Anda di halaman 1dari 8

KETERKAITAN UU DAN PERMEN

TERHADAP PENGELOLAAN EKOWISATA


RACHMADANI NUCHA AYUNINGRUM | 195080400111004
UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA
NOMOR 10 TAHUN 2009
Undang-undang yang menjelaskan tentang
kepariwisataan dengan membahas beberapa
masalah terkait Sarana Prasarana, Sumber
daya manusia, Kebijakan dalam skala daerah,
Pembangunan pariwisata, Investasi,
Pengelolaan dan pelestarian lingkungan
tempat wisata, Penegakan hukum, dan lain-
lain

2
Pasal 1 Pasal 13 (4) Pasal 14 (K)
Dijelaskan dalam pasal 13 (4) bahwa Dijelaskan dalam pasal 14 (K)
Kawasan dari tempat pariwisata khusus bahwa yang dimaksud sebagai
Pada ayat 1-4 dijelaskan definisi harus ditetapkan undang-undang untuk usaha jasa pramuwisata adalah
atau batasan yang membahasa menjaga kelestarian dari tempat usaha yang menyediakan
wisata, wisatawan, pariwisata dan tersebut. Namun adanya perbedaan dan/atau mengoordinasikan
kepariwisataan. Hal tersebut harus penafsiran antara pemerintah pusat tenaga pemandu wisata untuk
ditinjau secara mendalam supaya dengan pemerintah daerah. Kementerian memenuhi kebutuhan wisatawan
tidak terjadinya kesalahpahaman Pariwisata (Kemenpar) saat ini pun tidak dan/atau kebutuhan biro
yang membuat ketumpang menetapkan kaparsus. Terdapat perjalanan.
tindihan. Hal tersebut berbeda kesulitan menetapkan kaparsus karena
dengan istilah yang terdapat dalam posisi kepariwisataan yang hanya urusan
bahasa Inggris yang hanya pemerintahan pilihan
menggunakan satu istilah saja yaitu
tourism untuk menggambarkan
keempat istilah tersebut. Oleh Pasal 25
karena itu pasal-pasal tersebut Dijelaskan dalam pasal 25 bahwa wisatawan yang datang berkewajiban untuk menjaga
harus dirumuskan secara jelas agar serta menghormati norma yang ada pada tempat mereka singgahi, karena kehadiran
sesuai dengan asas kejelasan wisatawan ini di satu sisi memberi dampak positif bagi warga lokal, tetapi juga tak
rumusan yang diatur dalam UU jarang membawa dampak negatif bagi keberlangsungan nilai yang hidup di
Pembentukan Peraturan masyarakat.
Perundang-undangan.
3
PERATURAN MENTERI DALAM
NEGERI NOMOR 33 TAHUN 2009

Peraturan yang membahas mengenai


definisi hingga pembahasan
pengembangan ekowisata secara
mendetail.

4
Pasal 1 (1) dan (2) Pasal 3 Pasal 9
Dijelaskan dalam pasal 3 mengenai Pada pasal 9 dijabarkan mengenai
prinsip dari pengembangan suatu pelaku dari pemanfaatan ekowisata
Pada pasal 1 ayat 1 ini menjelaskan ekowisata meliputi : tersebut yaitu,
mengenai definisi dari ekowisata. a. Kesesuaian antara jenis dan 1. Perseorangan dan atau badan
Dan pada ayat 2 dijelaskan karakteristik hukum, pemanfaatan yang
mengenai pengembangan dari b. Konservasi dilakukan harus dikerjasamakan
ekowisata sendiri. c. Ekonomis dengan pemerintah daerah lainnya
d. Edukasi dan/atau pemerintah sesuai dengan
e. Kepuasan dan pengalaman kepada ketentuan perundang-undangan
pengungjung 2. Pemerintah daerah, pemanfaatan
Pasal 25 f. Pertisipasi masyarakat yang dilakukan dapat
dikerjasamakan dengan pemerintah
Dijelaskan dalam pasal 25 mengenai daerah lainnya dan/atau
pendanaan yang dilakukan dalam pemerintah sesuai dengan
pengembangan ekowisata tersebut ketentuan peraturan perundang-
berasal dari, 1) APBN; 2) APBD undangan.
Provinsi dan sumber lain yang sah
dan tidak mengikat; 3) APBD
Kabupaten/Kota dan sumber
lainnya yang sah dan tidak
mengikat.
5
PERATURAN MENTERI PARIWISATA
REPUBLIK INDONESIA NOMOR 14
TAHUN 2016
Peraturan ini menetapkan bertujuan untuk memberikan
acuan yang komprehensif mengenai pengelolaan
destinasi pariwisata secara berkelanjutan, sehingga
terwujud pengelolaan perlindungan, pemanfaatan dan
pengembangan kawasan sebagai destinasi pariwisata
yang berkelanjutan.

6
Pasal 4
Pada pasal 4 ditetapkan bahwa
dalam menentukan destinasi
pariwisata berkelanjutan perlu
adanya rekomendasi dari Tim
Ahli
Pasal 5
Pada pasal 5 ditetapkan
bahwa dalam menentukan
destinasi pariwisata
berkelanjutan perlu adanya
proses penilaian.

7
CONCLUSION
Dalam melakukan pengembangan wisata secara berkelanjutan pemerintah menetapkan beberapa peraturan
dan undang-undang yang dapat mengatur jalannya kegiatan pengembangan tersebut. Dengan adanya
peraturan dan undang-undang tersebut dapat mewujudkan pengelolaan perlindungan, pemanfaatan dan
pengembangan kawasan sebagai destinasi pariwisata yang menarik, berdaya saing dan berkelanjutan.

Anda mungkin juga menyukai