Anda di halaman 1dari 69

Sanitasi Tempat-Tempat Umum

(STTU)

Nizwardi Azkha, SKM,MPPM,MPd,Msi,C.EIA,C.NLP


Sanitasi Tempat-Tempat Umum
 Suatu usaha untuk mengawasi dan mencegah
kerugian akibat dari tidak terawatnya tempat-tempat
umum tersebut yang mengakibatkan timbul dan
menularnya berbagai jenis penyakit.
 Tempat-tempat umum memiliki potensi sebagai
tempat terjadinya penularan penyakit, pencemaran
lingkungan ataupun gangguan kesehatan lainnya.
Tujuan Pengawasan TTU
 Untuk memantau sanitasi tempat-tempat umum
secara berkala
 Untuk membina dan meningkatkan peran aktif
masyarakat dalam menciptakan lingkungan yang
bersih dan sehat dutempat-tempat umum
 Mencegah timbulnya berbagai macam penyakit
menular dan penyakit akibat kerja
Pengawasan TTU
• Pengawasan atau pemeriksaan sanitasi terhadap
tempat-tempat umum yang bersih guna melindungi
kesehatan masyarakat dari kemungkinan penularan
penyakit dan gangguan kesehatan lainnya
• Pelaksanaan dan pengawasan sanitasi tempat-tempat
umum dilakukan secara berkala dan menjadi tanggung
jawab wilayah kerja Puskesmas setempat
Kriteria suatu tempat umum
Diperuntukkan bagi masyarakat umum
Ada gedung/tempat yang permanen
Ada aktivitas (pengusaha, pegawai,
pengunjung)
Ada fasilitas sanitasi(SAB, toilet,
Urinoir, tempat sampah, drainase)
Identifikasi Masalah
 Melakukan inspeksi sanitasi dan tinjuan lapangan
 Identifikasi permasalahan yang ditemui
 Menentukan prioritas masalah
 Menentukan penyebab masalah
 Menentukan alternative pemecahan masalah
 Tahapan identifikasi:
– Datang ke lokasi
– Meninjau dan melihat keadaan umum sanitasi
– Dicatat untuk dibuat sheet sanitasi(form), yang akan
dipakai dalam melakukan survey nantinya
Langkah Pemeriksaan STTU
1. Persiapan pemeriksaan:
 Mengadakan peninjauan lokasi
– Pemetaan wilayah TTU di wilayah kerja puskesmas
– Mencatat keadaan fasilitas sanitasi yg di inspeksi
• Menentukan pokok-pokok sanitasi(Sanitary Iterms)
– Semua fasilitas yg mempunyai nilai sanitasi (Fasility of Sanitary
Importance)
– Penilaian di lakukan pada dua aspek yaitu: aspek kebersihan
(Cleanlines) dan aspek persyaratan (sanitary code)
• Membuat sheet sanitasi untuk pemeriksaan
– Pengumpulan data, item sanitasi, metode kerja Sifat dan kebiasaan
konsumen memanfaatkan)
– Menyusun formulir pemeriksaan sanitasi
Langkah-langkah pemeriksaan
- Menyusun formulir pemeriksaan sanitasi:
 Jenis tempat dan usaha yg diperiksa
 Jangka waktu dan jumlah pemeriksaannya
 Penilian Kebersihan(K) dan Persyaratan (P)
 Jumlah item yg diperiksa
 Tangggal persyaratan
 Pemeriksa

Dalam Pengisian formulir pemeriksaan akan didapatkan tanda


Negatif(-) dan tanda Positif(+), berarti
» (-) baik untuk K maupun P = tidak ada masalah
» (+) baik untuk K maupun P = ada masalah, berarti juga
fasilitas/keadaan itu perlu diadakan perbaikan
Sasaran Pengawasan

 Manusia sebagai pelaksana kegiatan


(kebersihan secara umum maupun personal
hygiene)
 Alat-alat kebersihan
 Tempat kegiatan
Pentingnya STTU

