NAMA :
NIM :
KELOMPOK :
ASISTEN :
Puji Syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Kuasa atas rahmat-Nya yang berlimpah atas
penulis dalam menyelesaikan buku penuntun praktikum T3. Demi keperluan dan kepentingan
bersama, buku penuntun praktikum Teknik Tegangan Tinggi ini diperbuat. Dengan
mempertimbangkan perlunya perbaikan materi yang mengalami perubahan dibanding modul
sebelumnya.
Terdapat beberapa bab yang perlu dieliminasi dari modul sebelumnya diakibatkan
menurunnya kualitas beberapa peralatan pegujian/pengukuran laboratorium seperti;
Pembangkitan dan Pengukuran Tegangan Tinggi DC dengan kapasitor, Pengujian Korona,
dan Pengujian Isolasi. Untuk mempermudah pemahaman terdapat juga penambahan beberapa
gambar yang dapat memberikan contoh lebih deskriptif bagi praktikan.
Akhir kata semoga buku penuntun praktikum teknik tegangan tinggi ini dapat menjadi
pedoman yang diikuti demi menciptakan suasana praktikum yang ilmiah, sistematis, dan
aman.
Asisten
i
PETUNJUK KESELAMATAN
ii
MODUL I PEMBANGKITAN DAN PENGUKURAN TEGANGAN
TINGGI AC
A. TUJUAN
Tegangan tinggi bolak-balik diperlukan antara lain untuk pengujian rugi-rugi dielektrik,
pengujian korona pengujian kekuatan dielektrik dan pengujian ketahanan peralatan terhadap
tegangan tinggi bolak-balik. Selain untuk pengujian, tegangan tinggi bolak-balik dibutuhkan
juga untuk pembangkitan tegangan tegangan searah dan pembangkitan tegangan tinggi
impuls. Untuk membangkitkan tegangan tinggi Ac digunakan trafo uji.
Adapun tujuan percobaan ini adalah :
1) Untuk menentukan hubungan antara tegangan primer dengan tegangan sekunder trafo
uji. Dengan demikian dapat ditentukan besar tegangan pada primer trafo uji untuk
membangkitkan tegangan tinggi yang dibutuhkan. Sebagai contoh: berapa dibuat nilai
tegangan di primer trafo uji untuk membangkitkan tegangan 57 kv/50 Hz?
2) Membandingkan hasil pengukuran dari berbagai alat ukur tegangan tinggi AC.
3) Menentukan faktor “k” dari trafo uji.
B. TEORI
B.1 Trafo Uji
Karakterisitik trafo uji beda dengan trafo daya. Pada trafo daya berlaku hubungan :
(1.1)
Dimana
a = perbandingan belitan primer dan sekunder
V1 = tegangan primer
V2 = tegangan sekunder
Artinya tegangan pada sekunder trafo dapat ditaksir dengan menukur tegangan di sisi primer.
Pada trafo uji, Persamaan 1.1 diatas tak dapat digunkanan, karena adanya pengaruh
kapasitansi belitan trafo uji.
Hubungan transformasi antara primer dan sekunder trafo uji adalah sebagai berikut :
(1.2)
iii
Dimana k adalah konstanta yang besarnya ditentukan oleh kapasitansi antar belitan trafo uji.
(1.3)
Dimana
P = tekanan udara (mmHg)
T = suhu udara (OC)
iv
4.Tegangan yang dikenakan pada sela bola adalah V= 𝛿𝑉𝑠
(1.4)
Dimana:
V = tegangan pada terminal (kV)
F = frekuensi tegangan yng diukur
C = kapasitansi kapasitor tegangan tinggi (uF)
v
B.2.3 Pengukuran Dengan Pembagi Tegangan Kapasitif
Selain untuk pengukuran tegangan tinggi AC, pembagi tegangan ini juga dapat dipakai
untuk percobaan dan pengukuran tegangan tinggi impuls. Komponen pengukuran ini terdiri
dari kapasitor tegangan tinggi Ch dan kapasitor tegangan rendah yang keduanya dihubungkan
seri. Alat ukur penunjuk dihubungkan paralel dengan kapasitor C1 seperti ditunjukkan pada
Gambar 1.3.
