Anda di halaman 1dari 8

TEKNIK PENGUKURAN TEGANGAN TINGGI BOLAK BALIK

4.1 Trafo penguji


Untuk membangkitkan tegangan tinggi AC dipergunkan trafo penguji. Karakteristik dari trafo penguji

v1
a=
berbeda dengan trafo daya. Pada trafo daya berlaku hubungan : v2

dengan a = perbandingan belitan primer dan sekunder.


v1 = tegangan primer v2 = tegangan sekunder
Dengan perkataan lain, tegangan tinggi disisi sekunder dapat ditentukan dengan mengetahui tegangan disisi
primer.
Pada trafo penguji cara diatas tidak dapat dilakukan karena hubungan antara tegangan primer dan
tegangan sekunder adalah :
v1
a
v 2=
1−k

dengan k adalah suatu konstanta yang besarnya ditentukan oleh parameter C trafo penguji. Oleh karena itu untuk
mengetahui tegangan disisi sekunder harus dilakukan pengukuran secara langsung.
Beberapa metode pengukuran tegangan tinggi bolak balik :
a. Pengukuran tegangan puncak dengan sela bola standart.
b. Pengukuran tegangan puncak dengan metode Fortesque.
c. Pengukuran tegangan dengan pembagi tegangan kapasitif.
d. Pengukuran tegangan dengan trafo tegangan (VT).

1
4.2 Pengukuran dengan Sela Bola Standart.
Tegangan tembus (breakdown) sela bola standart untuk berbagai jarak sela pada keadaan suhu udara
20 oC dan tekanan 760 mmHg sudah ada tabelya. Jika sela bola tembus pada suhu (t) dan tekanan udara
(p), maka tegangan yang dikenakan pada sela bola dapat ditentukan dangan cara sebagai berikut :
1. Tentukan jarak sela bola, misalnya (s)

2. Cari tegangan tembus sela bola dari table standart untuk jarak sela (s), misalnya . V s

0, 386. P
3. Hitung factor koreksi : σ = 273+t Jika harga factor koreksi diluar dari (0,95 … 1,05)

maka dipakai harga factor koreksi  = 0,970 (menurut IEC)

4. Tegangan yang dikenakan pada sela bola adalah V =𝜎 .V s

Faktor faktor yang mempengaruhi pengukuran dengan sela bola : temperature, tekanan udara,
kelembaban, keadaan fisik sela bola, jarak benda disekitar sela bola. Keuntungan pengukuran dengan
mempergunakan sela bola adalah harganya murah. Kerugiannya adalah tidak dapat dipergunakan untuk
mengukur tegangan yang jaraknya lebih besar dari diameter bola. Untuk menghindari efek kapasitansi
maka sebaiknya susunan elektroda bola disusun secara vertical.

VR

Gambar 4. 1 Rangkaian pengukuran tegangan tinggi dengan sela bola

2
Contoh 1.

v1
a= 220 V
Trafo penguji memeliki perbandingan belitan = . Trafo penguji dirangkai seperti
v2
100 kV

gambar 1, Jika sela bola breakdown pada saat tegangan disisi primer v1 = 105V. Tentukanlahkonstanta
o
k dari trafo penguji jika diketahui temparatur t = 27,5 C tekanan barometer p = 755 mmHg dan
diketahui dari table standart tegangan tembus sela bola 51,557kV.

Jawab.
Faktor koreksi :
0, 386 .( 755)
σ= =0,9698
273+( 27 , 5)

Tegangan pada sisi sekunder trafo penguji :


v 2 =σ . Vs v2 = 0,9698.(51,557 kV) = 50 kV.

Kontanta trafo penguji :


105 V
v1
220V
v = a
100 kV
k = 0,045
2
1−k 50 kV =
1−k

4.3 Pengukuran Tegangan Puncak dengan Metode Fortesque.

Rangkaian untuk pengukuran tegangan tinggi dengan metode Fortesque ditunjukkan pada gambar
2. Metode ini sering digunakan untuk pengukuran tegangan terhadap tanah. Jika yang diukur adalah
tegangan AC yang berbentuk sinusoidal, maka arus yang mengalir pada kapasitor akan terdahulu 900 dari
tegangan.