• Adanya kumpulan manusia yang berhubungan


langsung dengan lingkungan
• Kurangnya pengertian dari masyarakat mengenai
masalah kesehatan
• Kurangnya fasilitas sanitasi yang baik Adanya
kemungkinan besar terjadinya penularan penyakit
• Adanya kemungkinan terjadinya kecelakaan
Penyelenggaraan STTU
 Aspek hukum
Peraturan dan perundang-undangan sanitasi
 Aspek social
Meliputi pengetahuan tentang : kebiasaan
hidup, adat istiadat, kebudayaan, keadaan
ekonomi, kepercayaan, komunikasi, dll
 Aspek administrasi dan management
Meliputi penguasaan pengetahuan tentang
cara pengelolaan STTU
Jenis-jenis TTU
• Hotel • Pemangkas rambut
• Kolam renang • Salon
• Pasar • Stasiun kereta api
• Bioskop • Institusi Kesehatan
• tempat-tempat (Puskesmas, RS,
rekreasi Klinik)
• tempat-tempat
ibadah
Pelaksanaan Pemeriksaan
• Pelaksanaan Evaluasi/penilaian
Yaitu pengujian sesuatu dengan menggunakan alat ukur atau
standar ukuran sesuai dengan standar yg berlaku atau
dipersyaratkan
• Objek penilaiannya:
1. Kebersihan;mempunyai sifat relatif subyektif tergantung
dari kepekaan masing-masing penilai
2. Persyaratan;mempunyai sifat objektif berdasarkan pada
persyaratan atau standar yg berlaku, sedang kepekaannya
tergantung dari kepekaan alat ukurnya
Pelaksanaan Pemeriksaan
• Sistem Penilaiannya
– Ada 2 sistem penilaian yg dilakukan:
• Membandingkan dengan keadaan riil sesuai kenyataan dg
standar yg berlaku
• Membandingkan hasil pengukuran yg menggunakan alt
ukur dg standar tertentu

• Cara menilai:
1. Bentuk nilai % atau angka (kuantitatif)
- Persyaratan
- Kebersihan
Pelaksanaan Pemeriksaan
2. Bentuk ada/ tidaknya masalah
 (+)= ada masalah
 (-)= tidak ada masalah

Misal:
- piring kotor = kebersihan (K),
- piring retak = persyaratan (P),
- piring bersih tapi retak = K (-) dan P (+)
Maksud dan tujuan pemeriksaan
1. Mendeteksi masalah yg ditemukan untuk segera
dilakukan tindakan perbaikan
2. Mengetahui kemajuan dan kemunduran suatu usaha
selama periode waktu tertentu
3. Mengetahui apakah hasil usaha yg diperoleh lebih efektif
dan efisien

Hasil penilaian
4. Hitung jumlah item yg diperiksa
5. Hitung jumlah K(-) yg didapat
6. Hitung jumlah P(-) yg didapat
Rumus

 
•• Keadaan Sanitasi =
• Nilai rata-rata = 100%
Saran Perbaikan (Order Slip)
1. Langsung, disampaikan secara lisan dan memberikan alasan
mengapa diperbaiki dan bagaimana cara memperbaikinya
2. Tidak langsung, jalan memberikan secara tertulis berupa
order for improvement, berisikan:
 Apakah yg harus diperbaiki (what)
 Dimana tempanya(where)
 Apakah masalahnya(why)
 Kapan sudah harus diselesaikan waktunya (when)
 Bagaimana cara memperbaikinya(how)
Tindak Lanjut Hasil Pemeriksaan
(follow up)
• Maksud dan tujuan follow up:
1. Mengadakan penilaian secara terus menerus dari keadaan sanitasi
2. Mencari data yg paling mutakhir guna menentukan perlu tidaknya
segera dilakukan tindakan-tindakan perbaikan
3. Memperoleh data pembanding dari keadaan sanitasi pada waktu
sekarang dengan keadaan sanitasi waktu sebelumnya
4. Memperoleh gambaran keadaan STTU sepanjang tahun
5. Memperoleh data untuk kepentingan penelitian dan pengembangan
PRELIMINARY

SURVEY
GENERAL

AREAL

SURVEY

SANITARY
ORDER FOR
INSPECTATION
IMPROVEMENT

SPESIFIC
FOLLOW UP RECORDING &

INSPECTATION REPORTING

STATISTIC
Cara Mengadakan Pengawasan Tindak
Lanjut
1. Berdasarkan waktu
– Incidental follow up inspection
– Routine follow up inspection
2. Berdasarkan materi
– General follow up inspection
– Special follow up inspection
Manfaat pemeriksaan tindak lanjut

