Anda di halaman 1dari 90

PEMBANGKITAN TEGANGAN TINGGI , AC, DC, DAN IMPULS

Laporan Pratikum Tegangan Tinggi

Praktikum Terselenggara Atas kerjasama

Universitas Tridinanti Palembang dan

Universitas Gadjah Mada

Disusun Oleh :

Sabrina

1902230002.P

FAKULTAS TEKNIK
TEKNIK ELEKTRO
UNIVERSITAS TRIDINANTI PALEMBANG
2021
UNIT 1

PEMBANGKITAN TEGANGAN AC, DC DAN IMPULS

1. Tujuan
1.1 Praktikan mampu menjelaskan rangkaian dan prosedur pembangkitan
tegangan tinggi ac, dc, dan impuls
1.2 Praktikan mampu menjelaskan hubungan antara besar tegangan masukan dan
keluaran
1.3 Praktikan mampu menjelaskan parameter pada bentuk gelombang tegangan
keluaran

2. Dasar Teori [1]

Umumnya pada laboratorium-Iaboratorium, tegangan tinggi bolak-balik


diperoleh dengan cara menaikkan tegangan jala-jala dengan menggunakan
transformator penguji tegangan tinggi satu phasa. Untuk memperoleh harga
tegangan yang melebihi batas rating tegangan dari sebuah transformator, maka
dibuatlah suatu susunan cascade dari beberapa buah transformator.
Penerapan Tegangan Tegangan Tinggi DC dalam laboratorium dapat
dipergunakan untuk pengujian isolasi susunan kapasitif, pengujian kapasitor atau
isolasi kabel serta penelitian terhadap gejala fisik dari peluahan dan perilaku
dielektrik. Pembangkitan Tegangan Tinggi DC dalam laboratorium umumnya
menggunakan penyearah semikonduktor atau katup tabung hampa.
Sebagaimana sela bola pada percobaan Unit I, sela bola yang sama juga dapat
digunakan pengukuran tegangan tinggi DC. Faktor koreksi  (densitas udara)
dapat dihitung dengan rumus :
0,386b
= dengan b = tekanan udara (mm Hg).
273  t
t= temperatur udara (oC).
Sehingga jika pengujian tidak dilakukan dalam kondisi standart, yaitu pada suhu
20o C dan tekanan 760 mmHg, maka nilai tegangan dadal yang terukur dapat
dikonversikan dengan pengukuran dalam keadaan standart, dengan perumusan
sebagai berikut :
Vd
Vds = dengan : Vds = tegangan dadal standart.

Vd = tegangan dadal pengukuran

Dalam keadaan kerja, peralatan – peralatan elektik selain dapat dibebani


tegangan kerjanya, juga harus memiliki ketahanan terhadap pembebanan
tegangan lebih impuls akibat sambaran petir maupun akibat proses pengoperasian
saklar daya. Penguasaan cara pembangkitan tegangan tinggi impuls diperlukan,
agar dapat dihasilkan bentuk tegangan yang mendekati kejadian pembebanan
transien yang terjadi di jaringan dan agar dapat dilakukan penelitian dasar tentang
tembus elektrik.

Bentuk–bentuk gelombang tegangan tinggi impuls diperlihatkan pada gambar (1)

Gambar 1. Bentuk-bentuk gelombang tegangan impuls

Tegangan impuls terpotong adalah tegangan impuls yang tiba – tiba menjadi
nol pada saat mencapai puncak atau sewaktu di muka atau ekor. Tegangan impuls
eksponensial ganda dipergunakan untuk peniruan teganagn surja petir dan
tegangan surja hubung. Perbedaan antara tegangan impuls surja petir dan surja
hubung ditentukan pada lama waktu muka dan waktu ekor, seperti terlihat pada
gambar ( 2 ). Tegangan impuls surja petir memiliki bentuk 1,2/50 yang berarti
waktu muka T 1 = 1,2 µ s dan waktu setengah ekor T 2 = 50 µ s. Tegangan impuls
surja hubung memiliki bentuk 250/2500 yang berarti waktu mencapai puncak T 1
= 250 µ s dan setengah ekor T 2 = 2500 µ s.

a. Tegangan impuls surja petir

b. Tegangan impuls surja hubung


Gambar 2. Bentuk gelombang tegangan impuls

3. Metode Pengujian
Metode pengujian pada pembangkitan tegangan tinggi AC
- Langkah pertama hubungkan kabel pertama probe osiloskop pada terminal
trafo
- untuk output kabel kedua dihubungkan kegrounding
- selanjutnya pasang grounding pada alat ukur osiloskop
- Catat dan analisa sesuai tabel perobaan

Langkah- langkah pengujian pembangkitan tegangan tinggi DC negatif

- Pertama output dari testing trafo AC dihubungkan keterminal output dioda


(posisi dioda diatas)
- Kemudian resistor dihubungka ke terminal alat ukur tegangan DC, lalu output
diparalelkan pada kapasitor yang terhubung kabel probe (kabel pertama di
groudingkan, dan kabel kedua di hubungkan pada osiloskop)
- Lakukan langkah diatas untuk pengujian pembangkitan tegangan Dc postif
(dengan mengubah posisi dioda dibawah )
- Catatlah dan analisis berdasarkan perintah yang dibutuhkan

Gambar 1. Rangkaian Pembangkitan Tegangan Tinggi DC Negatif

Langkah-langkah Pengujian Tegangan Tinggi impuls :

- Pertama hubungkan trafo ke input dioda, outupt dari dioda dihubungkan ke


alat ukur tegangan DC kondenser/kapasitor
- Selanjunya dihubungkan ke input terminal dari impulse generator
- Lakukan langkah yang sama untuk percobaan pada arrester terpasang dengan
menghubungkan sisi output terminal impulse generator ke resistor
- Kemudian atur gap yang telah ditentukan
- Catat dan analisis hasil percobaan yang telah dilakukan
4. Data Hasil Pengujian
4.1 Pembangkitan Tegangan Tinggi AC
Tabel 1.1 Hasil Pembangkitan Tegangan Tinggi AC
Pengambilan AC Output Primary Primary
Data ke- Voltage (kV) current Voltage (V) Gelombang AC Output Voltage
(A)

1 5 kV 0A 5V

2 10 kV 0A 15 V

3 15 kV 0A 29 V
3.2 Pembangkitan Tegangan Tinggi DC Negatif

Tabel 1.2. Hasil Pembagkitan Tegangan Tinggi DC Negatif


DC AC Primar Primar
Pengambila Output Output y y Gelombang DC Output Voltage
n Data ke- Voltage Voltage current Voltage
(kV) (kV) (A) (V)

1 10 kV 7 kV 0A 10 V

2 20 kV 14 kV 0A 29 V

3 30 kV 21 kV 0A 50 V
3.3 Pembangkitan Tegangan Tinggi DC Positif

Tabel 1.3 Hasil Pembangkitan Tegangan DC Positif

DC AC Primar Primar
Pengambila Output Output y y Gelombang DC Output Voltage
n Data ke- Voltage Voltage current Voltage
(kV) (kV) (A) (V)

1 10 kV 7 kV 0A 10 V

2 20 kV 14 kV 0A 30 V

3 30 kV 22 kV 0A 50 V
3.4 Pembangkitan Tegangan Tinggi Impuls Positif

Tabel 1.4. Hasil Pembangkitan Tegangan Tinggi Impulse Positif untuk


Variasi Tegangan Charging Pertama
DC Output
Voltage Gelombang DC Output Voltage Peak Impulse Out.
(kV) Voltage (kV)

20 kV 7, 13 kV

Tabel 1.5. Hasil Pembangkitan Tegangan Tinggi Impulse Positif untuk


Variasi Tegangan Charging Kedua
DC Output Peak Impulse Out.
Voltage Gelombang DC Output Voltage Voltage (kV)
(kV)

30 kV 10,67 kV
5. Analisa Hasil Percobaan
Dalam praktikum teknik tegangan tinggi yaitu pembangkitan dan
pengukuran tegangan tinggi AC, didapatkan hasil yang terukur berupa tegangan
input (KV), tegangan tembus (KV), arus utama (A), tegangan utama (V) dan
gelombang tegangan AC output dan menaikkan regulator tegangan. Hasil
percobaan dapat dilihat pada bagian tabel 1.1 dilakukan pegujian sebanyak 3 kali
dengan skala ukur 25 kV dengan rangkaian pengujian yang sama. Pegujian
pertama didapat nlai tegangan tembus mecapai 10 kV, tegangan DC output
sebesar 7 kV, arus utama mendekati 0, dan tegangan utama 10 kV saat mengalami
breakdown. Pada pengujian kedua dan ketiga nilai tegangan tembus, tegangan DC
output dan tegangan utama mengalami peningkatan 2 kali lipat dari hasil pegujian
pertama sedangakan nilai arus utama tetap mendekati angka 0. Hal tersebut
dikarenakan pada pegujian pembangkitan tegangan AC tidak dibutuhkan
tegangan langsung sehingga pada pengujian digunakan trafo step up untuk
membangkitkan tegangan dari sumber PLN menjadi tegangan tinggi.
Pada pengujian pembangkitan tegangan tinggi DC negatif dan DC positif
menggunakan rangkaian yang sama hanya merubah posisi dioda maka didapatkan
hasil DC output, AC output, primary current, primary voltage yang tidak jauh
berbeda. Hal tersebut menunjukan bahwa fungsi dioda sebagai penyearah saat
posisi dioda diubah dari negatif ke postif pada rangkaian pembangkitan tegangan
tinggi DC tidak begitu berpengaruh terhadap nilai output tetap stabil, tetapi
perbedaan didapat pada gelombang output yang terbaca pada osiloskop dimana
posisi gelombang berada dibawah sumbu x osiloskop.
Selanjutnya pada pengujian pembangkitan tegangan tinggi impuls
dilakukan pengujian dengan melakukan variasi tegangan charging pertama
dengan DC output 20 kV dan charging kedua 30 kV dengan mengubah jarak sela
bola. Pada variasi charging pertama tegangan tembus yang terukur sedikit lamat
dibandingkan variasi tegangan charging kedua karena pada variasi kedua
dinaikkan jarak elektroda sela bola ditambah sehingga tegangan tembusnya
semakin besar.
6. Kesimpulan
- Pada pembangkitan tegangan tinggi AC tidak dibutuhkan tegangan tingigi
langsung
- Penggunaan trafo step up pada pembangkitan tegangan tinggi AC untuk
menaikkan tegangan sumber PLN 220 V menjadi Tegangan Tinggi .....
- Pengaturan jauh dekatnya jarak elektroda bola pada percobaan ini sangat
bergatung pada hasil dari tegangan tembus dan arus primer yang terukur.
Semakin jauh jarak sela elektroda bola maka tegangan tembusnya akan
semakin besar.
- Dengan adanya penyearah (dioda) arus yang terukur pada sisi sekunder akan
stabil.
- Untuk mencapai tegangan impuls diperlukan waktu tidak terlalu cepat.
- Tegangan tembus antar sela elektroda bola akan terjadi bila muatan yang ada
sudah cukup untuk terjadinya tembus dielektrik pada kuat medan tertentu.
DAFTAR PUSTAKA

[1] E. Kuffel, W. S. Zaengl, 2000, “High Voltage Engineering Fundamental” Second


Edition, Butterworth-Heinemann.

[2] M. S. Naidu, V. Kamaraju, 1996, “High Voltage Engineering”, Tata McGraw-Hill


Publishing Company Limited.
KEGAGALAN ISOLASI UDARA

Laporan Pratikum Tegangan Tinggi

Praktikum Terselenggara Atas kerjasama


Universitas Tridinanti Palembang dan
Universitas Gadjah Mada

Disusun Oleh :
Sabrina
1902230002.P

FAKULTAS TEKNIK
TEKNIK ELEKTRO
UNIVERSITAS TRIDINANTI PALEMBANG
2021
UNIT 2
KEGAGALAN ISOLASI UDARA

1. Tujuan
1.1 Praktikan mampu menjelaskan rangkaian dan prosedur pengujian kegagalan
isolasi udara
1.2 praktikan mampu menjelaskan fenomena pre-breakdown dan breakdown pada
isolasi udara
1.3 praktikan mampu menjelaskan pengaruh bentuk elektroda terhadap besar
tegangan breakdown pada isolasi udara
1.4 Praktikan mampu menjelaskan pengaruh besar sela udara terhadap besar
tegangan breakdown

2. Dasar Teori
Pada umumnya, kegagalan peralatan listrik pada waktu sedang dipakai
disebabkan oleh kegagalan isolasi dalam menjalankan fungsinya sebagai isolator
tegangan tinggi. Kegagalan isolasi disebabkan oleh beberapa faktor antara lain
isolasi tersebut sudah dipakai untuk waktu yang lama, kerusakan mekanis,
berkurangnya kekuatan dielektrik, dan karena tegangan lebih.
[1]
Udara merupakan media isolasi yang paling banyak digunakan dalam
teknik tegangan tinggi. Beberapa fenomena atau gejala tegangan tinggi yang biasa
terjadi antara lain skin effect, korona, spark over dan flash over. Fenomena fisik
gejala maupun kegagalan tegangan tinggi ini salah satunya dipengaruhi oleh bentuk
elektroda yang dipakai. Pada saat penerapan tegangan dilakukan, bermacam
fenomena terjadi dalam dielektrik udara. Ket ika tegangan yang diterapkan
adalah rendah, maka arus yang mengalir diantara elektroda tersebut
adalah kecil sehingga isolator masih dapat menahan sifat listriknya. Akan
tetapi bila rus yang diterapkan adalah besar, maka arus yang mengalir dalam
elektroda meningkat tajam dan ini menyebabkan tejadinya suatu kegagalan listrik,
yang mana ditandai dengan pelepasan muatan listrik (discharge). Kegagalan ini
menyebabkan hilangnya tegangan dan mengalirnya arus dalam bahan isolasi
- Pelepasan yang bertahan sendiri (selt sustaining discharge), dan
- Pelepasan yang tidak bertahan sendiri ( non self sustaining discharge)
Mekanisme kegagalan gas yang biasa disebut percikan adalah peralihan dari
pelepasan tak bertahan ke berbagai jenis pelepasan yang tak bertahan ke berbagai
jenis pelepasan yang bertahan sendiri. Percikan (spark) biasanya terjadi secara tiba-
tiba. Bermacam-macam kondisi fisik dalam udara seperti : tekanan, temperatur
(suhu), sifat dasar elektroda, permukaan alami elektroda dan tersedianya partikel-
partikel penghantar dianggap sebagai dasar yang menentukan dalam terjadinya
proses ionisasi.

3. Metode
Langkah-langkah pengujian dengan elektroda :
- Pertama hubungkan output trafo ke terminal resistor (50KΩ)
- hubungkan outupt resistor kesisi elektroda, lalu pasanglah elektroda dan atur
gap berdasarkan ketentuan pengujian yang dilakukan
- ulangi langkah tersebut untuk elektroda yang lainnya
- catat dan analisa hasil dari pegujian yang telah dilakukan
4. Data hasil percobaan
4.1 Pengujian dengan Elektroda Jarum-Plat
Tabel 2.1 Hasil Pengujian Isolasi dengan Elektroda Jarum-Plat untuk Variasi
Sela Udara Pertama (pengamblan Data ke-1)
Sela Breakdown Fenomena
udara AC Voltage Pre- Fenomena Breakdown
(cm) (kV) Breakdown

1 cm 9 kv Adanya
bunyi suara
desis

Ketika dalam keadaan breakdown


tegangan dropped dan arus naik
secara signifikan dengan ditandai
munculnya percikan api di elektroda

Tabel 2.2 Hasil Pengujian isolasi udara dengan Elektroda Jarum-Plat untuk
Variasi Sela Udara Pertama (Pengambilan Data ke-2)
Breakdown
Sela udara Fenomena Pre-
AC Voltage Fenomena Breakdown
(cm) Breakdown
(kV)

1 cm 9 kV Adanya bunyi
desis.

Saat keadaan breakdown ditandai


dengan munculnya api lilin dan
suara bunyi yg keras
Tabel 2.3 Hasil Pengujian isolasi udara dengan Elektroda Jarum-Plat untuk
Variasi Sela Udara Kedua (Pengambilan Data ke-1)
Breakdown
Sela udara Fenomena Pre-
AC Voltage Fenomena Breakdown
(cm) Breakdown
(kV)

3 cm 20 kV 10-15 kV blm
breakdown
hanya ada
bunyi desis dan
bertambah
nyaring
Tampak seperti cahaya api lilin
disekitar
dan tegangan dropped serta arus
tegangan 20 kV
naik signifikan yang
menyebabkan pengaman bekerja

Tabel 2.4 Hasil Pengujian isolasi udara dengan Elektroda Jarum-Plat untuk
Variasi Sela Udara Pertama (Pengambilan Data ke-2)
Breakdown
Sela udara Fenomena Pre-
AC Voltage Fenomena Breakdown
(cm) Breakdown
(kV)

3 cm 20 kV Terdegar suara
bunyi desis dan
bunyi bertambah
nyaring saat
tegangan
Terlihat seperti cahaya api lilin
dinaikan sampai dan tegangan dropped serta arus
20 kv. naik signifikan yang
menyebabkan pengaman bekerja
4.2 Pengujian dengan Elektroda Bola-Plat

Tabel 2.5 Hasil Pengujian isolasi udara dengan Elektroda Bola-Plat untuk
Variasi Sela Udara Pertama (Pengambilan Data ke-1)
Breakdown AC
Sela udara Fenomena Pre-
Voltage Fenomena Breakdown
(cm) Breakdown
(kV)

1 cm 16 kV Terdengar
bunyi suara
desis yang
sangat singkat
kemudian
terjadi
breakdown
(relative sangat
Ditandai dengan munculnya
sulit untuk api ditengah sumbu elektroda
ditemukannya
fenomena pre-
breakdown di
medan yg
seragam

Tabel 2.6 Hasil Pengujian isolasi udara dengan Elektroda Bola-Plat untuk
Variasi Sela Udara Pertama (Pengambilan Data ke-2)
Breakdown AC
Sela udara Fenomena Pre-
Voltage Fenomena Breakdown
(cm) Breakdown
(kV)
1 cm 18kV Bunyi desis
sangat singkat
kemudian
breakdown
(relative sangat
sulit utk
ditemukannya
fenomena pre-
breakdown ini Ditandai munculnya
di medan yg percikan api di salah satu
seragam) elektroda
Tabel 2.7 Hasil Pengujian isolasi udara dengan Elektroda Bola-Plat untuk
Variasi Sela Udara kedua (Pengambilan Data ke-1)
Breakdown
Sela udara Fenomena Pre-
AC Voltage Fenomena Breakdown
(cm) Breakdown
(kV)

3 cm 42 kV Ada bunyi desis


disekitar
tegangan 32 kV
dimana
udaranya
terionisasi.

Timbul percikan api pada ujung


atas sumbu elektroda yang
membutuhkan tegangan dan udara
yang lebih besar

Tabel 2.8 Hasil Pengujian isolasi udara dengan Elektroda Bola-Plat untuk
Variasi Sela Udara Kedua (Pengambilan Data ke-2)
Breakdown AC
Sela udara Fenomena Pre-
Voltage Fenomena Breakdown
(cm) Breakdown
(kV)

3 cm 46 kV Terdengar suara
desis di sekitar
tegangan 32 kV
dan semakin
membesar.

terlihat munculnya percikan


api diarea atas dari sumbu
eletroda bola
4.3 Pengujian dengan Elektroda Plat-Plat

Tabel 2.9 Hasil Pengujian isolasi udara dengan Elektroda Plat-Plat untuk
Variasi Sela Udara Pertama (Pengambilan Data ke-1)
Breakdown AC
Sela udara Fenomena Pre-
Voltage Fenomena Breakdown
(cm) Breakdown
(kV)
1cm 15 kV Adanya
bunyi desis.

Adanya percikan api dari atas


sumbu tengah elektroda.

Tabel 2.10 Hasil Pengujian isolasi udara dengan Elektroda Plat-Plat untuk
Variasi Sela Udara Pertama (Pengambilan Data ke-2)
Breakdown AC
Sela udara Fenomena Pre-
Voltage Fenomena Breakdown
(cm) Breakdown
(kV)

1 cm 15 kV Adanya
bunyi desis.

Tegangan dropped dan arus naik


serta tampak percikan api di
bawah
Tabel 2.11 Hasil Pengujian isolasi udara dengan Elektroda Plat-Plat untuk
Variasi Sela Udara Kedua (Pengambilan Data ke-1)
Breakdown AC
Sela udara Fenomena Pre-
Voltage Fenomena Breakdown
(cm) Breakdown
(kV)

3 cm 42 kV Adanya
bunyi desis.

Tegangan dropped dan arus naik


serta tampak percikan api
ditengah

Tabel 2.12 Hasil Pengujian isolasi udara dengan Elektroda Plat-Plat untuk
Variasi Sela Udara Kedua (Pengambilan Data ke-2)
Breakdown AC
Sela udara Fenomena Pre-
Voltage Fenomena Breakdown
(cm) Breakdown
(kV)

3 cm 42 kV Adanya
bunyi desis

Tegangan dropped dan arus naik


serta terdapat percikan api diatas
sumbu tengah elektroda
5. Analisa Hasil Pengujian

Berdasarkan hasil pengujian elektroda jarum-plat dilakukan 4 kali pengujian


dengan mengubah variasi sela udara. Pada pegujian pertama dan kedua dengan sela
udara 1 cm didapat nilai brekdown yang sama yaitu 9 kV. Fenomena prebreadown
berupa suara desis dan dilajutkan munculnya fenomena breakdown yang ditandai
adanya percikan api disalah satu elektroda. Sedangkan pada pengujian ketiga dan
keempat dengan sela udara 3cm dimana nilai tegangan tripnya lebih besar serta
fenomena pre-breakdown dengan suara desis yang cukup nyaring dan fenomena
breakdown dengan munculnya api lilin yang cukup besar di salah satu elektorda
atau disebut dengan partial discharge. Hasil tersebut membuktikan bahwa
perubahan pada sela udara sangat mempengaruhi cepat atau lamanaya terjadi
berakdown.
Pada percobaan selanjutnya dilakukan pengujian yang sama hanya
mengubah jenis eletroda yang dipakai dengan mevariasikan sela udara. Perbedaan
ditunjukan pada pengujian elektroda bola-plat dan plat-plat dimana fenomena pre-
breakdown sangat sulit untuk dilihat karena adanya keseragaman medan.

6. Kesimpulan
- Perubahan variasi sela udara sangat mempengaruhi cepat atau lambatnya terjadi
breakdown, seamkin besar sela udara maka semakin lama terjadinya breakdown
- Penggunaan jenis elektroda pada pengujian isolasi udara sangat berpengaruh.
Kegagalan isolasi udara karena adanya medan yang tidak seragam
DAFTAR PUSTAKA

[1] https://www.scribd.com/doc/85831124/3-Bab-3-Kegagalan-Isolasi
KEGAGALAN ISOLASI CAIR

Laporan Pratikum Tegangan Tinggi

Praktikum Terselenggara Atas kerjasama


Universitas Tridinanti Palembang dan
Universitas Gadjah Mada

Disusun Oleh :
Sabrina
1902230002.P

FAKULTAS TEKNIK
TEKNIK ELEKTRO
UNIVERSITAS TRIDINANTI PALEMBANG
2021
UNIT 3
KEGAGALAN ISOLASI CAIR

1. Tujuan
1.1 Praktikan mampu menjelaskan rangkaian dan prosedur pengujian kegagalan
isolasi cair
1.2 Praktikan mampu menjelaskan fenomena pre-breakdown dan breakdown
pada isolasi cair
1.3 Praktikan mampu menjelaskan pengaruh kualitas bahan isolasi cair terhadap
besar tegangan breakdown
1.4 Praktikan mampu menjelaskan pengaruh bentuk elektroda terhadap besar
tegangan breakdown pada isolasi cair
1.5 Praktikan mampu menjelaskan produk sampingan (by product) akibat
breakdown pada isolasi cair

2. Dasar Teori
A. Pengertian dan Fungsi Isolasi
[1]
Isolasi merupakan bahan yang resistivitasnya tinggi sehingga sulit
menghantarkan listrik. Secara elektris, isolasi berfungsi untuk memisahkan
bagian-bagian yang mempunyai beda tegangan agar diantara bagian-bagian
tersebut tidak terjadi lompatan listrik (flash over) atau percikan (spark over).
Sedangkan secara mekanis, isolasi biasanya berfungsi juga sebagai:
1. Penyangga atau penggantung, misalnya porselen dan kayu;
2. Pengisi, misalnya udara, gas SF6, dan minyak transformator;
3. Penutup atau pelindung, misalnya mika dan pernis.

B. Isolasi Cair
a. Keunggulan isolasi cair Ada beberapa alasan mengapa isolasi cair
digunakanantara lain:
- Isolasi cair memiliki kerapatan 1000 kali atau lebih dibandingkan dengan
isolasi gas, sehingga memiliki kekuatan dielektrik yang lebih tinggi
menurut hukum paschen.
- Isolasi cair akan mengisi celah atau ruang yang akan diisolasi dan secara
serentak melalui proses konversi menghilangkan panas yang timbul akibat
rugi energi.
- Isolasi cair dapat dimanfaatkan sebagai pembawa informasi mengenai
keadaan baik atau buruknya suatu transformator.

b. Syarat minyak isolasi


Karena kekuatan elektrik dan umur suatu trafo tergantung sepenuhnya
pada kualitas minyak isolasi dan untuk memenuhi ketiga fungsi yang
dijelaskan sebelumnya, menurut SPLN 49 – 91 : 1982 minyak isolasi harus
memiliki beberapa syarat, yaitu :
- Kejernihan (Appearance)
Minyak tidak boleh mengadung suspensi atau endapan (sedimen).
- Konduktivitas Panas (Thermal Conductivity)
Konduktivitas panas adalah kemampuan isolator minyak menghantarkan
panas. Minyak transformator harus memiliki daya hantar panas yang baik
agar udara panas dengan cepat dapat disirkulasikan dan temperatur
transformator akan tetap terjaga.
- Massa Jenis (Density)
Massa jenis isolator minyak mineral ini lebih kecil dibanding air, yaitu tidak
boleh melebihi 0,859 g/cm2 pada suhu 20o C. Selain itu, jika minyak
bermassa jenis rendah, maka partikel-partikel yang ada di dalam minyak
akan segera mengendap pada dasar tangki. Hal ini sangat membantu dalam
mempertahankan homoginetas minyak.
- Kekentalan ( Viscosity)
Kekentalan merupakan suatu tahanan dari cairan untuk mengalir kontinyu
dan merata. Viskositas sangat penting pada isolasi cair. Hal ini dikarenakan
viskositas berpengaruh pada kemurnian isolasi cair (banyaknya kontaminan
partikel padat) dan pendinginan suatu peralatan listrik. Isolasi cair yang baik
haruslah mempunyai viskositas yang rendah sehingga kemungkinan isolasi
cair terkontaminasi akan kecil. Selain itu jika viskositas isolasi cair rendah,
proses sirkulasi isolasi cair pada peralatan listrik akan berlangsung dengan
baik sehingga akhirnya pendinginan inti dan belitan transformator dapat
berlangsung dengan sempurna.
- Titik Nyala (Flash Point)
Titik nyala suatu minyak merupakan peryataan dimana minyak dapat
dipanaskan pada kondisi tertentu sebelum uap yang dihasilkan menjadi api
yang berbahaya. Karakteristik titik nyala menentukan terjadinya penguapan
dalam minyak. Jika titik nyala minyak rendah, maka minyak mudah
menguap. Ketika minyak menguap, volumenya berkurang, minyak semakin
kental dan campuran dengan udara di atas permukaan minyak membentuk
bahan yang dapat meledak.
- Titik Tuang (Pour Point)
Titik tuang adalah temperatur dimana minyak baru saja mengalir ketika
didinginkan dibawah kecepatan perubahan suhu. Minyak dengan titik tuang
yang rendah akan berhenti mengalir pada suhu yang rendah. Minyak
tranfsormator sebaiknya memiliki titik tuang yang rendah sehingga minyak
tidak berhenti mengalir pada suhu yang cukup rendah. Adapun syarat ini
tidak terlalu penting dalam pemakaian minyak transformator di Indonesia
mengingat iklim di Indonesia yang tropis dan temperaturnya yang cukup
tinggi cenderung tetap. Titik tuang digunakan untuk mengidentifikasi dan
menentukan jenis peralatan yang akan menggunakan minyak isolasi. Selain
syarat-syarat yang telah dijelaskan di atas, minyak transformator juga harus
mempunyai kekuatan dielektrik dan tegangan tembus yang tinggi, tidak
merusak material isolasi dan material lain trafo, dan memiliki struktur kimia
yang stabil agar usia pelayanannya lebih panjang.

c. Jenis-jenis isolasi cair


1. Minyak Isolasi Mineral
Minyak isolasi mineral adalah minyak isolasi yang bahan dasarnya
berasal dari minyak bumi yang diproses dengan cara destilasi. Minyak
isolasi hasil destilasi ini harus mengalami beberapa proses lagi agar
diperoleh tahanan isolasi yang tinggi, stabilitas panas yang baik,
mempunyai karakteristik panas yang stabil, dan memenuhi syarat – syarat
teknis yang lain.
Minyak isolasi mineral banyak digunakan pada transformator daya,
kabel, pemutus daya (CB), dan kapasitor. Dalam hal ini minyak isolasi
dapat berfungsi sebagai bahan dielektrik, bahan pendingin, dan pemadam
busur api.
2. Minyak Isolasi Sintetis
Penggunaan minyak isolasi mineral masih memiliki keterbatasan
karena memiliki sifat yang mudah beroksidasi dengan udara, mudah
mengalami pemburukan serta sifat kimianya yang dapat berubah akibat
kenaikkan temperatur yang terjadi ketika memadamkan busur api saat
peralatan beroperasi. Penggunaan minyak isolasi sintetis untuk masa akan
yang datang diharapkan mampu menutupi keterbatasan – keterbatasan
minyak isolasi mineral. Oleh sebab itu saat ini banyak dikembangkan
penelitian – penelitian tentang kemungkinan pemakaian dari beberapa
jenis minyak isolasi sintetis pada peralatan tegangan tinggi.
Minyak isolasi sintetis adalah minyak isolasi yang diolah dengan
proses kimia untuk mendapatkan karakteristik yang lebih baik. Sifat –
sifat penting dari minyak isolasi sintetis bila dibandingkan dengan
minyak isolasi mineral adalah :
1. Kekuatan dielektriknya diatas 40 kV.
2. Harganya murah, sukar terbakar, dan tidak mengendap.
3. Berat jenisnya adalah 1,56 dan jika dicampur dengan air, minyak
isolasi berada di bawah permukaan air sehingga mempermudah dalam
proses pemurnian dan pemisahan kadar air dalam minyak.
4. Mempunyai daya hantar panas yang sama dengan minyak isolasi
mineral.
5. Pada kondisi pemakaian yang sama dengan minyak mineral, uap
lembab akan menyebabkan oksidasi yang berlebih serta penurunan
kekuatan dielektrik lebih cepat pada minyak sintetis bila
dibandingkan dengan minyak mineral akan tetapi karena umurnya
lebih panjang dan sifat pendinginnya lebih baik, maka pada beberapa
pemakaian minyak isolasi sintetis banyak digunakan.

d. Teori kegagalan isolasi cair


Kegagalan isolasi pada peralatan tegangan tinggi yang terjadi pada saat
peralatan sedang beroperasi bisa menyebabkan kerusakan alat sehingga
kontinuitas sistem menjadi terganggu. Dari beberapa kasus yang terjadi
menunjukkan bahwa kegagalan isolasi ini berkaitan dengan adanya partial
discharge. Partial discharge ini dapat terjadi pada material isolasi padat,
material isolasi cair, dan juga material isolasi gas.
Kegagalan pada material isolasi cair ini disebabkan oleh :
1. Teori kegagalan murni atau elektronik (yang merupakan perluasan teori
kegagalan dalam gas), artinya dalam proses kegagalan yang terjadi dalam
zat cair dianggap serupa dengan yang terjadi dalam gas.
2. Teori kegagalan gelembung udara atau kavitasi. Adanya gelembung udara
dalam cairan merupakan awal dan penyebab kegagalan total dari zat cair
dengan adanya gelembung pada zat cair dan tercampurnya material isolasi
cair
3. Teori kegagalan bola cair
Ketidakmurnian yang tidak stabil dalam medan listrik (misalnya bola-bola
air) dapat merupakan jembatan bertahanan rendah diantara elektroda dan
dapat mengakibatkan kegagalan.
4. Teori kegagalan ketidakmurnian padat
Ketidakmurnian (misalnya butiran penghantar padat) dapat menyebabkan
pembesaran medan listrik setempat. Apabila medan dalam zat cair melebihi
nilai kritis titik tertentu maka di tempat itu zat cair akan gagal dan dapat
menyebabkan kegagalan total.

3. Metode percobaan
Langkah-langkah pengujian sebagai berikut :
- Pertama hubungkan output trafo pada terminal input resistor

Gambar 1. Output trafo


- Setelah trafo dan resistor tersambung, hubungkan output resistor ke sisi
elektroda

Gambar 2. Output resistor ke sisi elektroda


- Setelah terhubung, pasanglah elektroda serta atur gap sesuai dengan
prosedur percobaan yang akan diuji. Dan masukan isolasi minyak sesuai
denan yang dibutuhkan

Gambar 3. Pengaturan Gap Elektroda


- Selesai rangkaian dipasang. Catat dan analisis hasil pegujian yang terukur
- Lakukan langkah yang sama untuk pengujian selanjutnya . Catatan ganti
isolasi dan elektroda sesuai dengan prosedur pengujian

4. Data Hasil Percobaan


4.1 Pengujian Isolasi Cair Bekas dengan Elektroda Bola-Bola

Tebel 3.1 Hasil Pengujian Isolasi cair Bekas Dengan Elektroda Bola-Bola
(Pengambilan Data ke-1)
Gap Breakdown AC Voltage
(cm) (kV)
2,5 mm 30 kV

Tabel 3.2 Hasil Pengujian Isolasi Cair Bekas dengan Elektroda Bola-Bola
(pengambilan Data ke-2)
Gap Breakdown AC Voltage
(cm) (kV)
2,5 mm 25 kV
Tabel 3.3 Hasil Pengujian Isolasi Cair bekas dengan Elektroda Bola-Bola
(Pengambilan Data ke-3)

Gap Breakdown
Byproduct Akibat Breakdown
(cm) AC Voltage
(kV)

2,5 mm 18 kV

4.2 Pengujian Isolasi Cair Baru dengan Elektroda Bola-Bola

Tabel 3.4 Hasil Pengujian Isolasi cair Baru Dengan Elektroda Bola-Bola
(Pengambilan Data ke-1)
Gap Breakdown AC Voltage
(cm) (kV)
2,5 mm 28 kV

Tabel 3.5 Hasil Pengujian Isolasi Cair Baru dengan Elektroda Bola-Bola
(pengambilan Data ke-2)
Gap Breakdown AC Voltage
(cm) (kV)
2,5 mm 30 kV
Tabel 3.6 Hasil Pengujia Isolasi Cair Baru dengan Elektroda Bola-Bola
(Pengambilan Data ke-3)
Breakdown
Gap
ACVoltage Byproduct Akibat Breakdown
(cm)
(kV)

2,5 mm 36 kV

4.3 Pegujian Isolasi Cair Baru dengan Elektroda Jarum Plat (Ac
Breakdown)

Tabel 3.7 Hasil Pengujian Isolasi Cair Baru dengan Elektroda Jarum-Plat
(Pengambilan Data ke-1)
Gap Breakdown ACVoltage
(cm) (kV)
2,5 mm 13 kV

Tabel 3.8 Hasil Pengujian Isolasi Cair Baru dengan Elektroda Jarum-Plat
(pengambilan Data ke-2)
Gap Breakdown AC Voltage
(cm) (kV)
2,5 mm 13 kV
Tabel 3.9 Hasil Pengujian Isolasi Cair Baru dengan Elektroda Jarum-
Plat (Pengambilan Data ke-3)
Gap Breakdown AC Voltage
(cm) (kV)
2,5 mm 12 kV

Tabel 3.10 Hasil Pengujian Isolasi Cair Baru dengan Elektroda Jarum-
Plat (Pengambilan Data ke-4)
Breakdown
Gap
ACVoltage Byproduct Akibat Breakdown
(cm)
(kV)

2,5 mm 12 kV
4.4 Pengujian Isolasi Cair baru dengan Elektroda Jarum-Plat (Positive DC
Breakdown)
Tabel 3.11 Hasil Pengujian isolasi Cair Baru dengan Elektroda Jarum-Plat
(Positive DC Breakdown)
Fenomena Pre-breakdown Fenomena Breakdown

Terdengar suara letupan


serta Terlihat percikan api dielektroda
munculnya sedikit gelembung atau dalam keadaan berakdown
partikel yang bergerak di sekitar
elektroda yang diakibtkan karena
ketika elektroda jarum diberikan
tegangan dimana terdapat medan
listrik sehingga menyebabkan
perubahan muatan

Tabel 3.12 Hasil Pengujian Isolasi Cair Baru dengan Elektroda Jarum-Plat dan
Tegangan DC positif ( Pengambilan Data ke-2)
Fenomena Pre-breakdown Fenomena Breakdown
Terdengar suara letupan dan gelembung Ketika tegangan dinaikan akan
atau pertikel yang cukup banyak muncul percikan api di elektroda
yang meyebabkan breakdown

Tabel 3.13 Hasil Pengujian Isolasi Cair Baru dengan Elektroda Jarum-Plat dan
Tegangan DC positif ( Pengambilan Data ke-3)
Fenomena Pre-breakdown Fenomena Breakdown

Terdengar beberapa kali bunyi Saat tegangan dinaikan terlihat


letupan dan muncul gelembung atau beberapa kali percikan api di
partikel yang cukup banyak elektroda sebelum tegangan drop

5. Analisa Hasil Pengujian


Pada pengujian kegagalan isolasi dilakukan beberapa kali pengujian degan
isolasi cair bekas, baru serta jenis elektroda yang berbeda dan nilai gap 2,5mm.
Pengujian berupa isolasi cair bekas dengan elektroda bola-bola pada pengambilan data
pertama dan kedua ada perbandingan nilai tegangan breakdown yang mengalami
penurunan. Serta menghasilkan buyproduct berupa cairan hitam ada isolasi minyak di
area sekitar elektroda bola-bola. Sedangkan untuk pengujian kedua menggunakan
isolasi cair yang baru dengan elektroda yang sama dimana nilai breakdown cukup
stabil atau mengalami sedikit penurunan. Hal tersebut dikarenakan adanya
perbandingan kualitas isolasi cair bekas dan baru, saat isolasi cair dipakai terus
menerus maka kualitas bahan isolasi nya menurun yang menyebabkan pada isolasi cair
bekas tegangan breakdownnya lebih tinggi.
Pengujian selanjutnya yaitu menggunakan isolasi cair baru dengan elektroda
jarum plat AC breakdown dan positif DC breakdown. Pada pengujian AC breakdown
dilakukan 4 kali pengambilan data didapat nilai tegangan breakdown stabil dan
byproduct yang dihasilkan tidak begitu pekat dibandingkan dengan pegujian pertama
pada isolasi cair bekas. Untuk pengujian terakhir yaitu isolasi cair bari dengan
elektroda jarum plat dan tegangan DC positif dilakukan pengamatan berupa fenomena
pre-breakdown dan breakdown. Dalam pengambilan data pertama fenomena pre
breakdown ditandai dengan munculnya suara letupan dan pertikel gelembung.
Begitupula dengan pengambilan data kedua dan ketika, fenomena pre-breakdown
dengan partikel gelembung semakin banyak dan breakdown berupa percikan api yang
cukup besar

6. Kesimpulan
- Adanya gelembung udara dalam cairan merupakan awal dan penyebab kegagalan
total dari zat cair dengan adanya gelembung pada zat cair dan tercampurnya
material isolasi cair.
- Kualitas isolasi cair sangat mempegaruhi terjadinya breakdown. Semakin sering
isolasi cair dipakai maka kualias nya akan menurun dan cepat terjadinya kegagalan
isoalsi
- Breakdown isolasi cair lebih tinggi dibandingkan dengan isolasi udara
- Faktor yang mempengaruhi terjadinya kegagalan dapat berupa suhu minyak dan
tekanan udara
DAFTAR PUSTAKA

[1] https://labttpl.files.wordpress.com/2017/11/modul-praktikum-ttt-2017.pdf
KEGAGALAN ISOLASI PADAT

Laporan Pratikum Tegangan Tinggi

Praktikum Terselenggara Atas kerjasama


Universitas Tridinanti Palembang dan
Universitas Gadjah Mada

Disusun Oleh :
Sabrina
1902230002.P

FAKULTAS TEKNIK
TEKNIK ELEKTRO
UNIVERSITAS TRIDINANTI PALEMBANG
2021
UNIT 4
KEGAGALAN ISOLASI PADAT

1. Tujuan
1.1 Praktikan mampu menjelaskan rangkaian dan peosedur pengujian
kegagalan isolasi padat
1.2 Praktikan mampu menjelaskan pengaruh bahan isolasi padat terhadap
besar tegangan breakdown,fenomena predawn, dan fenomena breakdown
1.3 Praktikan mampu menjelaskan byproduct akibat breakdown pada isolasi
padat

2. Dasar Teori
A. Mekanisme Kegagalan Bahan Isolasi Pada
[1]
Mekanisme kegagalan bahan isolasi padat terdiri dari beberapa
jenis sesuai fungsi waktu penerapan tegangannya. Hal ini dapat dilihat
sebagai berikut :

Gambar 1. Grafik Kegagalan Isolasi

Uraian masing masing jenis kegagalan pada bahan isolasi padat adalah
1. Kegagalan asasi (intrinsik) adalah kegagalan yang disebabkan oleh
jenis dan suhu bahan ( dengan menghilangkan pengaruh luar seperti
tekanan, bahan elektroda, ketidakmurnian, kantong kantong udara.
Kegagalan ini terjadi jika tegangan yang dikenakan pada bahan
dinaikkan sehingga tekanan listriknya mencapai nilai tertentu yaitu
106 volt/cm dalam waktu yang sangat singkat yaitu 10-8 detik.

2. Kegagalan elektromekanik adalah kegagalan yang disebabkan oleh


adanya perbedaan polaritas antara elektroda yang mengapit zat isolasi
padat sehingga timbul tekanan listrik pada bahan tersebut. Tekanan
listrik yang terjadi menimbulkan tekanan mekanik yang menyebabkan
timbulnya tarik menarik antara kedua elektroda tersebut. Pada
tegangan 106 volt/cm menimbulkan tekanan mekanik 2 s.d 6 kg/cm2.
Tekanan atau tarikan mekanis ini berupa gaya yang bekerja pada zat
padat berhubungan dengan Modulus Young ,

Dengan rumus Stark dan Garton,

, Jika kekuatan asasi (intrinsik) tidak tercapai

pada , maka zat isolasi akan gagal bila tegangan V dinaikkan

lagi. Jadi kekuatan listrik maksimumnya adalah .


Dimana :
F : gaya yang bekerja pada zat padat,
D L : Pertambahan panjang zat padat
L : panjang zat padat,
A : pertambahan zat yang dikenai gaya,
d0 : tebal zat padat sebelum dikenai tegangan
V, d : tebal setelah dikenai tegangan V dan e
0e r : permitivitas
3. Kegagalan streamer adalah kegagalan yang terjadi sesudah suatu banjiran
(avalance). Sebuah elektron yang memasuki band conduction di katoda akan
bergerak menuju anoda dibawah pengaruh medan memperoleh energi antara
benturan dan kehilangan energi pada waktu membentur. Jika lintasan bebas
cukup panjang maka tambahan energi yang diperoleh melebihi pengionisasi
latis (latice). Akibatnya dihasilkan tambahan elektron pada saat terjadi
benturan. Jika suatu tegangan V dikenakan terhadap elektroda bola, maka
pada media yang berdekatan (gas atau udara) timbul tegangan. Karena gas
mempunyai permitivitas lebih rendah dari zat padat sehingga gas akan
mengalami tekanan listrik yang besar. Akibatnya gas tersebut akan mengalami
kegagalan sebelum zat padat mencapai kekuatan asasinya. Karean kegagalan
tersebut maka akan jatuh sebuah muatan pada permukaan zat padat sehingga
medan yang tadinya seragam akan terganggu. Bentuk muatan pada ujung
pelepasan ini dalam keadaan tertentu dapat menimbulkan medan lokal yang
cukup tinggi (sekitar 10 MV/cm). Karena medan ini melebihi kekuatan
intrinsik maka akan terjadi kegagalan pada zat padat. Proses kegagalan ini
terjadi sedikit demi sedikit yang dapat menyebabkan kegagalan total.
4. Kegagalan termal, adalah kegagalan yang terjadi jika kecepatan pembangkitan
panas di suatu titik dalam bahan melebihi laju kecepatan pembuangan panas
keluar. Akibatnya terjadi keadaan tidak stabil sehingga pada suatu saat bahan
mengalami kegagalan. Gambar kegagalan ini ditunjukkan seperti :

Gambar 2. Kegagalan Termal


Dalam hukum konversi energi :
U0 = U1+U2, dimana :
U0 : panas yang dibangkitkan
U1 : panas yang disalurkan keluar
U2 : panas yang menaikkan suhu bahan

atau
dimana :
Cv : panas spesifik ;
k : konduktivitas termal;
d : konduktivitas listrik
E: tekanan listrik.
Pada arus bolak balik terdapat hubungan langsung antara konduktivitas
dengan dengan frekuensi dan permitivitas yaitu :
s = w 1e 0 e r dan e r = e r' +j e r" , dimana :
e 0 : konstanta dielektrik dan
e r : permitivitas relatif.

Karena adanya faktor ini, maka rugi rugi pada medan arus bolak balik
lebih besar dari arus searah. Akibatnya kuat gagal termal pada tegangfan AC
lebih kecil daripda kuat gagal termal medan arus DC. Kuat gagal termal untuk
medan bolak balik juga menurun dengan naiknya frekuensi tegangan.

5. Kegagalan Erosi, adalah kegagalan yang disebabkan zat isolasi pada tidak
sempurna, karena adanya lubang lubang atau rongga dalam bahan isolasi
padat tersebut. Lubang/rongga akan terisi oleh gas atau cairan yang kekuatan
gagalnya lebih kecil dari kekuatan zat padat.
3. Metode
Langkah-langkah pengujian sebagai berikut :
- Pertama hubungkan output trafo ke resistor, kemudian output dari resistor
dihubungkan secara seri ke sisi kiri elektroda yang akan diuji (Gambar.3)
- Lalu apit sample yang akan diuji pada elektroda yang terpasang, pada sisi
kanan elektroda dihubungkan ke grounding
- Untuk pengujian selanjutnya lakukan langkah diatas dengan cara yang
sama , ubah jenis sample sesuai kebutuhan pengujian

Gambar 3. Rangkaian Pengujian kaca


4. Data hasil Pengujian
4.1 Pengujian Kaca
Tabel 4.1. Hasil Pengujian Kaca (Pengambilan Data ke-1)
Breakdown
Fenomena pre-
AC voltage Fenomena Breakdown
Breakdown
(kV)

35 kV Adanya bunyi
desis yang
semakin tidak
stabil

Tampak cahaya keunguan yang


melewati permukaan (tidak menembus).
Ketika MCB trip atau ketika breakdown

Tabel 4.2 Hasil Pengukuran Kaca (Pengambilan Data ke-2)


Breakdown
Fenomena pre-
AC voltage Fenomena Breakdown
Breakdown
(kV)

34 kV Adanya bunyi
desis sepanjang
pre brekdown
sampai ke
breakdown

Tampak beberapa kali terjadi cabang


seperti petir keunguan dan diakhiri
dengan adanya sedikit percikan api.
Tabel 4.3 Hasil Pengukuran Kaca (Pengambilan Data ke-3)
Breakdown
Fenomena pre-
AC voltage Fenomena Breakdown
Breakdown
(kV)

33 kV Adanya bunyi
desis

Saat breakdown tampak cabang yang


timbul dengan cukup tebal seperti petir.

Tabel 4.4 Hasil Pengukuran Kaca (Pengambilan Data ke-4)


Breakdown
Fenomena pre-
AC voltage Fenomena Breakdown
Breakdown
(kV)

34 kV Adanya bunyi
desis.

Saat tegangan naik ada seperti satu


cabang yang menebal dan hilang
kembali.
Tabel 4.5 Hasil Pengukuran Kaca (Pengambilan Data ke-5)
Breakdown
Fenomena pre-
AC voltage Fenomena Breakdown
Breakdown
(kV)

34 kV Adanya bunyi
desis

Terjadinya 4 kali penebalan pada


cabang yaitu 3 kali dengan 1 cabang yg
tebal dan 1 kali dengan lebih dari satu
cabang yang tebal seperti kilat. Saat
tegangan terjadi breakdown diakhiri
dengan percikan api kecil sesaat setelah
petir keunguan menghilang.
4.2 Pengujian Kayu
Tabel 4.6 Hasil Pengujian Kayu Untuk Sampel Pertama (Pengambilan
Data Ke-1)
Breakdown
Fenomena pre-
AC voltage Fenomena Breakdown
Breakdown
(kV)

48 kV Adanya
bunyi desis.

