Anda di halaman 1dari 53

PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL

FAKULTAS TEKNIK - UNIVERSITAS SRIWIJAYA

MEKANIKA BAHAN
(MECHANICS OF MATERIALS)
TEGANGAN TEGANGAN PRINCIPAL PADA SUATU PEMBEBANAN DI BALOK

BEBERAPA HAL PENTING DALAM DISAIN BALOK


1. Tegangan tarik maksimum maupun tegangan tekan maksimum yang
timbul pada penampang balok akibat beban luar yang bekerja tidak
boleh melampaui tegangan izin tarik dan tekan material.
2. Tegangan geser maksimum yang timbul pada penampang balok tidak
boleh melampaui tegangan geser ijin material.
3. Material yang bersifat brittle (getas) sangat rentan terhadap keruntuhan
(a) tegangan normal maksimum tarik, sementara material yang bersifat daktail (liat) rentan terhadap
(b) tegangan geser maksimum keruntuhan geser.
4. Pada kondisi dimana maks > all mengindikasikan bahwa Mmaks terlalu
besar untuk penampang yang dipilih, demikian juga bila maks > all hal ini
menunjukan bahwa Vmaks terlalu besar, tetapi hal ini tidak memberikan
informasi tentang mekanisme keruntuhan yang terjadi.
5. Nilai terbesar tegangan tarik atau tegangan tekan tidaklah selalu terjadi
pada bagian serat atas atau serat bawah penampang balok, tetapi dapat
juga terjadi pada suatu titik didalam penampang. Kombinasi nilai-nilai
terbesar dari x dan xy pada pertemuan flange dan web pada profil
tegangan principal pada pertemuan balok W dan S dapat menghasilkan nilai tegangan principal maks = 1
flange dan web pada balok I . yang lebih besar dari nilai maks pada permukaan serat atas balok.
TEGANGAN-TEGANGAN PRINCIPAL PADA BALOK

• Balok Prismatic AB dibebani seperti tergambar. Gaya geser V


dan momen M pada titik C dapat ditentukan dari statika.

My Mc
x   m 
I I
VQ VQ
 xy   m 
It It

Tegangan-tegangan principal ditentukan dengan metode yang


telah dijelaskan sebelumnya dengan lingkaran Mohr’s.
Tegangan pada beberapa titik di
penampang balok Pertanyaan yang timbul, dapatkah tegangan normal maksimum
yang timbul pada penampang melintang balok lebih besar dari :

Mc
m 
I
Tegangan principal pada beberapa
titik di penampang balok
Untuk menjawab pertanyaan tersebut dapat dilakukan dengan dengan mempelajari distribusi tegangan
principal yang terjadi pada penampang balok. Dari persamaan momen inersia penampang persegi
empat didapatkan :

Dimana A adalah luas penampang melintang balok dan c adalah jarak dari sumbu netral penampang
balok ke serat terluar penampang yaitu jaraknya setengah dari tinggi balok (½ H). Tegangan normal
dan geser yang terjadi :

dan

Dengan metode transformasi tegangan, maks dapat ditentukan pada setiap titik di balok. Rasio nilai
maks dengan nilai tegangan pada serat terluar penampang m (maks/m) dan (min/m) pada dua
lokasi penampang balok dengan x = 2c dan x = 8c seperti pada tabel. Dari tabel dapat diketahui
bahwa nilai maks selalu lebih kecil dari nilai m pada kedua penampang yang ditinjau.
TEGANGAN-TEGANGAN PRINCIPAL PADA BALOK

Stress trajectory
TEGANGAN-TEGANGAN PRINCIPAL PADA BALOK
Untuk penampang dengan lebar yang bervariasi dimana tegangan geser txy yang
besar terjadi pada titik dekat dengan permukaan balok dimana sx pada titik itu
juga besar, maka tegangan principal smax bisa jadi lebih besar daripada
tegangansm pada titik tersebut.