1. Masalah yg timbul segera diketahui dan diperbaiki


2. Masalah yg timbul segera diketahui dan dicarikan
jalan pemecahannya
3. Kerusakan kecil segera diketahui dan diatasi,
sehingga tidak menjadi masalah yg lebih besar dan
dapat dicegah adanya pemborosan
Sistem Penilaian dan Analisis
Permasalahan

1. Adanya klasifikasi permasalahan apabila termasuk


kesalahan yg menyangkut
2. Adanya penentuan prioritas yg perlu diperbaiki
terlebih dahulu disesuaikan dengan kemampuan
Sistem Pencatatan dan Pelaporan
• Follow up inspection dan sanitary inspection sheet
digunakan pada control system

• Perihal objek pengawasan dapat berupa:


1. Terhadap lingkungannya, terutama kebersihan dan
persyaratan
2. Terhadap manusianya, tentang unsur manusianya
sendiri dan hasil kerja, cara melakukan pekerjaan
tersebut
Hambatan bagi Pengusaha
• Kurangnya sosialisasi Peraturan berkaitan dengan
STTU
• Belum dipahami tujuan pengawasan STTU
• Kurangnya keinginan pengusaha dalam melakukan
perbaikan.
• Penerapan Peraturan pemerintah belum tegas dan jelas.
Hambatan dari pemerintah

• Kurangnya peralatan sanitasi di Puskesmas


• Keterbatasan pengetahuan petugas sanitasi
• Alokasi dana utk pengawasan STTU masih kurang
• Transporasi petugas kelapangan untuk pengawasan
yang terbatasas
PENGOLAHAN
LIMBAH RUMAH
SAKIT
Dasar hukum pengelolaan limbah
• UU Nomor 36 Tahun 2009 tentang kesehatan pasal 163 yang berisi upaya
kesehatan lingkungan ditujukan untuk mewujudkan kualitas lingkungan yang
sehat, baik fisik, kimia, biologi, maupun sosial yang memungkinkan setiap
orang mencapai derajat kesehatan yang setinggi-tingginya.
• UU nomor 32 Tahun 2009 tentang perlindungan dan pengelolaan lingkungan
hidup merupakan dasar pembentukan norma hukum lingkungan hidup
nasional. Pengaturan yang ada dimaksudkan untuk menghindarkan lingkungan
dari pencemaran dan kerusakan, yang sering kali berasal dari limbah.
• Pasal 58 Undang-Undang No.32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan
Pengelolaan Lingkungan Hidup sebagai berikut :
1. Setiap orang yang memasukkan ke dalam wilayah Negara Kesatuan Republik
Indonesia, menghasilkan, mengangkut, mengedarkan, menyimpan, memanfaatkan,
membuang, mengolah, dan/atau menimbun B3 wajib melakukan pengelolaan B3.
2. Ketentuan lebih lanjut mengenaai pengelolaan B3 sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) diatur dalam Peraturan Pemerintah.
• Undang-undang nomor 18 Tahun 2008 tentang Pengelolaan Sampah, pada pasal 22 tentang
penanganan sampah terdapat beberapa point yang antara lain:1
1. Pemilahan dalam bentuk pengelompokan dan pemisahan sampah sesuai dengan jenis, jumlah, dan/atau
sifat sampah.
2. Pengumpulan dalam bentuk pengambilan dan pemindahan sampah dari sumber sampah ke tempat
penampungan sementara atau tempat pengolahan sampah terpadu;
3. Pengankatan dalam bentuk membawa sampah dari sumber dan/atau dari tempat penampungan sampah
sementara atau dari tempat pengolahan sampah terpadu menuju ke tempat pemrosesan akhir
4. Pengolahan dalam bentuk mengubah karakteristik, komposisi dan jumlah sampah
5. Pemrosesan dalam bentuk mengubah karakteristik, komposisi dan jumlah sampah;
Peraturan atau kesepakatan internasional dalam pengelolaan limbah

1.The basel convention, Hanya limbah berbahaya


resmi yang dapat di ekspor dari negara yang tidak
memiliki fasilitas atau keahlian untuk
memusnahkan limbah tertentu secara aman ke
negara lain.
2.The “Populler Pays” Priciple, merupakan prinsip
DAMPAK LIMBAH MEDIS

