Semoga kalian dapat memahaminya dengan baik
Apabila ada pertanyaan silahkan bisa ditanyakan

Semangat belajar...

Anda mungkin juga menyukai