C. P E R A L A T A N
Gambar 1.4Pembagi Tegangan Resistif
1. Trafo uji AC/DC 220 V/ 100 KV 1
set
2. Resistor Peredam (10 Mohm) 1 unit
vi
3. Elektroda bola standar (d= 5 cm) 1 pasang
4. Multimeter 1 unit
5. Termometer/Barometer Digital 1 unit
R
p
T
U AT=Autotraf
S S o
TU=Trafo
1 2 Uji
EB=Elektroda Bola
E Standar
Rp=Tahanan
B Peredam
A
A
T
vii
t=............C p=...... mmHg 𝛿= ..........
0.8
1.0
1.2
1.4
10. Harga rata-rata tegangan primer trafo uji (V1) dihitung, sehingga diperoleh lah data
yang menyatakan hubungan tegangan primer dengan tegangan sekunder.
11. Setelah percobaan selesai sampai jarak s terakhir, saklar primer dibuka. Pastikan
autotrafo sudah menunjukkan bertegangan 0 sebelum dipadamkan.
viii
MODUL 2 PEMBANGKITAN DAN PENGUKURAN TEGANGAN
TINGGI DC
A. T U J U A N
Tegangan tinggi arus searah diperlukan antara lain untuk pengujuan korona, pengujian
kekuatan dielektrik dan pengujian ketahanan peralatan terhadap tegangan tinggi arus searah.
Selain untuk pnegujian tegangan tinggi arus searah juga digunakan untuk pembangkitan
tegang tinggi impuls. Tegangan tinggi searah diperoleh dengan menyearahkan teganga tinggi
bolak-balik.
Tegangan tinggi bolak balik dapat dibangkitkan dengan:
1. Rangkaian setengah gelombang tanpa kondensator perata.
2. Rangkaian setengah gelombang dengan kondensator perata.
Ada tiga cara mengukur tegangan tinggi searah yaitu:
1. Elektroda bola standar.
2. Pembagi tegangan resistif.
3. Metoda ammeter.
Ada tiga hal yang diamati dalam percobaan ini yaitu:
1. Membangkitkan tegangan tinggi DC dengan penyearah setengah gelombang tanpa
kondensator perata dan mengukur tegangan keluaranya dengan elektroda bola standar.
Hasil pengukuran diguanakan untuk mengetahui hubungan antara tegangan primer
trafo uji dengan tegangan keluaran penyearah pada keadaan beban tertentu.
2. Mengukur tegangan keluaran penyearah dengan metode pembagi tegangan resistif dan
metode ammeter. Hasil pengukuran kedua metode ini dibandingkan dengan hasil
pengukuran dengan elektrioda bola standar.
3. Membandingkan tegangan keluaran penyearah setengah gelombang tanpa kondensator
perata dengan penyearah setengah gelombang tanpa kondensator perata.
B. T E O R I
B.1 PEMBANGKITAN TEGANGAN TINGGI DC
ix
dihubungkan tegangan keluaran yang lebih rata maka di terminal keluaran dipasang
kondensator perata (C). Tetapi penambahan kapasitor ini akan menambah biaya,karena harga
kondensator tegangan tinggi cukup mahal. Benda uji disimbolkan dengan suatu resistor (R)
yang nilai tahanannya dalam orde Megaohm.
TU a b
AT C
VT V(t)= ib.R R
Vrata-rata Vmaks
Vd
id
T
x
``
Vd Vrata-rata Vmin
td
Vd = Vmaksimum (2.4)
Untuk penyearah setengah gelombang dengan kondensator perata tegangan
keluarannya diperoleh dengan mengacu kepada Gambar (2.2.b). Jika penyearah dalam
kondisi tanpa beban, maka harga rata-rata dan efektif tegangan keluaran adalah sama, yaitu
sebesar tegangan puncak bolak-bali (ac). Bila penyearah dibebani, maka setiap periode (T) ,
tegangan keluaran searah akan turun dari harga puncak menuju harga V min. Penurunan ini
xi
tergantung pada harga tahanan beban (R) dan kapasitansi perata C. Berdasarkan Gambar
2.2.b, harga rata-rata tegangan keluaran adalah seperti persamaan (2.5) berikut.
Vd ≈ 2Vmaksimum (2.6)
Selanjutnya faktor ketidakrataan dapat dihitung dengan anggapan sebagai berikut :
mengosongkan muatan ke beban sehingga tegangan kondensator berkurang sebesar 2 δv. Jika
waktu konduksi diode td sangat singkat, maka satu periode,pengosongan muatan kondensator
perata berlangsung selama waktu T. Besar muatan yang dilepaskan dari kondensator perata
Faktor cacat tegangan keluaran diperoleh dari persamaan diatas yakni sebagai berikut:
Jika Persamaan 2.9 diatas disubstitusi ke dalam Persamaan 2.5 ,maka diperoleh :
Dalam prakteknya ,pada diode semikonduktor selalu ada jatuh tegangan saat diode
tersebut melalukan arus. Sehingga hubungan arus beban dengan tegangan keluaran tak
benarbenar linear seperti yang dinyatakan pada Persamaan 2.10. Tetapi untuk arus yang lebih
besar, jatuh tegangan pada diode dapat dianggap konstan. Bila jatuh tegangan pada setiap unit
diode dimisalkan sama dan konstan yaitu sebesar υd dan banyaknya diode yang dihubungkan
seri adalah n, maka persamaan tegangan keluaran penyearah semikonduktor dapat dituliskan
sebagai berikut :
xii
Vmaks nυd
Vo
∆V=kd.Ib
Vmaks
C. P E R A L A T A N
1. Trafo uji AC/DC 220 V/ 100 KV 1 set
2. Resistor Peredam (10 Mohm) 1 unit
3. Elektroda bola standar (d= 5 cm) 1 pasang
4. Multimeter 1 unit
5. Termometer/Barometer Digital 1 unit
Rd D
TU
S1 S2
V1
AT
xiii
2. Mula-mula jarak elektroda bola dibuat 0,8 cm. Tegangan keluaran penyearah
dinaikkan perlahan sampai elektroda bola tembus listrik.
3. Saat elektroda bola tembus listrik tegangan pada primer trafo uji dicatat.
4. Kemudian pengukuran diulang dua kali lagi.
Selanjutnya, prosedur diatas dilakukan untuk jarak sela bola 1 cm, 1,2 cm, 1,4 cm, dan 2 cm.
Hasil pengukuran disusun seperti pada Tabel 2.1.
Tabel 2.1
t= ...... C p = ...... mmHg
Jarak Sela Teg. Teg.Tembus Tegangan Primer (V1)
(cm) Tembus aktual (kV)
1 2 3 Rata-rata
Standart
(kV)
0,8 Lihat = δ Vs
1,0 Tabel .....
xiv
MODUL 3 PEMBANGKITAN DAN PENGUKURAN TEGANGAN
TINGGI IMPULS
A. TUJUAN
Tegangan tinggi impuls diperlukan untuk pengujian peralatan tegangan tinggi dan
penyelidikan mekanisme tembus listrik bahan dielektrik. Dilihat dari komponen rangkaian,
ada dua jenis pembangkit tegangan impuls yaitu generator impuls RC dan generator impuls
RLC. Sedang dilihat dari tingkat tegangan yang dibangkitkan, pembangkit tegangan impuls
dibagi menjadi dua jenis, yaitu: generator impuls satu tingkat dan generator impuls bertingkat
multi ganda. Tujuan percobaan ini adalah untuk menentukan efisiensi generator impuls
rangkaian RLC satu tingkat.