Menularkan agen penyakit kepada kelompok masyarakat disekitar RS yang


rentan, misalnya penderita yang dirawat, atau yang berobat jalan, karyawan
RS, pengunjung, atau pengantar orang sakit, serta masyarakat di sekitar RS.
DAMPAK POSITIF LIMBAH MEDIS
• Meningkatkan pemeliharaan kondisi yang bersih dan rapi, juga meningkatkan
pengawasan pemantauan dan peningkatan mutu rumah sakit sekaligus akan
dapat mencegah penyebaran penyakit (infeksi nosokomial).
• Keadaan lingkungan yang saniter serta esetetika yang baik akan menimbulkan
rasa nyaman bagi pasien, petugas dan pengunjung rumah sakit tersebut.
• Keadaan lingkungan yang bersih mencerminkan keberadaan sosial budaya
masyarakat disekitar rumah sakit.
• Mengurangi tempat berkembang biaknya serangga dan tikus sehingga populasi
kepadatan vektor sebagai mata rantai penularan penyakit dapat dikurangi.
TUJUAN PENGELOLAAN LIMBAH MEDIS

a) Mencegah terjadinya penularan infeksi pada masyarakat sekitarnya.


b) Melindungi terjadinya penyebaran infeksi terhadap para petugas kesehatan.
c) Membuang bahan-bahan berbahaya (bahaya toksik dan radioaktif)
d) Melindungi petugas terhadap kecelakaan kerja.
SYARAT PENGELOLAAN LIMBAH MEDIS

a) Limbah tidak boleh dihinggapi lalat, tikus, dan binatang sejenisnya yang dapat
menyebarkan penyakit.
b) Limbah tidak menimbulkan bau yang busuk, dan suasana yang baik.
c) Limbah tidak boleh mencemari tanah, air, udara.
d) Limbah cair yang beracun harus dipisahkan dari limbah cair dan harus memiliki
tempat penampungan sendiri/ dipisahkan.
Hal-hal Yang Perlu di Perhatikan Dalam Pengelolaan Limbah Medis

a) Penghasilan limbah klinis dan yang sejenisnya harus menjamin keamanan dalam memilah-milah jenis limbah,
pengemasan, pemberian label, penyimpanan, pengangkutan, pengelolaan, pembuangan.
b) Penghasil limbah klinis hendaknya mengembangkan dan secara periodik meninjau kembali strategi
pengelolaan limbah secara menyeluruh
c) Menekan produksi limbah hendaknya menjadi bagian integral dari strategi pengelolaan.
d) Pemisahan limbah sesuai sifat dan jenis ( kategori ) adalah langkah awal prosedur pembuangan yang benar.
e) Limbah radioaktif harus diamankan dan dibuang sesuai dengan peraturan yang berlaku oleh instansi yang
berwenang.
f) Incinerator adalah metode pembuangan yang disarankan untuk limbah tajam, infeksius dan jaringan tubuh.
LIMBAH MEDIS
• Limbah medis padat
• Limbah medis cair

LIMBAH MEDIS PADAT
Limbah benda tajam: obyek/alat yang memiliki sudut tajam, sisi, ujung atau bagian menonjol yang
dapat memotong/menusuk kulit, ex: jarum hipodermik, perlengkapan intravena, pipet pasteur,
pecahan gelas, pisau bedah.
• Limbah infeksius: limbah dari pasien yang melakukan isolasi penyakit menular, limbah laboratorium,
dll.
• Limbah patologi: semua jaringan tubuh yang terbuang dari proses bedah dan autopsi.
• Limbah sitotoksis: bahan yang terkontaminasi obat sitotoksis selama peracikan, pengangkutan atau
tindakan terapi sitotoksis dan harus dimusnahkan melalui incinerator pada suhu lebih dari 1.000ºC
• Limbah farmasi: obat-obat kadaluwarsa, terbuang karena batch yang tidak memenuhi spesifikasi atau kemasan yang
terkontaminasi, obat yang dibuang oleh pasien/masyarakat, obat-obat yang tidak lagi diperlukan oleh
institusi bersangkutan dan limbah yang dihasilkan selama produksi obat- obatan.
• Limbah kimia: limbah yang dihasilkan dari penggunaan bahan kimia dalam tindakan medis,
veterinari, laboratorium, proses sterilisasi, dan riset.
• Limbah radioaktif: bahan yang terkontaminasi dengan radio isotop yang berasal dari penggunaan
medis atau riset radio nukleida.
Limbah medis cair
Limbah cair rumah sakit umumnya mengandung senyawa polutan organik yang
cukup tinggi dan dapat diolah dengan proses pengelolaan secara biologis, baik
yang berasal dari buangan domestik maupun buangan limbah medis klinis.
Limbah laboratorium biasanya banyak mengandung logam berat dan bila dialirkan
ke dalam pengolahan secara biologis akan menganggu proses pengelolaan.
Limbah ini harus dipisahkan dan ditampung kemudian diolah secara kimia-fisika
baru dialirkan bersama-sama dengan limbah cairan lainnya dan diolah dengan
pengelolaan biologis.
Proses pengolahan limbah cair:
• Secara biologis: aerobic, anaerobic, dan
kombinasi.
• Secara gabungan biologis dan kimia-
fisika:
Pengelolaan Limbah Rumah Sakit Rujukan, Rumah Sakit Darurat dan Puskesmas yang Menangani Pasien COVID-19
LANGKAH-LANGKAH
1. Cairan dari mulut dan/atau hidung atau air kumur pasien dimasukkan ke wadah pengumpulan yang disediakan
atau langsung dibuang di wastafel atau lubang air limbah di toilet