Hal ini mungkin terjadi pada balok jenis W dan S, dimana harus diperiksa apakah
tegangan principal max pada pertemuan flange dan web di titik b dan d lebih besar
dari tegangan m. Hal ini dapat dilakukan dengan terlebih dahulu menentukan
tegangan x dan xy pada titik tersebut dan selanjutnya dilakukan analisis tegangan
principal untuk mendapatkan tegangan major dan minor principal.

Prosedure alternatif untuk menentukan disain penampang yang memenuhi dapat


dilakukan dengan menggunakan pendekatan :

Tetapi metode ini akan menghasilkan nilai tegangan principal max yang sedikit
lebih besar dan konservatif pada titik b dan d.
CONTOH SOAL 1.
Suatu balok rolled steel W200 x 52 memikul beban 160-kN PENYELESAIAN :
pada ujung balok seperti tergambar.
• Tentukan momen lentur dan gaya geser
pada penampang A-A.
Tentukan apakah tegangan-tegangan normal pada penampang
A-A memenuhi spesifikasi disain lebih kecil atau sama dengan • Hitung tegangan pada permukaan
150 MPa. flange dan pada titik pertemuan flange
dan web.
• Evaluasi tegangan geser pada titik
pertemuan flange dan web.
• Hitung tegangan principal pada titik
pertemuan flange dan web.
PENYELESAIAN :
• Tentukan momen lentur dan gaya geser
pada penampang A-A.
M A  160 kN 0.375 m   60 kN - m
V A  160 kN
• Hitung tegangan normal pada permukaan flange
dan pada titik pertemuan flange dan web

MA 60 kN  m
a  
S 512  106 m3
 117.2 MPa
y 90.4 mm
σb   a b  117.2 MPa 
c 103 mm
 102.9 MPa
• Evaluasi tegangan geser pada titik pertemuan flange
dan web.

Q  204  12.6 96.7  248.6  103 mm3


 248.6  106 m3
7.9 mm
b 

V AQ 160 kN  248.6  106 m3 
It

 
52.7  106 m 4 0.0079 m 
 95.5 MPa

• Hitung tegangan principal pada titik pertemuan flange


dan web :
  2
 max  12  b  12  b   b2
2
102.9  102.9 
  95.5
2
  
2  2 
 169.9 MPa  150 MPa 

Spesifikasi disain tidak terpenuhi.


CONTOH SOAL 2.
Balok dg overhang memikul beban terdistribusi PENYELESAIAN :
merata dan beban terpusat seperti pada gambar. • Tentukan reaksi di A dan D.
Diketahui baja yang digunakan memiliki all = 24 ksi
• Tentukan momen maksimum dan gaya
dan all = 14.5 ksi. Tentukan penampang balok tipe
geser maksimum dari diagram momen
wide-flange yang dapat digunakan. dan gaya geser.

• Hitung section modulus penampang


dan tentukan penampang balok yang
memenuhi.
• Tentukan tegangan normal maksimum.
• Tentukan tegangan geser maksimum.
PENYELESAIAN ::
• Tentukan reaksi pada tumpuan A dan D

 M A  0  RD  59 kips
 M D  0  RA  41kips
• Tentukan momen lentur maksimum dan gaya geser
maksimum dari diagram momen dan gaya geser.

M max  239.4 kip ftin with V  12.2 kips


V max  43 kips

• Hitung section modulus penampang dan tentukan


penampang balok yang memenuhi :

M max 2873  inin


24 kipkip
S min    119.7 in 3
 all 24 ksi
select W21 62 beam section
Pilih penampang
• Hitung tegangan geser maksimum dengan asumsi
tegangan geser di web uniform.
Vmax 43 kips
 max   2
 5.12 ksi  14.5 ksi
Aweb 8.40 in
• Hitung Tegangan normal maksimum.