B. TEORI
B.1 PEMBANGKITAN TEGANGAN TINGGI IMPULS
Rangkaian generator impuls RLC satu tingkat ditunjukkan pada Gambar (3.1)
RP F L
T D RS
C
220 VC I impuls RO VO
Vac
T = Trafo Uji RS= Tahanan Peredam/Pemuat RO= Tahanan Keluaran F=Sela Percik
D = Dioda Tegangan Tinggi Rp= Tahanan Peredam/Pelepas C = Kapasitor PEmuat L=Induktor
xv
Sehubungan dengan peristiwa pemuatan-pelepasan muatan ini, maka persamaan arus
yang mengalir pada rangkaian generator impuls adalah seperti ditunjukkan oleh persamaan
(3.1) dibawah ini.
(3.1)
Dimana:
(3.2)
(3.4)
Persamaan (3.4) adalah persamaan yang menunjukkan bentuk pelepasan muatan yang
sebagai manifestasi tegangan keluaran generator impuls satu tingkat RLC. Bentuk gelombang
tersebut dapat diamati pada Gambar (3.2) berikut.
0,5Vm
0,3Vm
Tf T (µs)
Tt
Gambar 3.2 Bentuk Tegangan Impuls Keluaran Generator Impuls
C. PERALATAN
1. Trafo Uji AC/DC 220 V/ 150 KV 1 set
2. Generator Impuls Satu Tingkat RLC 1 unit
3. Elektroda bola standar (d= 5 cm) 1 pasang
xvi
4. Kabel Tegangan Tinggi Secukupnya
5. Multimeter 1 unit
6. Termometer/Barometer Digital 1 unit
RP F L
T D RS
C SB
220 VC RO VO
Vac
(3.5)
xvii
Dengan cara yang sama hitung juga probabilitas tembus sela bola p 2 untuk tegangan
pemuat sebesar Vc2.
Berdasarakan kedua harga probabilitas diatas, dengan metode interpolasi hitunglah
tegangan pemuat yang membuat sela bola tembus 50 %. Misalkan hasilnya adalah Vc50. Maka
efisiensi generator impuls (η) adalah mengikuti persamaan (3.6) berikut.
(3.6)
Tabel 3.1 Data Hasil Uji Untuk Penghitungan Efisiensi Generator Impuls
T = ____OC P = ________ δ=_____ VP = ________ kV
mmHg
Tegangan Pemuat 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Vc1=
Vc2=
xviii
MODUL 4 TEGANGAN TEMBUS AC DIELEKTRIK UDARA
A. TUJUAN
Udara adalah bahan dielektrik yang banyak digunakan sebagai isolasi peralatan
tegangan tinggi. Karakteristik tembus listrik udara perlu diamati, karena karakteristik tersebut
menentukan karakteristik dari peralatan yang menggunakan udara sebagai bahan isolasi.
Sebagai contoh, karakteristik pengaman sela batang bergantung kepada karakteristik tembus
listrik udara yang terdapat di antara selanya. Dalam percobaan ini akan diamati tegangan
tembus udara sebagai fungsi jarak elektroda, masing-masing untuk susunan elektroda
bolabola, piring-piring, jarum-piring dan susunan batang-batang.
B. TEORI
Mekanisme tembus udara terjadi dengan melewati dua mekanisme yakni Mekanisme
Primer, dan Mekanisme Sekunder. Mekanisme Primer memungkinkan terjadinya Avalanche
atau banjiran elektron, sedangkan mekanisme sekunder merupakan proses yang melibatkan
ion positif dalam menghasilkan ionisasi tambahan.
Tembus udara pada tekanan rendah dan sela yang sempit dapat dijelaskan dengan
mekanisme Townsend. Sebelum elektroda diberi tegnagan, diantar elektroda sudah
elektroelektron bebas hasil radiasi sinar ultraviolet. Jika elektroda dihubungkan ke sumber
tegangan listrik, maka diantara elektroda timbul medan elektrk yang arahnya berasal dari
anoda menuju katoda. Sesuai hukum Couloumb, Medan elektrik ini menimbulkan gaya
terhadap elektron bebas yang berada di sela.
Dalam perjalanannya menuju anoda, elektron-elektron bebas mengalami tubrukan
dengan molekul netral udara. Apabila energi kinetis hasil perkalian massa dengan kuadrat
kecepatan elektron saat menabrak molekul netral lebih besar daripada energi orbit menurut
hukum Planck, maka akan diproduksi suatu elektron baru yang otomatis dihasilkan pula ion
positif. Kejadian ini berlangsung terus menerus sehingga menghasilkan banjiran elektron
(avalanche) ke anoda. Inilah Mekanisme Primer.