Adanya percabangan yang berwarna keunguan


dikayu tetapi tidak sejelas dikaca dan diakhiri
dengan percikan api.

Tabel 4.7 Hasil Pengujian Kayu Untuk Sampel Pertama (Pengambilan


Data Ke-2)
Breakdown
Fenomena pre-
AC voltage Fenomena Breakdown
Breakdown
(kV)

29 kV Adanya
bunyi desis.

Ditandai dengan munculnya percikan api


dan berbeda dengan data pertama,
diamana tegangan belum mencapai 40kV
sudah terjadi breakdown.
Tabel 4.8 Hasil Pengujian Kayu Untuk Sampel Kedua (Pengambilan Data
Ke-1)
Breakdown AC
Fenomena pre-
voltage Fenomena Breakdown
Breakdown
(kV)

24 kV Adanya
bunyi desis

Breakdown diakhiri dengan adanya


percikan api dan asap..

Tabel 4.9 Hasil Pengujian Kayu Untuk Sampel Kedua (Pengambilan Data
Ke-2)
Breakdown
Fenomena pre-
AC voltage Fenomena Breakdown
Breakdown
(kV)

5 kV Adanya
bunyi desis
saat keadaan
arus naik
serta
tegangannya
menurun
(tidak sampai
10kV). Breakdown berlangsung singkat ditandai
dengan munculnya asap dan sedikit
percikan api
5. Analisa Hasil Pengujian
Pengujian kegagalan isolasi padar dilakukan beberapa percobaan, yang
pertama pegujian kaca dan pegujian kayu. Pada pegujian kaca dilakukan 5
kali pegambilan data. Untuk nilai tegangan breakdwon pada pengujian kaca
cukup stabil kurang lebih 34 kv disetiap pegujian, pada fenomena pre-
brekdown ditandai dengan adanya suara desis yang menunjukkan bahwa
adanya arus bocor. Terjadinya perubahan dari pegambilan data ke-1 sampai
ke-5 terdapat di fenomena breakdown. Disetiap pengulangan pengambilan
data ditandai dengan bertambahnya penebalan dan percabangan seperti petir,
pada pengambilan data terakhir terjadinya 4 kali penebalan pada cabang yaitu
3 kali dengan 1 cabang yg tebal dan 1 kali dan lebih dari satu cabang yang
tebal seperti kilat. Saat tegangan terjadi breakdown diakhiri dengan percikan
api kecil sesaat setelah petir keunguan menghilang.
Pada pengujian kayu disample pertama tegangan breakdown cukup
tinngi mencapai 48 kV ditandai dengan fenomena pre-breakdown berupa
bunyi dan percikan api pada sample. Untuk pegambilan data kedua fenomena
pre-breakdown dan breakdown terjadi cukup singkat hanya mencapai nilai
tegangan 29kV. Pada sample kedua tegangan brekdown hanya mampu 24 kV.
Dan data ke 2 hanya 5 kV hanya selang beberapa detik dan tegangan langsung
breakdown. Fenomena brekdown ditandai dengan munculnya asap dan
percikan api serta by product berupa lubang kecil dan sedikit gosong pada
sample.

6. Kesimpulan
- Pada kegagalan isolasi pada pengujian sample kaca mengalami flashover
kerena karakteritik dari kaca berongga padat/rapat sehingga pembebanan
medan listrik pada permukaan isolator melebihi kapasitas ketahanan
elektriknya
- Sample kayu cepat mengalami kegagalan karena karakteristik dari bahan
berongga dan tingkat penyerapan air yang cukup tinggi menyebabkan
terjadinya puncher pada sample dan breakdown yang singkat
DAFTAR PUSTAKA

[1] https://www.elektroindonesia.com/elektro/ener13a.html
TEGANGAN RESIDU ARRESTER

Laporan Pratikum Tegangan Tinggi

Praktikum Terselenggara Atas kerjasama


Universitas Tridinanti Palembang dan
Universitas Gadjah Mada

Disusun Oleh :
Sabrina
1902230002.P

FAKULTAS TEKNIK
TEKNIK ELEKTRO
UNIVERSITAS TRIDINANTI PALEMBANG
2021
UNIT 5
TEGANGAN RESIDU ARESTER

1. Tujuan
1.1 Praktikan mampu menjelaskan dan prosedur pengujian tegangan residu arrester
1.2 Pratikum mampu menjelaskan perbedaan tegangan implus ketika arrester
terpasang dan ketika arrester tidak terpasang

2. Dasar Teori
Arester merupakan peralatan yang didesain untuk melindungi peralatan lain
dari tegangan surja (baik surja hubung maupun surja petir) dan pengaruh follow
current. Sebuah arester harus mampu bertindak sebagai isolator, mengalirkan
beberapa miliamper arus bocor ke tanah pada tegangan sistem dan berubah menjadi
konduktor yang sangat baik, mengalirkan ribuan amper arus surja ke tanah, memiliki
tegangan yang lebih rendah daripada tegangan withstand dari peralatan ketika terjadi
tegangan lebih, dan menghilangan arus susulan mengalir dari sistem melalui arester
(power follow current) setelah surja petir atau surja hubung berhasil didisipasikan
(Petunjuk Operasi &Pemeliharaan Lighling Arester, PLN, 2010).[1]
Prinsip Kerja Arrester Prinsip kerja rangkaian proteksi surja / arrester. Sebuah
rangkaian proteksi surja tidak boleh mempengaruhi operasi normal dari sistem yang
diproteksi. Artinya, impedan seri harus sangat kecil (Z1 << Z2) dan impedan paralel
harus sangat besar (Z2 >> ZL) untuk tegangan dan frekuensi sinyal normal. Misalkan
ZL adalah impedan beban.
Pengalihan surja ke konduktor referensi atau bumi memiliki kelemahan.
Ketika arus gelombang surja yang besar menyebar melalui jaringan referensi dengan
cara yang tidak terkendali, ini akan menyebabkan gangguan dalam sistem yang sehat
lainnya. Oleh karena itu, perlindungan seri tampaknya lebih diinginkan.Namun,
sampai saat ini tidak ada perangkat non linier serial yang kuat, cepat dan handal yang
dapat menggantikan perlindungan paralel.Dari persyaratan tersebut di atas,
pirantipiranti proteksi (proteksi surja) harus nonlinear.komponen–komponennon-
linear dapat dikelompok-kan menjadi tiga kelompok:
1. Perangkat yang memiliki tegangan konstan selama konduksi surja (pemotongan).
2. Perangkat yang mengubah keadaan dari insulator menjadi konduktor yang baik
selama konduksi surja.
3. Perangkat yang memiliki impedan seri yang besar untuk tegangan CM (isolator
disisipkan dalam seri, misalnya CM filter, trafo isolasi, opto-isolator. Proteksi
surja seri yang lain atau piranti pembatas termasuk sekering, pemutus rangkaian,
induktor dan temperature-dependent resistors). Spark gap terdapat dalam tabung
keramik diisi dengan gas inert (gas tabung discharge) dan varistor oksida logam
adalah piranti yang sangat populer dalam proteksi instalasi tegangan rendah
(Vernon Cooray, 2010).[2]

3. Metode
Prosedur pengujian sebagai berikut :
Pada pengujian charging pertama arrester tidak terpasang
- Pertama hubungkan trafo ke input dioda, outupt dioda dihubungkan ke alat ukur
tegangan DC kondenser/kapasitor
- Selanjunya dihubungkan ke input terminal dari impulse generator
- Lakukan langkah yang sama untuk percobaan pada arrester terpasang dengan
menghubungkan sisi output terminal impulse generator ke arrester
- Catat dan analsis hasil pengujian yang telah dilakukan
4. Data hasil Percobaan
4.1 Pengujian dengan Arester Variasi Tegangan Charging Pertama dan
Arester Tidak Terpasang
Tabel 5.1 Hasil Pengujian dengan Variasi Tegangan Charging Pertama dan
Arester Tidak Terpassang
DC Out. Peak impulse
Voltage Gelombang Impuls Voltage Voltage
(kV) (kV)

12 kV 4,15 kV

4.2 Pengujian dengan Variasi Tegangan charging Pertama dan Arester


Terpasang
Tabel 5.2 Hasil Pengujian dengan Variasi Tegangan chrging Pertama dan
Arester Terpassang
Peak Apakah peak impulse voltage
DC Out.
Impuls terpotong ?
Voltage Gelombang Impuls Voltage
Voltage
(kV)
(kV)
pada saat arrester
dipasangkan tidak terjadi
perpotongan di peak
impulse yang menunjukan
ketika arrester diberikan
12 kV 4,15 kV tegangan impuls akibat
tegangan charging sebesar
12 kV maka arester tidak
beroperasi karena masih
dibawah tegangan
nominal.
4.3 Pengujian dengan Variasi Tegangan Charging Kedua
Tabel 5. 3 Hasil Pengujian dengan Variasi Tegangan Charging Kedua
Peak Impuls
Voltage Peak Impulse ∆ peak impulse
DC
ketika Voltage voltage (kV)
Out.
Gelombang Impuls Voltage Arester ketika
Voltage
Tidak Arester
(kV)
Terpasang Terpasang
(kV) (kV)

20 kV 6.85 kV 4,83 kV 2,02 kV

4.4 Pengujian dengan Variasi Tegangan Charging Ketiga


Tabel 5.4 Hasil Pengujian dengan Variasi Tegangan Charging Ketiga
Peak Impuls
Voltage Peak Impulse ∆ peak
DC
ketika Voltage impulse
Out.
Gelombang Impuls Voltage Arester ketika voltage (kV)
Voltage
Tidak Arester
(kV)
Terpasang Terpasang
(kV) (kV)

24 kV 8,48 kV 4,88 kV
3,6 kV
5. Analisa Hasil Pengujian
Berdasarkan hasil pengujian dengan arrester variasi tegangan charging
pertama dan arester tidak terpasang dengan tegangan charging 12 kV didapat hasil
yang terukur di osiloskop bahwa arester tidak bekerja sehingga tidak terjadinya
perpotongan (full lightning impulse) di sumbu x dikarenakan tegangan charging
masih dalam batas tegangan nominalnya dan begitu juga pada pegujian ketika arester
terpasang.
Pada pengujian charging kedua dan ketiga dilakukan prosedur yang sama
hanya menaikkan tegangan charging. Ketika charging kedua terjadi perpotongan
karena ketika tegangan peak dinaikkan dan dibaca oleh arester maka arester akan
berkerja karena sudah melebihi batas nominalnya. Hal serupa terjadi di charging
ketiga dimana peak impuls pada arester tidak terpasang sudah menunjukkan tegangan
lebih.

6. Kesimpulan
- Arrester berfungsi untuk memproteksi tegangan lebih atau terjadinya arus bocor
yang terjadi pada peralatan tegangan tinggi
- Arrester akan bekerja apabila terjadi gangguan diatas tegangan nominalnya
DAFTAR PUSTAKA

[1]…………., 2010, “Petunjuk Operasi & Pemeliharaan Lightning Arester”


Operation Manual, PLN.
[2] Cooray V., 2010,”Lightning Protection”, Institution of Engineering and
Technology, London, United Kingdom
MODUL PRAKTIKUM DARING

Teknik Tegangan Tinggi

Unit 1. Pembangkitan Tegangan Tinggi AC, DC,


dan Impuls
Unit 2. Kegagalan Isolasi Udara
Unit 3. Kegagalan Isolasi Cair
Unit 4. Kegagalan Isolasi Padat
Unit 5. Tegangan Residu Arester

Disusun oleh Laboratorium Teknik Tegangan Tinggi Universitas Gadjah Mada


untuk Kegiatan Praktikum Teknik Tegangan Tinggi Universitas Tridinanti
Periode April 2021
INFORMASI

✓ Modul ini menjelaskan secara umum tentang pelaksanaan dan tugas praktikum. Hal-hal
teknis yang lebih rinci dijelaskan oleh instruktur praktikum ketika meeting online dengan
alat bantu berupa video praktikum.