2. Air cucian alat kerja, alat makan dan minum pasien dan/atau cucian linen dimasukkan langsung ke dalam
lubang air Limbah yang tersedia

3. Pastikan semua pipa penyaluran air Limbah harus tertutup dengan diameter memadai

4. Pastikan aliran pada semua titik aliran lancar, baik di dalam Gedung maupun di luar Gedung

5. Pemeriksaan instalasi penyaluran dilakukan setiap hari.

6. Pastikan semua unit operasi dan unit proses IPAL bekerja optimal
CONT..
7. Unit proses IPAL sekurang-kurang terdiri atas proses sedimentasi awal, proses
biologis (aerob dan/atau anaerob), sedimentasi akhir, penanganan lumpur, dan
disinfeksi dengan klorinasi (dosis disesuaikan agar mencapai sisa klor 0,1-0,2 mg/I).
Setelah proses klorinasi, pastikan air kontak dengan udara untuk menghilangkan
kandungan klor di dalam air sebelum dibuang ke badan air penerima

8. Lumpur hasil proses IPAL, bila menggunakan pengering lumpur atau mesin
press, dapat dibakar di insinerator atau dikirim ke perusahaan jasa pengolah limbah
B3. Bila tidak dimungkinkan untuk dilakukan keduanya, maka dapat dilakukan
penguburan sesuai dengan kaidah penguburan Limbah B3 sebagaimana diatur dalam
Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan nomor P.56 tahun 2015
CONT..
9. Pengukuran unit proses disinfeksi air limbah dengan kandungan sisa kier
pada kisaran 0,1-0,2 mg/I yang diukur setelah waktu kontak 30 menit
sekurang-kurangnya sekali dalam sehari

10. Pengukuran unit proses disinfeksi air limbah dengan kandungan sisa kier
pada kisaran 0,1-0,2 mg/I yang diukur setelah waktu kontak 30 menit
sekurang-kurangnya sekali dalam sehari
LIMBAH B3 MEDIS
PENGELOLAAN LIMBAH
B3 MEDIS
1. Limbah B3 medis dimasukkan ke dalam wadah/bin yang dilapisi kantong plastik warna
kuning yang bersimbol “bio-hazard”

2. Hanya limbah B3 medis berbentuk padat yang dapat dimasukkan ke dalam kantong plastik
limbah B3 medis

3. Bila di dalamnya terdapat cairan, maka cairan harus dibuang ke tempat3 penampungan air
limbah yang disediakan atau lubang di wastafel atau WC yang mengalirkan ke dalam IPAL
(instalasi pengolahan Air Limbah)

4. Setelah 3⁄4 penuh atau paling lama 12 jam, sampah/limbah B3 dikemas dan diikat rapat.

5. Limbah Padat B3 Medis yang telah diikat setiap 24 jam harus diangkut, dicatat dan disimpan
pada TPS Limbah B3 atau tempat yang khusus

6. Petugas wajib menggunakan APD lengkap seperti tampak gambar


CONT..
7.Pengumpulan limbah B3 medis padat ke TPS Limbah B3 dilakukan dengan menggunakan
alat transportasi khusus limbah infeksius dan petugas menggunakan APD