M max 287360 kip.


kipin in
a   2873 3
 22.6 ksi
S 127 1in27in
3

y 9.88
σb   a b  22.6 ksi   21.3 ksi
c 10.5
V 12.2 kips
b    1.45 ksii
Aweb 8.40in 2

2
21.3 ksi  21.3 ksi 
  1.45 ksi 
2
 max   
2  2 
 21.4 ksi  24 ksi OK !
LATIHAN SOAL NO. 1
LATIHAN SOAL NO. 2
TEORI KERUNTUHAN – BEBAN STATIK
BEBAN STATIK – Beban statik adalah beban yang meningkat secara gradual
(bertahap) dan mempunyai besar dan arah yang tetap.
Keruntuhan – suatu bagian dari strutur yang terdistorsi secara permanen dan
tidak dapat berfungsi dengan baik sebagaimana yang diinginkan.
Satu bagian yang menjadi terpisah menjadi dua bagian atau
beberapa potongan-potongan.

KEKUATAN MATERIAL “

Sy = Yield strength in tension, Syt = Syc


Sys = Yield strength in shear
Su = Ultimate strength in tension, Sut
Suc = Ultimate strength in compression
Sus = Ultimate strength in shear = .67 Su
Material Ductile (Daktail) dan Brittle (Getas)
Suatu material daktail berdeformasi signifikan sebelum mengalami fracture (patah). Duktilitas
diukur sebagai nilai elongation dalam % pada titik saat fracture. Material dengan elongation 5 %
atau lebih disebut bersifat daktail.

Material yang bersifat getas mengalami leleh sangat kecil sebelum


mengalami fracture, dimana kekuatan leleh tarik mendekati atau sama
dengan kekuatan tarik ultimit. Kekuatan tekan ultimitnya jauh lebih
besar dari pada kekuatan tarik ultimit.
KERUNTUHAN DAKTAIL VS GETAS

Very Moderately
Brittle
Ductile Ductile

cup-and-cone fracture
• Keruntuhan daktail
umumnya yang diinginkan

Large Moderate Small


Ductile: Brittle:
warning before No
brittle fracture fracture warning
KERUNTUHAN PADA BEBAN MONOTONIK

brittle

ductile

e
KRITERIA LELEH DAN FRAKTUR

• Terdapat kriteria untuk memprediksi keruntuhan material


berdasarkan leleh, dan ada juga berdasarkan fraktur.
• Untuk suatu jenis material keruntuhan dapat diakibatkan oleh
leleh atau fraktur tergantung sifat-sifat materialnya dan kondisi
tegangan yang bekerja.
• Kriteria keruntuhan untuk material isotropic diekspresikan
sebagai tegangan-tegangan principal yang mencapai kekuatan
runtuh material (c )
f (1,2,3) = c
Kriteria Keruntuhan Tegangan Normal Maksimum

• Bilamana tegangan normal (tegangan efektif) ~ N sama


dengan  u , maka terjadi keruntuhan.
• Faktor keamanan : u
X  ~
N
 u  Max {  1 ,  2 ,  3 }( at fracture )
~ N  Max {  1 ,  2 ,  3 }
• Teori ini dapat digunakan untuk memprediksi keruntuhan
material yang bersifat getas (brittle).
Teori keruntuhan – Material Daktail
Kekuatan leleh material digunakan untuk merencanakan komponen atau elemen
yang terbuat dari material daktail.

• Teori Tegangan Geser Maksimum (Tresca 1886)

(max )komponen > ( )yg didapat dari test tarik RUNTUH

 = Sy Sy
= 2 Untuk mencegah keruntuhan
Sy
(max )komponen <
2
 = Sy

Sy
max = 2n
n = factor keamanan (Safety factor)

 =Sy Persamaan Disain


KRITERIA KERUNTUHAN TEGANGAN GESER MAKSIMUM (KRITERIA TRESCA)

• Keruntuhan material daktail akan terjadi bila tegangan geser maksimum max
mencapai nilai kritis o
• max = o (saat keruntuhan)


