SEJARAH FARMAKOLOGI :
Manusia prasejarah Khasiat / Toksik dari tanaman, hewan dan mineral (catatan
tertulis maupun tradisi di Cina, Mesir, India) walaupun sebagian besar tidak
bermanfaat, bahkan merugikan.
Ada upaya sporadis utk memperkenalkan Metode Rasional dalam Pengobatan Tdk
ada yang berhasil, karena dominasi sistem pikir (semua fenomena biologis dan
penyakit dijelaskan tanpa eksperimen dan pengamatan)
Sekitar abad 17 budaya eksperimen dan pengamatan di Inggris dan Benua Eropa
thd efek obat tradisional (Materia Medica cikal bakal farmakologi), minus
Mekanisme Kerja Obat (belum ada metode pemurnian bahan aktif dari bahan
mentah).
Abad 20, banyak dilakukan studi ilmiah ttg Farmakogenetika seiring dengan
perkembangan yg pesat dari Industri Farmasi.
Penemuan Interaksi Agonis dengan Antagonis serta bbrp obat yang disintesa
dalam tubuh (spt Hormon) atau Xenobiotik (xenos : asing) yg tdk dapt disintesa
oleh tubuh.
Dari sisi Farmasi, dikaji ttg : sifat fisik obat, ukuran obat , bentuk obat, reaktivitasi
obat dan desain obat yang rasional
Kebanyakan obat yg digunakan pada masa lalu berasal dari tanaman, metode
coba-coba (empiris) dapat pengalaman disimpan/dibukukan
dikembangkan (Jamu Obat Herbal Fitofarmaka).
Selain itu juga berasal dari alat ilmu sihir, kosmetik, racun (striknin, kurare)
Farmakognosi/Fitokimia (pelajari tumbuhan atau bahan lain sebagai sumber obat
dan kandungan kimia dalam tumbuhan)
- Daun Jambu (Psidium guajava) mengandung TANIN yang berfungsi menyerap
cairan Anti DIARE
- Daun TAPAK DARA (Vinca roseus) mengandung VINKRISTIN Anti Kanker,
Akarnya mengandung RESERPIN Antihipertensi
Farmakologi Klinik/Farmakoterapi
FARMAKOKINETIK = Reaksi tubuh terhadap obat, ABSORPSI—DISTRIBUSI--
METABOLISME/BIOTRANSFORMASI--EKSKRESI;
FARMAKODINAMIK = Efek Biokimia dan Fisiologi obat serta Mekanisme Kerjanya)
Mendiagnosis Penyakit
- Penggunaan GYNAECOSID untuk mendeteksi adanya kehamilan
Mencegah Penyakit
- Penggunaan beberapa vitamin
Mengobati Penyakit dan Gejala Penyakit
- Klorokuin mengobati Malaria
Memulihkan Kesehatan
- Vitamin, Mineral
Alat Kontrasepsi
HAKEKAT OBAT ADALAH
RACUN !
Tepat DIAGNOSIS
Tepat LAMA PEMBERIAN
Tepat INDIKASI
Tepat PASIEN
Tepat JENIS OBAT
Tepat INFORMASI
Tepat DOSIS OBAT
Tepat TINDAK LANJUT
Tepat CARA PEMBERIAN
PENGGOLONGAN
OBAT
• OBAT BEBAS
(Dijual Bebas, dapat diperoleh di mana saja)
OBAT PATEN
Adalah Obat yang diproduksi dengan Nama
yang diberikan oleh pabrik pembuatnya.
Di dalam tubuh, Obat akan mengalami ABSORPSI, DISTRIBUSI dan pengikatan agar
sampai di tempat kerja obat (Reseptor) sehingga memberikan EFEK. Selanjutnya,
dengan atau tanpa mengalami METABOLISME, obat dikeluarkan (EKSKRESI) dari
dalam tubuh.
OBAT
Tubuh
Kerja
Eliminasi & Farmakologis
Ekskresi (target site,
reseptor)
Efek
DIFUSI PASIF; Obat harus berada dlm larutan air pd permukaan membran sel, berge-
rak dari kadar yang tinggi ke kadar yang rendah (tanpa energi). Jika bersifat Non Elektrolit,
langsung melintasi membran. Jika elektrolit lemah harus terionisasi, menempati kedua sisi
membran dan akhirnya Melintasi Membran melalui Kanal Hidrofilik (Absorpsi obat stlh
pemberian parenteral, Filtrasi Glomerulus di Ginjal).
TRANSPORT AKTIF; Obat bergerak melewati membran melawan perbedaan kadar/poten-
sial, sehingga bersifat SELEKTIF dan mempunyai kapasitas maksimal/Saturasi (pada sel
saraf dan berlangsung di tubuli ginjal dan hati.
PINOSITOSIS; Membentuk vesikel untuk melewatkan makromolekul seperti Protein
DIFUSI DIPERMUDAH; Mengikuti prinsip DIFUSI PASIF tetapi memerlukan pembawa
yang merupakan komponen membran sel, Bersifat SELEKTIF.
Bentuk Sediaan Obat
kadar
waktu
ONSET == Mula kerja obat DURASI == Lama kerja obat
Faktor-faktor yang mempengaruhi
Bioavailabilitas/Absorpsi Obat
FAKTOR OBAT
Sifat Fisikokimia
pH lambung, Kondisi enzim pencernaan dan
Hati, Bentuk dan ukuran molekul, Kelarutan,
Derajat Ionisasi
Formulasi Obat
Keadaan fisik, Bahan tambahan
FAKTOR PENDERITA
pH saluran cerna, Kecepatan pengosongan lambung, waktu transit
dlm sal cerna, Kapasitas absorpsi dan Metabolisme, Perfusi saluran
cerna
AKUMULASI OBAT
Tulang Pb, Radium
Hati Quinakarin
Cairan Lambung Ob yg bersifat Basa
Jar. Lemak Tiopental Lemah
Albumin plasma Obat yg bersifat Glikoprotein Obat yg bersifat
Asam Basa
• Obat yg sangat larut dlm lemak akan segera mencapai kadar maksimal
dlm otak segera setelah disuntikkan secara IV, namun kadarnya dlm
darah cepat menurun akibat didifusi ke jaringan lain
• Distribusi obat ke SSP harus melewati Sawar Darah Otak, sehingga hrs
harus bersifat Senyawa Non-ionik
• Seperti sawar saluran cerna, Sawar Uri juga mudah dilewati hampir
semua (obat mudah masuk ke sirkulasi janin)
Distribusi obat dalam tubuh janin mencapai keseimbangan dengan darah
Ibu dalam waktu kl 40 menit.
FASE II :
- KONYUGASI
REAKSI - Direaksikan dengan Asam Glukoronat,
BIOTRANSFORMASI Sulfat, Asetat dan Asam Amino
- Menghasilkan zat yang lebih Polar,
dan Mudah diekskresi
ENZIM
INHIBITOR :
- Memperlambat aktivasi Enzim
- Fenitoin == Dikumarol
- Alopurinol == Merkaptopurin
• Faktor Genetika
==== Ras Ainu (Asetilator Cepat; membutuhkan dosis obat yang lebih
banyak dibanding Ras Eskimo (Asetilator Lambat)
• Penyakit Hati (Hepatotoksik, Sirosis Hepatitis), Dosis obat dikurangi
• Usia (umumnya terjadi pada bayi, Hiperbilirubinemia dengan resiko
Kernicterus, Keracunan Kloramfenikol atau Analgesik Opiat tertentu
CONTOH-CONTOH REAKSI
DEAMINASI OKSIDATIF
R-CH2NH2 R-COH + NH3
DEKARBOKSILASI
R1-CHR2-COOH R1-CH2-R2 + CO2
RESEPTOR
- Komponen membran plasma (Neurotransmitter dan Hormon Peptida)
- Menerima berita dari luar sel (dengan mengikat ZE yang sesuai), lalu menyam-
paikan secara langsung ke dalam sel, akhirnya memberi EFEK INTRASELULER
CONTOH :
RESEPTOR untuk berbagai Neurotransmitter seperti ASETILKOLIN,
GABA, GLISIN; berhubungan dengan KANAL ION. Jika Kanal Ion
terbuka, Potensial Membran akan berubah yang berefek :
- Perangsangan saraf/otot
- Penghambatan saraf/otot
RESEPTOR akan mengalami REFRAKTER (tak lagi merespon, walau masih ada
AGONIS), jika Reseptor terus menerus dirangsang (Obat asma ISOPROTERENOL)
Sedangkan jika rangsangan pada reseptor MENURUN; terjadi HIPERAKTIVITAS
atau SUPERSENSITIVITAS terhadap pemberian Agonis
INTERAKSI OBAT -- RESEPTOR
Ikatan yang terjadi antara OBAT dan RESEPTOR adlh
ikatan yang lemah (Ik. Kovalen, Kovalen Koordinat),
jarang terjadi Ikatan ION.
O + R OR EFEK
I. Terapi Kausal
Meniadakan/menghilangkan penyebab
penyakitnya, yakni memusnahkan
kuman/bakteri pengganggu.
Contoh:
- antibiotika & sulfa-sulfa
- antimalaria
- antivirus
- antijamur
- antiamoeba
- anticacing
33
II. Terapi Simtomatik
Meniadakan gejala sakit (panas, pusing, batuk,
mencret, nyeri sendi dll), tanpa mempengaruhi
penyebabnya.
Contoh:
- analgetika
- antipiretika
- antirematik
- antihipertensi
III. Terapi Substitusi/Pengganti
Menggantikan senyawa endogen tubuh yang
berkurang.
Contoh:
- insulin (untuk diabetes)
- tiroksin (abnormalitas tiroid)
- estrogen (abnormalitas ovarium pada menopause)
34
MACAM-MACAM DOSIS
1. Dosis tunggal:
Hanya sekali sehari. Untuk jenis obat yang umur
paruhnya (t½) panjang.
2. Dosis berulang:
Dalam sehari lebih dari sekali. Untuk jenis obat yang
umur paruhnya (t½) relatif pendek.
3. Dosis inisiasi:
Dosis awal yang diberikan pada awal terapi agar dapat
dicapai MEC secara cepat. Biasanya dosis ini relatif
tinggi, baru kemudian dilanjutkan dengan dosis
pemeliharaan.
4. Dosis maksimal:
Untuk senyawa obat yang dosis toksisnya dekat dengan
dosis efektifnya, karena bila terlewati, akan berbahaya.
5. Dosis letal:
Dosis yang mematikan. 35
KURVA DOSIS OBAT
Plasma TC,
Con. Toxic Con.
MEC,
Min.Effective
Con.
Waktu
Kuning = dosis kurang
Hijau = dosis tepat
Merah = dosis toksis 36
KURVA DOSIS PEMELIHARAAN
Konsentrasi
obat dalam
plasma darah MEC
Waktu
Dosis Dosis
inisiasi pemeliharaan
38
Rumus Augsberger, berdasar luas permukaan tubuh,
krn dengan rumus Young hasilnya terlalu rendah bagi
bayi usia > 12 bln.
2-12 bln = (m + 13)% dari D
1-11 thn = (4n + 20)% dari D
12-16 thn = (5n + 10)% dari D
m = usia dalam bulan
3.Luas Permukaan Tubuh
a. Merupakan cara perhitungan yang paling tepat, krn
diduga ada hubungan langsung antara luas permukaan
tubuh dengan kecepatan metabolismenya.
b. Namun pada prakteknya, cara ini kurang diminati karena
dianggap kurang praktis, shg cara ini bnyak ditinggalkan
c. Kemudian dibuat suatu tabel yang menghubungkan
antara usia dengan bobot badan, yang disebut :
Tabel Prosentuil dari Denekamp
39
TUJUAN
PENENTUAN DOSIS
1. Untuk mencapai target site, serta untuk
pemeliharaan konsentrasinya di dalam
jaringan target tersebut, sehingga kerja
utama tercapai.
2. Mempertimbangkan kerja-kerja yang tidak
diinginkan:
a. Efek samping (negatif)
b. Kerja tambahan/sekunder (positif)
c. Kerja toksik (negatif)
40
Efek samping
keadaan/efek yang ditimbulkan oleh obat dalam selang
dosis terapi, di luar efek utamanya (efek yg diharapkn)
Contoh:
- Obat batuk → ngantuk
- Obat jantung digoksin → mual
Kerja tambahan/sekunder
Umumnya obat memiliki lebih dari satu khasiat/kerja,
tetapi yang dimanfaatkan sebagai obat adalah yang
paling dominan. Oleh karenanya kerja/khasiat lainnya
disebut sebagai kerja tambahan
Contoh:
- Atropin → sbg premedikasi anestesi, tapi mampu menekan
tremor pada penyakit parkinson
- antihistamin → sbg antialergik, tapi juga memiliki kerja sedatif
(ngantuk)
Kerja Toksik
Dalam batas dosis tertentu/toksis berkerja toksik.
UKURAN KEAMANAN
SUATU OBAT
100 %
Indeks Terapi
LD50
50 % = ------
ED50
Dosis
ED50 ↔ LD50
Luas Terapi