Pada Mekanisme Sekunder, ion positif baru tertarik pula ke arah muatan lawannya
meskipun dengan kecepatan yang lebih kecil dibandingkan elektron akibat massanya yang
lebih besar. Ion-ion positif baru menubruk katoda. Pada perisitwa ini maka katoda akan
melepaskan sejumlah elektronnya ke udara yang disebut sebagai emisi elektron. Kejadian ini
berlangsung sepanjang masih adanya medan elektrik sebagai penghasil gaya percepatan.
xix
Sehingga suatu waktu akan terbentuk suatu tambahan elektron yang bergerak dari katoda
menuju anoda. Proses ini merupakan mekanisme Sekunder.
Adapun hasil dari mekanisme ganda ini membentuk suatu kanal berkehantaran yang
lebih tinggi daripada udara normal. Jalur ini bersifat konduktif yang menyebabkan muatan
listrik dapat mengalir dalam jumlah yang jauh lebih besar. Saat ini terjadi, disebutlah sebagai
tembus listrik sempurna (breakdown).
C. P E R A L A T A N
1. Trafo Uji AC/DC 220 V/ 150 KV 1 set
2. Auto trafo 0-220 VAC 1 set
3. Resistor peredam (RP) 10 MOhm 1 unit
4. Multi meter 1 set
5. Termometer/barometer 1 set
6. Elektroda Bola Standar (d= 5 cm) 1 pasang
7. Elektroda Jarum 1 pasang
8. Kabel Tegangan Tinggi Secukupnya
xx
4. Catat tegangan pada saat terjadi tembus listrik!
5. Lakukan percobaan minimal sebanyak 5 kali!
6. Lakukan percobaan selanjutnya untuk jarak sela 1 cm, 1,5 cm, sampai 2 cm.
7. Nilai rata-rata kelima pengukuran tegangan tembus sebenarnya dapat diambil dengan
merata-ratakan hasil pengukuran untuk satu nilai jarak
8. Hasil pengukuran disusun seperti pada tabel (4.10)!
9. Selanjutnya ganti elektroda bola ke jarum-jarum, bola-jarum, dan jarum bola!
0,5
1,0
1,5
2
Jarak Sela Elektroda VBD ELEKTRODA JARUM-JARUM
(cm)
1 2 3 4 5 Rata-rata
0,5
1,0
1,5
2
Jarak Sela Elektroda VBD ELEKTRODA JARUM - BOLA
(cm)
1 2 3 4 5 Rata-rata
0,5
1,0
1,5
2
xxi
MODUL 5 TEGANGAN TEMBUS AC DIELEKTRIK CAIR
A. TUJUAN
Banyak perlatan tegangan tinggi yang menggunakan dielektrik cair, karena kekuatan
dielektriknya jauh lebih tinggi dari pada kekuatan dielektrik udara atmosfir. Salah satu
peralatan yang menggunakan dielektrik cair adalah trafo daya disebut minyak trafo. Minyak
trafo yang banyak dijumpai di pasaran adalah merek “Shell Diala B”. Topik yang dibahas
dalam percobaan ini adalah mengukur faktor rugi-rugi dielektrik (Tg δ ) dan tegangan tembus
dielektrik cair “Shell Diala B” maupun “Total Isovoltine-II” .
B. TEORI
PENGUKURAN TEGANGAN TEMBUS MINYAK TRAFO
Didalam minyak trafo terdapat butiran-butiran atau serat-serat karena tiga hal, yakni :
1. Terjadinya oksidasi udara dengan minyak trafo
2. Karena belitan kumparan trafo mengandung serat-serat.
3. Karena adanya butir-butir besi yag berasal dari inti dan tanki trafo.
Setelah trafo beroperasi dalam jangka waktu panjang, maka butiran serta serat ini
dapat membentuk formasi jembatan yang bersifat konduktif. Terbentuknya jembatan ini dapat
menurunkan kekuatan dielektrik dari minyak trafo. Molekul udara yang terperangkap dalam
minyak juga dapat menurunkan kualitas isolasi minyak, karena molekul udara bersifat lebih
renggang dan memiliki tegangan tembus yang lebih rendah daripada molekul minyak.
Sehingga untuk level tegangan yang sama, suatu daerah pada minyak isolasi yang
mengandung udara akan mengalami ionisasi lebih dulu, yang mengawali terjadinya peluahan
sebagian (partial discharge) pada minyak isolasi.
Pada pengujian ini diperlukan kondisi minyak trafo yang bebas gelembung udara agar
pengujian yang dilakukan murni hanya untuk mengukur kekuatan dielektrik minyak
sehubungan dengan penuaan setelah pemakaian pada transformator daya.
C. P E R A L A T A N
1. Trafo Uji 100V20 kV, 50 Hz, 3 KVA 1 set
2. Multi meter 1 set
xxii
3. Elektroda Pengujian Bola-Bola Diameter 1-2 cm 1 pasang
4. Wadah Pengujian 1 pasang
5. Minyak Isolasi Baru dan Lama secukupny
a
6. Timer 1 unit
7. Kertas sebagai bahan dielektrik secukupny
a
8. Pengaduk Minyak 1 buah
AT
TU
220
VAC
Ground
Prosedur
1. Siapkan bejana penguji dan pastikan keadaan kosong dan tidak kotor/berair/berdebu!
2. Atur jarak sela elektroda penguji sejauh 2,5 mm!
3. Minyak trafo yang baru lalu dituang kedalam bejana dengan hati-hati sampai
ketinggian minyak mencapai garis batas.
4. Aduk untuk memastikan tidak ada lagi gelembung udara yang tertinggal didalamnya.
5. Pasang konduktor bejana ke elektroda trafo uji sesuai polaritasnya!
6. Pasang multimeter pada terminal tegangan trafo uji sesuai polaritasnya.
7. Nyalakan MCB autotrafo/trafo uji!
8. Pastikan nilai tegangan bernilai nol lalu nyalakan trafo uji!
xxiii
9. Lakukan pengujian dengan menaikkan tegangan secara bertahap dengan kecepatan
penaikan sebesar 1 kV/detik agar pengukuran akurat.
10. Ketika minyak mengalami tembus listrik, catat nilai tegangan yang tertera pada
multimeter, lalu turunkan tegangan dan matikan TU.
11. Aduk minyak untuk melarutkan zat hidrokarbon serta gelembung udara yang muncul.
12. Setelah minyak tampak bersih, kembali lakukan percobaan dari step ke 8 sampai 11
sebanyak 5 kali.
13. Ganti sampel minyak trafo dengan jenis lain yang lebih tua.
Tabel 6.1 Data Tembus Dielektrik Cair Kondisi Minyak Baru
Tegangan Tembus (kV)
1 2 3 4 5 Rata - Rata
Catatan : Jika harga rata-rata yang diperoleh sama dengan atau lebih besar daripada 25 kV,
maka kualitas minyak adalah baik!
14. Selanjutnya setelah selesai, kembalikan minyak yang telah dipakai ke tempatnya
masing-masing.
15. Matikan peralatan dan cabut multimeter!
xxiv
MODUL 6 DISTRIBUSI TEGANGAN ISOLATOR RANTAI
A. TUJUAN
Isolator rantai digunakan pada transmisi tegangan tinggi. Setiap unit isolator dapat
dianggap merupakan suatu kapasitor. Oleh karena itu, isolator rantai dapat dianggap
merupakan susunan dari beberapa unit kapasitor yang terhubung seri maupun paralel.
Akibatnya, jika isolator diberi tegangan AC, maka distribusi tegangan pada setiap unit isolator
tidak sama.
Percobaan ini bertujuan untuk menggambarkan distribusi tegangan pada isolator rantai
dan melihat pengaruh jumlah unit isolator terhadap distribusi tegangan dan efisiensi isolator
rantai.