X  ~o
 s

 2  3 1   3 1   2
1  , 2  , 3 
2 2 2
 max  Max1 , 2 , 3  (at yielding)
TEORI KERUNTUHAN – MATERIAL DAKTAIL
• TEORI ENERGI DISTORSI (von Mises-Hencky)

Simple tension test → (Sy)t Hydrostatic state of stress → (Sy)h

t
h
(Sy)h >> (Sy)t

Distorsi menyumbang h
keruntuhan lebih besar dari
pada perubahan volume.
h

t
(total strain energy) – (strain energy akibat tegangan hydrostatic) = strain energy
akibat distorsi angular > strain energy yang didapat dari test tarik → failure
KRITERIA KERUNTUHAN TEGANGAN GESER OKTAHEDRAL
(Kriteria Von Mises atau Kriteria Energi Distorsi)

• Kriteria keruntuhan Von Mises ini sering digunakan untuk memprediksi


keruntuhan material yang bersifat daktail.
• Keruntuhan terjadi bilamana tegangan geser oktahedral () mencapai
tegangan geser kritis ho

1
 ho  ( 1   2 ) 2  ( 2   3 ) 2  ( 3   1 ) 2 ( at yielding )
3
for uniaxial stress
2
 ho   o ( at yielding )
3

26
(Von Mises)
28
TEORI KERUNTUHAN – MATERIAL DAKTAIL
Luas area dibawah kurva pada zona elastik disebut energi regangan elastik.

U = ½ ε

Kasus 3D
UT = ½ 1ε1 + ½ 2ε2 + ½ 3ε3
Energi regangan
Hubungan tegangan – regangan

1 2 3
ε1 = v E
v E
E
2 1 3
ε2 = v E
v E
E
3 1 2
ε3 = E
v E
v E
1
UT = (12 + 22 + 32) - 2v (12 + 13 + 23)
2E
TEORI KERUNTUHAN – MATERIAL DAKTAIL
Energi regangan distorsi = energy regangan total – energy regangan hidrostatik

Ud = UT – Uh
1
UT = (12 + 22 + 32) - 2v (12 + 13 + 23) (1)
2E
Substitusi 1 = 2 = 3 = h
1
Uh = (h2 + h2 + h2) - 2v (hh + hh+ hh)
2E

Sederhanakan dan substitusi 1 + 2 + 3 = 3h kedalam pers diatas


2
3h (1 + 2 + 3)2 (1 – 2v)
Uh = (1 – 2v) =
2E 6E
Energi regangan distorsi didapat dari pengurangan energy regangan total
dengan energi regangan hidrostatik.
1+v
Ud = UT – U h = (1 – 2)2 + (1 – 3)2 + (2 – 3)2 (2)
6E
TEORI KERUNTUHAN – MATERIAL DAKTAIL
Energi regangan dari test tarik

1= Sy dan 2 = 3 = 0 Substitusi ke pers. (2)

1+v
Ud = UT – U h = (1 – 2)2 + (1 – 3)2 + (2 – 3)2 (2)
6E
2 1+v
Utest = (Sy)
3E
Untuk mencegah keruntuhan
Ud < Utest

(1 – 2)2 + (1 – 3)2 + (2 – 3)2 ½


< Sy
2
TEORI KERUNTUHAN – MATERIAL DAKTAIL

(1 – 2)2 + (1 – 3)2 + (2 – 3)2 ½


< Sy
2

Kasus 2D, 3 = 0
½
(12 – 12 + 22) < Sy = 
Dimana  adalah tegangan von Mises

Sy
′ = Persamaan disain
n
TEORI KERUNTUHAN – MATERIAL DAKTAIL
Torsi murni,  = 1 = – 2
2
(12 – 2 1 + 22) = Sy
2
3 = Sy
2
Sys = Sy / √ 3 → Sys = .577 Sy

Hubungan antara kekuatan leleh tarik


dan kekuatan leleh geser

jika y = 0, maka 1, 2 = x/2 ± [(x)/2]2 + (xy)2

Persamaan disain dapat dituliskan dalam tegangan-tegangan


komponen yang dominan (akibat lentur dan torsi).