✓ Kegiatan praktikum dilakukan secara online melalui tautan Zoom Meeting dan sesuai
jadwal berikut:
Hari Pertama:
Kamis, 8 April 2021, Pukul 08.30 WIB – 11.30 WIB
https://us02web.zoom.us/j/83879976400?pwd=YVpnSkNVNUtzQXJiS0lCbEpj
Q3JRdz09
Meeting ID: 838 7997 6400
Passcode: UTP01

Hari Kedua:
Jumat, 9 April 2021, Pukul 08.30 WIB – 10.30 WIB
https://us02web.zoom.us/j/88353624165?pwd=Y3g3NzYzdThFeDg0MGZ0al
Nob2xTZz09
Meeting ID: 883 5362 4165
Passcode: UTP02
✓ Video praktikum dan rekaman Zoom Meeting akan dikirimkan kepada PIC Praktikum
Universitas Tridinanti pada hari Senin, 12 April 2021 untuk selanjutnya dibagikan
kepada praktikan
✓ Laporan praktikum dikumpulkan dalam bentuk softcopy (.pdf) dan dikumpulkan paling
lambat pada hari Senin, 3 Mei 2021, Pukul 23.59 WIB kepada PIC Praktikum Universitas
Tridinanti untuk selanjutnya dikirimkan kepada PIC Praktikum Universitas Gadjah Mada
✓ Laporan praktikum harus dikerjakan sendiri, namun diperkenankan untuk berdiskusi antar
praktikan. Jika isi laporan praktikum sama persis dengan praktikan lain (plagiat), maka
laporan tersebut bernilai nol atau gagal praktikum.
✓ Bobot penilaian laporan praktikum untuk setiap unit sebagai berikut:
Cover (maks. 5 point)
Tujuan (maks. 5 point)
Dasar Teori (maks. 10 point)
Metode (maks. 15 point)
Data (maks. 15 point)
Analisis (maks. 35 point)
Kesimpulan (maks. 10 point)
Daftar Pustaka (maks. 5 point)
Unit 1: Pembangkitan Tegangan Tinggi AC, DC, dan Impuls

UNIT 1
PEMBANGKITAN TEGANGAN TINGGI AC, DC, DAN IMPULS

Tujuan:
1. Praktikan mampu menjelaskan rangkaian dan prosedur pembangkitan tegangan tinggi
ac, dc, dan impuls
2. Praktikan mampu menjelaskan hubungan antara besar tegangan masukan dan keluaran
3. Praktikan mampu menjelaskan parameter pada bentuk gelombang tegangan keluaran

Alat:
A. Pembangkitan Tegangan Tinggi AC
1. High Voltage Testing Device: Control Board dan AC Source (Testing Transformer)
2. Fluke 80K-40 High Voltage Probe
3. GW Instek GDS-2104 Digital Storage Oscilloscope
4. Tongkat Grounding

B. Pembangkitan Tegangan Tinggi DC Positif dan Negatif


1. High Voltage Testing Device: Control Board, AC Source (Testing Transformer), dan
DC Source (Silicon Rectifier and Stand, Smoothing Condenser, DC Voltage Measuring
Multiplier)
2. Fluke 80K-40 High Voltage Probe
3. GW Instek GDS-2104 Digital Storage Oscilloscope
4. Tongkat Grounding

C. Pembangkitan Tegangan Tinggi Impuls Positif


1. High Voltage Testing Device: Control Board, AC Source (Testing Transformer), DC
Source (Silicon Rectifier and Stand, Smoothing Condenser, DC Voltage Measuring
Multiplier), dan Impulse Voltage Generation Device
2. GW Instek GDS-2104 Digital Storage Oscilloscope
3. Tongkat Grounding

Praktikum Teknik Tegangan Tinggi Universitas Tridinanti Palembang -1- Diselenggarakan oleh Laboratorium Teknik Tegangan Tinggi UGM
Unit 1: Pembangkitan Tegangan Tinggi AC, DC, dan Impuls

Prosedur Kerja:
A. Pembangkitan Tegangan Tinggi AC
1. Merangkai peralatan
2. Melakukan pengambilan data

Tabel 1.1 Hasil Pembangkitan Tegangan Tinggi AC


Pengambilan AC Output Primary Primary
Data ke- Voltage (kV) current Voltage (V) Gelombang AC Output Voltage
(A)

1 5 kV 0A 5V

2 10 kV 0A 15 V

3 15 kV 0A 29 V

3. Mematikan peralatan

Praktikum Teknik Tegangan Tinggi Universitas Tridinanti Palembang -2- Diselenggarakan oleh Laboratorium Teknik Tegangan Tinggi UGM
Unit 1: Pembangkitan Tegangan Tinggi AC, DC, dan Impuls

B. Pembangkitan Tegangan Tinggi DC Negatif


1. Merangkai peralatan
2. Melakukan pengambilan data

Tabel 1.2 Hasil Pembangkitan Tegangan Tinggi DC Negatif


DC AC Primary Primary
Pengambilan Output Output current Voltage Gelombang DC Output Voltage
Data ke- Voltage Voltage (A) (V)
(kV) (kV)

1 10 kV 7 kV 0A 10 V

2 20 kV 14 kV 0A 29 V

3 30 kV 21 kV 0A 50 V

3. Mematikan peralatan

Praktikum Teknik Tegangan Tinggi Universitas Tridinanti Palembang -3- Diselenggarakan oleh Laboratorium Teknik Tegangan Tinggi UGM
Unit 1: Pembangkitan Tegangan Tinggi AC, DC, dan Impuls
C. Pembangkitan Tegangan Tinggi DC Positif
1. Merangkai peralatan
2. Melakukan pengambilan data

Tabel 1.3 Hasil Pembangkitan Tegangan Tinggi DC Positif


DC AC Primary Primary
Pengambilan Output Output current Voltage (V) Gelombang DC Output Voltage
Data ke- Voltage Voltage (A)
(kV) (kV)

1 10 kV 7 kV 0A 10 V

2 20 kV 14 kV 0A 30 V

3 30 kV 22 kV 0A 50 V

3. Mematikan peralatan

Praktikum Teknik Tegangan Tinggi Universitas Tridinanti Palembang -4- Diselenggarakan oleh Laboratorium Teknik Tegangan Tinggi UGM
Unit 1: Pembangkitan Tegangan Tinggi AC, DC, dan Impuls

D. Pembangkitan Tegangan Tinggi Impuls Positif


1. Merangkai peralatan
2. Melakukan pengambilan data

Tabel 1.4 Hasil Pembangkitan Tegangan Tinggi Impuls Positif


untuk Variasi Tegangan Charging Pertama
DC Output
Voltage Gelombang DC Output Voltage Peak Impulse Out.
(kV) Voltage (kV)

20 kV 7, 13 kV

3. Mematikan peralatan
4. Mengubah besar sela bola (series gap)
5. Melakukan pengambilan data

Tabel 1.5 Hasil Pembangkitan Tegangan Tinggi Impuls Positif


untuk Variasi Tegangan Charging Kedua
DC Output Peak Impulse Out.
Voltage Gelombang DC Output Voltage Voltage (kV)
(kV)

30 kV 10,67 kV

6. Mematikan peralatan

Praktikum Teknik Tegangan Tinggi Universitas Tridinanti Palembang -5- Diselenggarakan oleh Laboratorium Teknik Tegangan Tinggi UGM
Unit 1: Pembangkitan Tegangan Tinggi AC, DC, dan Impuls
Tugas Individu:
Buatlah laporan praktikum unit 1 yang tersusun atas:
1. Cover
2. Tujuan
3. Dasar Teori
4. Metode
5. Data dan Analisis
6. Kesimpulan
7. Daftar Pustaka

Praktikum Teknik Tegangan Tinggi Universitas Tridinanti Palembang -6- Diselenggarakan oleh Laboratorium Teknik Tegangan Tinggi UGM
Unit 2: Kegagalan Isolasi Udara

UNIT 2
KEGAGALAN ISOLASI UDARA

Tujuan:
1. Praktikan mampu menjelaskan rangkaian dan prosedur pengujian kegagalan isolasi
udara
2. Praktikan mampu menjelaskan fenomena pre-breakdown dan breakdown pada isolasi
udara
3. Praktikan mampu menjelaskan pengaruh bentuk elektroda terhadap besar tegangan
breakdown pada isolasi udara
4. Praktikan mampu menjelaskan pengaruh besar sela udara terhadap besar tegangan
breakdown

Alat:
A. Pengujian dengan Elektroda Jarum-Plat
1. Elektroda Jarum
2. Elektroda Plat (Rounded Edge)
3. High Voltage Testing Device: Control Board dan AC Source (Testing Transformer)
4. Tongkat Grounding

B. Pengujian dengan Elektroda Bola-Plat


1. Elektroda Bola
2. Elektroda Plat (Rounded Edge)
3. High Voltage Testing Device: Control Board dan AC Source (Testing Transformer)
4. Tongkat Grounding

C. Pengujian dengan Elektroda Plat-Plat


1. Elektroda Plat (Rounded Edge)
2. High Voltage Testing Device: Control Board dan AC Source (Testing Transformer)
3. Tongkat Grounding

Prosedur Kerja:
A. Pengujian dengan Elektroda Jarum-Plat
1. Merangkai peralatan
2. Melakukan pengambilan data

Praktikum Teknik Tegangan Tinggi Universitas Tridinanti Palembang -4- Diselenggarakan oleh Laboratorium Teknik Tegangan Tinggi UGM
Unit 2: Kegagalan Isolasi Udara

Tabel 2.1 Hasil Pengujian Isolasi Udara dengan Elektroda Jarum-Plat


untuk Variasi Sela Udara Pertama (Pengambilan Data ke-1)
Sela Breakdown Fenomena
udara AC Voltage Pre- Fenomena Breakdown
(cm) (kV) Breakdown

1 cm 9 kv Adanya
bunyi suara
desis

Ketika dalam keadaan breakdown


tegangan dropped dan arus naik
secara signifikan dengan ditandai
munculnya percikan api di elektroda

3. Mematikan peralatan
4. Melakukan pengambilan data

Tabel 2.2 Hasil Pengujian Isolasi Udara dengan Elektroda Jarum-Plat


untuk Variasi Sela Udara Pertama (Pengambilan Data ke-2)

5. Mematikan peralatan
6. Mengubah besar sela udara
7. Melakukan pengambilan data

Tabel 2.3 Hasil Pengujian Isolasi Udara dengan Elektroda Jarum-Plat


untuk Variasi Sela Udara Kedua (Pengambilan Data ke-1)
Breakdown
Sela udara Fenomena Pre-
AC Voltage Fenomena Breakdown
(cm) Breakdown
(kV)

1 cm 9 kV Adanya bunyi
desis.

Saat keadaan breakdown ditandai


dengan munculnya api lilin dan
suara bunyi yg keras

8. Mematikan peralatan
9. Melakukan pengambilan data

Praktikum Teknik Tegangan Tinggi Universitas Tridinanti Palembang -5- Diselenggarakan oleh Laboratorium Teknik Tegangan Tinggi UGM
Unit 2: Kegagalan Isolasi Udara
Tabel 2.4 Hasil Pengujian Isolasi Udara dengan Elektroda Jarum-Plat
untuk Variasi Sela Udara Kedua (Pengambilan Data ke-2)
Breakdown
Sela udara Fenomena Pre-
AC Voltage Fenomena Breakdown
(cm) Breakdown
(kV)

3 cm 20 kV Terdegar suara
bunyi desis dan
bunyi
bertambah
nyaring saat
tegangan Terlihat seperti cahaya api lilin
dan tegangan dropped serta
dinaikan sampai arus naik signifikan yang
20 kv. menyebabkan pengaman
bekerja

10. Mematikan peralatan

B. Pengujian dengan Elektroda Bola-Plat


1. Merangkai peralatan
2. Melakukan pengambilan data

Tabel 2.5 Hasil Pengujian Isolasi Udara dengan Elektroda Bola-Plat


untuk Variasi Sela Udara Pertama (Pengambilan Data ke-1)
Breakdown AC
Sela udara Fenomena Pre-
Voltage Fenomena Breakdown
(cm) Breakdown
(kV)

1 cm 16 kV Terdengar
bunyi suara
desis yang
sangat singkat
kemudian
terjadi
breakdown
(relative
sangat sulit Ditandai dengan munculnya
untuk api ditengah sumbu elektroda
ditemukannya
fenomena pre-
breakdown di
medan yg
seragam

3. Mematikan peralatan
4. Melakukan pengambilan data

Praktikum Teknik Tegangan Tinggi Universitas Tridinanti Palembang -6- Diselenggarakan oleh Laboratorium Teknik Tegangan Tinggi UGM
Unit 2: Kegagalan Isolasi Udara

Tabel 2.6 Hasil Pengujian Isolasi Udara dengan Elektroda Bola-Plat


untuk Variasi Sela Udara Pertama (Pengambilan Data ke-2)
Breakdown AC
Sela udara Fenomena Pre-
Voltage Fenomena Breakdown
(cm) Breakdown
(kV)
1 cm 18kV Bunyi desis
sangat singkat
kemudian
breakdown
(relative
sangat sulit utk
ditemukannya
fenomena pre-
breakdown ini Ditandai munculnya
di medan yg percikan api di salah satu
seragam) elektroda

5. Mematikan peralatan
6. Mengubah besar sela udara
7. Melakukan pengambilan data

Tabel 2.7 Hasil Pengujian Isolasi Udara dengan Elektroda Bola-Plat


untuk Variasi Sela Udara Kedua (Pengambilan Data ke-1)
Breakdown
Sela udara Fenomena Pre-
AC Voltage Fenomena Breakdown
(cm) Breakdown
(kV)

3 cm 42 kV Ada bunyi desis


disekitar
tegangan 32 kV
dimana
udaranya
terionisasi.

