Anda di halaman 1dari 64

Perancangan, Pelaksanaan, dan

Pemeliharaan Pekerasan Jalan

PERENCANAAN
CAMPURAN
BERASPAL

DOSEN : JURUSAN TEKNIK SIPIL


FAKULTAS TEKNIK
DEBBY YULINAR PERMATA, ST., MT UNIVERSITAS SRIWIJAYA
AZTRI YULI KURNIA, ST., M.ENG 2021
Campuran Beraspal

Campuran beraspal adalah campuran yang terdiri


atas kombinasi agregat yang dicampur dengan aspal
sedemikian rupa sehingga permukaan agregat
terselimuti aspal dengan seragam.
Dalam mencampur dan mengerjakannya, keduanya
dipanaskan pada temperatur tertentu.
Tahapan dalam Perencanaan Campuran Beraspal

Melakukan pemeriksaan terhadap aspal yang akan dipakai. Pemeriksaan


viskositas dan berat jenis aspal. Viskositas diperlukan untuk
menentukuan suhu campuran maupun suhu pemadatan.
Melakukan spesifikasi gradasi agregat yang akan dipakai yaitu suatu
besan persentase agregat yang lewat suatu saringan dengan ukuran
tertentu.
Melakukan pemeriksaan mutu agregat yang akan dipakai.
Menentukan kombinasi beberapa fraksi agregat sehingga mendapatkan
gradasi campuran yang memenuhi spesifikasi yang ditentukan karena
pada umumnya agregat yang akan dipakai terdiri dari beberapa fraksi.
Jika mutu bahan sudah terpenuhi dan harga viskositas dari aspal serta
kombinasi fraksi sudah diketahui, kemudian dibuat campuran agregat
dengan berbagai kadar aspal selanjutnya dilakukan percobaan marshall
guna menentukan flow dan stabilitas campuran beraspal
Syarat Campuran Bermutu Baik

Campuran harus mempunyai nilai stabilitas yang cukup yaitu


harus sanggup menahan beban lalulintas tanpa terjadinya
deformasi dalam bentuk jejak roda ( Rutting ) atau rusak
bergelombang akibat dorongan beban roda kendaraan ( Pushing )
Campuran tidak boleh retak – retak artinya harus mampu
menahan lendutan ( Derection ) yang mungkin timbul terhadap
lapisan hamparan atau permukaan tanpa mengalami kerusakan.
Campuran harus dapat bertahan lama ( Durable) artinya tidak
rusak atau aus dibawah beban lalulintas dan kondisi cuaca.
Campuran harus cukup kekerasannya ( Skid Resistance ) dan
harus tetap seperti sedemikian selama masa pelayanannya.
Harus cukup ekonomis dalam artian murah namun kuat.
Karakterisik/Sifat Campuran Beraspal

Campuran beraspal sebagai lapis perkerasan, secara umum harus memiliki


karakteristik/sifat-sifat teknis sebagai berikut (The Asphalt Institute, 1985):
 Stabilitas (stability)
Stabilitas adalah kemampuan lapisan perkerasan jalan menerima
beban lalu lintas tanpa terjadi perubahan bentuk (deformasi) seperti
gelombang, alur atau bleeding.
Stabilitas dapat diperoleh dari hasil geseran antar butir, penguncian
antar partikel, dan daya ikat yang baik antara aspal dan agregat.
Stabilitas tinggi dapat diperoleh dengan mengusahakan gradasi
agregat dibuat rapat (dense graded), permukaan agregat kasar,
agregat berbentuk kubus, aspal penetrasi rendah (keras) dan aspal
dalam jumlah yang mencukupi ikatan antar butir.
Karakterisik/Sifat Campuran Beraspal

 Kelenturan (flexibility)
Kemampuan bahan lapis perkerasan untuk dapat
mengikuti (menyesuaikan) deformasi yang terjadi
akibat beban lalu lintas berulang tanpa terjadinya
retak dan perubahan volume.
Sifat fleksibelitas yang tinggi dapat diperoleh dengan
cara penggunaan agregat dengan gradasi senjang
sehingga diperoleh VMA yang besar, menggunakan
aspal lunak (penetrasi tinggi), dan penggunaan aspal
yang cukup banyak sehingga diperoleh VIM yang kecil.
Karakterisik/Sifat Campuran Beraspal