2 2
1/2 Sy
(x) + 3(xy) =
n
KRITERIA KERUNTUHAN
Kriteria keruntuhan (yield criterion) merupakan suatu pernyataan deskriptif yang
mendefinisikan kondisi-kondisi dimana keruntuhan akan terjadi. Hal tersebut dapat
diekspresikan dalam suatu kuantitas yang spesifik seperti kondisi tegangan, kondisi
regangan, kuantitas energy regangan, atau lainnya. Kriteria keruntuhan umumnya
diekspresikan dalam bentuk matematis berupa fungsi keruntuhan f (ij, Y), dimana
ij adalah kondisi tegangan dan Y adalah kuat leleh uniaksial tarik atau tekan. Untuk
membangun fungsi keruntuhan, komponen-komponen kondisi tegangan multiaksial
dikombinasikan menjadi suatu nilai tunggal yaitu tegangan efektif e. Kemudian
tegangan efektif dibandingkan dengan tegangan leleh Y, untuk menentukan apakah
keruntuhan terjadi.

Kriteria Tegangan Principal Maksimum


Kriteria tegangan principal maksimum sering disebut sebagai kriteria keruntuhan
Rankine’s. Kriteria ini menyatakan bahwa keruntuhan dimulai pada suatu titik
dimana tegangan principal maksimum mencapai nilai sama dengan tegangan leleh
tarik atau tekan, Y. Sebagai contoh bila suatu tegangan principal 1 timbul pada
suatu titik (gambar 9a), maka sesuai dengan kriteria keruntuhan Rankine’s,
keruntuhan akan terjadi bilamana 1 mencapai nilai Y.
53
Gambar 9. Kondisi Tegangan Uniaksial dan biaksial

Selanjutnya dalam kasus dimana tegangan-tegangan principal 1 dan 2 (|1| >


|2|) dimana keduanya bekerja pada suatu titik (gambar 9b) maka kriteria
Rankine’s menyatakan bahwa keruntuhan akan terjadi bila 1 = Y, dengan
mengabaikan bahwa 2 juga bekerja pada titik tersebut.
Bila 1 = - 2 = , tegangan geser  nilainya sama dengan  dan terjadi pada
bidang-bidang diagonal 45° (Gambar 9c), yaitu kondisi tegangan yang terjadi
pada batang silinder mengalami beban torsi, maka bila kriteria keruntuhan
tegangan principal maksimum berlaku (1 =  = Y), tegangan leleh geser
material, Y harus sama dengan tegangan leleh tarik Y. Padahal untuk material
logam daktail, nilai tegangan leleh geser nya, Y jauh lebih kecil dari pada
tegangan leleh tariknya, Y. Dengan demikian untuk logam daktail, kriteria
keruntuhan tegangan principal maksimum tidak berlaku. 54
Tetapi untuk material yang bersifat brittle (getas) dimana keruntuhan terjadi
akibat brittle fracture bukan karena leleh, kriteria keruntuhan tegangan principal
maksimum dapat dengan tepat memprediksi terjadinya keruntuhan tarik (tension
fracture). Sehingga kriteria Rankine’s sering digunakan untuk memprediksi
keruntuhan material yang bersifat getas seperti material beton.
Kriteria tegangan principal maksimum dapat diekspresikan dalam bentuk fungsi :

(2.2)

Dari persamaan 2.2 dapat dilihat bahwa tegangan efektif e = max (|1|, |2|, |
3|)
Sehubungan dengan permukaan keruntuhan yang didefinisikan oleh kondisi
tegangan yang memenuhi kriteria keruntuhan ( f = 0) maka permukaan
keruntuhan untuk kriteria tegangan principal maksimum dapat didefinisikan
sebagai :
(2.3)

Permukaan keruntuhan terdiri dari enam (6) bidang, tegak lurus terhadap sumbu
koordinat tegangan principal, seperti pada gambar 10.
55
Gambar 10. Permukaan keruntuhan tegangan principal maksimum

Keriteria Keruntuhan Tresca


Kriteria keruntuhan Tresca adalah kriteria tegangan geser maksimum, yang
menyatakan bahwa keruntuhan terjadi bilamana tegangan geser maksimum pada
suatu titik sama dengan tegangan leleh geser maksimum pada uji tarik uniaksial
atau tekan. Untuk kondisi tegangan multiaksial, maka tegangan geser maksimum
seperti pada persamaan 2.1.