3
(a) (b)

Gambar 4.2 (a) Metode Pengukuran Fortesque. (b) Grafik tegangan dan arus

Jika arus yang mengalir melalui alat ukur mA sebesar I, maka :

V m= I 1
K =
2 fC , misalkan 2 fC maka :

Vm = I.K
Contoh 2.
Pengukuran tegangan tinggi dilakukan menggunakan metode Fortesque (Gambar 4. 2) dengan
kapasitor 100 pF. Jika alat ukur arus mA yang digunakan menunjukkan harga 0,816 mA, Tentukanlah
tegangan yang dibangkitkan pada sisi sekunder trafo uji.
Jawab.
1
K= =1 .108
2 .( 50) .( 100. 10−12)

Tegangan pada sisi sekunder :


V2 =0,816.10-3.( 1.108) = 81,6 kV.

Faktor-faktor yag mempengaruhi ketelitian pengukuran tegangan dengan metode Fortesque :


 Bentuk tegangan.
 Ketelitian alat ukur mA.
 Toleransi kapasitor dan dioda.
Keuntungan mengunakan metode Fortesque adalah pengukuran lebih teliti dan pengukuran dapat
dilakukan secara kontinu.
4
4.4 Pengukuran Tegangan dengan Pembagi Tegangan Kapasitif

CH

VR TP
VH

AC Osc
VL
CL

Gambar 4.3 Pengukuran dengan pembagi tegangan kapasitif

Pada prinsipnya pengukuran ini didasarkan pada drop tegangan pada kapasitor tegangan rendah (CL).
Besarnya tegangan yang pada sisi sekunder trafo penguji :
C +C L C +C L
V = H .V K= H
H
CH L misalkan CH

V H =K . V L

4.5 Pengukuran Tegangan Impuls


Bentuk tegangan Impuls seperti pada gambar 4, dengan mengikuti JIS (Japan International
Standard) ditetapakan bahwa permukaan gelombang (Tf) sebesar 1 s dan ekor gelombang (Tt) sebesar
40 s. Penulisan untuk gelombang impuls disingkat dengan (Tf x Tt) sehingga untuk standart JIS
penulisan menjadi (1 x 40) s.
Pengukuran tegangan impuls dengan menggunakan metode tegangan percikan 50 % (50 %
spark over voltage, SOV) dari sebuah sela bola standart. Untuk menetapkan 50 % SOV ini tiap
perbandingan pelepasan diukur dengan menerapkan dua tegangan masing masing lima kali atau lebih.
Mula mula tegangan puncak yang besarnya hampir sama dengan tegangan percik minimum diterapkan
pada sela bola tersebut. Apabila percikan terjadi maka tegangan diturunkan, tegangan ini diterapkan
lagi pada sela bola jika masih ada percikan tegangan diturunkan lagi, bila tidak tegangannya dinaikkan.
Prosedur ini diulangi sampai empat puluh kali. Misalnya hasilnya adalah :

5
Gambar 4.4 Bentuk gelombang Impuls

32 kV 1 0

31 kV 10 1
30 kV 6 10
29 kV 3 6
28 kV 0 3

20 20

Gambar 5. Hasil pengujian tegangan impuls pada sela bola

i ni i.ni
3 1 3
2 10 20
1 6 6
0 3 0

ni = Jumlah “O” yang terjadi pada tingkat I; i = tingkat tegangan dimana “O” terjadi
A =  i.ni = 29; N =  ni = 20
Besarnya 50 % SOV :

V s =V min + ( V i −V i −1
) ( )
NA + 12

6
dengan Vmin = tegangan yang terjadi pada “X” yang terendah.
Vi = tegangan pada tingkat i tertinggi.
Dari contoh gambar 5 didapat :

V s =28+ ( 32−31 ) . ( 29 1
)
+ =29 , 95 kV
20 2
SUPPLEMEN

Tabel. Tegangan Tembus sela bola

7
Kesalahan hasil pengukuran tegangan DC yang jarak selanya lebih kecil dari 0,4D

diperkirakan ± 5 persen.

Kesalahan hasil pengukuran tegangan AC dan impuls untuk jarak sela di atas

0,5D diperkirakan ± 3 persen. Tabel tidak valid untuk mengukur tegangan impuls dibawah 10 kV dan
jarak sela lebih kecil dari 0,05D. Untuk jarak sela lebih besar dari 0,5D dipandang cukup akurat

Anda mungkin juga menyukai