(STTU)
• Cara menilai:
1. Bentuk nilai % atau angka (kuantitatif)
- Persyaratan
- Kebersihan
Pelaksanaan Pemeriksaan
2. Bentuk ada/ tidaknya masalah
(+)= ada masalah
(-)= tidak ada masalah
Misal:
- piring kotor = kebersihan (K),
- piring retak = persyaratan (P),
- piring bersih tapi retak = K (-) dan P (+)
Maksud dan tujuan pemeriksaan
1. Mendeteksi masalah yg ditemukan untuk segera
dilakukan tindakan perbaikan
2. Mengetahui kemajuan dan kemunduran suatu usaha
selama periode waktu tertentu
3. Mengetahui apakah hasil usaha yg diperoleh lebih efektif
dan efisien
Hasil penilaian
4. Hitung jumlah item yg diperiksa
5. Hitung jumlah K(-) yg didapat
6. Hitung jumlah P(-) yg didapat
Rumus
•• Keadaan Sanitasi =
• Nilai rata-rata = 100%
Saran Perbaikan (Order Slip)
1. Langsung, disampaikan secara lisan dan memberikan alasan
mengapa diperbaiki dan bagaimana cara memperbaikinya
2. Tidak langsung, jalan memberikan secara tertulis berupa
order for improvement, berisikan:
Apakah yg harus diperbaiki (what)
Dimana tempanya(where)
Apakah masalahnya(why)
Kapan sudah harus diselesaikan waktunya (when)
Bagaimana cara memperbaikinya(how)
Tindak Lanjut Hasil Pemeriksaan
(follow up)
• Maksud dan tujuan follow up:
1. Mengadakan penilaian secara terus menerus dari keadaan sanitasi
2. Mencari data yg paling mutakhir guna menentukan perlu tidaknya
segera dilakukan tindakan-tindakan perbaikan
3. Memperoleh data pembanding dari keadaan sanitasi pada waktu
sekarang dengan keadaan sanitasi waktu sebelumnya
4. Memperoleh gambaran keadaan STTU sepanjang tahun
5. Memperoleh data untuk kepentingan penelitian dan pengembangan
PRELIMINARY
SURVEY
GENERAL
AREAL
SURVEY
SANITARY
ORDER FOR
INSPECTATION
IMPROVEMENT
SPESIFIC
FOLLOW UP RECORDING &
INSPECTATION REPORTING
STATISTIC
Cara Mengadakan Pengawasan Tindak
Lanjut
1. Berdasarkan waktu
– Incidental follow up inspection
– Routine follow up inspection
2. Berdasarkan materi
– General follow up inspection
– Special follow up inspection
Manfaat pemeriksaan tindak lanjut
a) Limbah tidak boleh dihinggapi lalat, tikus, dan binatang sejenisnya yang dapat
menyebarkan penyakit.
b) Limbah tidak menimbulkan bau yang busuk, dan suasana yang baik.
c) Limbah tidak boleh mencemari tanah, air, udara.
d) Limbah cair yang beracun harus dipisahkan dari limbah cair dan harus memiliki
tempat penampungan sendiri/ dipisahkan.
Hal-hal Yang Perlu di Perhatikan Dalam Pengelolaan Limbah Medis
a) Penghasilan limbah klinis dan yang sejenisnya harus menjamin keamanan dalam memilah-milah jenis limbah,
pengemasan, pemberian label, penyimpanan, pengangkutan, pengelolaan, pembuangan.
b) Penghasil limbah klinis hendaknya mengembangkan dan secara periodik meninjau kembali strategi
pengelolaan limbah secara menyeluruh
c) Menekan produksi limbah hendaknya menjadi bagian integral dari strategi pengelolaan.
d) Pemisahan limbah sesuai sifat dan jenis ( kategori ) adalah langkah awal prosedur pembuangan yang benar.
e) Limbah radioaktif harus diamankan dan dibuang sesuai dengan peraturan yang berlaku oleh instansi yang
berwenang.
f) Incinerator adalah metode pembuangan yang disarankan untuk limbah tajam, infeksius dan jaringan tubuh.
LIMBAH MEDIS
• Limbah medis padat
• Limbah medis cair
•
LIMBAH MEDIS PADAT
Limbah benda tajam: obyek/alat yang memiliki sudut tajam, sisi, ujung atau bagian menonjol yang
dapat memotong/menusuk kulit, ex: jarum hipodermik, perlengkapan intravena, pipet pasteur,
pecahan gelas, pisau bedah.
• Limbah infeksius: limbah dari pasien yang melakukan isolasi penyakit menular, limbah laboratorium,
dll.
• Limbah patologi: semua jaringan tubuh yang terbuang dari proses bedah dan autopsi.
• Limbah sitotoksis: bahan yang terkontaminasi obat sitotoksis selama peracikan, pengangkutan atau
tindakan terapi sitotoksis dan harus dimusnahkan melalui incinerator pada suhu lebih dari 1.000ºC
• Limbah farmasi: obat-obat kadaluwarsa, terbuang karena batch yang tidak memenuhi spesifikasi atau kemasan yang
terkontaminasi, obat yang dibuang oleh pasien/masyarakat, obat-obat yang tidak lagi diperlukan oleh
institusi bersangkutan dan limbah yang dihasilkan selama produksi obat- obatan.
• Limbah kimia: limbah yang dihasilkan dari penggunaan bahan kimia dalam tindakan medis,
veterinari, laboratorium, proses sterilisasi, dan riset.
• Limbah radioaktif: bahan yang terkontaminasi dengan radio isotop yang berasal dari penggunaan
medis atau riset radio nukleida.
Limbah medis cair
Limbah cair rumah sakit umumnya mengandung senyawa polutan organik yang
cukup tinggi dan dapat diolah dengan proses pengelolaan secara biologis, baik
yang berasal dari buangan domestik maupun buangan limbah medis klinis.
Limbah laboratorium biasanya banyak mengandung logam berat dan bila dialirkan
ke dalam pengolahan secara biologis akan menganggu proses pengelolaan.
Limbah ini harus dipisahkan dan ditampung kemudian diolah secara kimia-fisika
baru dialirkan bersama-sama dengan limbah cairan lainnya dan diolah dengan
pengelolaan biologis.
Proses pengolahan limbah cair:
• Secara biologis: aerobic, anaerobic, dan
kombinasi.
• Secara gabungan biologis dan kimia-
fisika:
Pengelolaan Limbah Rumah Sakit Rujukan, Rumah Sakit Darurat dan Puskesmas yang Menangani Pasien COVID-19
LANGKAH-LANGKAH
1. Cairan dari mulut dan/atau hidung atau air kumur pasien dimasukkan ke wadah pengumpulan yang disediakan
atau langsung dibuang di wastafel atau lubang air limbah di toilet
2. Air cucian alat kerja, alat makan dan minum pasien dan/atau cucian linen dimasukkan langsung ke dalam
lubang air Limbah yang tersedia
3. Pastikan semua pipa penyaluran air Limbah harus tertutup dengan diameter memadai
4. Pastikan aliran pada semua titik aliran lancar, baik di dalam Gedung maupun di luar Gedung
6. Pastikan semua unit operasi dan unit proses IPAL bekerja optimal
CONT..
7. Unit proses IPAL sekurang-kurang terdiri atas proses sedimentasi awal, proses
biologis (aerob dan/atau anaerob), sedimentasi akhir, penanganan lumpur, dan
disinfeksi dengan klorinasi (dosis disesuaikan agar mencapai sisa klor 0,1-0,2 mg/I).
Setelah proses klorinasi, pastikan air kontak dengan udara untuk menghilangkan
kandungan klor di dalam air sebelum dibuang ke badan air penerima
8. Lumpur hasil proses IPAL, bila menggunakan pengering lumpur atau mesin
press, dapat dibakar di insinerator atau dikirim ke perusahaan jasa pengolah limbah
B3. Bila tidak dimungkinkan untuk dilakukan keduanya, maka dapat dilakukan
penguburan sesuai dengan kaidah penguburan Limbah B3 sebagaimana diatur dalam
Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan nomor P.56 tahun 2015
CONT..