56
Pada tarik uniaksial (1= , 2 = 3 = 0), tegangan geser maksimum adalah max
= /2. Dimana keruntuhan pada tarik uniaksial terjadi bila 1 = Y, tegangan geser
pada keruntuhan diperkirakan adalah Y = Y/2. Dengan demikian, fungsi
keruntuhan pada kriteria keruntuhan Tresca dapat didefinisikan sebagai :

(2.4)

Dimana tegangan efektif adalah :

(2.5)

Besarnya nilai-nilai tegangan geser adalah :

(2.6)

57
Tegangan geser maksimum, max adalah nilai terbesar dari 1, 2, 3. Jika
tegangan-tegangan principal tidak berurutan, keruntuhan pada kondisi multiaksial
dapat terjadi pada salah satu dari kondisi berikut :

(2.7)

Dengan persamaan (2.7) permukaan keruntuhan untuk kriteria Tresca adalah


berbentuk hexagon pada bidang tegangan principal seperti pada gambar 11.

58
Gambar 11. Permukaan keruntuhan pada bidang tegangan principal
Untuk kondisi tegangan biaksial (3 = 0), permukaan keruntuhan berupa hexagon
miring pada bidang (1, 2) seperti pada gambar 12. Kriteria Tresca memberikan
kesesuaian yang baik dengan hasil eksperimental pada logam daktail.

Gambar 12. Permukaan keruntuhan untuk kondisi tegangan biaksial


untuk titik A dan B, 1 = - 2 =  (geser murni) 59
Kriteria Strain Energy Density
Kriteria Strain Energy Density adalah diusulkan oleh Beltrami (Mendelson, 1983)
yang menyatakan bahwa keruntuhan pada suatu titik dimulai ketika Strain Energy
Density pada suatu titik sama dengan Strain Energy Density saat leleh pada tarik
uniaksial atau tekan uniaksial. Dalam bentuk tegangan-tegangan principal Strain
Energy Density adalah :

(2.8)

Dari persamaan (2.8), Strain Energy Density saat runtuh pada uji tarik uniaksial
(1 = Y, 2 = 3 = 0) adalah :

(2.9)

Dimana kriteria Strain Energy Density menyatakan bahwa keruntuhan dimulai


bilamana Strain Energy Density , Uo pada pers (2.8) pada setiap kondisi tegangan
= UoY pers (2.9). Untuk tarik uniaksial, keruntuhan diprediksi terjadi bila 1 = Y.
Untuk kondisi tegangan biaksial, dimana 1 = 2 = , keruntuhan terjadi bilamana
22(1-)=Y2. Jika diasumsikan Poisson’s ratio material adalah = 0, maka
keruntuhan terjadi bila  = Y/√2. 60
Jika kondisi tegangan biaksial adalah : 1 = - 2 = , terjadi kondisi geser murni
dan keruntuhan diprediksi terjadi bilamana  = Y/√2.
Fungsi keruntuhan untuk kriteria Strain Energy Density didapatkan dengan
mengatur Uo pada pers (2.8) = UoY pers (2.9), sehingga didapatkan :

(2.10)

Dimana fungsi keruntuhan tersebut dapat juga ditulis dalam bentuk :

(2.11)

Dimana tegangan efektif adalah :

(2.12)

