Anda di halaman 1dari 9

Kelompok 2

Riyan hidayatulloh

M.Al ghifari

Sejarah Peradaban Islam


“MASA DISINTEGRASI”
A. Pengertian disentegrasi
z
Disintegrasi adalah situsi yang tidak adanya peratuan dan kesatuan yang berlaku di dalam

kehidupan bermasyarakat. Kead aan ini akan mengancam adanya perpecahan yang berakibat
pada rusaknya tatanan sosial yang sedang dijalankan. Disintegrasi secara umum, sebagai
lawan kata pengertian integrasi sosial, proses, bentuk, faktor, dan contohnya. Yang memiliki
padangan persatuan dan kesatuan. Perkembangan hidup yang dialami masyarakat memang
selalu berubah-ubah sesuai dengan kondisi dan faktor perubahan sosial yang
dialaminya.Pengertian disintegrasi menurut para ahli, salah satunya diungkapkan oleh Soekanto
Soekamto, yang menyatakan bahwa disintegrasi adalah keadaan yang ada dalam masyarakat
dalam situsi ketiakaturan, hal ini di dasari pada memudarnya norma dan nilai yang sudah
ada.Dari bahasan mengenai disintegrasi di atas, secara khusus arti disintegrasi adalah bentuk
prilaku setiap individu atau masyarakat yang hidup dalam keadaan ketidakaturan, penyebabnya
bisa dengan adanya perubahan sosial yang terus menerus terjadi disetiap sisi
kehidupan.Perkembangan peradaban dan kebudayaan serta kemajuan besar yang dicapai
dinasti abbasiyah pada priode pertama mendorong para penguasa untuk hidup mewah, bahkan
cenderung mencolok. Setiap khalifah cenderung ingin lebih mewah dari pendahulunya.
Kehidupan mewah Khalifah=khalifah ini ditiru oleh para hartawan dan anak-anak pejabat.
Kecendrungan bermewah-mewah ditambah ditambah dengan kelemahan khalifah dan fakror
B. Dinasty yang memerdekakan diri dari Baghdad
z

 Akibat dari kebijaksanaan yang lebih menekankan pembinaan peradaban dan kebudayaan Islam dari pada
persoalan politik itu, propinsi-propinsi tertentu di pinggiran mulai lepas dari genggaman penguasa Bani
Abbas, dengan berbagai cara diantaranya pemberontakan yang dilakukan oleh pemimpin lokal dan
mereka berhasil memperoleh kemerdekaan penuh. Disintegrasi dalam bidang politik sebenarnya sudah
mulai terjadi di akhir zaman Bani Umayyah. Akan tetapi berbicara tentang politik Islam dalam lintasan
sejarah, akan terlihat perbedaan antara pemerintahan Bani Umayyah dengan pemerintahan Bani Abbas.
Wilayah kekuasaan Bani Umayyah, mulai dari awal berdirinya sampai masa keruntuhannya, sejajar
dengan batas-batas wilayah kekuasaan Islam. Hal ini tidak seluruhnya benar untuk diterapkan pada
pemerintahan Bani Abbas. Kekuasaan dinasti ini tidak pernah diakui di Spanyol dan seluruh Afrika Utara,
kecuali Mesir yang bersifat sebentar-sebentar dan kebanyakan bersifat nominal. Bahkan dalam
kenyataannya, banyak daerah tidak dikuasai khalifah. Secara riil, daerah-daerah itu berada di bawah
kekuasaan gubernur-gubernur propinsi bersangkutan. Hubungannyadengan khilafah ditandai dengan
pembayaran upeti. Nampaknya, para khalifah tidak sadar akan bahaya politik dari fanatisme kebangsaan
dan aliran keagamaan itu, sehingga meskipun dirasakan dalam hampir semua segi kehidupan, seperti
dalam kesusasteraan dan karya-karya ilmiah, mereka tidak bersungguh-sungguh menghapuskan
fanatisme tersebut, bahkan ada diantara mereka yang justru melibatkan diri dalam konflik kebangsaan dan
keagamaan itu.
C. Perebutan kekuasaan di pusat pemerintahan
 z yang menyebabkan peran politik Bani Abbas menurun adalah perebutan
Faktor lain
kekuasaan di pusat pemerintahan. Hal ini sebenarnya juga terjadi pada pemerintahan-
pemerintahan Islam sebelumnya. Tetapi, apa yang terjadi pada pemerintahan Abbasiyah
berbeda dengan yang terjadi sebelumnya. Nabi Muhammad SAW memang tidak
menentukan bagaimana cara pergantian pimpinan setelah ditinggalkannya. Beliau
nampaknya, menyerahkan masalah ini kepada kaum muslimin sejalan dengan jiwa
kerakyatan yang berkembang di kalangan masyarakat Arab dan ajaran demokrasi dalam
Islam. Dalam perkembangan selanjutnya, proses suksesi kepemimpinan politik dalam
sejarah Islam berbeda-beda dari satu masa ke masa yang lain. Ada yang berlangsung
aman dan damai, tetapi sering juga melalui konflik dan pertumpahan darah akibat ambisi
tak terkendali dari pihak-pihak tertentu. Setelah Nabi wafat, terjadi pertentangan
pendapat antara kaum Muhajirin dan Anshar di balai kota Bani Sa'idah di Madinah.
Masing-masing golongan berpendapat bahwa kepemimpinan harus berada d i pihak
mereka, atau setid ak-tid aknya masing-masing golongan mempunyai pemimpin sendiri.
Akan tetapi, karena pemahaman keagamaan mereka yang baik dan semangat
musyawarah dan ukhuwah yang tinggi perbedaan itu dapat diselesaikan, Abu Bakar
terpilih menjadi Khalifah.
D. Sejarah perang salib
z
 Perang salib adalah sebutan bagi perang-perang Agama di Asia Barat dan Eropa antara
abad ke-11 sampai abad ke-17, yang disokong dan adakalanya diarahkan oleh Gereja
Katolik. Perang Salib berbeda dari konflik-konflik keagamaan lainnya karena orang-orang
yang ikut serta dalam perang ini meyakini perjuangan mereka sebagai laku silih demi
beroleh ampunan atas dosa-dosa yang sudah mereka akui. Ruang lingkup istilah Perang
Salib pun masih menjadi pokok perdebatan. Ada sejarawan yang berpendapat bahwa
hanya ziarah-ziarah bersenjata ke Yerusalem sajalah yang dapat disebut Perang Salib,
tetapi ada pula sejarawan yang berpandangan bahwa Perang Salib adalah semua
kampanye militer Katolik dengan iming-iming pahala rohani bagi orang-orang yang ikut
berjuang, atau segala macam “Perang Suci" Katolik, atau setiap perang yang dicetuskan
pihak Katolik dengan iming-iming pahala rohani sebagai ciri utama. Perang Salib yang
paling terkenal adalah perang-perang perebutan Tanah suci melawan kaum muslimin di
kawasan timur mediterania antara tahun 1096 sampai tahun 1271. Sejak abad ke-12, ada
pula Perang Salib melawan orang moro lbria, Perang Salib melawan Kekaisaran Turki
utsmaniyah, dan Perang Salib untuk maksud-maksud lain, termasuk untuk memerangi
kaum pagam, memberantas kaum bidah, dan menuntaskan silang sengketa di antara
pihak-pihak yang sama-sama beragama Kristen Katolik.
Lanjutan
z

Reconcuista (Penaklukan Balik), perang Kristen-Muslim di Semenanjung lbria,


dinyatakan sebagai Perang Salib pada tahun 1123, dan berakhir dengan tumbangnya
Emirat Granada pada tahun 1492. Perang salib utara yang menundukkan suku-suku
pagan di kawasan timur laut Eropa ke bawah kekuasaan Jerman, Denmark, dan
Swedia, dianggap sebagai Perang Salib sejak tahun 1147. Pada tahun 1199, Paus
inosensius II menjadi paus pertama yang memaklumkan Perang Salib politik untuk
menundukkan penguasa-penguasa Kristen yang membandel. Perang Salib dijadikan
sarana memerangi kaum bidah di Lengadok sejak tahun 1208. Perang Salib melawan
kaum bidah berlanjut di Savoia serta bohemia pada abad ke-15, dan dilancarkan
terhadap kaum protestan pada abad ke-16. Perang Salib juga dilancarkan untuk
membendung laju ekspansi Kekaisaran Turki Utsmaniyah pada pertengahan abad ke-
14, dan baru berakhir dengan Perang Liga Suci pada tahun 1699.
E. Faktor penyebab Disintegrasi bangsa
z
Ada beberapa faktor yang mempengaruhi kehidupan sosial menuju disintegrasi maupun integrasi. Seperti
tujuan dari kelompok, sistem sosial, sistem tindakan, dan sistem sanksi. Sementara itu, gejala disintegrasi
dapat dipengaruhi oleh berbagai hal. Sebagai berikut:

 1. Ketidaksesuaian anggota kelompok mengenai tujuan kehidupan sosial kemasyarakatan yang telah

 disepakati.

 2. Norma dan nilai sosial yang ada sudah tidak mampu lagi untuk membantu anggota masyarakat

 dalam mencapai tujuan baik individu maupun kelompok.

 3. Norma dan nilai kelompok yang telah disepakati anggota kelompok saling bertentangan satu sama

 lain.

 4. Sanksi yang diterapkan sebelumnya sudah lemah bahkan tidak dilaksankan dengan konsekuen.

 5. Tindakan anggota masyarakat telah bertentangan dengan norma dan nilai kelompok.

 Sementara itu, Dahlan Hi Hasan dalam artikelnya yang berjudul Distingerasi sebagaimana diterbitkan

 dalam Jurnal ACADEMICA menjelaskan, ada tiga kemungkinan penyebab terjadinya Disintegrasi

 bangsa yaitu sebab internal, kultural, dan struktural. Berikut penjelasannya:


Lanjutan
 Sementarazitu, Dahlan Hi Hasan dalam artikelnya yang berjudul Distingerasi sebagaimana diterbitkan dalam
Jurnal ACADEMICA menjelaskan, ada tiga kemungkinan penyebab terjadinya Disintegrasi bangsa yaitu sebab
internal, kultural, dan struktural. Berikut penjelasannya:

 1. Internal

 Sebab internal ini berasal diri sendiri, yakni menyangkut pada kualitas pribadi manusia. Hal ini seringkali terjadi
akibat pemahaman dan intepretasi yang kurang tepat terhadap sistem nilai budaya.Kemudian muncul perilaku
fatalistik, intoleran, meninggikan suku bangsa masing-masing, hingga penggunaan bahasa yang tidak
proposional.

 2. Kultural

 Sebab kultural menyangkut tentang pandangan nilai dan sikap mental serta perilaku masyarakat. Pandangan ini
muncul dari sistem nilai budaya yang menghargai cara hidup yang menghindari kesenangan duniawi dan
keharmonisan.Kelompok ini memiliki kecenderungan untuk melakukan kegiatan yang meresahkan masyarakat
dan berujung pada kesengsaraan orang banyak. Mereka juga tidak saling mengenal dan menghargai
kebudayaan kelompok etnis hingga tidak menerima nilai-nilai yang berlaku di masyarakat.

 3. Struktural

 Sebab struktural terjadi akibat adanya struktur kekuasaan yang memberikan ruang bagi lahirnya Disintegrasi
bangsa. Contohnya rendahnya legitimasi pemerintahan, kekacauan ekonomi, tingginya represi, banyaknya
pelanggaran HAM, hingga ketidakadilan dari pemerintah pusat terhadap daerah.
Kesimpulan
z
 Secara khusus arti disintegrasi adalah bentuk prilaku setiap individu atau masyarakat yang hidup dalam
keadaan ketidakaturan, penyebabnya bisa dengan adanya perubahan sosial yang terus menerus terjadi
disetiap sisi kehidupan. Periode disintegrasi ditandai dengan menurunya kekuasaan Khalifah di bidang
politik karena dilanda perpecahan. Politik sentral Khalifah telah berpindah ke daerah-daerah.
Pemerintahan Daulah Abbasiyah banyak melakukan tidakan yang tidak menyenangkan rakyat yang
mengakibatkan rakyat menjauhkan d iri d ari pemerint ahan pusat d an mend irikan pemerintahan-
pemerntahan kecil di daerah, akibatnya kekuasaan sentral pusat menjadi hilang peranannya kalau tidak
diktakan lumpuh, maka Khalifah hanya sebagai lambang belaka. Kemudian muncul dinasti-dinasti dalam
Islam yang mengakibatkan pemerintah pusat dalam mengatur dan mengendailkan negara tidak stabil.
Sehingga yang terjadi ketidak puasan serta sikap kecewa yang dialami oleh sebagian kalangan elit politik
setingkat gubernur yang memilki pengaruh kuat d i wilayahnya melakukan berbagai macam
pemberontakan kepada pemerintah pusat.

 Dari urain diatas dapat kita pahami bahwa akibat terjadinya disintegrasi dalam sebuah negara dapat
menyebabkan munculnya dinasti- dinasti kecil atau kelompok masyarakat di dalam negara. Yang secara
langsung atau tidak langsung setiap kelompok mengupayakan diri untuk berdiri sendiri dan tanpa terikat
oleh ikatan negara. Dengan demikian kita sebagai generasi penerus perjuangan bangsa ini. harus turut
serta mejaga perdamaian di dalam negara kesatauan republik Indonesia dan dunia. Dari pada sifat fasis
dan rasis yang akan menyebabkan perpecahan di antar umat berbangsa dan bernegara.

Anda mungkin juga menyukai