Timbul percikan api pada ujung


atas sumbu elektroda yang
membutuhkan tegangan dan
udara yang lebih besar

8. Mematikan peralatan
9. Melakukan pengambilan data

Praktikum Teknik Tegangan Tinggi Universitas Tridinanti Palembang -7- Diselenggarakan oleh Laboratorium Teknik Tegangan Tinggi UGM
Unit 2: Kegagalan Isolasi Udara
Tabel 2.8 Hasil Pengujian Isolasi Udara dengan Elektroda Bola-Plat
untuk Variasi Sela Udara Kedua (Pengambilan Data ke-2)
Breakdown AC
Sela udara Fenomena Pre-
Voltage Fenomena Breakdown
(cm) Breakdown
(kV)

3 cm 46 kV Terdengar suara
desis di sekitar
tegangan 32 kV
dan semakin
membesar.

terlihat munculnya percikan


api diarea atas dari sumbu
eletroda bola

10. Mematikan peralatan

C. Pengujian dengan Elektroda Plat-Plat


1. Merangkai peralatan
2. Melakukan pengambilan data

Tabel 2.9 Hasil Pengujian Isolasi Udara dengan Elektroda Plat-Plat


untuk Variasi Sela Udara Pertama (Pengambilan Data ke-1)

Breakdown AC
Sela udara Fenomena Pre-
Voltage Fenomena Breakdown
(cm) Breakdown
(kV)

1cm 15 kV Adanya
bunyi desis.

Adanya percikan api dari atas


sumbu tengah elektroda.

3. Mematikan peralatan
4. Melakukan pengambilan data

Praktikum Teknik Tegangan Tinggi Universitas Tridinanti Palembang -8- Diselenggarakan oleh Laboratorium Teknik Tegangan Tinggi UGM
Unit 2: Kegagalan Isolasi Udara

Tabel 2.10 Hasil Pengujian Isolasi Udara dengan Elektroda Plat-Plat


untuk Variasi Sela Udara Pertama (Pengambilan Data ke-2)
Breakdown AC
Sela udara Fenomena Pre-
Voltage Fenomena Breakdown
(cm) Breakdown
(kV)

1 cm 15 kV Adanya
bunyi desis.

Tegangan dropped dan arus naik


serta tampak percikan api di
bawah
5. Mematikan peralatan
6. Mengubah besar sela udara
7. Melakukan pengambilan data

Tabel 2.11 Hasil Pengujian Isolasi Udara dengan Elektroda Plat-Plat


untuk Variasi Sela Udara Kedua (Pengambilan Data ke-1)
Breakdown AC
Sela udara Fenomena Pre-
Voltage Fenomena Breakdown
(cm) Breakdown
(kV)

3 cm 42 kV Adanya
bunyi desis.

Tegangan dropped dan arus naik


serta tampak percikan api
ditengah

8. Mematikan peralatan
9. Melakukan pengambilan data

Praktikum Teknik Tegangan Tinggi Universitas Tridinanti Palembang -9- Diselenggarakan oleh Laboratorium Teknik Tegangan Tinggi UGM
Unit 2: Kegagalan Isolasi Udara

Tabel 2.12 Hasil Pengujian Isolasi Udara dengan Elektroda Plat-Plat


untuk Variasi Sela Udara Kedua (Pengambilan Data ke-2)
Breakdown AC
Sela udara Fenomena Pre-
Voltage Fenomena Breakdown
(cm) Breakdown
(kV)

3 cm 42 kV Adanya
bunyi desis

Tegangan dropped dan arus naik


serta terdapat percikan api diatas
sumbu tengah elektroda

10. Mematikan peralatan

Tugas Individu:
Buatlah laporan praktikum unit 2 yang tersusun atas:
1. Cover
2. Tujuan
3. Dasar Teori
4. Metode
5. Data dan Analisis
6. Kesimpulan
7. Daftar Pustaka

Praktikum Teknik Tegangan Tinggi Universitas Tridinanti Palembang - 10 Diselenggarakan oleh Laboratorium Teknik Tegangan Tinggi UGM
-
Unit 3: Kegagalan Isolasi Cair

UNIT 3
KEGAGALAN ISOLASI CAIR

Tujuan:
1. Praktikan mampu menjelaskan rangkaian dan prosedur pengujian kegagalan isolasi cair
2. Praktikan mampu menjelaskan fenomena pre-breakdown dan breakdown pada isolasi
cair
3. Praktikan mampu menjelaskan pengaruh kualitas bahan isolasi cair terhadap besar
tegangan breakdown
4. Praktikan mampu menjelaskan pengaruh bentuk elektroda terhadap besar tegangan
breakdown pada isolasi cair
5. Praktikan mampu menjelaskan produk sampingan (byproduct) akibat breakdown pada
isolasi cair

Alat dan Bahan:


A. Pengujian Isolasi Cair Bekas dengan Elektroda Bola-Bola
1. Minyak Transformator Bekas (Keruh)
2. High Voltage Testing Device: Control Board dan AC Source (Testing Transformer)
3. Elektroda Bola
4. Hygrometer
5. Barometer
6. Thermometer
7. Step Gauge
8. Tongkat Grounding

B. Pengujian Isolasi Cair Baru dengan Elektroda Bola-Bola


1. Minyak Transformator Baru (Bening)
2. High Voltage Testing Device: Control Board dan AC Source (Testing Transformer)
3. Elektroda Bola
4. Hygrometer
5. Barometer
6. Thermometer
7. Step Gauge
8. Tongkat Grounding

Praktikum Teknik Tegangan Tinggi Universitas Tridinanti Palembang -9- Diselenggarakan oleh Laboratorium Teknik Tegangan Tinggi UGM
Unit 3: Kegagalan Isolasi Cair

C. Pengujian Isolasi Cair Baru dengan Elektroda Jarum-Plat (AC Breakdown)


1. High Voltage Testing Device: Control Board dan AC Source (Testing Transformer)
2. Minyak Transformator Baru (Bening)
3. Elektroda Jarum
4. Elektroda Plat
5. Step Gauge
6. Tongkat Grounding

D. Pengujian Isolasi Cair Baru dengan Elektroda Jarum-Plat (Positive DC Breakdown)


1. High Voltage Testing Device: Control Board, AC Source (Testing Transformer), dan
DC Source (Silicon Rectifier and Stand, Smoothing Condenser, DC Voltage Measuring
Multiplier)
2. Minyak Transformator Baru (Bening)
3. Elektroda Jarum
4. Elektroda Plat
5. Step Gauge
6. Tongkat Grounding

Prosedur Kerja:
A. Pengujian Isolasi Cair Bekas dengan Elektroda Bola-Bola
1. Merangkai peralatan
2. Melakukan pengambilan data

Tabel 3.1 Hasil Pengujian Isolasi Cair Bekas dengan


Elektroda Bola-Bola (Pengambilan Data ke-1)
Gap Breakdown AC Voltage
(cm) (kV)
2,5 mm 30 kV

3. Mematikan peralatan
4. Melakukan pengambilan data

Tabel 3.2 Hasil Pengujian Isolasi Cair Bekas dengan


Elektroda Bola-Bola (Pengambilan Data ke-2)
Gap Breakdown AC Voltage
(cm) (kV)
2,5 mm 25 kV

5. Mematikan peralatan
6. Melakukan pengambilan data

Praktikum Teknik Tegangan Tinggi Universitas Tridinanti Palembang - 10 Diselenggarakan oleh Laboratorium Teknik Tegangan Tinggi UGM
-
Unit 3: Kegagalan Isolasi Cair

Tabel 3.3 Hasil Pengujian Isolasi Cair Bekas dengan Elektroda Bola-Bola
(Pengambilan Data ke-3)

Gap Breakdown AC
Byproduct Akibat Breakdown
(cm) Voltage
(kV)

2,5 mm 18 kV

7. Mematikan peralatan

B. Pengujian Isolasi Cair Baru dengan Elektroda Bola-Bola


1. Merangkai peralatan
2. Melakukan pengambilan data

Tabel 3.4 Hasil Pengujian Isolasi Cair Baru dengan


Elektroda Bola-Bola (Pengambilan Data ke-1)
Gap Breakdown AC Voltage
(cm) (kV)
2,5 mm 28 kV

3. Mematikan peralatan
4. Melakukan pengambilan data

Tabel 3.5 Hasil Pengujian Isolasi Cair Baru dengan


Elektroda Bola-Bola (Pengambilan Data ke-2)
Gap Breakdown AC Voltage
(cm) (kV)
2,5 mm 30 kV

5. Mematikan peralatan
6. Melakukan pengambilan data

Praktikum Teknik Tegangan Tinggi Universitas Tridinanti Palembang - 11 Diselenggarakan oleh Laboratorium Teknik Tegangan Tinggi UGM
-
Unit 3: Kegagalan Isolasi Cair
Tabel 3.6 Hasil Pengujian Isolasi Cair Baru dengan Elektroda Bola-Bola
(Pengambilan Data ke-3)
Breakdown
Gap
ACVoltage Byproduct Akibat Breakdown
(cm)
(kV)

2,5 mm 36 kV

7. Mematikan peralatan

C. Pengujian Isolasi Cair Baru dengan Elektroda Jarum-Plat (AC Breakdown)


1. Merangkai peralatan
2. Melakukan pengambilan data

Tabel 3.7 Hasil Pengujian Isolasi Cair Baru dengan


Elektroda Jarum-Plat dan Tegangan AC
(Pengambilan Data ke-1)

Gap Breakdown ACVoltage


(cm) (kV)
2,5 mm 13 kV

3. Mematikan peralatan
4. Melakukan pengambilan data

Tabel 3.8 Hasil Pengujian Isolasi Cair Baru dengan


Elektroda Jarum-Plat dan Tegangan AC
(Pengambilan Data ke-2)

Gap Breakdown AC Voltage


(cm) (kV)
2,5 mm 13 kV

5. Mematikan peralatan
6. Melakukan pengambilan data

Praktikum Teknik Tegangan Tinggi Universitas Tridinanti Palembang - 12 Diselenggarakan oleh Laboratorium Teknik Tegangan Tinggi UGM
-
Unit 3: Kegagalan Isolasi Cair

Tabel 3.9 Hasil Pengujian Isolasi Cair Baru dengan


Elektroda Jarum-Plat dan Tegangan AC
(Pengambilan Data ke-3)
Gap Breakdown AC Voltage
(cm) (kV)
2,5 mm 12 kV

7. Mematikan peralatan
8. Melakukan pengambilan data

Tabel 3.10 Hasil Pengujian Isolasi Cair Baru dengan Elektroda Jarum-Plat
dan Tegangan AC (Pengambilan Data ke-4)
Breakdown
Gap
ACVoltage Byproduct Akibat Breakdown
(cm)
(kV)

2,5 mm 12 kV

9. Mematikan peralatan

Praktikum Teknik Tegangan Tinggi Universitas Tridinanti Palembang - 13 Diselenggarakan oleh Laboratorium Teknik Tegangan Tinggi UGM
-
Unit 3: Kegagalan Isolasi Cair

D. Pengujian Isolasi Cair Baru dengan Elektroda Jarum-Plat (Positive DC Breakdown)


1. Merangkai peralatan
2. Melakukan pengambilan data

Tabel 3.11 Hasil Pengujian Isolasi Cair Baru


dengan Elektroda Jarum-Plat dan
Tegangan DC Positif (Pengambilan
Data ke-1)
Fenomena Pre-breakdown Fenomena Breakdown

Terdengar suara letupan serta Terlihat percikan api dielektroda


munculnya sedikit gelembung atau dalam keadaan berakdown
partikel yang bergerak di sekitar
elektroda yang diakibtkan karena
ketika elektroda jarum diberikan
tegangan dimana terdapat medan
listrik sehingga menyebabkan
perubahan muatan

3. Mematikan peralatan
4. Melakukan pengambilan data

Tabel 3.12 Hasil Pengujian Isolasi Cair Baru dengan Elektroda Jarum-
Plat dan Tegangan DC Positif (Pengambilan Data ke-2)
Fenomena Pre-breakdown Fenomena Breakdown

Terdengar suara letupan dan Ketika tegangan dinaikan akan


gelembung atau pertikel yang cukup muncul percikan api di elektroda
banyak yang meyebabkan breakdown

Praktikum Teknik Tegangan Tinggi Universitas Tridinanti Palembang - 14 Diselenggarakan oleh Laboratorium Teknik Tegangan Tinggi UGM
-
Unit 3: Kegagalan Isolasi Cair

5. Mematikan peralatan
6. Melakukan pengambilan data

Tabel 3.13 Hasil Pengujian Isolasi Cair Baru dengan Elektroda Jarum-Plat
dan Tegangan DC Positif (Pengambilan Data ke-3)
Fenomena Pre-breakdown Fenomena Breakdown

Terdengar beberapa kali bunyi Saat tegangan dinaikan terlihat


letupan dan muncul gelembung atau beberapa kali percikan api di
partikel yang cukup banyak elektroda sebelum tegangan drop

7. Mematikan peralatan

Tugas Individu:
Buatlah laporan praktikum unit 3 yang tersusun atas:
1. Cover
2. Tujuan
3. Dasar Teori
4. Metode
5. Data dan Analisis
6. Kesimpulan
7. Daftar Pustaka

Praktikum Teknik Tegangan Tinggi Universitas Tridinanti Palembang - 15 Diselenggarakan oleh Laboratorium Teknik Tegangan Tinggi UGM
-
Unit 4: Kegagalan Isolasi Padat

UNIT 4
KEGAGALAN ISOLASI PADAT

Tujuan:
1. Praktikan mampu menjelaskan rangkaian dan prosedur pengujian kegagalan isolasi
padat
2. Praktikan mampu menjelaskan pengaruh bahan isolasi padat terhadap besar tegangan
breakdown, fenomena pre-breakdown, dan fenomena breakdown
3. Praktikan mampu menjelaskan byproduct akibat breakdown pada isolasi padat

Alat dan Bahan:


A. Pengujian Kaca
1. Kaca
2. High Voltage Testing Device: Control Board dan AC Source (Testing Transformer)
3. Elektroda Silinder Pejal (Rounded Edge)
4. Tongkat Grounding

B. Pengujian Kayu
1. Kayu
2. High Voltage Testing Device: Control Board dan AC Source (Testing Transformer)
3. Elektroda Silinder Pejal (Rounded Edge)
4. Tongkat Grounding

Prosedur Kerja:
A. Pengujian Kaca
1. Merangkai peralatan
2. Melakukan pengambilan data
Tabel 4.1 Hasil Pengujian Kaca (Pengambilan Data ke-1)
Breakdown Fenomena Fenomena
AC Voltage Pre-Breakdown Breakdown
(kV)

35 kV Adanya bunyi
desis yang
semakin tidak
stabil

Tampak cahaya keunguan yang


melewati permukaan (tidak menembus).
Ketika MCB trip atau ketika
breakdown

Praktikum Teknik Tegangan Tinggi Universitas Tridinanti Palembang - 16 Diselenggarakan oleh Laboratorium Teknik Tegangan Tinggi UGM
-
Unit 4: Kegagalan Isolasi Padat

3. Mematikan peralatan
4. Melakukan pengambilan data

Tabel 4.2 Hasil Pengujian Kaca (Pengambilan Data ke-2)


Breakdown Fenomena
AC Voltage Pre-Breakdown Fenomena Breakdown
(kV)

34 kV Adanya bunyi
desis sepanjang
pre brekdown
sampai ke
breakdown

Tampak beberapa kali terjadi cabang


seperti petir keunguan dan diakhiri
dengan adanya sedikit percikan api.

5. Mematikan peralatan
6. Melakukan pengambilan data

Tabel 4.3 Hasil Pengujian Kaca (Pengambilan Data ke-3)


Breakdown Fenomena
AC Voltage Pre-Breakdown Fenomena Breakdown
(kV)

33 kV Adanya bunyi
desis

Saat breakdown tampak cabang yang


timbul dengan cukup tebal seperti petir.

7. Mematikan peralatan
8. Melakukan pengambilan data

Praktikum Teknik Tegangan Tinggi Universitas Tridinanti Palembang - 17 Diselenggarakan oleh Laboratorium Teknik Tegangan Tinggi UGM
-
Unit 4: Kegagalan Isolasi Padat

Tabel 4.4 Hasil Pengujian Kaca (Pengambilan Data ke-4)


Breakdown Fenomena
AC Voltage Pre-Breakdown Fenomena Breakdown
(kV)

34 kV Adanya bunyi
desis.

Saat tegangan naik ada seperti satu


cabang yang menebal dan hilang
kembali.

9. Mematikan peralatan
10. Melakukan pengambilan data

Tabel 4.5 Hasil Pengujian Kaca (Pengambilan Data ke-5)


Breakdown Fenomena Fenomena
AC Voltage Pre-Breakdown Breakdown
(kV)

34 kV Adanya bunyi
desis

Terjadinya 4 kali penebalan pada


cabang yaitu 3 kali dengan 1 cabang yg
tebal dan 1 kali dengan lebih dari satu
cabang yang tebal seperti kilat. Saat
tegangan terjadi breakdown diakhiri
dengan percikan api kecil sesaat
11. Mematikan peralatan setelah petir keunguan menghilang.

Praktikum Teknik Tegangan Tinggi Universitas Tridinanti Palembang - 18 Diselenggarakan oleh Laboratorium Teknik Tegangan Tinggi UGM
-
Unit 4: Kegagalan Isolasi Padat

B. Pengujian Kayu
1. Merangkai peralatan
2. Melakukan pengambilan data

Tabel 4.6 Hasil Pengujian Kayu untuk Sampel Pertama


(Pengambilan Data ke-1)
Breakdown Fenomena Fenomena
AC Voltage Pre-Breakdown Breakdown
(kV)

48 kV Adanya bunyi
desis.

Adanya percabangan yang berwarna


keunguan dikayu tetapi tidak sejelas dikaca dan
diakhiri dengan percikan api.

3. Mematikan peralatan
4. Melakukan pengambilan data

Tabel 4.7 Hasil Pengujian Kayu untuk Sampel Pertama


(Pengambilan Data ke-2)
Breakdown Fenomena
AC Voltage Pre-Breakdown Fenomena Breakdown
(kV)

29 kV Adanya bunyi
desis.

Ditandai dengan munculnya percikan api


dan berbeda dengan data pertama,
diamana tegangan belum mencapai
40kV sudah terjadi breakdown.

5. Mematikan peralatan
6. Mengganti kayu
7. Melakukan pengambilan data

Praktikum Teknik Tegangan Tinggi Universitas Tridinanti Palembang - 19 Diselenggarakan oleh Laboratorium Teknik Tegangan Tinggi UGM
-
Unit 4: Kegagalan Isolasi Padat

Tabel 4.8 Hasil Pengujian Kayu untuk Sampel Kedua


(Pengambilan Data ke-1)
Breakdown Fenomena
AC Voltage Pre-Breakdown Fenomena Breakdown
(kV)

24 kV Adanya bunyi
desis

Breakdown diakhiri dengan adanya


percikan api dan asap..

8. Mematikan peralatan
9. Melakukan pengambilan data

Tabel 4.9 Hasil Pengujian Kayu untuk Sampel Kedua


(Pengambilan Data ke-2)
Breakdown Fenomena Fenomena
AC Voltage Pre-Breakdown Breakdown
(kV)

5 kV Adanya bunyi
desis saat keadaan
arus naik serta
tegangannya
menurun (tidak
sampai 10kV).

Breakdown berlangsung singkat


ditandai dengan munculnya asap dan
sedikit percikan api

10. Mematikan peralatan

Tugas Individu:
Buatlah laporan praktikum unit 4 yang tersusun atas:
1. Cover
2. Tujuan
3. Dasar Teori
4. Metode
5. Data dan Analisis
6. Kesimpulan
7. Daftar Pustaka

Praktikum Teknik Tegangan Tinggi Universitas Tridinanti Palembang - 20 Diselenggarakan oleh Laboratorium Teknik Tegangan Tinggi UGM
-
Unit 5: Tegangan Residu Arester

UNIT 5
TEGANGAN RESIDU ARESTER

Tujuan:
1. Praktikan mampu menjelaskan rangkaian dan prosedur pengujian tegangan residu
arester
2. Praktikan mampu menjelaskan perbedaan tegangan impuls ketika arester terpasang
dan ketika arester tidak terpasang

Alat dan Bahan:


A. Pengujian tanpa Arester
1. High Voltage Testing Device: Control Board, AC Source (Testing Transformer), DC
Source (Silicon Rectifier and Stand, Smoothing Condenser, DC Voltage Measuring
Multiplier), dan Impulse Voltage Generation Device
2. GW Instek GDS-2104 Digital Storage Oscilloscope
3. Tongkat Grounding

B. Pengujian dengan Arester


1. Arester
2. High Voltage Testing Device: Control Board, AC Source (Testing Transformer), DC
Source (Silicon Rectifier and Stand, Smoothing Condenser, DC Voltage Measuring
Multiplier), dan Impulse Voltage Generation Device
3. GW Instek GDS-2104 Digital Storage Oscilloscope
4. Tongkat Grounding

Prosedur Kerja:
A. Pengujian dengan Variasi Tegangan Charging Pertama dan Arester Tidak Terpasang
1. Merangkai peralatan
2. Melakukan pengambilan data

Tabel 5.1 Hasil Pengujian dengan Variasi Tegangan Charging Pertama


dan Arester Tidak Terpasang
DC Out. Peak impulse
Voltage Gelombang Impuls Voltage Voltage
(kV) (kV)

12 kV 4,15 kV

Praktikum Teknik Tegangan Tinggi Universitas Tridinanti Palembang - 17 - Diselenggarakan oleh Laboratorium Teknik Tegangan Tinggi UGM
3. Mematikan peralatan

B. Pengujian dengan Variasi Tegangan Charging Pertama dan Arester Terpasang


1. Merangkai peralatan
2. Melakukan pengambilan data

Tabel 5.2 Hasil Pengujian dengan Variasi Tegangan Charging Pertama dan Arester
Terpasang

DC Out. Peak Impuls Apakah peak impulse voltage


Voltage Gelombang Impuls Voltage Voltage terpotong ?
(kV) (kV)
pada saat arrester
dipasangkan tidak terjadi
perpotongan di peak
impulse yang menunjukan
ketika arrester diberikan
12 kV 4,15 kV tegangan impuls akibat
tegangan charging
sebesar 12 kV maka
arester tidak beroperasi
karena masih dibawah
tegangan nominal.

3. Mematikan peralatan

C. Pengujian dengan Variasi Tegangan Charging Kedua


Diterapkan untuk arester tidak terpasang dan arester terpasang

Tabel 5.3 Hasil Pengujian dengan Variasi Tegangan Charging Kedua


Peak Impuls
Voltage Peak Impulse ∆ peak impulse
DC Out.
ketika Arester Voltage voltage (kV)
Voltage Gelombang Impuls Voltage
Tidak ketika Arester
(kV)
Terpasang Terpasang
(kV) (kV)

20 kV 6.85 kV 4,83 kV 2,02 kV

Praktikum Teknik Tegangan Tinggi Universitas Tridinanti Palembang - 18 - Diselenggarakan oleh Laboratorium Teknik Tegangan Tinggi UGM
D. Pengujian dengan Variasi Tegangan Charging Ketiga
Diterapkan untuk arester tidak terpasang dan arester terpasang

Tabel 5.4 Hasil Pengujian dengan Variasi Tegangan Charging Ketiga


Peak Impuls
Voltage Peak Impulse ∆ peak
DC Out.
ketika Arester Voltage impulse
Voltage Gelombang Impuls Voltage
Tidak ketika Arester voltage (kV)
(kV)
Terpasang Terpasang
(kV) (kV)

4,88 kV 3,6 kV
24 kV 8,48 kV

Tugas Individu:
Buatlah laporan praktikum unit 5 yang tersusun atas:
1. Cover
2. Tujuan
3. Dasar Teori
4. Metode
5. Data dan Analisis
6. Kesimpulan
7. Daftar Pustaka

Praktikum Teknik Tegangan Tinggi Universitas Tridinanti Palembang - 19 - Diselenggarakan oleh Laboratorium Teknik Tegangan Tinggi UGM

Anda mungkin juga menyukai