 Ketahanan terhadap kelelahan (fatique reistance)


Ketahanan dari bahan perkerasan beton aspal dalam
menerima beban berulang tanpa terjadinya
kelelahan yang berupa alur (rutting) dan retak.
Faktor yang dapat mempengaruhi adalah VIM yang
tinggi dan kadar aspal yang rendah dapat
menyebabkan kelelahan yang lebih cepat, VMA dan
kadar aspal yang tinggi dapat menyebabkan lapis
permukaan beton aspal menjadi fleksibel, sehingga
alur menjadi lebih cepat terbentuk.
Karakterisik/Sifat Campuran Beraspal

 Kemudahan dalam proses pelaksanaan (workability)


Sifat mudahnya bahan lapis perkerasan untuk
dihampar dan dipadatkan sehingga diperoleh hasil
yang memenuhi kepadatan yang diharapkan.
Workability dipengaruhi oleh agregat yang bergradasi
baik lebih mudah dilaksanakan dari pada agregat
dengan bergradasi lain, temperatur campuran yang
dapat mempengaruhi kekerasan bahan pengikat yang
bersifat thermoplastic, dan kandungan bahan pengisi
(filler) yang tinggi dapat menyebabkan pelaksanaan
lebih sulit.
Karakterisik/Sifat Campuran Beraspal

 Kekesatan permukaan (skid resistance)


Sifat kekesatan yang diberikan oleh permukaan bahan
perkerasan dalam melayani arus lalu lintas yang lewat
tanpa terjadinya slip baik di waktu hujan (basah)
maupun di waktu kering.
Kekesatan dinyatakan dalam koefisien gesek antara
permukaan jalan dengan roda kendaraan. Besarnya
nilai koefisien gesek dipengaruhi oleh penggunaan
agregat dengan permukaan kasar, kadar aspal yang
tepat sehingga tidak terjadi bleeding, agregat
berbentuk kubus, agregat kasar yang cukup.
Karakterisik/Sifat Campuran Beraspal

 Kedap Air (impermeability)


Sifat kemampuan bahan perkerasan untuk tidak
dapat dengan mudah dilalui oleh air atau udara.
Air dan udara dapat mengakibatkan percepatan
proses penuaan campuran aspal dan pengelupasan
selimut aspal (film) dari permukaan agregat.
Bahan perkerasan dapat dibuat kedap air dengan
cara memperkecil VIM dan memperbesar kadar
aspal, atau menggunakan gradasi agregat yang rapat
(dense graded).
Pemeriksaan Bahan Campuran Aspal

Tidak semua parameter berperan dalam kompromi


penetapan kadar aspal, tergantung kriteria design nya:
 British Standar (BS)
 ASTM
 Asphalt Institute
 SNI (Standar Nasional Indonesia) → Bina Marga
 AASHTO
 SHELL
Job Mix Design

 Rancangan campuran bertujuan untuk mendapatkan resep


campuran dari material yang terdapat dilokasi sehingga
dihasilkan campuran yang memenuhi spesifikasi campuran yang
telah ditetapkan.

 Job Mix terdiri dari 2 bagian


 Gradasi agregat hasil blending dari dua fraksi batuan atau
lebih
 Berapa jumlah kadar aspal yang akan digunakan didalam
campuran

 Setiap blending agregat akan memberikan porsi kadar aspal


yang berbeda.
 Campuran hasilan blending agregat plus aspal harus mengikuti
spesifikasi yang disyaratkan
BLENDING

Cara coba-coba (taksiran)


Cara coba-coba matematis
1. Trial and Error

Langkah-langkah
1. Meneliti data
Analisa gradasi untuk setiap material yang akan diblending serta
batas gradasi dari spesifikasi yang harus dilihat dari dokumen
kontrak atau acuan lainnya
No. Batas Batas Atas
saringan Bawah
3/8” 100
4 80 100
8 65 100
16 40 80
30 20 65
50 7 40
100 3 20
200 2 10
1. Trial and Error

2. Memilih nilai target untuk kombinasi agregat.


Awal percobaan nilai target yang diambil dapat batas
tengah dari limit spesifikasi yang diberikan.
No. Batas Batas Nilai
saringan Bawah Atas Target
3/8” 100 100
4 80 100 90
8 65 100 83
16 40 80 60
30 20 65 42
50 7 40 23
100 3 20 12
200 2 10 6
Trial and Error

3. Membuat taksiran logis untuk proporsi setiap agregat


dalam campuran.
Misal : ada 2 agregat dicampur kita bisa menaksir
agregat 1 sebanyak 30% dan agregat 2 sebanyak 70%.
4. Menghitung gradasi yang menghasilkan material
dengan proporsi sesuai taksiran logis
5. Membandingkan hasil perhitungan dengan nilai target
CONTOH Trial and Error

Data Agregat

No Saringan Agregat 1 Agregat 2


3/8” 100 100
4 90 100
8 30 100
16 7 88
30 3 41
50 1 32
100 0 24
200 0 10
CONTOH Trial and Error

Batas spesifikasi campuran agregat (Dalam


Kontrak)
No. Saringan Spesifikasi
3/8” 100
4 80-100
8 65-100
16 40-80
30 20-65
50 7-40
100 3-20
200 2-10
Percobaan 1

Pilih nilai target kombinasi

No. Saringan Spesifikasi


3/8” 100
4 90
8 83
16 60
30 43
50 24
100 12
200 6
Percobaan 1

3. Taksiran logis : 50% agregat 1 dan 50% agregat 2


4. Menghitung Hasil Taksiran

No. Saringan 50% agregat 1 50% agregat 2


3/8” 50 50
4 45 50
8 15 50
16 3,5 44
30 1,5 20,5
50 0,5 16
100 0 12
200 0 5
Percobaan 1

5. Mengkombinasikan kedua agregat, yaitu menambahkan


kedua proporsi agregat menjadi satu dibandingkan dengan
nilai target
No. Saringan 50% Ag1 +50% Nilai Target Spesifikasi
Ag2
3/8” 100 100 100
4 95 ↓ 90 80-100
8 65 ↑ 83 65-100
16 47,5 ↑ 60 40-80
30 22 ↑ 43 20-65
50 16,5 ↑ 24 7-40
100 12 Ok 12 3-20
200 5 Hampir 6 2-10
sama
Percobaan 1

Indikasi tanda panah kebawah untuk kebutuhan


angka turun dan tanda kebawah untuk kebutuhan
prosen material naik.
Dari hasil pengamatan mengindikasikan hampir
semua % fraksi harus naik. Ini berarti kombinasi
50-50 terlalu dekat dengan batas bawah. Jadi kita
perlukan perbaikan agar sedikit naik keatas.
Percobaan 2
 Taksiran logis : 35% agregat 1 dan 65 % agregat 2
 Hasil taksiran

No. 35% Ag1 65% Ag2 Kombinasi Target Spesifika


Saringa si
n
3/8” 35 65 100 100 100
4 31,5 65 96,5 ↓ 90 80-100
8 10,5 65 75,7 ↑ 83 65-100
16 2,45 57,20 59,65 hampir 60 40-80
sama
30 1,05 26,65 27,7 ↑ 43 20-65
50 0,35 20,80 21,15 ↑ 24 7-40
100 0 15,60 15,6 ↓ 12 3-20
200 0 6,5 6,5 hampir sama 6 2-10
Percobaan 2

Hasil paling baik karena mendekati posisi ditengah


2. Cara Coba-coba (matematis)

Cara yang dianjurkan oleh Asphalt Institute (tidak


disarankan untuk dikombinasikan dengan cara BM
1988)

Persamaan cara matematis


P = Aa – Bb
Karena a+b = 1, maka a =1-b substitusi persamaan
Contoh Soal

 Misalkan suatu agregat 1 di blending dengan agregat 2 untuk mendapatkan campuran yang
memenuhi syarat spesifikasi pada tabel berikut.

No. Saringan Agregat 1 Agregat 2 Spesifikasi


3/8” 100 100 100
4 90 100 80-100
8 30 100 70-90
16 7 88 50-70
30 3 41 35-50
50 1 32 18-29
100 0 24 8-16
200 0 20 4-10

 Dicari proporsi blending bila diminta terpenuhinya batas tengah spesifikasi


Contoh Soal

Langkah 1. Pelajari kondisi agregat. Agregat mana


yang paling menyumbang material untuk suatu
ukuran saringan.
Dalam hal ini pilih saringan no 16 dimana agegat 2
akan menyumbang proporsi besar agregat 1.
Selanjutnya hitung % agregat 2 harus ditambahkan
agar passing no.16 mencapai 7%
Contoh Soal

 Persamaan

 a = 1-0,654 = 0,346

No. 34,6% 65,4% Spesifikasi Total Target


Saringan Agregat 1 Agregat 2
3/8” 34,6 65,3 100 100 100
4 31,14 65,4 80-100 96,54 90
8 10,38 65,4 70-90 75,78 83
16 2,42 57,55 50-70 59,97 60
30 1,04 26,81 35-50 27,85 43
50 0,35 20,93 18-29 21,28 24
100 0 15,70 8-16 15,70 12
200 0 6,54 4-10 6,54 6
Contoh Soal

Hasil proporsi agregat dengan cara coba-coba


matematis memberikan 34,6% agregat 1 dan 65,4%
agregat 2. tidak berbeda jauh dengan perhitungan
coba-coba taksiran.
PENENTUAN KADAR ASPAL CAMPURAN

Dalam perencanaan campuran agregat dan aspal cara


menentukan kadar aspal campuran adalah :
1. Metode ruang kosong
2. Metode Luas Permukaan
3. Percobaan laboratorium (Metode Marshall)
Metode Ruang Kosong

Pada pelaksanaan pemadatan untuk mendapatkan kepadatan


maksimal secara teoritis adalah sukar, sehingga masih
dimungkinkan adanya ruang kosong diantara butir tersebut
Dalam pencampuran antara aspal dan agregat, disyaratkan
setelah dipadatkan harus mempunyai ruang kosong (voids)
antara 2%-7%. Persyaratan adanya ruang kosong ini
dimaksudkan untuk memberikan persediaan ruangan,
bilamana:
1. aspal mengembang bila suhu bertambah tinggi
2. campuran agregat dan aspal menjadi lebih mampat karena
tekanan roda yang lewat diatasnya.
Metode Ruang Kosong

Persentase voids (v)

Dimana
V = persentase voids
D = berat volume max secara teoritis dari campuran
aspal (tanpa adanya ruang kosong)
d = berat volume campuran aspal setelah dipadatkan
Metode Ruang Kosong

Berat volume maksimal (D) ditentukan dengan persamaan :

Dimana
Wa = persentase berat butiran
Wb = persentase berat bahan ikat (aspal)
ga = berat jenis butiran
gb = berat jenis bahan ikat (aspal)
Metode Ruang Kosong

 Pada ruang kosong yang akan diisi aspal dapat dihitung


dengan:
Ruang kosong untuk aspal
Berat volume campuran setelah dipadatkan dikurangi
jumlah volume butiran
Ruang kosong yang tersisa = 2%-7%

 Dengan demikian kadar aspal adalah volume campuran


dikurangi dengan jumlah volume butiran dan ruang
kosong yang tersisia (2%-7%).
Contoh

Berat volume campuran agregat setelah dipadatkan


=2,22kg/dm3. butiran terdiri atas 3 fraksi dengan
perbandingan 50%,40% dan 10%. Berat jenis masing-
masing 2,9;2,6;dan 2,9. Berat jenis aspal 0,98. Berapa
besar volume aspal?
Contoh

Volume fraksi 1 : 0,5(2,22/2,9) = 0,38276 kg/dm3


Volume fraksi 2 : 0,4(2,22/2,6) = 0,34754 kg/dm3
Volume fraksi 3 : 0,1(2,22/2,9) = 0,07655 kg/dm3
Jumlah volume butiran = 0,80085 kg/dm3

Dalam hal ini berarti dalam 1 dm3 dari campuran tersebut jika
agregat dipadatkan secara sempurna tanpa ada ruang kosong, hanya
akan mengisi ruangan sebesar 0,80085dm3.
Contoh

Ruang kosong = (1-0,80085 dm3) = 0,19915dm3


Untuk aspal =(0,19915x100%)/1
= 19,915%

Ruang kosong yang tersisa diambil 4%.