8. Berikan simbol Infeksius dan label, serta keterangan “Limbah Sangat Infeksius. Infeksius
Khusus”

9. Limbah B3 Medis yang telah diikat setiap 12 jam di dalam wadah/bin harus diangkut dan
disimpan pada TPS Limbah B3 atau tempat yang khusus

10. Pada TPS Limbah B3 kemasan sampah/limbah B3 Covid-19 dilakukan disinfeksi dengan
menyemprotkan disinfektan (sesuai dengan dosis yang telah ditetapkan) pada plastik sampah
yang telah terikat

11. Setelah selesai digunakan, wadah/bin didisinfeksi dengan disinfektan seperti klorin 0,5%,
lysol, karbol, dan lain-lain.
CONT..
12. Limbah B3 Medis padat yang telah diikat, dilakukan disinfeksi menggunakan disinfektan berbasis
klorin konsentrasi 0,5% bila akan diangkut ke pengolah

13. Pengangkutan dilakukan dengan menggunakan alat transportasi khusus limbah dan petugas
menggunakan APD.

14. Petugas pengangkut yang telah selesai bekerja melepas APD dan segera mandi dengan
menggunakan sabun antiseptik dan air mengalir

15. Dalam hal tidak dapat langsung dilakukan pengolahan, maka Limbah dapat disimpan dengan
menggunakan freezer/cold-storage yang dapat diatur suhunya di bawah 0oC di dalam TPS

16. Melakukan disinfeksi dengan disinfektan klorin 0,5% pada TPS Limbah B3 secara menyeluruh,
sekurang-kurangnya sekali dalam sehari

17. Pengolahan limbah B3 medis dapat menggunakan insinerator/autoklaf/gelombang mikro. Dalam


kondisi darurat, penggunaan peralatan tersebut dikecualikan untuk memiliki izin.
CONT..
18. Untuk fasyankes yang menggunakan insinerator, abu/residu insinerator agar dikemas dalam
wadah yang kuat untuk dikirim ke penimbun berizin. Bila tidak memungkinkan untuk dikirim ke
penimbun berizin, abu/residu insinerator dapat dikubur sesuai konstruksi yang ditetapkan pada
Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan nomor P.56 tahun 2015

19. Untuk fasyankes yang menggunakan autoklaf/gelombang mikro, residu agar dikemas dalam
wadah yang kuat. Residu dapat dikubur dengan konstruksi yang ditetapkan pada Peraturan
Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan nomor P.56 tahun 2015.
CONT..
20.Untuk fasyankes yang tidak memiliki peralatan tersebut dapat langsung melakukan
penguburan dengan langkah-langkah sebagai berikut:

a) Limbah didisinfeksi terlebih dahulu dengan disinfektan berbasis klor 0,5%,

b) Limbah dirusak supaya tidak berbentuk asli agar tidak dapat digunakan kembali,

c) Dikubur dengan konstruksi yang ditetapkan pada Peraturan Menteri Lingkungan Hidup
dan Kehutanan nomor P.56 tahun 2015.
Secara umum, limbah rumah sakit terdiri dari tiga kelompok yaitu:

a. Limbah Padat adalah semua limbah rumah sakit yang berbentuk padat akibat
kegiatan rumah sakit yang terdiri dari limbah medis padat dan non medis contonya
limbah farmasi (obat kadaluarsa), pecahan gelas, jarum suntik, pipet dan alat medis
lainnya.

b. Limbah Cair adalah semua air buangan termasuk tinja yang berasal dari kegiatan RS,
yang kemungkinan mengandung mikroorganisme bahan beracun, dan radio aktif serta
darah yang berbahaya bagi kesehatan

c. Limbah Gas adalah limbah yang dapat mengandung mikroorganisme pathogen


bersifat infeksius, bahan kimia beracun, dan sebagian bersifat radioaktif
Limbah Rumah Sakit
limbah rumah sakit adalah semua limbah yang
dihasilkan dari kegiatan Rumah Sakit dalam bentuk padat,
cair, pasta (gel) maupun gas yang dapat mengandung
mikroorganisme pathogen bersifat infeksius, bahan kimia
beracun, dan sebagian bersifat radioaktif
proses aerasi kontak
(contact aeration process),
proses pengolahan dengan
biofilter "Up Flow",
proses pengolahan dengan
sistem "biofilter anaerob-
aerob".
TERIMAKASIH
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai