2
Laboratorium TTTPL Kampus UNSRI Indralaya
A. Metode Pengukuran Tegangan Tinggi Bolak-Balik Dengan Sela Bola
Pada gambar(1) diperlihatkan prinsip pengukuran tegangan puncak dengan
menggunakan susunan elektroda bola. Salah satu bola diketanahkan dan bola yang
lain diberi tegangan bolak-balik U(t).
3
Laboratorium TTTPL Kampus UNSRI Indralaya
P (273+t 0)
Kd= ……………………………………………….(2)
P 0 (273+t )
Dengan mengabaikan arus-arus yang mengalir pada cabang-cabang CM1 dan CM2,
maka didapatkan harga tegangan U2 sebagai berikut :
C4
U2 =
C1 + C 4 + C5
............................................................................(3)
Kapasitor CM2 diisi melalui dioda D2 sampai ke harga tegangan puncak dari U2 ke
U2 maks. Galvanometer G akan menunjukkan harga rata-rata dari UG dimana:
U G= U 2 maks + U 2
.................................................................................... (4)
Sedangkan
4
Laboratorium TTTPL Kampus UNSRI Indralaya
∞t
U t = U 1 maks . Sin
.................................................................................(5)
C4
U2 = (U t + U 1 maks )
C1 + C 4 + C5
C4
= U (1 − Sin ∞ t ) dt
C 1 + C 4 + C5 1 maks
Jadi :
1
T
C4
UG = ∫ +U ( 1 − Sin ∞ t ) dt
T C1 + C 4 + C5 1 maks
C4
= U 1 maks
C 1 + C 4 + C5 ........................................................................(6)
V. Prosedur Percobaan :
A. Pembangkit dan Pengukuran Tegangan Tinggi Bolak Balik
1. Rangkaian Percobaan :
5
Laboratorium TTTPL Kampus UNSRI Indralaya
TH = Transformator tegangan tinggi, 100 kV rms , 5 kVA
CST = Pembagi tegangan kapasitif, 100 kV rms , 500 pF
CWS = Bagian pengukuran dari pembagi tegangan kapasitif
SB = Voltmeter AC pada kontrol box
TSM = Pengukur arus AC pada sisi sekunder transformator tegangan tinggi
S = Sela bola
R6 = Tahanan peredam tegangan impuls
R7 = Tahanan peredam tegangan AC
F = Arrester
2. Kalibrasi
1. Catat temperatur dan tekanan udara sekeliling.
6
Laboratorium TTTPL Kampus UNSRI Indralaya
9. Bandingkan nilai yang ditunjukkan pada voltmeter.
5. Setelah percobaan seperti diatas dilakukan dengan semua elektroda, maka turunkan
tegangan sampai minimum dan matikan sumber listrik.
Catatan:
Untuk setiap elektroda, maka harga-harga lebar sela S harus sama
Jawaban :
1. SB / Voltmeter AC pada kontrol box bekerja berdasarkan prinsip bagi tegangan kapasitif.
Kapasitor CD dan CWS diberi tegangan puncak Vs, dimana karakteristik tegangan AC
berbentuk sinusoidal. CS dan CWS akan melepaskan muatannya melalui sela pada saat
tegangan puncak pelepasan . kapasitor telah mencapai harga tegangan tersebut, maka akan
terjadi flash over (loncatan bunga api) pada sela bola . Harga dari tegangan puncak pada
tegangan tembus sama dengan tegangan jatuh pada CWS yang terukur pada voltmeter SB.
7
Laboratorium TTTPL Kampus UNSRI Indralaya
Prinsip kerjanya menggunakan prinsip capasitor divider.
Cara kerja alat ukur tegangan SB adalah dengan mengikuti prinsip pembagi tegangan
kapasitif. Kapasitor CS dan CWS diberi tegangan puncak Vs, dimana karakteristik
tegangan AC berbentuk sinusoidal, CS dan CWS akan melepaskan muatan yang melalui
sela pada saat tegangan puncak pelepasan kapasitor telah mencapai harga tegangan
tersebut maka akan terjadi flash over pada sela bola.
3. A. Kegunaan arester :
Arester akan bekerja dengan tahanan linear jadi saat terjadu lonjakan, maka ia akan
memotong lonjakan arus tersebut sehingga alat akan normal kembali.
Menjaga kumparan tegangan rendah dari pengukuran perubahan tegangan yang besar
secara tiba-tiba pada saat melakukan percobaan.
Agar sisi belitan primer tidak terbakar akibat lonjakan pada saat terjadi tegangan
tembus.
5.Proses terjadinya tembus pada elektroda dan serta perbedaan antara elektroda-elektroda
tersebut :
Bila sisi primer transformator disuplai oleh tegangan, maka phasa sisi sekunder
terdapat tegangan yang besarnya dapat dilihat pada voltmeter. Pada sisi primer ini
terdapat dua ujung yang bermuatan listrik tidak sama. Apabila diantara kedua ujung diberi
sela yang kecil, maka akan terjadi perpindahan muatan listrik atau loncatan energi listrik.
8
Laboratorium TTTPL Kampus UNSRI Indralaya
Perpindahan muatan inilah yang menyebabkan tembus elektroda.
b) Elektroda Batang
Adanya ketidak homogenan membuat medanya lebih sedikit berbeda,
sehingga pembentukan avalanche lebih lambat. Tegangan tembus pada elektroda
batang akan lebih besar daripada tegangan tembus elektroda jarum.
c) Elektroda Piring
Proses tembus udara diantara dua elektroda terjadi melalui proses ionisasi
tumbukan dari molekul yang jumlahnya bertambah secara eksponensial. Oleh karena
itu, elektroda ini mempunyai medan yang homogenyang berarti tembus pada
elektroda piring lebih sulit dan membutuhkan tegangan tembus yang besar.
d) Elektroda bola
Kuat medan yang terbentuk pada elektroda bola belum hampir merata. Hal ini
menyebabkan diperlukannya muatan yang cukup besar terkumpul pada sekitar
elektroda untuk menghasilkan tegangan tembus.
9
Laboratorium TTTPL Kampus UNSRI Indralaya
VII. Data Hasil Percobaan
10
Laboratorium TTTPL Kampus UNSRI Indralaya
Arus Suhu (
Tegangan
Jarak Waktu Arus Primer Sekunder Tekanan Kelembaban ℃)
Tembus
(mm) (s) (A) (mA) (Atm) (%)
(kV)
58 22 9 3,1 985 83 26
4 59 23 9 3 985 83 26
61 23 9 3 985 83 26
55 23 9 3,2 985 83 26
6 54 23 9 3,2 985 83 26
54 24 9 3,1 985 83 26
57 26 9 3,3 985 83 26
56 26 9 3,2 985 83 26
8
3,2 985 26
53 27 9 83
11
Laboratorium TTTPL Kampus UNSRI Indralaya
1. Tegangan Tembus Pada Jarak 4 mm
V 1+ V 2+ V 3 22+23+23
a. V s rata−rata= =
3 3
V s rata −rata=22,67 kV
b. ∆ V s rata−rata=
|V 1−V s rata−rata|+|V 2−V s rata −rata|+|V 3−V s rata−rata|
3
|22−22,67|+|23−22,67|+|23−22,67|
¿
3
= 22,67+ 0,443=23,113 kV
∆ V s rata −rata
d. Kesalahan Relatif ¿ ×100 %
V s rata−rata
0,443
¿ ×100 %
22,67
¿ 1,95 %
12
Laboratorium TTTPL Kampus UNSRI Indralaya
2. Tegangan Tembus Pada Jarak 6 mm
V 1+ V 2+ V 3 23+23+ 24
a. V s rata−rata= =
3 3
V s rata −rata=23,33 kV
b. ∆ V s rata−rata=
|V 1−V s rata−rata|+|V 2−V s rata −rata|+|V 3−V s rata−rata|
3
|23−23,33|+|23−23,33|+|24−23,33|
¿
3
= 23,33+0,443=23,773 kV
∆ V s rata −rata
d. Kesalahan Relatif ¿ ×100 %
V s rata−rata
0,443
¿ ×100 %
23,33
¿ 1,89 %
13
Laboratorium TTTPL Kampus UNSRI Indralaya
3. Tegangan Tembus Pada Jarak 8 mm
V 1+ V 2+ V 3 26+ 26+27
a. V s rata−rata= =
3 3
V s rata −rata=26,33 kV
b. ∆ V s rata−rata=
|V 1−V s rata−rata|+|V 2−V s rata −rata|+|V 3−V s rata−rata|
3
|26−26,33|+|26−26,33|+|27−26,33|
¿
3
= 26,33+0,443=26,773 kV
∆ V s rata −rata
d. Kesalahan Relatif ¿ ×100 %
V s rata−rata
0,443
¿ ×100 %
26,33
¿ 1,68 %
14
Laboratorium TTTPL Kampus UNSRI Indralaya
Grafik Tegangan Tembus Terhadap Jarak sela
27
26
25
24
23
22
21
20
4 6 8
15
Laboratorium TTTPL Kampus UNSRI Indralaya
IX. Analisa Hasil Percobaan
Pada Praktikum kali ini membahas mengenai Tegangan Tinggi Arus Bolak Balik,dimana pada
percobaan kali ini kami mengukur batas tegangan tembus dari kedua elektroda yang didekatkan.
Untuk setiap percobaan yang dilakukan yaitu sebanyak tiga kali dengan menggunakan masing-
masing jarak nya yaitu 4 mm, 6mm , dan 8mm. Adapun parameter yang kami uji pada percobaan
ini antara lain suhu, kelembaban, tekanan, arus sekunder, arus primer, tegangan tembus serta
lama waktu terjadinya. Pada percobaan ini kami menggunakan parameter seperti Arus Primer,
Tekanan, Kelembaban dan Suhu yang sama pada setiap percobaan yaitu berturut-turut sebesar 9
Ampere untuk Arus primer, 985 Atm untuk Tekanan, 83 % kelembaban dan dengan Suhu 26 ̊C
pada area lingkungan percobaan. Percobaan pertama yaitu menggunakan elektroda bola dengan
jarak 4 mm. Dalam waktu 58 sekon, 69 sekon, dan 61 sekon dihasilkan nilai tegangan tembus
masing-masing sebesar 22 kV, 23 kV, dan 23 kV. Selanjutnya untuk nilai Arus sekunder masing-
masing yaitu sebesar 3,1 mA,3 mA, dan 3 mA. Kemudian untuk percobaan kedua yaitu
menggunakan elektroda bola dengan jarak sebesar 6 mm. Dalam waktu 55 sekon, 54 sekon, dan
54 sekon berturut-turut dihasilkan Tegangan tembus nya sebesar 23 kV, 23 kV, dan 24
kV.selanjutnya untuk Arus sekunder nya berturut-turut sebesar 3,2 mA, 3,2 mA, dan 3,1 mA.
Dan percobaan terakhir yaitu menggunakan elektroda bola dengan jarak sebesar 8 mm. Kami
memperoleh nilai tegangan tembus berturut-turut sebesar 26 kV, 26 kV, 27 kV dan diperoleh
nilai arus sekunder yaitu sebesar 3,3 mA, 3,2 mA, dan 3,2 mA dengan lama waktu yang
didapatkan yaitu 57 sekon, 56 sekon, dan 53 sekon. Berdasarkan dari data percobaan yang
dilakukan dapat diketahui bahwa walaupun jarak antar elektroda yang digunakan semakin besar
tetapi nilai tegangan tembusnya tetap bernilai konstan, dan nilai arus sekunder nya pun cenderun
g bernilai konstan dengan jarak berbeda-beda antar elektroda yang digunakan , hal ini dapat
terjadi karena adanya pengaruh dari kelembaban ruangan itu sendiri. Kelembaban pada suatu
tempat tergantung pada suhu yang menentukan kapasitas udara untuk meanmpung uap air serta k
andungan uap air actual ditempat tersebut. Selain itu beberapa faktor seperti temperatur,
tekanan ,dan kelembaban yang terdapat pada area percobaan sekitar mempengaruhi besar
16
Laboratorium TTTPL Kampus UNSRI Indralaya
kecilnya nilai dari tegangan tembus tersebut. Kemudian adapun faktor lain yaitu faktor
kebersihan elektroda, dimana kebersihan elektroda ini akan mempengaruhi besar atau kecilnya
nilai tegangan tembus yang terjadi.
X. Kesimpulan
1. Besar atau kecilnya suatu tembus tegangan dipengaruhi oleh jarak antar kedua elektroda,jika
semakin besar jarak antar kedua elektroda, maka semakin besar pula tembus tegangan yang
dihasilkan dan sebaliknya.
2. Arus sekunder akan semakin besar apabila jarak antara kedua elektrodanya semakin besar
dan sebaliknya, arus sekunder akan semakin kecil jika jarak antar kedua elektroda nya kecil
4. Lamanya waktu terjadinya tembus berdasarkan dari besar atau kecilnya jarak antar kedua
elektroda yang digunakan.
17
Laboratorium TTTPL Kampus UNSRI Indralaya
PERCOBAAN II
18
Laboratorium TTTPL Kampus UNSRI Indralaya
IV. Teori Dasar :
Tegangan tinggi arus searah banyak juga digunakan dalam bidang fisika
(accelator, mikroskop electron), kedokteran (sinar-X), Industri, Komunikasi (televisi,
pemancar radio) dan sebagainya. Dalam publikasi IEC 60-2 dan standarisasi IEEE, 4-
1978, dinyatakan bahwa harga dari suatu tegangan tinggi arus searah untuk pengujian,
didefinisikan sebagai harga-harga aritmatik yang dinyatakan sebagai U dan dapat
diturunkan dari persamaan berikut:
T
1
U= ∫ U ( t ) dt
T 0
Dimana :
1
f=
T
19
Laboratorium TTTPL Kampus UNSRI Indralaya
Pengaruh adanya “ripple” ini dinyatakan dalam factor “ripple” yang
didefinisikan sebagai perbandingan antara amplitude “ripple” terhadap harga rata=rata
atau
λU
Faktor Ripple= x 100 %
U
20
Laboratorium TTTPL Kampus UNSRI Indralaya
Gambar 2. Bentuk Gelombang Tegangan
Bila kapasitor perata C tidak digunakan maka bentuk gelombang tegangan beban
U0 (t) pada interval pelaluan, dimana dioda D bekerja, akan mengikuti bentuk gelombang sumber
U0 (t) = 0. Hal ini menghasilkan λU yang besar.
I
λU =
2 fC
Dan :U 0 =U−λU
U 0 =hargategangan awal
Rangkaian pelipat ganda Greinacher dapat dilihat pada gambar (3), yang adalah
merupakan suatu susunan cascade yang terdiri dari n tingkat rangkaian pengganda.
21
Laboratorium TTTPL Kampus UNSRI Indralaya
Gambar 3. Rangkaian cascade pelipat ganda Greinacher
tut
22
Laboratorium TTTPL Kampus UNSRI Indralaya
Gambar 4. Kurva-Kurva V(t) = tegangan sumber bolak balik dan
V 0(t) = tegangan keluaran penyearah Greinacher
Selain timbul ripple λU , Maka terjadi juga penurunan harga puncak U 0maks, bila
arus I > 0. Selisih antara tegangan maksimum dari U 0 pada I = 0 dengan harga rata-rata U 0(t)
pada I > 0 dinyatakan sebagai jatuh tegangan ∆ U 0 ini dapat ditentukan berdasarkan rumus
rumus sebagai berikut :
λU =
[
1 1 2 3
+ + +…+
2 f C1 C 2 C3
n
Cn ]
Untuk harga C 1=C2 =C3=… Cn
Didapatkan :
ln(n+1)
λU =
4 fC
1
Untuk C n= C n dan C n=C n−1=C n−1 … C1 =C1
2
Akan didapatkan :
λU = [
1 2 n3 n2 n
fC 3
+ +
4 12 ]
Harga maksimum
U0 maks = 2n maks - ∆ U 0+ λU
Jadi :
U0maks = 2n Umaks - [
1 2 n3 n
fC 3 6
+ ]
n
Untuk n = 4 maka dapat diabaikan sehingga diperoleh :
6
23
Laboratorium TTTPL Kampus UNSRI Indralaya
3
2n I
U0maks = 2 n U maks−
3 fC
no=
√ U maks . F . C
I
Metode ini menentukan harga puncak dari tegangan searah. Pelaksanaan dari metode ini
sama dengan yang dilakukan untuk menentukan tegangan tinggi bolak balik (Lihat
Percobaan I)
Tegangan tinggi U yang akan diukur dibagi menjadi 2 bagian dengan menggunakan 2
tahanan R1 dan R2 dimana R1 >> R2. Dengan mengabaikan arus I yang masuk ke
voltmeter, maka akan diperoleh penunjukkan U0 yang harganya dapat ditentukan sebagai
berikut :
R2
Uo= U
R1 + R2
R2
U= Uo
R1 + R2
24
Laboratorium TTTPL Kampus UNSRI Indralaya
Gambar 5. Pembagi Tegangan Resistif
Walaupun tegangan searah yang dihasilkan dalam keadaan berbeban ini berubah-ubah
secara periodik terhadap waktu, tetapi perubahan ini jauh lebih kecil dibandingkan dengan
tegangan bolak balik, sehingga untuk suatu jarak sela tertentu dari suatu susunan elektroda
dan untuk harga tegangan tertentu, kemungkinan terjadinya tembus lebih besar pada
tegangan searah dibanding dengan tegangan bolak balik.
Lengkapi gambar
Tegangan tembus adalah lebih besar pada susunan elektroda dimana jarum positif untuk setiap
jarak (sela) tertentu.
25
Laboratorium TTTPL Kampus UNSRI Indralaya
V. Prosedur Percobaan :
A.1 Buat rangkaian percobaan seperti gambar (7) dibawah ini, tanpa TO
Gambar 7
3. Naikkan secara bertahap tegangan SM1 dan catat pula harga harga tegangan SM1 dan SM2
setiap tahap.
26
Laboratorium TTTPL Kampus UNSRI Indralaya
Gambar 8
27
Laboratorium TTTPL Kampus UNSRI Indralaya
VI. Pertanyaan dan Tugas
1. Buat Tabel Data Hasil Percobaan Nilai Tegangan & Arus yang terhitung dari
pengukuran elektroda
2. Buat Kurva Tegangan Tembus dari setiap kombinasi elektroda
3. Manakah kombinasi elektroda yang paling cepat mencapai tegangan tembus,
mengapa bisa terjadi
Jawaban:
1. Tabel Data Hasil Percobaan Nilai Tegangan & Arus pada Pengukuran Elektroda.
1. Jarak 1 mm
Elektroda Tegangan (KV) Arus (mA)
Jarum – Piring 2 10
2 10
3 12
Rata - rata 2.33 10.6
Jarum – Bola 3 10
3 12
4 19
Rata – rata 3.3 13.66
Piring – Bola 2 2
2 2
3 14
Rata – rata 2.33 6
Piring – Batang 2 12
2 14
3 16
Rata – rata 2.66 14
2. Jarak 1,5 mm
Elektroda Tegangan (KV) Arus (mA)
Jarum – Piring 2 11
3 18
3.5 16
28
Laboratorium TTTPL Kampus UNSRI Indralaya
Rata - rata 2.83 15
Jarum – Bola 2 14
3 16
3,5 8
Rata – rata 2.83 12.66
Piring – Bola 2 16
3 18
4 20
Rata – rata 3 18
Piring – Batang 2 13
2 14
3 14
Rata – rata 2.33 13.66
3. Jarak 2 mm
Elektroda Tegangan (KV) Arus (mA)
Jarum – Piring 3 12
3 13
4 17
Rata - rata 3.33 14
Jarum – Bola 3 10
2 14
3.5 18
Rata – rata 3.3 14
Piring – Bola 5 25
5 29
6 29
Rata – rata 5.33 27.33
Piring – Batang 5 22
5 23
5 25
5 26.6
4. Jarak 2.5 mm
Elektroda Tegangan (KV) Arus (mA)
Jarum – Piring 3 12
3 15
3 16
Rata - rata 3 14.3
29
Laboratorium TTTPL Kampus UNSRI Indralaya
Jarum – Bola 4 14
4 16
3 16
Rata – rata 3.6 15.3
Piring – Bola 7 42
7 40
7 38
Rata – rata 7 40
Piring – Batang 5 26
5 27
5 25
Rata – rata 5 26
30
Laboratorium TTTPL Kampus UNSRI Indralaya
c) Grafik Tegangan Tembus dari kombinasi Elektroda Piring - Bola
31
Laboratorium TTTPL Kampus UNSRI Indralaya
3. Kombinasi Jarum-Piring merupakan kombinasi elektroda yang paling cepat
mencapai tegangan tembus, karena pada kombinasi ini memiliki rata-rata tegangan
tembus yang terkecil dibandingkan kombinasi elektroda lainnya yang mana dihitung
pada jarak 1 mm, 1,5 mm, 2 mm dan 2,5 mm. Maka karena kombinasi ini memiliki
rata-rata Vtembusnya yang paling kecil sehingga ketika diberikan tegangan tertentu
akan lebih dulu terjadi tegangan tembus dibandingkan kombinasi lainnya.
Adapun Teori yang mendukung yang menyatakan jika kombinasi elektroda jarum-
piring mencapai tegangan tembus lebih cepat dibanding kombinasi lainnya yaitu
karena pada kombinasi elektroda Jarum - Piring ini memiliki kerapatan medan listrik
yang paling rapat jika kita bandingkan dengan kombinasi lainnya, sehingga otomatis
nilai Medan (E) nya pasti lebih besar, yang mana menyebabkan nilai percepatan (a)
elektron menjadi lebih besar dan mempercepat kemungkinan terjadi nya proses
ionisasi dan terjadi lah tegangan tembus tersebut.
32
Laboratorium TTTPL Kampus UNSRI Indralaya
VII. Analisa Hasil Percobaan
Pada Praktikum kali ini kami melakukan percobaan mengenai tegangan tembus pada
kombinasi dari empat jenis elektroda yang berbeda yaitu bentuk jarum,piring,bola,dan
batang. Pada percobaan kali ini dilakukan pengambilan data sebanyak 3 kali dan mengambil
rata-rata nya pada setiap kombinasi elektroda dengan menggunakan jarak 1mm, 1,5 mm , 2
mm, dan 2,5mm agar mendapatkan nilai data yang lebih akurat. Kombinasi elektroda yang
kami gunakan yaitu kombinasi elektroda Jarum - Piring, kombinasi elektroda Jarum - Bola,
kombinasi elektroda Piring- Bola, dan kombinasi elektroda Piring - Batang. Pada praktikum
ini juga kami menggunakan Trafo AC dikarenakan lebih simple & praktis digunakan, karena
jika memakai DC akan memakan waktu yang lebih lama dan rumit karena harus merangkai
rangkaian kembali. Lanjut ke percobaan, parameter yang kami ukur pada percobaan ini
adalah tegangan tembus (KV) dan arus (mA), dengan memperhatikan temperatur dan
tekanan udara pada sekeliling ruangan percobaan. Pada pecobaan pertama yaitu
menggunakan kombinasi elektroda jarum- piring, kami memperoleh nilai rata-rata tegangan
yaitu sebesar 3 kV dengan rata-rata arus yaitu sebesar 14,3 mA. Lanjut pada percobaan
kedua yaitu menggunakan kombinasi elektroda jarum-bola, kami memperoleh nilai rata-rata
33
Laboratorium TTTPL Kampus UNSRI Indralaya
tegangan nya yaitu sebesar 3,6 kV dengan nilai arus rata-rata sebesar 15,3 mA. Kemudian
pada percobaan ketiga menggunakan kombinasi elektroda piring - bola, kami memperoleh
nilai rata-rata tegangan sebesar 7 kV dengan nilai arus rata-rata sebesar 40 mA. Dan pada
percobaan terakhir menggunakan kombinasi elektroda piring - batang dan diperoleh nilai
rata-rata tegangan tembus sebesar 5 kV dengan nilai arus rata-rata yaitu sebesar 26 mA.
Berdasarkan data yang diperoleh tersebut kombinasi elektroda yang paling cepat mengalami
tegangan tembus adalah kombinasi elektroda jarum-piring karena memiliki nilai
Vtembusnya paling kecil dibandingkan kombinasi elektroda lainnya sehingga kombinasi
elektroda ini paling cepat mengalami tegangan tembus. Selain itu, pada data ada yang tidak
sesuai dengan teori, menurut teori jika jarak antar elektroda semakin besar, Vtembus
semakin besar. Namun pada data contohnya pada jarak 2mm ke jarak 2,5mm,dimana pada
jarum-piring nilai tegangan tembusnya malah mengalami penurunan,yaitu dri 3,33kV ke 3
kV yang semestinya nilai V harus naik. Faktor yang menyebabkan errornya yaitu mungkin
terjadi kesalahan saat pembacaan indikator saat mengambil data maupun karena bahan
elektroda yang digunakan sudah tidak fresh lagi (sudah mengalami beberapa pengujian).
VIII. Kesimpulan
1. Jarak antar elektroda mempengaruhi besar kecilnya tegangan tembus, jika jarak sela
elektroda semakin besar maka tegangan tembusnya juga akan semakin besar dan
sebaliknya.
2. Kombinasi Elektroda Jarum-Piring memiliki nilai tembus yang paling kecil
dibandingkan bentuk kombinasi Elektroda yang lainnya.
3. Besar kecilnya nilai tegangan tembus tergantung dari bentuk Elektroda nya.
34
Laboratorium TTTPL Kampus UNSRI Indralaya
LAMPIRAN ALAT
1. Praktikum 1
35
Laboratorium TTTPL Kampus UNSRI Indralaya
Multi Test Set Control Module Barometer
2. Praktikum 2
36
Laboratorium TTTPL Kampus UNSRI Indralaya
Elektroda Bola Instrumen Ukur dan Kontrol Box
LAMPIRAN GRAFIK
1. Praktikum 1
37
Laboratorium TTTPL Kampus UNSRI Indralaya
Grafik Tegangan Tembus Terhadap Jarak sela
27
26
25
24
23
22
21
20
4 6 8
38
Laboratorium TTTPL Kampus UNSRI Indralaya
39
Laboratorium TTTPL Kampus UNSRI Indralaya