PERENCANAAN
CAMPURAN
BERASPAL
Kelenturan (flexibility)
Kemampuan bahan lapis perkerasan untuk dapat
mengikuti (menyesuaikan) deformasi yang terjadi
akibat beban lalu lintas berulang tanpa terjadinya
retak dan perubahan volume.
Sifat fleksibelitas yang tinggi dapat diperoleh dengan
cara penggunaan agregat dengan gradasi senjang
sehingga diperoleh VMA yang besar, menggunakan
aspal lunak (penetrasi tinggi), dan penggunaan aspal
yang cukup banyak sehingga diperoleh VIM yang kecil.
Karakterisik/Sifat Campuran Beraspal
Langkah-langkah
1. Meneliti data
Analisa gradasi untuk setiap material yang akan diblending serta
batas gradasi dari spesifikasi yang harus dilihat dari dokumen
kontrak atau acuan lainnya
No. Batas Batas Atas
saringan Bawah
3/8” 100
4 80 100
8 65 100
16 40 80
30 20 65
50 7 40
100 3 20
200 2 10
1. Trial and Error
Data Agregat
Misalkan suatu agregat 1 di blending dengan agregat 2 untuk mendapatkan campuran yang
memenuhi syarat spesifikasi pada tabel berikut.
Persamaan
a = 1-0,654 = 0,346
Dimana
V = persentase voids
D = berat volume max secara teoritis dari campuran
aspal (tanpa adanya ruang kosong)
d = berat volume campuran aspal setelah dipadatkan
Metode Ruang Kosong
Dimana
Wa = persentase berat butiran
Wb = persentase berat bahan ikat (aspal)
ga = berat jenis butiran
gb = berat jenis bahan ikat (aspal)
Metode Ruang Kosong
Dalam hal ini berarti dalam 1 dm3 dari campuran tersebut jika
agregat dipadatkan secara sempurna tanpa ada ruang kosong, hanya
akan mengisi ruangan sebesar 0,80085dm3.
Contoh
Dimana
P = % bitumen dalam campuran (dalam skala berat
a = % agregat tertahan saringan no.10
b = % agregat lolos saringan no.10 dan tertahan
saringan no.200
c = % agregat lolos saringan no.200
Metode Wyoming
Dimana
P = % bitumen dalam campuran (dalam skala berat
a = % agregat tertahan saringan no.10
b = % agregat lolos saringan no.10 dan tertahan
saringan no.200
c = % agregat lolos saringan no.200
Japan Road Association
Dimana
a = % agregat tertahan saringan 2,5 mm
b = % agregat lolos saringan 2,5 mm dan tertahan
saringan 0,3 mm
c = % agregat lolos saringan 0,3 mm dan tertahan
saringan 0,074 mm
d = % agregat lolos saringan 0,074
Asphalt Institute
Dimana
a = % agregat tertahan saringan no.8
b = % agregat lolos saringan no.8 dan tertahan saringan no.200
c = % agregat lolos saringan no.200
F = 0-2% tegabtung absorpsi agregat (bila tidak ada disarankan
menggunakan nilai 0,7)
K = 0,15 bila yang lolos no.200 antara 11-15%
K = 0,18 bila yang lolos no.200 antara 6-10%
K = 0,20 bila yang lolos no.200 antara <5%
Pengujian Campuran Aspal dengan Alat Marshall
Kadar aspal
Berat volume
Stabilitas
Kelelehan plastis (flow)
VIM
VMA
Marshall Quotient
Penyerapan aspal
Kadar aspal efektif
Stabilitas Marshall
Pb = 0,035(%CA)+ 0,045(%FA)+0,18(%F)+ K
Perkiraan Kadar Aspal Optimum (Metode Marshall)
Dimana:
Pb = kadar aspal perkiraan
CA = % berat material yang tertahan saringan no. 8 terhadap berat total
campuran
FA = % berat material yang lolos saringan no. 8 dan tertahan no. 200
terhadap berat total campuran
F = % berat material yang lolos saringan no. 200 terhadap total campuran
*Nilai konstanta sekitar 0,5 – 1,0 untuk AC dan 2,0 – 3,0 untuk HRS
Dari persamaan di atas dapat dihasilkan nilai kadar aspal rencana yang
akan digunakan untuk menghitung kadar aspal optimum pada keadaan
normal
Contoh