HIPOFISIS
Thabrani Putra
ANATOMI HIPOFISIS
Kelenjar hipofisis terletak pada dasar tengkorak yaitu pada
konvavitas berbentuk sadel dari tulang sphenoid yang disebut
sella turcica ("Turkish saddle"). Superior dari kelenjar
hipofisis terdapat diaphragma sella, yang merupakan
perluasaan secara transversal dari duramater dimana tungkai
hipofisis menembusnya. Diatas diaphragma ini terletak
nervus optikus, chiasma dan traktus.
Pada dinding lateral dari sella terdapat dinding medial dari
sinus kavernosus
yang berisi N III, IV,
VI, V1,V2 dan
A.karotis interna.
FISIOLOGI HIPOFISIS
PITUITARY
Adult hyposomatotrophism
Growth failure
Hypoadrenalism
Hypogonadism
Hypothyroidism
OPTIC TRACT
Bitemporal hemianopia
Blindness
Loss of reperception
Scotoma
Superior or bitemporal field defect
HYPOTHALAMUS
Appetite behavioral autonomic nervous system dysfunctions
Temperature dysregulation
Obesity, diabetes insipidus
Thirst (haus), sleep (mengantuk)
CAVERNOUS SINUS
Diplopia
Facial numbness
Ophthalmoplegia
Ptosis
TEMPORAL LOBE
Kejang tanpa sebab
FRONTAL LOBE
Anosmia, kelainan kepribadian
CENTRAL
Dementia , sakit kepala , Hidrochepalus, kejang, psikosis.
Sekitar 15% dari seluruh tumor intrakranial
merupakan tumor hipofisis,
Terutama terdapat pada usia 20-50 tahun, dengan
insiden yang seimbang pada laki- laki dan wanita.
Adenoma hipofisis terutama timbul pada lobus
anterior hipofisis, pada lobus posterior
(neurohipofisis) jarang terjadi,
Tumor ini biasanya jinak
Klasifikasi tumor hipofisis berdasarkan
gambaran histopatologi dengan pengecatan
hematoxylin and eosin :
1. Chromophobe, asalnya dianggap sebagai non
fungsional, walaupun pada kenyataannya memproduksi
prolactin, GH atau TSH. Perbandingan insiden antara
chromophobe dengan acidophil 4-20:1
2. Acidophil (eosinophilic), memproduksi prolactin, TSH
dan GH yang menyebabkan acromegaly dan gigantisme.
3. Basophil, memproduksi LH, FSH, beta lipoprotein dan
terutama ACTH yang menyebabkan cushing’s disease.
Klasifikasi berdasarkan gambaran radiology
1. Grade 0: tumor tidak terlihat secara radiologi
2. Grade I dan II: adenoma yang terbatas dalam sella turcica
3. Grade III dan IV: adenoma yang menginvasi ke jaringan
sekitarnya
Galactorrhea
Enlarged sella turcica
Suspected pituitary tumor
Hypogonadotropic hypogonadism
Unexplained amenorrhea
Unexplained male hypogonadism or infertility
Pengobatan Prolaktinoma
A. Medikal Therapi
1. Bromocrptine (parlodel)
St dopamin agonist, merupakan terapi pilihan untuk prolactin
secreting adenoma, menggantikan terapi operasi. Obat ini
secara langsung akan merangsang dopamin reseptor pada
lactotrops (prolactin screetingcells). Respon terhadap terapi
bromocrpitin sangat jelas, kadar prolactin akan menurun dalam
beberapa hari, disertai dengan membaiknya lapang pandang,
fungsi endokrin akan kembali normal, siklus mens kembali
teratur dan fungsi libido pada laki-laki membaik. Selain
kehamilan dan perburukan yang cepat dari fungsi penglihatan,
tidak ada kontra indikasi lain dari pemakaian obat ini.
Bromocriptine bukan merupakan tumoricidal sehingga
kemungkinan tumor tumbuh kembali bisa terjadi setelah
terapi dihentikan, sehingga setelah terapi berlangsung
beberapa tahun perlu dievaluasi apakah terapi perlu
dilanjutkan.
C. Radiasi
Pasien usia lanjut atau debil yang mempunyai tumor yang besar
yang mengancam struktur neurovaskuler dimana dengan terapi
medis tidak menolong.
Sebagai terapi tambahan sesudah operasi, dimana masih
terdapat residual tumor yang tidak membaik dengan
bromocriptin.
Adenoma yang bersekresi Growth Hormon
(acromegaly dan Gigantisme)
Manifestations of GH excess
Acral enlargement 100
Soft tissue overgrowth 100
Hyperhidrosis 88
Lethargy or fatigue 87
Weight gain 73
Paresthesias 70
Joint pain 69
Photophobia 46
Papillomas 45
Hypertrichosis 33
Goiter 32
Acanthosis nigricans 29
Hypertension 24
Cardiomegaly 16
Renal calculi 11
Gangguan fungsi endokrin lainnya
Hyperinsulinemia 70
Glucose intolerance 50
Irregular or absent menses 60
Decreased libido or impotence 46
Hypothyroidism 13
Gynecomastia 8
Galactorrhea 13
Hypoadrenalism 4
Local manifestations
Enlarged sella 90
Headache 65
Visual deficit 20
Laboratorium
Postprandial plasma glucose bisa meningkat, dan serum insulin
meningkat pada 70% kasus.
Peningkatan serum phosphorus (sehubungan dengan
peningkatan renal tubular resorption dari phosphate) dan
hypercalciuria terjadi akibat efek dari peningaktan GH or IGF-I.
Imaging Studies
Gamabaran Ro’ (Figure 5–19) menunjukkan pemebesaran sellar
pada 90% kasus.
Penebalan dari calvarium, pembesaran sinus maxilar dan
frontal , dan pembesaran rahang bisa kita lihat.
Gambaran Ro’ tangan menunjukkan peningkatan curah
jaringan "arrowhead" berkas dari distal phalanges, pelebaran
intra-articular kartilago, dan perubahan kistik dari tulang
karpal.
Ro dari kaki menunjukkan perubahan yang hampir sama,
dan terjadi penebalan dari tumit sepatu (normal < 22 mm).
Skull with enlarged
sella turcica and frontal
sinuses, thickening of
the calvarium, and
enlargement of the
mandible.
Other etiologies
AIDS
Marathon running or other strenuous exercise
Acute psychosis
Manifestasi klinik SIADH