61
Kriteria Keruntuhan von Mises
Kriteria keruntuhan dari von Mises adalah kriteria distorsional energy density yang
menyatakan bahwa keruntuhan dimulai ketika densitas energi regangan
distosional pada suatu titik sama dengan densitas energi regangan distorsional
saat leleh pada uji tarik uniaksial atau uji tekan uniaksial. Densitas energi
regangan distorsional adalah energi sehubungan dengan perubahan bentuk dari
benda. Densitas energi regangan total Uo dapat dipecah menjadi dua bagian,
yaitu satu bagian yang menyebabkan perubahan volume Uv, dan yang satu lagi
yang menyebabkan distorsi UD, sehingga dari pers. (2.8) didapat :

(2.13)

Dimana K adalah bulk modulus (K=E/[3(1-2)]) dan G adalah modulus geser


(G=E/[2(1+)]). Suku pertama bagian kanan dari pers (2.13) adalah Uv, strain
energy density sehubungan dengan perubahan volume, sedangkan suku kedua
adalah distorsional strain energy density.

(2.14)

62
Keruntuhan pada kondisi tegangan uniaksial (1= , 2 = 3 = 0), UD = UDY =
Y2/6G. Untuk kondisi tegangan multiaksial, kriteria distorsional energy density
menyatakan bahwa keruntuhan dimulai bilamana distorsional energy density UD
pada pers (2.14) = Y2/6G
Kriteria distorsional energy density dapat diekspresikan dalam bentuk lain dimana
UD dapat dituliskan dalam bentuk second deviator stress invariant J2 sebagai
berikut :
(2.15)
dimana
(2.16)

Relatif terhadap sumbu (x, y, z), J2 dapat diekspresikan dalam bentuk stress
invariant I1 dan I2 sehingga :
(2.17)

Keruntuhan pada kondisi tarik uniaksial (atau tekan) 1 =  Y , 2 = 3 = 0,


maka :
(2.18)
63
Dari pers. (2.16) dan pers. (2.18) maka fungsi keruntuhan dapat ditulis untuk
kriteria Keruntuhan distorsional energy density (von Mises) sebagai :

(2.19)

Atau dalam bentuk yang lebih kompak :

(2.20)

Dimana tegangan efektif adalah :

(2.21)

Juga dengan mengetahui hubungan antara J2 dan tegangan geser oktahedral,


maka fungsi keruntuhan dari von Mises dapat juga ditulis dalam bentuk :

(2.22)

64
Sesuai dengan pers. (2.22) bilamana f = 0, maka tegangan geser oktahedral pada
suatu titik dimana keruntuhan terjadi mempunyai nilai (√2 / 3) Y = 0,471 Y). Hasil
ini sesuai dengan yang didapatkan dari pers. (2.19). Dengan demikian kriteria
distorsional energy density (von Mises) adalah juga merupakan kriteria tegangan
geser oktahedral maksimum.
Untuk kondisi tegangan dalam 3 dimensi, permukaan keruntuhan dari kriteria von
Mises berbentuk silinder yang mengelilingi hexagon dari kriteria Tresca, seperti
pada gambar 11. Sedangkan untuk kondisi tegangan biaksial (3 = 0), permukaan
keruntuhan von Mises berbentuk ellips dalam bidang 1 - 2 seperti gambar 12.
Kriteria von Mises sebagaimana kriteria Tresca cukup akurat memprediksi mula
terjadinya keruntuhan pada beberapa logam daktail. Bahkan Kriteria von Mises
lebih akurat dibandingkan kriteria Tresca untuk memprediksi keruntuhan geser
murni pada beberapa material. Pada kondisi terjadinya geser murni untuk kondisi
tegangan principal 1 = - 2 =  , 3 = 0 maka pers. (2.20) memprediksi
keruntuhan geser murni terjadi bila :

(2.23)

Untuk kondisi tegangan demikian, tegangan geser maksimum adalah :


max = |1 - 2|/2 = . 65
Dengan demikian pada saat keruntuhan  = max = Y. Dengan memasukkan nilai
untuk  kedalam kriteria von Mises, maka pers. (2.23) menghasilkan tegangan
geser pada saat runtuh :