Maka persentase aspal yang diperlukan dalam 1 dm3
campuran= 19,915%-4% = 15,915%
Contoh

Cara mengukur jumlah aspal dalam % volume ini


adalah tidak praktis. Cara yang lain adalah
dinyatakan terhadap % seluruh campuran
(agregat+aspal), sehingga:
Persentase aspal 15,915% = 0,15915 dm3
Berat jenis aspal = 0,98 kg/dm3
Berat aspal =0,98x0,15195 = 0,1559 kg
Metode Luas Permukaan

Metoda ini berdasarkan pada prinsip bahwa seluruh aspal


yang ada akan digunakan untuk menyelubungi seluruh
luas butir agregat. Untuk itu perlu ditentukan luas
permukaan agregat sebagai bahan jalan (empiris).
Metode California (Mc Kesson dan Frickstad)

P = 0,015 a + 0,03 b + 0,17 c

Dimana
P = % bitumen dalam campuran (dalam skala berat
a = % agregat tertahan saringan no.10
b = % agregat lolos saringan no.10 dan tertahan
saringan no.200
c = % agregat lolos saringan no.200
Metode Wyoming

P = 1,3 (0,015 a + 0,03 b + 0,17 c)

Dimana
P = % bitumen dalam campuran (dalam skala berat
a = % agregat tertahan saringan no.10
b = % agregat lolos saringan no.10 dan tertahan
saringan no.200
c = % agregat lolos saringan no.200
Japan Road Association

P = 0,023a + 0,065 b + 0,13 c + 0,11 d +1,13

Dimana
a = % agregat tertahan saringan 2,5 mm
b = % agregat lolos saringan 2,5 mm dan tertahan
saringan 0,3 mm
c = % agregat lolos saringan 0,3 mm dan tertahan
saringan 0,074 mm
d = % agregat lolos saringan 0,074
Asphalt Institute

P = 0,035 a +0,045 b + K.C +F

Dimana
a = % agregat tertahan saringan no.8
b = % agregat lolos saringan no.8 dan tertahan saringan no.200
c = % agregat lolos saringan no.200
F = 0-2% tegabtung absorpsi agregat (bila tidak ada disarankan
menggunakan nilai 0,7)
K = 0,15 bila yang lolos no.200 antara 11-15%
K = 0,18 bila yang lolos no.200 antara 6-10%
K = 0,20 bila yang lolos no.200 antara <5%
Pengujian Campuran Aspal dengan Alat Marshall

Konsep dasar dari Metoda Marshall adalah campuran


aspal yang dikembangkan oleh Bruce Marshall, seorang
insyinyur bahan aspal Bersama-sama dengan The
Missisippi State Highway Department
Alat Marshall merupakan alat tekan yang dilengapi
dengan Proving ring (cincin penguji) berkapasitas 22,2
KN (500 lbs) dan Flowmeter. Proving ring digunakan
untuk mengukur nilai stabilitas dan flow meter untuk
mengukur kelelehan plastis atau flow
Benda uji marshall berbentuk silinder berdiamter 4
inchi (10,2 cm) dan tinggi 2,5 inchi (6,35 cm).
Pengujian Marshall

Percobaan marshall adalah melakukan


pengamatan/penyelesaian terhadap kualitas aspal
dan agregat
Pengujian Marshall

Pada persiapan benda uji


Ada beberapa hal yang harus diperhatikan, antara lain :
1)Jumlah benda uji yang disiapkan.
2)Persiapan agregat yang akan digunakan.
3)Penentuan temperatur pencampuran dan pemadatan.
4)Persiapan campuran aspal beton.
5)Pemadatan benda uji.
6)Persiapan dan pengujian marshall
Data yang diperoleh

Data yang diperoleh dari pengujian Marshall (marshall


properties) meliputi :

 Kadar aspal
 Berat volume
 Stabilitas
 Kelelehan plastis (flow)
 VIM
 VMA
 Marshall Quotient
 Penyerapan aspal
 Kadar aspal efektif
Stabilitas Marshall

Menurut The Asphalt Institute, Mudianto (2004), Stabilitas


adalah kemampuan campuran aspal untuk menahan
deformasi akibat beban yang bekerja tanpa mengalami
deformasi permanen seperti gelombang, alur ataupun
bleeding yang dinyatakan dalam satuan kg atau lb.
Nilai stabilitas diperoleh dari hasil pembacaan langsung
pada alat Marshall Test sewaktu melakukan pengujian
Marshall.
Nilai stabilitas yang terlalu tinggi akan menghasilkan
perkerasan yang terlalu kaku sehingga tingkat keawetannya
berkurang.
Kelelehan (Flow)

