v1
a=
berbeda dengan trafo daya. Pada trafo daya berlaku hubungan : v2
dengan k adalah suatu konstanta yang besarnya ditentukan oleh parameter C trafo penguji. Oleh karena itu untuk
mengetahui tegangan disisi sekunder harus dilakukan pengukuran secara langsung.
Beberapa metode pengukuran tegangan tinggi bolak balik :
a. Pengukuran tegangan puncak dengan sela bola standart.
b. Pengukuran tegangan puncak dengan metode Fortesque.
c. Pengukuran tegangan dengan pembagi tegangan kapasitif.
d. Pengukuran tegangan dengan trafo tegangan (VT).
1
4.2 Pengukuran dengan Sela Bola Standart.
Tegangan tembus (breakdown) sela bola standart untuk berbagai jarak sela pada keadaan suhu udara
20 oC dan tekanan 760 mmHg sudah ada tabelya. Jika sela bola tembus pada suhu (t) dan tekanan udara
(p), maka tegangan yang dikenakan pada sela bola dapat ditentukan dangan cara sebagai berikut :
1. Tentukan jarak sela bola, misalnya (s)
2. Cari tegangan tembus sela bola dari table standart untuk jarak sela (s), misalnya . V s
0, 386. P
3. Hitung factor koreksi : σ = 273+t Jika harga factor koreksi diluar dari (0,95 … 1,05)
Faktor faktor yang mempengaruhi pengukuran dengan sela bola : temperature, tekanan udara,
kelembaban, keadaan fisik sela bola, jarak benda disekitar sela bola. Keuntungan pengukuran dengan
mempergunakan sela bola adalah harganya murah. Kerugiannya adalah tidak dapat dipergunakan untuk
mengukur tegangan yang jaraknya lebih besar dari diameter bola. Untuk menghindari efek kapasitansi
maka sebaiknya susunan elektroda bola disusun secara vertical.
VR
2
Contoh 1.
v1
a= 220 V
Trafo penguji memeliki perbandingan belitan = . Trafo penguji dirangkai seperti
v2
100 kV
gambar 1, Jika sela bola breakdown pada saat tegangan disisi primer v1 = 105V. Tentukanlahkonstanta
o
k dari trafo penguji jika diketahui temparatur t = 27,5 C tekanan barometer p = 755 mmHg dan
diketahui dari table standart tegangan tembus sela bola 51,557kV.
Jawab.
Faktor koreksi :
0, 386 .( 755)
σ= =0,9698
273+( 27 , 5)
Rangkaian untuk pengukuran tegangan tinggi dengan metode Fortesque ditunjukkan pada gambar
2. Metode ini sering digunakan untuk pengukuran tegangan terhadap tanah. Jika yang diukur adalah
tegangan AC yang berbentuk sinusoidal, maka arus yang mengalir pada kapasitor akan terdahulu 900 dari
tegangan.
3
(a) (b)
Gambar 4.2 (a) Metode Pengukuran Fortesque. (b) Grafik tegangan dan arus
V m= I 1
K =
2 fC , misalkan 2 fC maka :
Vm = I.K
Contoh 2.
Pengukuran tegangan tinggi dilakukan menggunakan metode Fortesque (Gambar 4. 2) dengan
kapasitor 100 pF. Jika alat ukur arus mA yang digunakan menunjukkan harga 0,816 mA, Tentukanlah
tegangan yang dibangkitkan pada sisi sekunder trafo uji.
Jawab.
1
K= =1 .108
2 .( 50) .( 100. 10−12)
CH
VR TP
VH
AC Osc
VL
CL
Pada prinsipnya pengukuran ini didasarkan pada drop tegangan pada kapasitor tegangan rendah (CL).
Besarnya tegangan yang pada sisi sekunder trafo penguji :
C +C L C +C L
V = H .V K= H
H
CH L misalkan CH
V H =K . V L
5
Gambar 4.4 Bentuk gelombang Impuls
32 kV 1 0
31 kV 10 1
30 kV 6 10
29 kV 3 6
28 kV 0 3
20 20
i ni i.ni
3 1 3
2 10 20
1 6 6
0 3 0
ni = Jumlah “O” yang terjadi pada tingkat I; i = tingkat tegangan dimana “O” terjadi
A = i.ni = 29; N = ni = 20
Besarnya 50 % SOV :
V s =V min + ( V i −V i −1
) ( )
NA + 12
6
dengan Vmin = tegangan yang terjadi pada “X” yang terendah.
Vi = tegangan pada tingkat i tertinggi.
Dari contoh gambar 5 didapat :
V s =28+ ( 32−31 ) . ( 29 1
)
+ =29 , 95 kV
20 2
SUPPLEMEN
7
Kesalahan hasil pengukuran tegangan DC yang jarak selanya lebih kecil dari 0,4D
diperkirakan ± 5 persen.
Kesalahan hasil pengukuran tegangan AC dan impuls untuk jarak sela di atas
0,5D diperkirakan ± 3 persen. Tabel tidak valid untuk mengukur tegangan impuls dibawah 10 kV dan
jarak sela lebih kecil dari 0,05D. Untuk jarak sela lebih besar dari 0,5D dipandang cukup akurat