B. TEORI
Isolator rantai adalah beberapa isolator piring yang diserikan. Karena suatu isolator
dapat dianggap merupakan suatu kapasitor maka jika beberapa isolator piring dirangkai
menjadi isolator rantai seperti pada gambar 9.5a, maka ditemukan tiga kelompok susunan
“konduktor-dielektrik-konduktor”, masing-masing dibentuk oleh :
xxv
Gambar 8.1 Pemodelan Isolator dan Distribusi Tegangannya
Nilai kapasitansi C1, C2, dan C3 sulit dihitung dengan tepat sehingga perhitungan
tegangan pada setiap unit isolator hasilnya kurang akurat. Karena itu distribusi tegangan pada
isolator rantai biasanya ditentukan dengan percobaan di laboratorium.
Pada Gambar 9.6 diperlihatkan suatu kapasitor yang terbuat dari plat sejajar. Jika suatu
kapasitor yang tebal dielektrik s, diberi tegangan bolak-balik V berfrekuensi f , sedangkan
efek medan pinggir pada kapasitor diabaikan, maka dielektrik kapasitor akan memikul medan
elektrik sebesar:
(9.1)
Elektroda dan dielektrik suatu kapasitor selalu dirancang sedemikian, sehingga kuat
medan elektriknya merata.
Suatu kapasitor plat sejajar mempunyai kapasitansi sebesar:
(9.2)
A
V
s
xxvi
Gambar 8.2 Pemodelan Kapasitor
Dimana
C = kapasitansi (farad)
Dalam hal ini, Amerupakan luas permukaan plat memiliki nilai tetap dengan sesuai
ukuran plat yang dipergunakan, dan nilai s tebal dielektrik sudah memiliki ketentuan jarak
sela tertentu. Oleh karena itu, nilai ε0 merupakan variabel yang kemungkinan dapat berubah
dan dapat mempengaruhi besar kapasitansi (C) dari kapasitor diatas. Pengaruh dapat terjadi
melalui kelembaban udara dan kandungan udara lain yang dapat mengubah permitivitas
C. PERALATAN
1. Trafo Uji 0-220V/100kV, 50 Hz, 5 KVA 1 unit
2. Elektroda Bola Standar (d = 5 cm) 1 set
3. Resistor Peredam 10 MΩ 1 unit
4. Isolator Rantai 10 gandengan
5. Gantungan Isolator Rantai 1 set
6. Termometer/Barometer 1 unit
7. Multimeter 1 unit
xxvii
8. Konduktor tegangan tinggi` secukupnya
Prosedur
1. Terminal A dihubungkan pada jepitan 10, sedang terminal B dihubungkan pada
jepitan 1.
2. Jarak sela bola dibuat 0.2 cm.
3. Saklar primer (S1) ditutup dan AT diatur hingga tegangan keluarannya nol.
4. Saklar sekunder (S2) ditutup.
5. Tegangan keluaran TU dinaikkan secara bertahap dengan kecepatan 1 kV/detik
sampai udara pada sela bola tembus listrik.
6. Saat terjadi tembus listrik, dicatat tegangan sekunder trafo uji dan saklar sekunder
(S2) segera dibuka.
7. AT diatur kembali hingga tegangan keluarannya nol.
8. Ulangi prosedur 5 s/d 9 sebanyak 4 kali lagi.
9. Prosedur di atas diulang untuk posisi terminal A tetap pada jepitan 10, tetapi
terminal B dipindahkan ke jepitan 2, 3, 4, 5, dan seterusnya hingga berakhir pada
jepitan 10.
10. Saat terminal A dan B bertemu pada jepitan 10 diukur tegangan tembus udara pada
sela elektroda.