(2.24)

Dibandingkan dengan Y= Y/2, sebagaimana diprediksi oleh kriteria Tresca pada
pers (2.4) dan (2.5), maka kriteria von Mises memprediksi tegangan geser murni
runtuh 15% lebih besar dari pada yang di prediksi oleh kriteria Tresca.
Bila tegangan-tegangan principal diketahui, Kriteria Tresca lebih mudah
diaplikasikan dibandingkan kriteria von Mises. Material-material yang mempunyai
prilaku sesuai dengan kriteria von Mises atau kriteria Tresca sering disebut
material-material J2.

Kriteria Keruntuhan Mohr-Coulomb


Hasil pengamatan terhadap perilaku keruntuhan kebanyakan material kohesif
termasuk batuan dan beton adalah tergantung pada tegangan hidrostatik.
Khususnya peningkatan tegangan tekan hidrostatik menghasilkan peningkatan
kemampuan beberapa material untuk bertahan terhadap keruntuhan.
66
Kriteria keruntuhan Mohr – Coulomb merupakan generalisasi dari kriteria
keruntuhan Tresca untuk memperhitungkan pengaruh tegangan hidrostatik.
Fungsi keruntuhan dituliskan dalam bentuk kondisi tegangan dan propertis dua
material, yaitu kohesi, c dan sudut geser dalam, . Untuk tegangan-tegangan
principal berurutan 1 > 2 > 3, fungsi keruntuhan Mohr-Coulomb adalah
(Lubliner, 1990) :
(2.25)

Untuk tegangan-tegangan principal yang tidak berurutan, fungsi keruntuhan


menjadi :
(2.26)

Jika kita mengkondisikan tarik uniaksial hingga terjadi keruntuhan (1 = YT, 2 =
3 = 0), maka dari pers. (2.25) dapat diturunkan tegangan runtuh tarik adalah :

(2.27)

Dengan cara yang sama untuk tekan uniaksial dengan kondisi tegangan 1 = 2 =
0 dan 3 = - YC, tegangan runtuh tekan adalah :
(2.28)
67
Persamaan (2.27) dan (2.28) dapat diselesaikan untuk mendapatkan c dan 
dalam YT dan YC yaitu :

(2.29)

(2.30)

Bila suatu material, misalnya beton ingin dipelajari, dimana parameter kekuatan
tarik dan tekan, YT dan YC diketahui, maka dari persamaan (2.29) dan (2.30)
dapat dihitung nilai kohesi, c dan sudut geser dalam  yang dibutuhkan dari fungsi
keruntuhan Mohr-Coulomb.
Permukaan keruntuhan untuk kriteria Mohr-Coulomb berbentuk piramida
hexagonal irregular. Sumbu dari piramida adalah sumbu hidrostatik. Geometri dari
piramida tergantung pada c dan . Permukaan keruntuhan Mohr-Coulomb dalam
3 dimensi seperti pada gambar 13a, dan perpotongannya dengan bidang  seperti
pada gamabr 13b.
68
(b)

(a)

Gambar 13. Permukaan keruntuhan Mohr-Coulomb dan Drucker-Prager


(a) pada ruang tegangan-tegangan principal
(b) perpotongan dengan bidang  69
Geometri dari hexagonal irregular dapat ditentukan dari karakteristik panjang rC
dan rT pada bidang , yang nilainya adalah (Chen dan Han, 1988) :

(2.31)

Untuk material tanpa friksi (frictionless) ( = 0), Kriteria Mohr-Coulomb menjadi


kriteria Tresca, dan c = Y yaitu tegangan runtuh (leleh) pada geser murni.

70
Tabel 1. Perbandingan nilai-nilai maksimum beberapa kriteria keruntuhan untuk
kondisi tegangan pada uji tarik (a) dan uji puntir (b)

(4)
(a) (2) (b) (3)

(1)

71

Anda mungkin juga menyukai