Suatu campuran yang memiliki kelelehan yang rendah


akan lebih kaku dan cenderung untuk mengalami retak
dini pada usia pelayanannya, sedangkan nilai kelelehan
yang tinggi mengindikasikan campuran bersifat plastis
Flow dapat diartikan sebagaoi indikator perkerasan
terhadap lentur
Marshall Quotient

Marshall Quotient merupakan hasil perbandingan


antara stabilitas dengan kelelehan (flow).
Semakin tinggi MQ, maka akan semakin tinggi
kekakuan suatu campuran dan semakin rentan
campuran tersebut terhadap keretakan
MQ merupakan indikator kelenturan terhadap
keretakan
Rongga Antar Agregat /
Void in Mineral Aggregate(VMA)

Rongga antar agregat (VMA) adalah ruang rongga


diantara partikel agregat pada suatu perkerasan,
termasuk rongga udara dan volume aspal efektif
(tidak termasuk volume aspal yang diserap agregat)
Rongga Udara didalam
Campuran/ Voids In Mix(VIM)

Rongga udara dalam campuran (Va) atau VIM dalam


campuran perkerasan beraspal terdiri dari atas
ruang udara diantara partikel agregat yang
terselimuti aspal
VIM dapat diartikan sebagai indikator dari
durabilitas
Pengujian Marshall

Dari nilai-nilai VIM, VMA, VFA, Stabilitas, Flow,


MQ lalu dibandingkan dengan spesifikasi yang telah
ditentukan, maka KAO dapat dicari secara grafis.
Perkiraan Kadar Aspal Optimum (Metode Marshall)

 Perkiraan awal kadar aspal rancangan dapat diperoleh


dengan persamaan

Pb = 0,035(%CA)+ 0,045(%FA)+0,18(%F)+ K
Perkiraan Kadar Aspal Optimum (Metode Marshall)

Dimana:
Pb = kadar aspal perkiraan
CA = % berat material yang tertahan saringan no. 8 terhadap berat total
campuran
FA = % berat material yang lolos saringan no. 8 dan tertahan no. 200
terhadap berat total campuran
F = % berat material yang lolos saringan no. 200 terhadap total campuran

*Nilai konstanta sekitar 0,5 – 1,0 untuk AC dan 2,0 – 3,0 untuk HRS

Dari persamaan di atas dapat dihasilkan nilai kadar aspal rencana yang
akan digunakan untuk menghitung kadar aspal optimum pada keadaan
normal
Contoh

Pb = 0,035 (%CA) + 0,045 (%FA) + 0,18 (%FF) + K


Pb = 0,035 (38,96%) + 0,045 (54,94%) + 0,18
(6,10%) + 2,0
Pb = 6,93% ≈ 7,0%

Berdasarkan hasil perhitungan diperoleh kadar aspal


rencana (Pb = 7,0%) yang akan digunakan sebagai
kadar aspal rencana/tengah pada pembuatan benda
uji briket beton aspal
Perkiraan Kadar Aspal Optimum (Metode Marshall)

Berdasarkan nilai perkiraan kadar optimum aspal,


disiapkan sampel aspal dengan penambahan 0,5%
kadar aspal dari kadar aspal optimum
Siapkan benda uji Marshall pada 5 variasi kadar
aspal masing – masing 3 (tiga) benda uji , yaitu Pb-
1,0%, Pb-0,5%, Pb, Pb+0,5% dan Pb+1,0%.
Contoh Hasil Pengujian Marshall
Kadar Aspal Optimum (KAO)

Langkah penentuan kadar aspal optimum


Dari percobaan marshall diperoleh data marshall properties
Dari masing-masing data digambarkan suatu grafik dan
digambarkan pula syarat-syarat spesifikasinya dan diperoleh kadar
aspal yang memenuhi
Dari kadar aspal yang memenuhi untuk masing-masing marshall
properties digambarkan pada suatu grafik dan grafik ini dapat
ditentukan besar kadar aspal yang memenuhi semua syarat yang
diminta (dalam suatu range) dapat dipilih salah satu yang
memenuhi
Kadar aspal yang dipenuh adalah kadar aspal terhadap campuran
agregat (bukan total), maka perlu dihitung besar kadar aspal
terhadap total campuran aspal dan agregat.
Contoh Hasil Pengujian Marshall
Contoh Hasil Pengujian Marshall
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai