Anda di halaman 1dari 37

PENUNTUN PRAKTIKUM

TEKNIK TEGANGAN TINGGI


LABORATORIUM TEKNIK TEGANGAN
TINGGI

NAMA :

NIM :

KELOMPOK :

ASISTEN :

LABORATORIUM TEKNIK TEGANGAN TINGGI


DEPARTEMEN TEKNIK ELEKTRO
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2019
KATA PENGANTAR

Puji Syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Kuasa atas rahmat-Nya yang berlimpah atas
penulis dalam menyelesaikan buku penuntun praktikum T3. Demi keperluan dan kepentingan
bersama, buku penuntun praktikum Teknik Tegangan Tinggi ini diperbuat. Dengan
mempertimbangkan perlunya perbaikan materi yang mengalami perubahan dibanding modul
sebelumnya.
Terdapat beberapa bab yang perlu dieliminasi dari modul sebelumnya diakibatkan
menurunnya kualitas beberapa peralatan pegujian/pengukuran laboratorium seperti;
Pembangkitan dan Pengukuran Tegangan Tinggi DC dengan kapasitor, Pengujian Korona,
dan Pengujian Isolasi. Untuk mempermudah pemahaman terdapat juga penambahan beberapa
gambar yang dapat memberikan contoh lebih deskriptif bagi praktikan.
Akhir kata semoga buku penuntun praktikum teknik tegangan tinggi ini dapat menjadi
pedoman yang diikuti demi menciptakan suasana praktikum yang ilmiah, sistematis, dan
aman.

Medan, April 2017

Asisten

i
PETUNJUK KESELAMATAN

DILUAR KEGIATAN PRAKTIKUM


1. Datang tepat waktu dan membawa surat pernyataan lengkap dengan absensi kelompok
dan absensi pribadi.
2. Membawa materai 3000 sebanyak 2 lembar
3. Dilarang meminjam peralatan sesama peserta responsi/asistensi selama proses
berlangsung
4. Berpakaian rapi minimal kemeja dan celana hitam!
5. Diharuskan memakai sepatu!
6. Wajib membawa buku referensi yang terkait Teknik Tegangan Tinggi!
7. Belajarlah sebelum berangkat ke Laboratorium Teknik Tegangan Tinggi

PADA SAAT PRAKTIKUM


1. Terutama sekali, matikan HP dan perangkat komunikasi selama mengikuti praktikum!
2. Konsentrasi dengan kegiatan praktikum untuk menghindari terjadinya kecelakaan!
3. Jaga kondusifitas berlangsungnya praktikum!
4. Hindari bermain-main dengan sesama praktikum!
5. Hindari kecerobohan saat membawa peralatan laboratorium!
6. Dilarang keras membuang sampah didalam maupun diluar lab!
7. Hindari terlalu dekat dengan peralatan yang sedang bertegangan!
8. Pastikan tangan tidak basah selama menyentuh peralatan!
9. Pembagian tugas harus dilaksanakan dengan kerjasama yang baik!
10. Ikuti instruksi asisten selama praktikum!

ii
MODUL I PEMBANGKITAN DAN PENGUKURAN TEGANGAN
TINGGI AC

A. TUJUAN
Tegangan tinggi bolak-balik diperlukan antara lain untuk pengujian rugi-rugi dielektrik,
pengujian korona pengujian kekuatan dielektrik dan pengujian ketahanan peralatan terhadap
tegangan tinggi bolak-balik. Selain untuk pengujian, tegangan tinggi bolak-balik dibutuhkan
juga untuk pembangkitan tegangan tegangan searah dan pembangkitan tegangan tinggi
impuls. Untuk membangkitkan tegangan tinggi Ac digunakan trafo uji.
Adapun tujuan percobaan ini adalah :
1) Untuk menentukan hubungan antara tegangan primer dengan tegangan sekunder trafo
uji. Dengan demikian dapat ditentukan besar tegangan pada primer trafo uji untuk
membangkitkan tegangan tinggi yang dibutuhkan. Sebagai contoh: berapa dibuat nilai
tegangan di primer trafo uji untuk membangkitkan tegangan 57 kv/50 Hz?
2) Membandingkan hasil pengukuran dari berbagai alat ukur tegangan tinggi AC.
3) Menentukan faktor “k” dari trafo uji.

B. TEORI
B.1 Trafo Uji

Karakterisitik trafo uji beda dengan trafo daya. Pada trafo daya berlaku hubungan :
(1.1)

Dimana
a = perbandingan belitan primer dan sekunder
V1 = tegangan primer
V2 = tegangan sekunder

Artinya tegangan pada sekunder trafo dapat ditaksir dengan menukur tegangan di sisi primer.
Pada trafo uji, Persamaan 1.1 diatas tak dapat digunkanan, karena adanya pengaruh
kapasitansi belitan trafo uji.
Hubungan transformasi antara primer dan sekunder trafo uji adalah sebagai berikut :
(1.2)

iii
Dimana k adalah konstanta yang besarnya ditentukan oleh kapasitansi antar belitan trafo uji.

B.2 Pengukuran Tegangan Tinggi AC


Pengukuran tegangan tinggi bolak-balik dapat dilakukan dengan berbagai cara diantaranya :
1. Metode Sela Bola Standar
2. Metode Chubb-Fortesque
3. Metode Pembagi Tegangan Kapasitif
4. Metode Pembagi Tegangan Resistif
Dari keempat metode diatas, cara yang paling sering digunakan adalah metode dengan
elektroda bola. Dikarenakan metode ini termasuk paling murah, mudah, dan dapat diterapkan
untuk range tegangan uji yang luas tanpa merusak alat ukur yang sensitif. Oleh karena itu,
pengukuran pada laboratorium teknik tegangan tinggi menggunakan metode ini.

B.2.1 Pengukuran Dengan Elektroda Bola Standar


Selain untuk pengukuran tegangan tinggi AC, pembagi tegangan ini dapat juga
digunakan untuk melakukan pengukuran tegangan tinggi searah dan tegangan tinggi impuls.
Tegangan tembus sela bola standar untuk berbagai jarak sela, pada kondisi udara 20 OC dan
tekanan udara 760 mmHg sudah diketahui pada tabel standar. Apabila sela bola mengalami
tembus udara pada suhu T dan tekanan udara P, maka tegangan aktual yang terjadi pada sela
bola itu dapat ditentukan dengan cara sebagai berikut :

1. Jarak sela bola diberi s cm


2. Tentukan tegangan tembus standar (Vs) berdasarkan tabel standar yang tergantung
pada dinding kerangkeng 4.
3. Kemudian hitunglah faktor koreksinya menggunakan rumus seperti berikut

(1.3)

Dimana
P = tekanan udara (mmHg)
T = suhu udara (OC)

iv
4.Tegangan yang dikenakan pada sela bola adalah V= 𝛿𝑉𝑠

Gambar 1.1 Elektroda Bola


B.2.2 Pengukuran Dengan Metode Chubb & Fortesque
Rangkaian Chubb and Fortesque utuk pengukuran tegangan tinggi AC adalah sep erti
ditunjukkan oleh gambar 1.2.

Gambar 1.2 Chubb and Fortesque


Komponen utama pengukuran ini adalah kapasitor tegangan tinggi (C), dioda anti
paralel D1 dan D2, alat ukur arus (mA) dan frekuensi meter.
Dalam pengukuran ini, yang diukur adalah arus pemuat (I). Hubungan arus ini dengan
tegangan yang diukur adalah sebagai berikut :

(1.4)

Dimana:
V = tegangan pada terminal (kV)
F = frekuensi tegangan yng diukur
C = kapasitansi kapasitor tegangan tinggi (uF)

v
B.2.3 Pengukuran Dengan Pembagi Tegangan Kapasitif
Selain untuk pengukuran tegangan tinggi AC, pembagi tegangan ini juga dapat dipakai
untuk percobaan dan pengukuran tegangan tinggi impuls. Komponen pengukuran ini terdiri
dari kapasitor tegangan tinggi Ch dan kapasitor tegangan rendah yang keduanya dihubungkan
seri. Alat ukur penunjuk dihubungkan paralel dengan kapasitor C1 seperti ditunjukkan pada
Gambar 1.3.

Gambar 1.3 Pembagi Tegangan Kapasitif

B.2.4 Pengukuran Dengan Pembagi Tegangan Resistif


Selain untuk pengukuran tegangan tinggi AC, pembagi tegangan ini juga dapat dipakai untuk
percobaan dan pengukuran tegangan tinggi impuls serta DC. Komponen pengukuran ini
terdiri dari resistor tegangan tinggi Rh dan resistor tegangan rendah Rl yang keduanya
dihubungkan seri. Alat ukur tegangan rendah dihubungkan paralel dengan resistor R l.
Hubungan tegangan yang diukur dengan yang ditunjukkan alat ukur adalah sebagai berikut.

C. P E R A L A T A N
Gambar 1.4Pembagi Tegangan Resistif
1. Trafo uji AC/DC 220 V/ 100 KV 1
set
2. Resistor Peredam (10 Mohm) 1 unit

vi
3. Elektroda bola standar (d= 5 cm) 1 pasang
4. Multimeter 1 unit
5. Termometer/Barometer Digital 1 unit

D. RANGKAIAN DAN PROSEDUR PERCOBAAN


Pengukuran Dengan Elektroda Bola Standar
Rangkaian percobaanya adalah seperti pada gambar berikut:

R
p
T
U AT=Autotraf
S S o
TU=Trafo
1 2 Uji
EB=Elektroda Bola
E Standar
Rp=Tahanan
B Peredam
A

A
T

Gambar 1.5 Rangkaian pengukuran dengan Elektroda Bola

Prosedur percobaanya adalah sebagai berikut:

1. Suhu dan tekanan udara diukurdan faktor koreksi dihitung.


2. Mula-mula jarak sela bula dibuat 0,8 cm. Dari tabel standar ditentukan tegangan
tembus bola untuk jarak sela 0,8 cm, misalakan=Vs. Seandainya nanti sela bola
tembus listrik maka tegangan sela bola pada saat itu adalah : V2=..Vs.
3. Saklar utama(S1) ditutup dan AT diatur hingga tegangan keluaranya nol.
4. Kemudian saklar sekunder (S2) ditutup.
5. Input tegangan TU dinaikkan secara bertahap sampai terjadi percikan pada sela bola.
Terjadinya percikan bertanda bahwa tegangan yang dibangkitkan sudah mencapai V2.
6. Pada saat yang bersamaan, tegangan primer trafo uji dicatat, misalkan V1.
7. Saklar utama(S1) dan saklar sekunder(S2) dibuka. Prosedur di atas diulang empat kali
lagi, sehingga diperoleh lima harga V1 untuk menghasilkan V2
8. Setelah prosedur di atas selesai, dilakukan lagi pengukuran untuk jarak sela bola 1 cm,
1,2 cm, dan 1,4 cm.

9. Hasil pengukuran disusun dibuat dalam tabel seperti berikut.

vii
t=............C p=...... mmHg 𝛿= ..........

S Vs(KV V2(kV V1(kV)


(cm) ) )
1 2 3 4 5 Ratarat
a

0.8
1.0
1.2
1.4
10. Harga rata-rata tegangan primer trafo uji (V1) dihitung, sehingga diperoleh lah data
yang menyatakan hubungan tegangan primer dengan tegangan sekunder.
11. Setelah percobaan selesai sampai jarak s terakhir, saklar primer dibuka. Pastikan
autotrafo sudah menunjukkan bertegangan 0 sebelum dipadamkan.

viii
MODUL 2 PEMBANGKITAN DAN PENGUKURAN TEGANGAN
TINGGI DC

A. T U J U A N

Tegangan tinggi arus searah diperlukan antara lain untuk pengujuan korona, pengujian
kekuatan dielektrik dan pengujian ketahanan peralatan terhadap tegangan tinggi arus searah.
Selain untuk pnegujian tegangan tinggi arus searah juga digunakan untuk pembangkitan
tegang tinggi impuls. Tegangan tinggi searah diperoleh dengan menyearahkan teganga tinggi
bolak-balik.
Tegangan tinggi bolak balik dapat dibangkitkan dengan:
1. Rangkaian setengah gelombang tanpa kondensator perata.
2. Rangkaian setengah gelombang dengan kondensator perata.
Ada tiga cara mengukur tegangan tinggi searah yaitu:
1. Elektroda bola standar.
2. Pembagi tegangan resistif.
3. Metoda ammeter.
Ada tiga hal yang diamati dalam percobaan ini yaitu:
1. Membangkitkan tegangan tinggi DC dengan penyearah setengah gelombang tanpa
kondensator perata dan mengukur tegangan keluaranya dengan elektroda bola standar.
Hasil pengukuran diguanakan untuk mengetahui hubungan antara tegangan primer
trafo uji dengan tegangan keluaran penyearah pada keadaan beban tertentu.
2. Mengukur tegangan keluaran penyearah dengan metode pembagi tegangan resistif dan
metode ammeter. Hasil pengukuran kedua metode ini dibandingkan dengan hasil
pengukuran dengan elektrioda bola standar.
3. Membandingkan tegangan keluaran penyearah setengah gelombang tanpa kondensator
perata dengan penyearah setengah gelombang tanpa kondensator perata.

B. T E O R I
B.1 PEMBANGKITAN TEGANGAN TINGGI DC

Rangkaian penyearah setengah gelombang ditunjukkan pada gambar 2.1. Bagian


utama dari penyearah ini adalah trafo uji (TU) dan diode tegangan tinggi (D). Bila

ix
dihubungkan tegangan keluaran yang lebih rata maka di terminal keluaran dipasang
kondensator perata (C). Tetapi penambahan kapasitor ini akan menambah biaya,karena harga
kondensator tegangan tinggi cukup mahal. Benda uji disimbolkan dengan suatu resistor (R)
yang nilai tahanannya dalam orde Megaohm.

TU a b

AT C
VT V(t)= ib.R R

Gambar 2.1 Rangkaian Penyearah Setengah Gelombang


Jika jatuh tegangan pada diode diabaikan, maka bentuk gelombang tegangan kelaran
penyearah tanpa dan dengan kondensator perata ditunjukkan pada Gambar 2.2

Vrata-rata Vmaks

Vd
id
T

a Tanpa Kondensator Perata

x
``

Vd Vrata-rata Vmin
td

b. Dengan Kondensator Perata


Gambar 2.2 Tegangan Keluaran Penyearah Setengah Gelombang
Ada beberapa parameter yang perlu diperhatikan dalam penyearah ini , antara lain:
1. Tegangan balik puncak diode ( peak inverse voltage ) yaitu tegangan tertinggi yang
dipikul diode saat diode tak melalukan arus (Vd ). Parameter ini menentukan
spesifikasi tegangan diode yang digunakan. Spesifikasi tegangan diode harus sama
dengan atau lebih besar daripada Vd.
2. Faktor cacat ( ripple factor ) ,yaitu faktor yang menentukan ketidak rataan tegangan
keluaran yang didefinisikan seperti persamaan dibawah ini.

δv = ½ ( Vmaks – Vmin ) (2.1)


Jika faktor cacat kecil, maka tegangan keluaran akan semakin rata.Tegangan keluaran
penyearah dinyatakan dalam harga rata-rata atau dalam harga efektif.
Untuk penyearah setengah gelombang tanpa kondensator perata, harga rata-rata dan
harga efektif tegangan keluaran pada keadaaan tidak berbeban adalah sebagai berikut: Harga
rata-rata tegangan keluaran adalah:
Vrata-rata = ½ Vmaksimum (2.2)
Harga efektif tegangan keluaran adalah :
Vrms = ½ Vmaksimum (2.3)
Tegangan balik yang dipikul oleh diode adalah :

Vd = Vmaksimum (2.4)
Untuk penyearah setengah gelombang dengan kondensator perata tegangan
keluarannya diperoleh dengan mengacu kepada Gambar (2.2.b). Jika penyearah dalam
kondisi tanpa beban, maka harga rata-rata dan efektif tegangan keluaran adalah sama, yaitu
sebesar tegangan puncak bolak-bali (ac). Bila penyearah dibebani, maka setiap periode (T) ,
tegangan keluaran searah akan turun dari harga puncak menuju harga V min. Penurunan ini

xi
tergantung pada harga tahanan beban (R) dan kapasitansi perata C. Berdasarkan Gambar
2.2.b, harga rata-rata tegangan keluaran adalah seperti persamaan (2.5) berikut.

Vrata-rata≈ Vmaks - δv (2.5)


Persamaan diatas berlaku jika jatuh tegangan pada diode diabaikan.
Tegangan balik yang dipikul diode adalah :

Vd ≈ 2Vmaksimum (2.6)
Selanjutnya faktor ketidakrataan dapat dihitung dengan anggapan sebagai berikut :

td << T = 1/f dan δv << Vrata-rata (2.7)


Selama diode tidak melalukan arus (non-konduksi) ,kondensator perata

mengosongkan muatan ke beban sehingga tegangan kondensator berkurang sebesar 2 δv. Jika
waktu konduksi diode td sangat singkat, maka satu periode,pengosongan muatan kondensator
perata berlangsung selama waktu T. Besar muatan yang dilepaskan dari kondensator perata

yang mengakibatkan penurunan tegangan sebesar 2δv adalah :


q = 2.δv C ≈ ∫0𝑇𝑖𝑏 dt = T Ib (2.8)

Faktor cacat tegangan keluaran diperoleh dari persamaan diatas yakni sebagai berikut:

2𝑓𝐶 = kd. Ib (2.9)

Jika Persamaan 2.9 diatas disubstitusi ke dalam Persamaan 2.5 ,maka diperoleh :

V rata-rata = Vmaksimum – kd. Ib (2.10)

Dalam prakteknya ,pada diode semikonduktor selalu ada jatuh tegangan saat diode
tersebut melalukan arus. Sehingga hubungan arus beban dengan tegangan keluaran tak
benarbenar linear seperti yang dinyatakan pada Persamaan 2.10. Tetapi untuk arus yang lebih
besar, jatuh tegangan pada diode dapat dianggap konstan. Bila jatuh tegangan pada setiap unit
diode dimisalkan sama dan konstan yaitu sebesar υd dan banyaknya diode yang dihubungkan
seri adalah n, maka persamaan tegangan keluaran penyearah semikonduktor dapat dituliskan
sebagai berikut :

Vrata-rata = Vmaks – kd.Ib - nυd (2.11)


Menurut persamaan diatas ,karakteristik beban penyearah semikonduktor ditunjukkan seperti
pada Gambar (2.3).

xii
Vmaks nυd
Vo
∆V=kd.Ib

Vmaks

Gambar 2.3Karaketeristik Beban Penyearah

C. P E R A L A T A N
1. Trafo uji AC/DC 220 V/ 100 KV 1 set
2. Resistor Peredam (10 Mohm) 1 unit
3. Elektroda bola standar (d= 5 cm) 1 pasang
4. Multimeter 1 unit
5. Termometer/Barometer Digital 1 unit

D. RANGKAIAN DAN PROSEDUR PERCOBAAN


D.1 TEGANGAN KELUARAN PENYEARAH TANPA KONDENSATOR PERATA
Rangkaian percobaanya adalah seperti pada Gambar 2.5

Rd D

TU

S1 S2

V1

AT

Gambar 2.4 Pengukuran Tegangan Keluaran Penyearah tanpa Kondensator Perata

1. Dengan menggunakan terrmometer dan barometer hitung faktor koreksi udara,


mulamula diukur suhu dan tekanan udara

xiii
2. Mula-mula jarak elektroda bola dibuat 0,8 cm. Tegangan keluaran penyearah
dinaikkan perlahan sampai elektroda bola tembus listrik.
3. Saat elektroda bola tembus listrik tegangan pada primer trafo uji dicatat.
4. Kemudian pengukuran diulang dua kali lagi.

Selanjutnya, prosedur diatas dilakukan untuk jarak sela bola 1 cm, 1,2 cm, 1,4 cm, dan 2 cm.
Hasil pengukuran disusun seperti pada Tabel 2.1.
Tabel 2.1
t= ...... C p = ...... mmHg
Jarak Sela Teg. Teg.Tembus Tegangan Primer (V1)
(cm) Tembus aktual (kV)
1 2 3 Rata-rata
Standart
(kV)

0,8 Lihat = δ Vs
1,0 Tabel .....

... Standar ....


2,0 ....

xiv
MODUL 3 PEMBANGKITAN DAN PENGUKURAN TEGANGAN
TINGGI IMPULS

A. TUJUAN
Tegangan tinggi impuls diperlukan untuk pengujian peralatan tegangan tinggi dan
penyelidikan mekanisme tembus listrik bahan dielektrik. Dilihat dari komponen rangkaian,
ada dua jenis pembangkit tegangan impuls yaitu generator impuls RC dan generator impuls
RLC. Sedang dilihat dari tingkat tegangan yang dibangkitkan, pembangkit tegangan impuls
dibagi menjadi dua jenis, yaitu: generator impuls satu tingkat dan generator impuls bertingkat
multi ganda. Tujuan percobaan ini adalah untuk menentukan efisiensi generator impuls
rangkaian RLC satu tingkat.

B. TEORI
B.1 PEMBANGKITAN TEGANGAN TINGGI IMPULS
Rangkaian generator impuls RLC satu tingkat ditunjukkan pada Gambar (3.1)

RP F L

T D RS
C
220 VC I impuls RO VO
Vac

T = Trafo Uji RS= Tahanan Peredam/Pemuat RO= Tahanan Keluaran F=Sela Percik
D = Dioda Tegangan Tinggi Rp= Tahanan Peredam/Pelepas C = Kapasitor PEmuat L=Induktor

Gambar 3.1 Rangkaian Pembangkit Tegangan Impuls Satu Tingkat RLC

Kapasitor tegangan tinggi pemuat C dimuati melalui tahanan peredam RP sampai


bertegangan sedikit diatas tegangan keluaran yang diinginkan. Ketika sela dipicu, maka
muatan pada kapasitor dilepaskan secara transient ke rangkaian RS, L, dan Ro. Arus ini terjadi
secara singkat, dapat diketahui selama adanya percikan pada sela picu. Tahanan resistor R P
dibuat besar dengan tujuan menahan arus susulan yang datang dari sumber tegangan tinggi dc
selama proses pelepasan muatan. Karena selama pelepasan ini, tegangan terminal kapasitor
yang membuat dia berpotensial lebih negatif dari sumber tegangan tinggi DC.

xv
Sehubungan dengan peristiwa pemuatan-pelepasan muatan ini, maka persamaan arus
yang mengalir pada rangkaian generator impuls adalah seperti ditunjukkan oleh persamaan
(3.1) dibawah ini.

(3.1)

Dimana:
(3.2)

Tegangan keluaran generator adalah tegangan pada resistor


𝑉𝑂 = 𝑖. 𝑅𝑂 (3.
3)

Substitusi Persamaan (3.1) kedalam Persamaan (3.3) diperoleh :

(3.4)

Persamaan (3.4) adalah persamaan yang menunjukkan bentuk pelepasan muatan yang
sebagai manifestasi tegangan keluaran generator impuls satu tingkat RLC. Bentuk gelombang
tersebut dapat diamati pada Gambar (3.2) berikut.

0,9 Vm Tf = waktu muka gelombang (1,2 µs)


Tt = waktu ekor gelombang (50 µs)

0,5Vm

0,3Vm

Tf T (µs)
Tt
Gambar 3.2 Bentuk Tegangan Impuls Keluaran Generator Impuls
C. PERALATAN
1. Trafo Uji AC/DC 220 V/ 150 KV 1 set
2. Generator Impuls Satu Tingkat RLC 1 unit
3. Elektroda bola standar (d= 5 cm) 1 pasang

xvi
4. Kabel Tegangan Tinggi Secukupnya
5. Multimeter 1 unit
6. Termometer/Barometer Digital 1 unit

D. RANGKAIAN DAN PROSEDUR PERCOBAAN


Rangkaian percobaan impuls ditunjukkan oleh Gambar (3.2) berikut ini.

RP F L

T D RS
C SB
220 VC RO VO
Vac

Gambar 3.3 Rangkaian Percobaan


Diterminal keluaran generator dipasang elektroda bola standar dengan jarak tertentu.
Misalkan tegangan tembus elektroda bola pada keadaan standar untuk jarak seala yang
ditentukan adalah VS. Tegangan tembus sela bola pada saat pengujian berlangsung adalah V P
= δVP. Dimana δ adalah faktor koreksi udara saat pengujian dilaksanakan. Selanjutnya
dilakukan prosedur dibawah ini.

1. Buat tegangan pemula (Vc1) = 0,8VP


2. Sela vbola bila dipicu sebanyak 10 kali, dan diamati berapa kali udara pada sela bola
mengalami tembus listrik
3. Buat tegangan pemula (Vc2) = 1,2VP
4. Sela bola dipicu 10 kali lagi, dan diamati berapa kali udara pada sela bola tembus.
5. Hasil pengamatan disusun seperti Tabel (3.1). Jika tsaat tegangan pemuat sbesar Vc1
sela bola tembus sebanyak a kali, maka probabilitas tembus sela bola (p1) untuk
tegangan pemuat sebesar Vc1 dihitung dengan menggunakan persamaan (3.5) berikut
ini.

(3.5)

xvii
Dengan cara yang sama hitung juga probabilitas tembus sela bola p 2 untuk tegangan
pemuat sebesar Vc2.
Berdasarakan kedua harga probabilitas diatas, dengan metode interpolasi hitunglah
tegangan pemuat yang membuat sela bola tembus 50 %. Misalkan hasilnya adalah Vc50. Maka
efisiensi generator impuls (η) adalah mengikuti persamaan (3.6) berikut.
(3.6)

Tabel 3.1 Data Hasil Uji Untuk Penghitungan Efisiensi Generator Impuls
T = ____OC P = ________ δ=_____ VP = ________ kV
mmHg

Tegangan Pemuat 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Vc1=

Vc2=

NB : Lakukan minimal 5 percobaan!!!

xviii
MODUL 4 TEGANGAN TEMBUS AC DIELEKTRIK UDARA

A. TUJUAN
Udara adalah bahan dielektrik yang banyak digunakan sebagai isolasi peralatan
tegangan tinggi. Karakteristik tembus listrik udara perlu diamati, karena karakteristik tersebut
menentukan karakteristik dari peralatan yang menggunakan udara sebagai bahan isolasi.
Sebagai contoh, karakteristik pengaman sela batang bergantung kepada karakteristik tembus
listrik udara yang terdapat di antara selanya. Dalam percobaan ini akan diamati tegangan
tembus udara sebagai fungsi jarak elektroda, masing-masing untuk susunan elektroda
bolabola, piring-piring, jarum-piring dan susunan batang-batang.

B. TEORI
Mekanisme tembus udara terjadi dengan melewati dua mekanisme yakni Mekanisme
Primer, dan Mekanisme Sekunder. Mekanisme Primer memungkinkan terjadinya Avalanche
atau banjiran elektron, sedangkan mekanisme sekunder merupakan proses yang melibatkan
ion positif dalam menghasilkan ionisasi tambahan.
Tembus udara pada tekanan rendah dan sela yang sempit dapat dijelaskan dengan
mekanisme Townsend. Sebelum elektroda diberi tegnagan, diantar elektroda sudah
elektroelektron bebas hasil radiasi sinar ultraviolet. Jika elektroda dihubungkan ke sumber
tegangan listrik, maka diantara elektroda timbul medan elektrk yang arahnya berasal dari
anoda menuju katoda. Sesuai hukum Couloumb, Medan elektrik ini menimbulkan gaya
terhadap elektron bebas yang berada di sela.
Dalam perjalanannya menuju anoda, elektron-elektron bebas mengalami tubrukan
dengan molekul netral udara. Apabila energi kinetis hasil perkalian massa dengan kuadrat
kecepatan elektron saat menabrak molekul netral lebih besar daripada energi orbit menurut
hukum Planck, maka akan diproduksi suatu elektron baru yang otomatis dihasilkan pula ion
positif. Kejadian ini berlangsung terus menerus sehingga menghasilkan banjiran elektron
(avalanche) ke anoda. Inilah Mekanisme Primer.
Pada Mekanisme Sekunder, ion positif baru tertarik pula ke arah muatan lawannya
meskipun dengan kecepatan yang lebih kecil dibandingkan elektron akibat massanya yang
lebih besar. Ion-ion positif baru menubruk katoda. Pada perisitwa ini maka katoda akan
melepaskan sejumlah elektronnya ke udara yang disebut sebagai emisi elektron. Kejadian ini
berlangsung sepanjang masih adanya medan elektrik sebagai penghasil gaya percepatan.

xix
Sehingga suatu waktu akan terbentuk suatu tambahan elektron yang bergerak dari katoda
menuju anoda. Proses ini merupakan mekanisme Sekunder.
Adapun hasil dari mekanisme ganda ini membentuk suatu kanal berkehantaran yang
lebih tinggi daripada udara normal. Jalur ini bersifat konduktif yang menyebabkan muatan
listrik dapat mengalir dalam jumlah yang jauh lebih besar. Saat ini terjadi, disebutlah sebagai
tembus listrik sempurna (breakdown).

C. P E R A L A T A N
1. Trafo Uji AC/DC 220 V/ 150 KV 1 set
2. Auto trafo 0-220 VAC 1 set
3. Resistor peredam (RP) 10 MOhm 1 unit
4. Multi meter 1 set
5. Termometer/barometer 1 set
6. Elektroda Bola Standar (d= 5 cm) 1 pasang
7. Elektroda Jarum 1 pasang
8. Kabel Tegangan Tinggi Secukupnya

D. RANGKAIAN DAN PROSEDUR PERCOBAAN


Rangkaian percobaan ditunjukkan oleh Gambar (4.2) berikut ini.

1. Mula-mula diukur suhu, tekanan dan kelembaban udara.


2. Jarak sela elektroda bola-bola dibuat 0,5 cm.
3. Tegangan keluaran trafo uji dinaikkan secara bertahap dengan kecepatan 1 kV/detik
sampai udara pada sela bola tembus listrik.

xx
4. Catat tegangan pada saat terjadi tembus listrik!
5. Lakukan percobaan minimal sebanyak 5 kali!
6. Lakukan percobaan selanjutnya untuk jarak sela 1 cm, 1,5 cm, sampai 2 cm.
7. Nilai rata-rata kelima pengukuran tegangan tembus sebenarnya dapat diambil dengan
merata-ratakan hasil pengukuran untuk satu nilai jarak
8. Hasil pengukuran disusun seperti pada tabel (4.10)!
9. Selanjutnya ganti elektroda bola ke jarum-jarum, bola-jarum, dan jarum bola!

Jarak Sela Elektroda VBD ELEKTRODA BOLA - BOLA


(cm)
1 2 3 4 5 Rata-rata

0,5
1,0
1,5
2
Jarak Sela Elektroda VBD ELEKTRODA JARUM-JARUM
(cm)
1 2 3 4 5 Rata-rata

0,5
1,0
1,5
2
Jarak Sela Elektroda VBD ELEKTRODA JARUM - BOLA
(cm)
1 2 3 4 5 Rata-rata

0,5
1,0
1,5
2

10. Setelah selesai, turunkan tegangan di autotrafo sampai bernilai 0!


11. Buka saklar S2, matikan peralatan.

xxi
MODUL 5 TEGANGAN TEMBUS AC DIELEKTRIK CAIR

A. TUJUAN
Banyak perlatan tegangan tinggi yang menggunakan dielektrik cair, karena kekuatan
dielektriknya jauh lebih tinggi dari pada kekuatan dielektrik udara atmosfir. Salah satu
peralatan yang menggunakan dielektrik cair adalah trafo daya disebut minyak trafo. Minyak
trafo yang banyak dijumpai di pasaran adalah merek “Shell Diala B”. Topik yang dibahas
dalam percobaan ini adalah mengukur faktor rugi-rugi dielektrik (Tg δ ) dan tegangan tembus
dielektrik cair “Shell Diala B” maupun “Total Isovoltine-II” .

B. TEORI
PENGUKURAN TEGANGAN TEMBUS MINYAK TRAFO
Didalam minyak trafo terdapat butiran-butiran atau serat-serat karena tiga hal, yakni :
1. Terjadinya oksidasi udara dengan minyak trafo
2. Karena belitan kumparan trafo mengandung serat-serat.
3. Karena adanya butir-butir besi yag berasal dari inti dan tanki trafo.
Setelah trafo beroperasi dalam jangka waktu panjang, maka butiran serta serat ini
dapat membentuk formasi jembatan yang bersifat konduktif. Terbentuknya jembatan ini dapat
menurunkan kekuatan dielektrik dari minyak trafo. Molekul udara yang terperangkap dalam
minyak juga dapat menurunkan kualitas isolasi minyak, karena molekul udara bersifat lebih
renggang dan memiliki tegangan tembus yang lebih rendah daripada molekul minyak.
Sehingga untuk level tegangan yang sama, suatu daerah pada minyak isolasi yang
mengandung udara akan mengalami ionisasi lebih dulu, yang mengawali terjadinya peluahan
sebagian (partial discharge) pada minyak isolasi.
Pada pengujian ini diperlukan kondisi minyak trafo yang bebas gelembung udara agar
pengujian yang dilakukan murni hanya untuk mengukur kekuatan dielektrik minyak
sehubungan dengan penuaan setelah pemakaian pada transformator daya.

C. P E R A L A T A N
1. Trafo Uji 100V20 kV, 50 Hz, 3 KVA 1 set
2. Multi meter 1 set

xxii
3. Elektroda Pengujian Bola-Bola Diameter 1-2 cm 1 pasang
4. Wadah Pengujian 1 pasang
5. Minyak Isolasi Baru dan Lama secukupny
a
6. Timer 1 unit
7. Kertas sebagai bahan dielektrik secukupny
a
8. Pengaduk Minyak 1 buah

D. RANGKAIAN DAN PROSEDUR PERCOBAAN


Rangkaian percobaan ditunjukkan oleh Gambar (6.1) berikut ini.

AT
TU

220
VAC

Ground

Gambar 6.1 Rangkaian Pengujian Tegangan Tembus Dielektrik Cair


AT = Autotrafo TU = Trafo uji
M = Minyak Isolasi B = Bejana Berisi
Minyak

Prosedur

1. Siapkan bejana penguji dan pastikan keadaan kosong dan tidak kotor/berair/berdebu!
2. Atur jarak sela elektroda penguji sejauh 2,5 mm!
3. Minyak trafo yang baru lalu dituang kedalam bejana dengan hati-hati sampai
ketinggian minyak mencapai garis batas.
4. Aduk untuk memastikan tidak ada lagi gelembung udara yang tertinggal didalamnya.
5. Pasang konduktor bejana ke elektroda trafo uji sesuai polaritasnya!
6. Pasang multimeter pada terminal tegangan trafo uji sesuai polaritasnya.
7. Nyalakan MCB autotrafo/trafo uji!
8. Pastikan nilai tegangan bernilai nol lalu nyalakan trafo uji!

xxiii
9. Lakukan pengujian dengan menaikkan tegangan secara bertahap dengan kecepatan
penaikan sebesar 1 kV/detik agar pengukuran akurat.
10. Ketika minyak mengalami tembus listrik, catat nilai tegangan yang tertera pada
multimeter, lalu turunkan tegangan dan matikan TU.
11. Aduk minyak untuk melarutkan zat hidrokarbon serta gelembung udara yang muncul.
12. Setelah minyak tampak bersih, kembali lakukan percobaan dari step ke 8 sampai 11
sebanyak 5 kali.
13. Ganti sampel minyak trafo dengan jenis lain yang lebih tua.
Tabel 6.1 Data Tembus Dielektrik Cair Kondisi Minyak Baru
Tegangan Tembus (kV)
1 2 3 4 5 Rata - Rata

Tabel 6.2 Data Tembus Dielektrik Cair Kondisi Minyak Lama


Tegangan Tembus (kV)
1 2 3 4 5 Rata - Rata

Catatan : Jika harga rata-rata yang diperoleh sama dengan atau lebih besar daripada 25 kV,
maka kualitas minyak adalah baik!
14. Selanjutnya setelah selesai, kembalikan minyak yang telah dipakai ke tempatnya
masing-masing.
15. Matikan peralatan dan cabut multimeter!

xxiv
MODUL 6 DISTRIBUSI TEGANGAN ISOLATOR RANTAI

A. TUJUAN
Isolator rantai digunakan pada transmisi tegangan tinggi. Setiap unit isolator dapat
dianggap merupakan suatu kapasitor. Oleh karena itu, isolator rantai dapat dianggap
merupakan susunan dari beberapa unit kapasitor yang terhubung seri maupun paralel.
Akibatnya, jika isolator diberi tegangan AC, maka distribusi tegangan pada setiap unit isolator
tidak sama.
Percobaan ini bertujuan untuk menggambarkan distribusi tegangan pada isolator rantai
dan melihat pengaruh jumlah unit isolator terhadap distribusi tegangan dan efisiensi isolator
rantai.

B. TEORI
Isolator rantai adalah beberapa isolator piring yang diserikan. Karena suatu isolator
dapat dianggap merupakan suatu kapasitor maka jika beberapa isolator piring dirangkai
menjadi isolator rantai seperti pada gambar 9.5a, maka ditemukan tiga kelompok susunan
“konduktor-dielektrik-konduktor”, masing-masing dibentuk oleh :

1. Jepitan logam isolator-dielektrik-isolator jepitan logam dibawahnya. Susunan ini


membentuk kapasitansi sendiri isolator (C1).
2. Jepitan logam isolator-udara-menara. Susunan ini membentuk kapasitansi jepitan
logam isolator dengan menara yang ditanahkan (C2). Kapasitansi ini disebut
kapasitansi tegangan rendah.
3. Jepitan logam isolator-udara-konduktor transmisi. Susunan ini membentuk kapasitansi
jepitan logam dengan konduktor tegangan tinggi, dan disebut kapasitansi tegagan
tinggi (C3).
Karena itu, isolator rantai dapat dianggap merupakan susunan dari beberapa unit
kapasitor yang terhubung seperti pada Gambar 8.1 berikut.

xxv
Gambar 8.1 Pemodelan Isolator dan Distribusi Tegangannya

Nilai kapasitansi C1, C2, dan C3 sulit dihitung dengan tepat sehingga perhitungan
tegangan pada setiap unit isolator hasilnya kurang akurat. Karena itu distribusi tegangan pada
isolator rantai biasanya ditentukan dengan percobaan di laboratorium.
Pada Gambar 9.6 diperlihatkan suatu kapasitor yang terbuat dari plat sejajar. Jika suatu
kapasitor yang tebal dielektrik s, diberi tegangan bolak-balik V berfrekuensi f , sedangkan
efek medan pinggir pada kapasitor diabaikan, maka dielektrik kapasitor akan memikul medan
elektrik sebesar:

(9.1)

Elektroda dan dielektrik suatu kapasitor selalu dirancang sedemikian, sehingga kuat
medan elektriknya merata.
Suatu kapasitor plat sejajar mempunyai kapasitansi sebesar:

(9.2)

A
V

s
xxvi
Gambar 8.2 Pemodelan Kapasitor
Dimana
C = kapasitansi (farad)

ε0 = permitivitas udara (farad/m)

εr = permitivitas relatif dielektrik

s = tebal dielektrik (m)


A = luas permukaan plat (m2)

Dalam hal ini, Amerupakan luas permukaan plat memiliki nilai tetap dengan sesuai
ukuran plat yang dipergunakan, dan nilai s tebal dielektrik sudah memiliki ketentuan jarak

sela tertentu. Oleh karena itu, nilai ε0 merupakan variabel yang kemungkinan dapat berubah
dan dapat mempengaruhi besar kapasitansi (C) dari kapasitor diatas. Pengaruh dapat terjadi
melalui kelembaban udara dan kandungan udara lain yang dapat mengubah permitivitas

udara. Dengan demikan permitivitas udara ε0 dapat mempengaruhi besar kapasitansi.


Jumlah isolator yang digunakan dan kapasitansi C1, C2, dan C3 memengaruhi distribusi
tegangan yang dipikul oleh setiap unit isolator. Makin banyak jumlah isolator yang digunakan
maka distribusi tegangan terpikul oleh per unit isolator makin kecil. Penambahan isolator
perlu dilakukan apabila tegangan pikul pada isolator terdekat ke kawat fasa lebih besar
daripada kekuatan dielektrik isolator tersebut.

C. PERALATAN
1. Trafo Uji 0-220V/100kV, 50 Hz, 5 KVA 1 unit
2. Elektroda Bola Standar (d = 5 cm) 1 set
3. Resistor Peredam 10 MΩ 1 unit
4. Isolator Rantai 10 gandengan
5. Gantungan Isolator Rantai 1 set
6. Termometer/Barometer 1 unit
7. Multimeter 1 unit

xxvii
8. Konduktor tegangan tinggi` secukupnya

D. RANGKAIAN DAN PROSEDUR PERCOBAAN

Gambar 8.3 Rangkaian Pengujian Distribusi Tegangan Isolator Rantai

Prosedur
1. Terminal A dihubungkan pada jepitan 10, sedang terminal B dihubungkan pada
jepitan 1.
2. Jarak sela bola dibuat 0.2 cm.
3. Saklar primer (S1) ditutup dan AT diatur hingga tegangan keluarannya nol.
4. Saklar sekunder (S2) ditutup.
5. Tegangan keluaran TU dinaikkan secara bertahap dengan kecepatan 1 kV/detik
sampai udara pada sela bola tembus listrik.
6. Saat terjadi tembus listrik, dicatat tegangan sekunder trafo uji dan saklar sekunder
(S2) segera dibuka.
7. AT diatur kembali hingga tegangan keluarannya nol.
8. Ulangi prosedur 5 s/d 9 sebanyak 4 kali lagi.
9. Prosedur di atas diulang untuk posisi terminal A tetap pada jepitan 10, tetapi
terminal B dipindahkan ke jepitan 2, 3, 4, 5, dan seterusnya hingga berakhir pada
jepitan 10.
10. Saat terminal A dan B bertemu pada jepitan 10 diukur tegangan tembus udara pada
sela elektroda.
11. Untuk melihat pengaruh jumlah unit isolator terhadap distribusi tegangan pada
unit-unit isolator rantai, jumlah unit isolator dibuat 8 unit. Hal ini dilakukan
dengan memindahkan terminal A ke jepitan 8. Kemudian dilakukan pengukuran
dengan prosedur seperti di atas.

xxviii
12. Data pengukuran disusun seperti Tabel 8.1 berikut!

Tabel 8.1
Untuk pengukuran dengan 10 buah isolator rantai

Jarak sela bola = 0,2 cm Jumlah isolator = 10 Faktor Koreksi=


Vbd (kV)

Nomor 1 2 3 4 5 Rata-
Isolator rata
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10

Untuk pengukuran dengan 8 buah isolator rantai

Jarak sela bola = 0,2 cm Jumlah isolator = 8 Faktor Koreksi=

Vbd (kV)
1 2 3 4 5 Rata-
Nomor Isolator rata
1
2
3
4
5

xxix
6
7
8

NB : Lakukan Minimal 5 kali percobaan untuk 1 tingkat terminal pengujian!!!

MODUL 7 PENGUJIAN KETAHANAN AC PERALATAN

xxx
A. TUJUAN
Tujuan percobaan ini adalah untuk menguji ketahanan peralatan terhadap tegangan
lebih AC, yaitu tegangan frekuensi sistem yang besarnya di atas tegangan nominal peralatan.
Peralatan yang akan diuji adalah transformator distribusi dan kabel tegangan menengah.

B. TEORI
Pada saat terjadi gangguan hubung singkat satu fasa ke tanah, tegangan pada dua fase
sistm yang sehat (tidak teganggu) naik melebihi tegangan semula dengan frekuensi yang sama
dengan frekuensi sistem. Kenaikan tegangan ini tergantung pada metode pembumian sistem
dan dapat mencapai 1,73 kali tegangan semula. Tetapi sistem tenaga listrik selalu dilengakapi
dengan sistem proteksi arus lebih sehingga pemutus daya segera melokalisir jaringan yang
terganggu dan akibatnya tegangan jaringan kembali normal. Jadi kenaikan tegangan pada fasa
yang sehat berlangsung dalam waktu singkat, tergantung kepada setting waktu rele dan waktu
pembukaan kontak pemutus daya.
Kejadian diatas menunjukkan bahwa ada saatnya peralatan sistem tenaga listrik
memikul tegangan lebih frekuensi sistem dalam waktu terbatas. Oleh karena itu,
peralatanperalatan sistem tenaga listrik perlu diuji untuk melihat kemampuannya memikul
tegangan lebih frekuensi sistem dalam waktu terbatas.

B.1 PENGUJIAN KETAHANAN AC TRANSFORMATOR


Pengujian ini dilakuka untuk menguji ketahanan isolasi kumpatan memikul tegangan
lebih AC, sebab saat suatu trafo beroperasi terdapat kemungkinan ia memikul tegangan lebih
AC. Dilihat dari cara pembangkitan tegangannya, pengujian ketahanan tegangan tinggi ac
pada trafo dilakukan dengan dua cara yakni; cara pengujian ac terpisah, dan pengujian ac
induksi.
Cara terpisah berarti kedua kumparan tegangan (tegangan tinggi dan tegangan rendah)
dihubungkan dengan trafo uji, pengujian induksi dilakukan dengan cara menghubungkan trafo
uji ke kumparan tegangan rendah untuk menghasilkan induksi kepada kumparan tegangan
tinggi. Terdapat pembedaan pengujian juga dengan diskriminasi waktu yang disesuaikan
dengan tempat pengujiannya. Pengujian di pabrik dilakukan selama 1 menit, sedangkan

xxxi
pengujian dilapangan dilakukan selama 10 menit. Menurut standard IEC,
tegangan pengujian ketahanan AC dilapangan adalah seperti yang ditunjukkan
oleh Tabel 10.1 berikut.

Tabel 10.1 Tegangan Pengujian Ketahan Di Lapangan 10 Menit


(Standar Jepang)
Tegangan Kerja Maksimum (kV) Tegangan Pengujian (kV)
𝑉≤ 7 1,5 V (minimal 500 V)
7 < 𝑉≤ 50 1,25 V (minimal 11 kV)
𝑉 > 50 1,1 V (minimal 63 kV)

B.2 PENGUJIAN KETAHANAN AC KABEL


Dalam pengujian ini, kapasitansi kabel harus diperhitungkan agar arus
pengujian tidak melampaui kapasitansi trafo uji. Jika arus pengujian lebih besar
dari kapasitas trafo uji, maka suatu induktor perlu dipasang seri diantara sumber
tegangan dengan trafo uji atau dihubungkan seri dengan kabel uji. Bentuk
gelombang tegangan pengujian harus mendekati sinus murni dengan frekuensi
antara 49 Hz sampai 61 Hz. Tegangan pengujian AC tergantung pada jenis isolasi
kabel dan tegangan nominal kabel.
Umumnya pada uji rutin, pada kabel bertegangan 3,6 – 30 kV diberikan
tegangan pengujian sebesar 3,5 kali tegangan nominal dengan durasi uji selama 5
menit. Jika kabel tiga inti diuji dengan trafo uji tiga fasa sehingga setiap inti kabel
mendapat suplai tegangan yang berbeda-beda maka tegangan pengujian alah 1,73
tegangan pengujian satu fasa.
Pengujian pada uji jenis biasanya dilakukan dengan tegangan DC yang
besarnya 1,8 kali tegangan nominal. Berpolaritas negatif dan lama pengujian
dilakukan selama 30 menit.
Dielektrik kabel yang diuji adalah sebagai berikut :
1. Antara konduktor dengan tanah
2. Antara konduktor dengan konduktor beda fasa
3. Antara konduktor dengan selubung logam kabel yang dibumikan
a b c
Gambar 10.1 Pengujian Kabel a. Kabel dengan Selubung, b. Kabel dengan kabel,
c.kabel dengan tanah

C. P E R A L AT A N
1. Trafo Uji 0-220V/100 kV, 50 Hz 1 unit 2. Trafo
Distribusi 20 KV, 50 Hz, 100 KVA 1 unit
3. Konduktor Tegangan Menengah 20 KV 1 unit
4. Multimeter 1 unit
5. Kabel pengujian secukupnya

D. RANGKAIAN DAN PROSEDUR PENGUJIAN


D.1 PENGUJIAN KETAHANAN AC TRANSFORMATOR

B T
Kumparan
Tegangan
Tinggi TU
PT V

Kumparan CT V
Tegangan
Rendah

T = Penentu waktu (Timer) AT = Ototrafo V = Voltmeter


CB = Pemutus Daya TU = Trafo Uji CT = Trafo Arus
R = Rele PT = Trafo Tegangan B = Sirine
Gambar 10.2 Rangkaian Percobaan Ketahanan AC Trafo

Prosedur
1. Untuk pengujian trafo semua terminal kumparan tinggi dihubungkan ke
terminal tegangan tinggi trafo uji, sedang semua terminal kumparan rendah
dan badan trafo dihubungkan ke bumi. Ini merupakan pengujian AC
terpisah.
2. Tegangan pengujian lama pengujian ditentukan dari spesifikasi yang
diberikan misalkan nilainya adalah Vs dan t.
3. Penghitung waktu (Timer) diset sesuai dengan waktu pengujian (t).
4. Saklar primer (S1) ditutup dan AT diatur hingga tegangan keluarannya nol.
5. Saklar sekunder (S2) ditutup.
6. Tegangan keluaran trafo uji dinaikkan secara bertahap dengan kecepatan 1
kV/detik sampai sama dengan tegangan pengujian (Vs). Saat tegangan
sekunder trafo uji mencapai Vs, penghitung waktu (T) dioperasikan
dengan menutup saklar ST.
7. Bila saklar sekunder (S2) tidak membuka setelah waktu t tercapai,
peralatan dinyatakan lolos uji, sebaliknya bila saklar itu membuka sebelum
waktu t tercapai, maka trafo dinyatakan tidak lolos uji!
8. Data pengujian disusun seperti tabel 10.1 berikut.
Hubungan
VUJI Kondisi
Terminal Teg.Tinggi –
Terminal Teg.Rendah
D.2 PENGUJIAN KETAHANAN AC KABEL

KABEL B
YANG T
TU
DIUJI
PT
V

CT

T = Penentu waktu (Timer) AT = Ototrafo V = Voltmeter


CB = Pemutus Daya TU = Trafo Uji CT = Trafo Arus
R = Rele PT = Trafo Tegangan B = Sirine

Gambar 10.3 Rangkaian Percobaan Ketahanan AC Kabel


Prosedur
1. Untuk pengujian kabel, terminal kumparan tinggi dihubungkan ke kawat
inti kabel, sedangkan ujung inti kabel beda fasa yang terletak diujung
lainnya dihubungkan ke ground. Ini merupakan pengujian AC kawat-
kawat.
2. Tegangan pengujian lama pengujian ditentukan dari spesifikasi yang
diberikan misalkan nilainya adalah Vs dan t.
3. Penghitung waktu (Timer) diset sesuai dengan waktu pengujian (t).
4. Saklar primer (S1) ditutup dan AT diatur hingga tegangan keluarannya nol.
5. Saklar sekunder (S2) ditutup.
6. Tegangan keluaran trafo uji dinaikkan secara bertahap dengan kecepatan 1
kV/detik sampai sama dengan tegangan pengujian (Vs). Saat tegangan
sekunder trafo uji mencapai Vs, penghitung waktu (T) dioperasikan
dengan menutup saklar ST.
7. Bila saklar sekunder (S2) tidak membuka setelah waktu t tercapai,
peralatan dinyatakan lolos uji, sebaliknya bila saklar itu membuka sebelum
waktu t tercapai, maka trafo dinyatakan tidak lolos uji!
8. Untuk pengujian selanjutnya, pindahkan konduktor fasa dari trafo uji ke
selubung metal yang melingkupi mantel kabel.
9. Data pengujian disusun seperti tabel 10.2 berikut
VUJI Hubungan Kondisi

Kawat - Kawat

Kawat – Selubung

Anda mungkin juga menyukai