11. Untuk melihat pengaruh jumlah unit isolator terhadap distribusi tegangan pada
unit-unit isolator rantai, jumlah unit isolator dibuat 8 unit. Hal ini dilakukan
dengan memindahkan terminal A ke jepitan 8. Kemudian dilakukan pengukuran
dengan prosedur seperti di atas.
xxviii
12. Data pengukuran disusun seperti Tabel 8.1 berikut!
Tabel 8.1
Untuk pengukuran dengan 10 buah isolator rantai
Nomor 1 2 3 4 5 Rata-
Isolator rata
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
Vbd (kV)
1 2 3 4 5 Rata-
Nomor Isolator rata
1
2
3
4
5
xxix
6
7
8
xxx
A. TUJUAN
Tujuan percobaan ini adalah untuk menguji ketahanan peralatan terhadap tegangan
lebih AC, yaitu tegangan frekuensi sistem yang besarnya di atas tegangan nominal peralatan.
Peralatan yang akan diuji adalah transformator distribusi dan kabel tegangan menengah.
B. TEORI
Pada saat terjadi gangguan hubung singkat satu fasa ke tanah, tegangan pada dua fase
sistm yang sehat (tidak teganggu) naik melebihi tegangan semula dengan frekuensi yang sama
dengan frekuensi sistem. Kenaikan tegangan ini tergantung pada metode pembumian sistem
dan dapat mencapai 1,73 kali tegangan semula. Tetapi sistem tenaga listrik selalu dilengakapi
dengan sistem proteksi arus lebih sehingga pemutus daya segera melokalisir jaringan yang
terganggu dan akibatnya tegangan jaringan kembali normal. Jadi kenaikan tegangan pada fasa
yang sehat berlangsung dalam waktu singkat, tergantung kepada setting waktu rele dan waktu
pembukaan kontak pemutus daya.
Kejadian diatas menunjukkan bahwa ada saatnya peralatan sistem tenaga listrik
memikul tegangan lebih frekuensi sistem dalam waktu terbatas. Oleh karena itu,
peralatanperalatan sistem tenaga listrik perlu diuji untuk melihat kemampuannya memikul
tegangan lebih frekuensi sistem dalam waktu terbatas.
xxxi
pengujian dilapangan dilakukan selama 10 menit. Menurut standard IEC,
tegangan pengujian ketahanan AC dilapangan adalah seperti yang ditunjukkan
oleh Tabel 10.1 berikut.
C. P E R A L AT A N
1. Trafo Uji 0-220V/100 kV, 50 Hz 1 unit 2. Trafo
Distribusi 20 KV, 50 Hz, 100 KVA 1 unit
3. Konduktor Tegangan Menengah 20 KV 1 unit
4. Multimeter 1 unit
5. Kabel pengujian secukupnya
B T
Kumparan
Tegangan
Tinggi TU
PT V
Kumparan CT V
Tegangan
Rendah
Prosedur
1. Untuk pengujian trafo semua terminal kumparan tinggi dihubungkan ke
terminal tegangan tinggi trafo uji, sedang semua terminal kumparan rendah
dan badan trafo dihubungkan ke bumi. Ini merupakan pengujian AC
terpisah.
2. Tegangan pengujian lama pengujian ditentukan dari spesifikasi yang
diberikan misalkan nilainya adalah Vs dan t.
3. Penghitung waktu (Timer) diset sesuai dengan waktu pengujian (t).
4. Saklar primer (S1) ditutup dan AT diatur hingga tegangan keluarannya nol.
5. Saklar sekunder (S2) ditutup.
6. Tegangan keluaran trafo uji dinaikkan secara bertahap dengan kecepatan 1
kV/detik sampai sama dengan tegangan pengujian (Vs). Saat tegangan
sekunder trafo uji mencapai Vs, penghitung waktu (T) dioperasikan
dengan menutup saklar ST.
7. Bila saklar sekunder (S2) tidak membuka setelah waktu t tercapai,
peralatan dinyatakan lolos uji, sebaliknya bila saklar itu membuka sebelum
waktu t tercapai, maka trafo dinyatakan tidak lolos uji!
8. Data pengujian disusun seperti tabel 10.1 berikut.
Hubungan
VUJI Kondisi
Terminal Teg.Tinggi –
Terminal Teg.Rendah
D.2 PENGUJIAN KETAHANAN AC KABEL
KABEL B
YANG T
TU
DIUJI
PT
V
CT
Kawat - Kawat
Kawat – Selubung