9. Pengukuran unit proses disinfeksi air limbah dengan kandungan sisa kier
pada kisaran 0,1-0,2 mg/I yang diukur setelah waktu kontak 30 menit
sekurang-kurangnya sekali dalam sehari
10. Pengukuran unit proses disinfeksi air limbah dengan kandungan sisa kier
pada kisaran 0,1-0,2 mg/I yang diukur setelah waktu kontak 30 menit
sekurang-kurangnya sekali dalam sehari
LIMBAH B3 MEDIS
PENGELOLAAN LIMBAH
B3 MEDIS
1. Limbah B3 medis dimasukkan ke dalam wadah/bin yang dilapisi kantong plastik warna
kuning yang bersimbol “bio-hazard”
2. Hanya limbah B3 medis berbentuk padat yang dapat dimasukkan ke dalam kantong plastik
limbah B3 medis
3. Bila di dalamnya terdapat cairan, maka cairan harus dibuang ke tempat3 penampungan air
limbah yang disediakan atau lubang di wastafel atau WC yang mengalirkan ke dalam IPAL
(instalasi pengolahan Air Limbah)
4. Setelah 3⁄4 penuh atau paling lama 12 jam, sampah/limbah B3 dikemas dan diikat rapat.
5. Limbah Padat B3 Medis yang telah diikat setiap 24 jam harus diangkut, dicatat dan disimpan
pada TPS Limbah B3 atau tempat yang khusus
8. Berikan simbol Infeksius dan label, serta keterangan “Limbah Sangat Infeksius. Infeksius
Khusus”
9. Limbah B3 Medis yang telah diikat setiap 12 jam di dalam wadah/bin harus diangkut dan
disimpan pada TPS Limbah B3 atau tempat yang khusus
10. Pada TPS Limbah B3 kemasan sampah/limbah B3 Covid-19 dilakukan disinfeksi dengan
menyemprotkan disinfektan (sesuai dengan dosis yang telah ditetapkan) pada plastik sampah
yang telah terikat
11. Setelah selesai digunakan, wadah/bin didisinfeksi dengan disinfektan seperti klorin 0,5%,
lysol, karbol, dan lain-lain.
CONT..
12. Limbah B3 Medis padat yang telah diikat, dilakukan disinfeksi menggunakan disinfektan berbasis
klorin konsentrasi 0,5% bila akan diangkut ke pengolah
13. Pengangkutan dilakukan dengan menggunakan alat transportasi khusus limbah dan petugas
menggunakan APD.
14. Petugas pengangkut yang telah selesai bekerja melepas APD dan segera mandi dengan
menggunakan sabun antiseptik dan air mengalir
15. Dalam hal tidak dapat langsung dilakukan pengolahan, maka Limbah dapat disimpan dengan
menggunakan freezer/cold-storage yang dapat diatur suhunya di bawah 0oC di dalam TPS
16. Melakukan disinfeksi dengan disinfektan klorin 0,5% pada TPS Limbah B3 secara menyeluruh,
sekurang-kurangnya sekali dalam sehari
19. Untuk fasyankes yang menggunakan autoklaf/gelombang mikro, residu agar dikemas dalam
wadah yang kuat. Residu dapat dikubur dengan konstruksi yang ditetapkan pada Peraturan
Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan nomor P.56 tahun 2015.
CONT..
20.Untuk fasyankes yang tidak memiliki peralatan tersebut dapat langsung melakukan
penguburan dengan langkah-langkah sebagai berikut:
b) Limbah dirusak supaya tidak berbentuk asli agar tidak dapat digunakan kembali,
c) Dikubur dengan konstruksi yang ditetapkan pada Peraturan Menteri Lingkungan Hidup
dan Kehutanan nomor P.56 tahun 2015.
Secara umum, limbah rumah sakit terdiri dari tiga kelompok yaitu:
a. Limbah Padat adalah semua limbah rumah sakit yang berbentuk padat akibat
kegiatan rumah sakit yang terdiri dari limbah medis padat dan non medis contonya
limbah farmasi (obat kadaluarsa), pecahan gelas, jarum suntik, pipet dan alat medis
lainnya.
b. Limbah Cair adalah semua air buangan termasuk tinja yang berasal dari kegiatan RS,
yang kemungkinan mengandung mikroorganisme bahan beracun, dan radio aktif serta
darah yang berbahaya bagi kesehatan