Anda di halaman 1dari 26

OTIK

ANTIEPIL
EPSI
KELOMPOK 6
Nama anggota : 04 01 21

1.
Meilyani Laurenza Lay
2.
Kristiana A.W.S. Bengu
3.
Gusti W. Henuk
4.
Teresa Rosanda Maulandari
5.
Priskila Aprilia Radja Manu
02 02 21

ANTIPSIKO
TIK
Pengertian

Antipsikotik adalah sekelompok bermacam-macam obat yang menghambat


reseptor dopamin tipe 2 (D2) atau antagonis dopamin yang menyekat reseptor
dopamin dalam berbagai jaras di otak. Indikasi utama pemakaian obat adalah
terapi skizofrenia dan gangguan psikotik lainnya.

Antipsikotik terbagi atas 2 :


A. Antipsikotik Tipikal (Antipsikotik generasi pertama/APG I)
B. Antipsikotik Atipikal (Antipsikotik generasi kedua/ PGA II)
A. Antipsikotik Tipikal 01 01 21

Antipsikotik Tipikal atau antipsikotik generasi pertama merupakan golongan obat yang
memblokade dopamine pada reseptor pasca-sinaptik neuron di otak, khususnya sistem
limbik dan sistem ekstrapiramidal (dopamine D-2 receptor antagonist). Dopamin sendiri
merupakan neurotransmitter yang disekresikan oleh neuron-neuron yang berasal dari
substansia nigra di batang otak. Neuron-neuron ini terutama berakhir pada region
striata ganglia basalis. Pengaruh dopamin biasanya bersifat inhibisi.

Mekanisme kerja :
Obat antipsikotik tipikal bekerja dengan memblokade dopamin pada reseptor pasca-
sinaptik neuron di otak khusunya di sistem limbik dan sistem ekstrapirimidal (dopamin
D2 receptor antagonists), sehingga efektif untuk gejala positif seperti halusinasi, delusi
dan gangguan isi pikir.
Obat-obat antipsikotik tipikal merupakan antagonis reseptor dopamine sehingga
menahan terjadinya dopaminergik pada jalur mesolimbik dan mesokortikal. Blokade
reseptor D dopamine dapat memberikan efek samping sindrom ekstrapiramidal.
Penggolongan Antipsikotik Tipikal

A. Phenothiazine
Diindikasikan untuk perawatan emesis, kegilaan, aktivitas histamin, aktivitas asetilkolin,dan kondisi
lainnya.

a) Chlorpromazine
Indikasi : Obat untuk menangani gejala psikosis pada skozofrenia. Selain itu, obat ini juga
digunakan dalam pengobatan gangguan bipolar, mual, dan muntah, serta cegukan yang terjadi
terus-menerus.

Efek samping : Pusing, sakit kepala, mulut kering, penglihatan kabur, mual, cemas berlebihan, berat
badan naik, detak jantung tak beraturan, kram otot.

Interaksi Obat : Haloperidol, escitalopram atau procainamide, metildopa, guanethidine, clonidine.


b) Perphenazine
Indikasi : Menangani gejala skizofrenia. Penggunaan obat ini akan membantu penderita
skizofrenia untuk dapat berpikir lebih jernih, mengurangi rasa gelisah, halusinasi, dan
perilaku agresif.

Efek samping : Kantuk, pusing, rasa melayang seperti akan pingsan, mulut kering,
penglihatan buram, kelelahan, konstipasi, berat badan naik drastis.

Interaksi Obat : Epinephrine, atropin, fluoxetine, paroxetine, sertraline, indapamide,


ibutilide, disopyramide.
c) Trifluoperazine
Indikasi : Mengobati gangguan mental, seperti skizofrenia dan gangguan psikotik. Obat ini
juga dapat digunakan untuk mengatasi gangguan kecemasan dan mengurangi perilaku
agresif, halusinasi, serta keinginan untuk menyakiti diri sendiri.

Efek samping ; Sakit kepala, sulit tidur, mulut kering, penglihatan kabur, kelelahan,
sembelit, berat badan meningkat, kesulitan buang air kecil, gelisah, penurunan gairah
seksual pada pria.
Interaksi obat : Obat antihipertensi, levodopa, lithium, obat bius.
d) Fluphenazine
Indikasi : Obat antipsikotik yang bermanfaat untuk mengobati gangguan mental, seperti
skizofrenia. Obat ini bekerja dengan menyeimbangkan neurotransmitter, yaitu bahan
kimia penghantar sinyal atau pesan yang ada di otak.

Efek Samping : Akathisia, Dystonia, dyskinesia, kaku pada otot, tremor, pusing, sakit
kepala, kehilangan nafsu makan, pandangan kabur, konstipasi, detak jantung yang tidak
teratur, penyakit kuning.

Interaksi obat : Methyldopa, clonidine, diureti, litium, procainamide, quinidinie,


amiodarone.
e) Thioridazine
Indikasi : Mengobati gangguan jiwa/mood tertentu, misalnya skizofrenia. Obat ini juga membantu
untuk berpikir jernih, merasa kurang gugup, mencegah bunuh diridan mengurangi agresif.

Efek samping : Sakit kepala, nyeri dada, pusing, pingsan, denyut jantung lambat, pernapasan
lambat, demam tingi, otot kaku, kebingungan.
Interaksi obat : obat antibiotik, antidepresan, obat tekanan darh, obat kanker, dan
antipsikotik lainnya.

B. Butyrophenone
Obat untuk mengatasi atau mengobati gangguan jiwa seperti skizofrenia, serta bertindak sebagai
antiemetik.

a) Haloperidol
Indikasi : Obat untuk mengatasi gejala skizofrenia. Selain itu, obat ini juga dapat digunakan untuk
mengatasi gangguan perilaku yang parah pada anak-anak atau mengontrol gejala sindrom tourette.
Haloperidol bekerja dengan cara mengembalikan keseimbangan zat kimia di dalam otak.

Efek samping ; Kantuk, pusing, sakit kepala, susah tidur, susah buang air kecil, lemas.

Interaksi obat ; alprazolam, carbamazepine, lomitapide, tucatinib, amiodarone.


C. Diphenyl-butyl-piperidine
Obat yang mempengaruhi fungsi psikis, kelakuan atau pengalaman serta mengontrol gejala
sindrom tourette.
a) Pimozide
Indikasi : Obat ini digunakan untuk mengurangi gerakan yang tidak terkendali yang disebabkan
sindrom tourette. Obat ini bekerja dengan cara menurunkan aktivitas zat alami (dopamin) di otak.

Efek samping : Mengantuk, Pusing, kepala terasa ringan, mulut kering, penglihatan kabur
kelelahan, atau kelemahan dapat terjadi.

Interasksi Obat : Dicyclomine, scopolamine, bromocriptine, levodopa, ropinirole, ketoconazole,


itraconazole, delavirdine, diazepam.
B. Antipsikotik Atipikal
Antipsikotik atipikal atau Antipsikotik generasi kedua atau juga biasa disebut dengan Serotonin
Dopamin Antagonis (SDA) merupakan golongan yang selain berafinitas terhadap Dopamine D-2
receptor juga berafinitas terhadap 5 HT2 Reseptor (Serotonin-dopamine antagonist ). Secara
signifikan tidak memberikan efek samping gejala ekstrapiramidal bila diberikan dalam dosis klinis
yang efektif.

Mekanisme Kerja :
Antipsikotik atipikal mempunyai mekanisme kerja melalui interaksi antara serotonin dan dopamin pada ke 4
jalur dopamin di otak. Hal ini yang menyebabkan efek samping EPS lebih rendah dan sangat efektif untuk
mengatasi gejala negatif. Perbedaan antara APG I dan APG II adalah APG I hanya dapat memblok reseptor D 2
sedangkan APG II memblok secara bersamaan reseptor serotonin (5HT 2A) dan reseptor dopamin (D2). APG
yang dikenal saat ini adalah clozapine, risperidone, olanzapine, quetiapine, zotepine, ziprasidone, aripiprazole.
Penggolongan Antipsikotik Tipikal
A. Benzamide
Obat ini diindikasikan sebagai pengobatan terhadap berbagai kondisi medis berikut ini:
Skizofrenia, gangguan deprsi berat, gangguan atau serangan panik, neurosis, vertigo,
Migrain, penyakit psikosomatis, ulkus peptikum (perlukaan dinding usus atau lambung), kolitis
ulserativa.
a) Sulpiride
Indikasi :  obat antipsikotik yang berfungsi meredakan gejala skrizofenia. Obat ini bekerja dengan
menghambat reseptor dopamin yang ada di otak. Dopamin adalah senyawa kimia yang mengatur
banyak fungsi di dalam tubuh, termasuk mood dan perilaku. 

Efek samping : Kantuk, pusing gelisah, distonia, tremor, sembelit, berat badan meningkat,
sembelit, disfungsi seksual, aritmia.

Interaksi obat : antasida atau sukralfat,  sildelnafill, cisapride, serta erytromycin injeksi, ropinirole,


pergolide.
B. Dibenzodiazepin
Jenis obat yang memiliki efek sedatif atau menenangkan. Benzodiazepin diresepkan bagi mereka
yang cemas atau tertekan dan dapat digunakan dalam pengobatan jangka pendek pada beberapa
masalah tidur tertentu.
a) Clozapine
Indikasi : obat untuk meredakan gejala skizofrenia, yaitu gangguan mental yang menyebabkan
seseorang mengalami halusinasi, delusi, serta gangguan berpikir dan berperilaku. Obat ini juga
bisa digunakan untuk menangani gejala psikosis pada pasien dengan sindrom Parkinson.  

Efek samping : Pening, sulit menjaga keseimbangan, Kantuk, Gelisah, Peningkatan berat badan.

Interaksi obat : ondansentron, oxytocin, papaverine, pimozide, atau sertraline, phenylbutazone,


primakuin, atau procainamide.
b) Olanzapine
Indikasi : Olanzapine adalah obat untuk mengobati gejala skizofrenia, seperti kekacauan berpikir,
perubahan perilaku, halusinasi, atau delusi. 

Efek samping : Pusing atau rasa melayang, Mulut kering atau mual, Bengkak, nyeri, atau
kemerahan di area penyuntikan.

Interaksi Obat: codein atau fentanyl,  carbamazepine,  bupropion,  diazepam atau 


lorazepam, fluvoxamine.
c) Quetiapine
Indikasi : obat antipsikotik yang bermanfaat untuk mengobati gangguan mental, seperti
skizofrenia, gangguan bipolar, atau depresi. Obat ini tersedia dalam 2 bentuk,
yaitu tablet immediate-release and extended-release.

Efek samping : Demam, pingsan, kejang, keringat berlebih, otot kaku, penglihatan kabur, Gerakan
menjadi tidak terkendali, Denyut jantung tidak teratur.

Interaksi Obat : antiaritmia, antipsikotik, antibiotik, pentamidine, dan methadone, levodopa,


pramipexole, atau ropinirole.
d) zotepine
Indikasi : obat antipsikotik atipikal yang diindikasikan untuk skizofrenia akut dan kronis. Ini telah
digunakan di Jerman sejak 1990 dan Jepang sejak 1982. 

Efek samping : Mulut kering, penglihatan kabur, kantuk, tekanan darah rendah, penambahan berat
badan, berkeringat, mual dan muntah.

Interaksi obat :  fluoxetine, diazepam, alkohol, depresan SSP, antihipertensi .

c. Benzisoxazole
Digunakan dalam penatalaksanaan skizofrenia, gangguan bipolar mania, iritabilitas yang
berhubungan dengan gangguan autisme, gangguan tingkah laku, serta demensia.
a) Risperidon
Indikasi : Digunakan dalam penatalaksanaan skizofrenia, gangguan bipolar mania, iritabilitas yang
berhubungan dengan gangguan autisme, gangguan tingkah laku, serta demensia pada penyakit
Alzheimer.

Efek samping :  insomnia, ansietas, dan sakit kepala.


b) Aripiprazole
Indikasi : Aripiprazole adalah obat untuk meredakan dan mengontrol gejala gangguan
jiwa psikosis akibat skizofrenia. Selain itu, obat ini juga digunakan dalam pengobatan gangguan
bipolar atau depresi.

Efek samping : kantuk, sakit kepala, mual, muntah, pusing, lemas, sulit tidur, ngeces, sembelit atau
diare.

Interaksi obat :  quinidine, fluoxetine, clarithromycin, itraconazole, atau ketoconazole,


 carbamazepine, rifampicin, phenytoin, phenobarbital, primidone, atau nevirapine.
ANTIEPIL
EPSI
Pengertian

Antiepilepsi/antikonvulsan adalah obat yang digunakan untuk mengembalikan kestabilan


rangsangan sel saraf sehingga dapat mencegah atau mengatasi kejang, selain mengatasi kejang juga
digunakan untuk meredakan nyeri akibat gangguan saraf (neuropati) atau mengobati gangguan
bipolar.
Epilepsi sendiri dari bahasa Yunani berarti kejang atau di Indonesia lebih dikenal dengan penyakit
ayan adalah gangguan saraf yang timbul secara tiba-tiba dan berkala disertai perubahan kesadaran.
Penyebab epilepsi adalah pelepasan muatan listrik yang cepat, mendadak dan berlebihan pada
neuron-neuron tertentu dalam otak yang diakibatkan oleh luka di otak (absen, tumor,
arteriosklerosis), keracunan timah hitam dan pengaruh obat-obat tertentu yang dapat memprovokasi
serangan epilepsi.
Jenis-Jenis Epilepsi

● Grand mal (tonik-tonik umum) ----Timbul serangan-serangan yang dimulai dengan kejang-
kejang otot hebat dengan pergerakan kaki tangan tak sadar yang disertai dengan jeritan, mulut
berbusa, mata membeliak dan lain-lain disusul dengan pingsan dan sadar kembali
● Petit mal ---- Serangannya hanya singkat sekali tanpa disertai kejang. Dalam kasus ini bila
serangan berlangsung berturut-turut dengan cepat dapat juga terjadi status epileptikus.
● Psikomotor (Serangan Parsial Kompleks) --- Kesadaran terganggu hanya sebagian tanpa
hilangnya ingatan dengan memperlihatkan perilaku otomatis seperti gerakan menelan atau
berjalan dalam lingkaran.
26 09 21
Tujuan Pemberian Obat antiepilepsi pada
penderita epilepsi :

1.Menghindari kerusakan sel-sel otak

2.Mengurangi beban sosial dan psikologi pasien maupun keluarganya

3.Profilaksis / pencegahan sehingga jumlah serangan berkurang


Mekanisme Kerja Obat Epilepsi 26 09 21

*Prinsip: Bekerja denganmenghambat proses inisiasi dan penyebaran kejang


(Namun lebih cenderung bersifat membatasi proses penyebaran kejang daripada mencegah
proses inisiasi)
*Mekanisme kerja :

1. Peningkatan Inhibiti (GABA-Ergik) 2.Penurunan


Eksitasi

contoh : Farmakologi asam valproat sebagai anti epilepsi bekerja dengan cara


meningkatkan kadar gamma-aminobutyric acid (GABA), memperkuat dan
menyerupai aksi GABA pada reseptor post sinaps, serta menghambat kanal
natrium dan kalsium yang bertanggung jawab atas fungsinya sebagai anti
epilepsi
Gejala Epilepsi
● Kejang fokal
Ketika kejang muncul sebagai akibat dari aktivitas abnormal di satu area otak, kondisi
tersebut dinamakan kejang fokal (parsial). Kejang ini terbagi dalam dua kategori, yakni:
1. Kejang fokal tanpa kehilangan kesadaran. Pernah disebut kejang parsial sederhana, kejang ini
tidak menyebabkan hilangnya kesadaran. Penderita dapat mengubah emosi atau mengubah
tampilan, penciuman, rasa, atau suara. Mereka juga dapat menyebabkan bagian tubuh tersentak
secara tidak sengaja, seperti lengan atau kaki, dan gejala sensorik spontan seperti kesemutan,
pusing, dan berkedip.
2. Kejang fokal dengan gangguan kesadaran. Pernah disebut kejang parsial kompleks, kejang ini
melibatkan perubahan atau hilangnya kesadaran atau kesadaran. Selama kejang parsial
kompleks, penderita biasanya menatap ke arah atas dan tidak merespons lingkungan secara
normal atau melakukan gerakan berulang, seperti menggosok tangan, mengunyah, menelan, atau
berjalan berputar-putar.

Gejala kejang fokal dapat disalahartikan dengan gangguan neurologis lainnya, seperti migrain,
narkolepsi, atau penyakit mental. Pemeriksaan dan pengujian menyeluruh diperlukan untuk
membedakan epilepsi dari gangguan lain ini.
Lanjutan
● Kejang umum
Kejang yang melibatkan semua area otak disebut kejang umum. Terdapat enam jenis kejang umum, yaitu;
1. Kejang absen.
Kejang absen, sebelumnya dikenal sebagai kejang petit mal, sering terjadi pada anak-anak dan ditandai dengan
menatap ke atas atau gerakan tubuh halus seperti mata berkedip atau menampar bibir. Kejang ini dapat terjadi
dalam kelompok dan menyebabkan hilangnya kesadaran sesaat.
2. Kejang tonik.
Kejang tonik menyebabkan otot menjadi kaku. Kejang ini biasanya memengaruhi otot di punggung, lengan, dan kaki,
serta dapat menyebabkan penderita jatuh ke lantai.
3. Kejang atonik.
Kejang atonik, juga dikenal sebagai kejang jatuh, menyebabkan hilangnya kendali otot, yang dapat menyebabkan
penderita tiba-tiba pingsan atau jatuh.
4. Kejang klonik.
Kejang klonik dikaitkan dengan gerakan otot yang berulang atau berirama dan menyentak. Kejang ini biasanya
menyerang leher, wajah, dan lengan.
5.Kejang mioklonik.
Kejang mioklonik biasanya muncul sebagai sentakan atau kedutan singkat yang tiba-tiba pada lengan dan kaki.
6.Kejang tonik-klonik.
Kejang tonik-klonik, sebelumnya dikenal sebagai kejang grand mal, adalah jenis serangan epilepsi yang paling
dramatis dan dapat menyebabkan hilangnya kesadaran secara tiba-tiba, tubuh kaku dan gemetar, dan terkadang
kehilangan kontrol kandung kemih atau menggigit lidah.
Penyebab Epilepsi 26 09 21

Pada sebagian besar kasus epilepsi, penyebab pastinya tidak dapat ditemukan. Epilepsi jenis ini dikenal sebagai epilepsi
idiopatik. Tidak dapat dipastikan bagaimana epilepsi bermula atau berlanjut pada kasus ini, karena tidak ditemukan kelainan
yang dapat menyebabkan epilepsi.Berbeda dengan epilepsi idiopatik, epilepsi simptomatik merupakan jenis epilepsi yang
penyebabnya bisa diketahui. Beberapa kondisi yang bisa menyebabkan epilepsi simptomatik, di antaranya adalah:
-Cedera kepala
-Stroke
-Tumor otak
-Infeksi, contohnya meningitis atau ensefalitis
Cedera atau kerusakan otak saat masih di dalam kandungan, akibat
infeksi atau nutrisi yang buruk pada saat kehamilan.Gangguan
perkembangan, contohnya penyakit autisme dan neurofibromatosis
Kelainan genetik.
terdapat beberapa faktor yang dapat memicu terjadinya kejang. Di
antaranya adalah: -Lelah atau kurang tidur.
-Stress
-Tidak mengonsumsi obat antikonvulsan atau antiepilepsi secara teratur.
-Mengonsumsi obat yang mengganggu kinerja obat antiepilepsi
-Mengonsumsi minuman beralkohol atau NAPZA
Saat menstruasi (pada wanita)
-Mengonsumsi obat antidepresan atau antipsikotik,dll
 
Jenis-Jenis Obat Antiepilepsi/Antikonsulvan
26 09 21

1.Barbiturat, Obat ini menekan aktivitas sistem saraf pusat dan meningkatkan aksi gamma-aminobutyric acid (GABA) yang
menghambat neurotransmitter, sehingga mencegah terjadinya. Antikonsulvan barbiturat dipakai dalam mengobati semua jenis
kejang. Contoh obat ini adalah Phenobarbital
2. Penghambat carbonic anhydrase, Obat ini menghambat enzim carbonic anhydrase, sehingga mempengaruhi elektrolit dan
keseimbangan asam basa pada sel. Hal ini dapat mencegah kejang. Selain kejang, obat ini digunakan sebagai diuretik dan
mengatasi glaukoma. Contoh obat ini adalah Topiramate.
3 Benzodiazepine, Obat ini bekerja dengan cara menekan sistem saraf pusat dan meningkatkan aktivitas.

GABA.Contoh obat ini adalah diazepam, clonazepam dan lorazepam.


4. Dibenzazepine, Obat ini juga meningkatkan aktivitas GABA dan menghambat aktivitas natrium dalam sel.
Contoh obat ini adalah Oxcarbazepine dan Carbamazepine.
5.Turunan asam lemak, Obat ini menghambat enzim penghancur GABA, sehingga meningkatkan konsentrasi
GABA.
6.Hydantoin,
Contoh obat iniObat iniAsam
adalah menghentikan
Valproatrangsangan sel saraf yang berlebihan saat kejang dengan
(Valporic Acid).
menghambat aktivitas natrium dalam sel saraf.
Contoh Obat ini adalah Phenytoin.
Lanjutan :
7.Pyrrolidine, Obat ini dipakai untuk pengobatan epilepsi dan bekerja dengan cara
memperlambat transmisi saraf.
Contoh obat ini adalah Levetiracetam.
8.Triazine, Obat ini dapat menghambat pelepasan rangsangan neurotransmitter, glutamat dan
aspartate. Contoh obat ini adalah lamotrigine.
9.Analog gamma-aminobutyric acid (GABA), Obat ini bekerja layaknya GABA dalam tubuh.
Contoh obat ini adalah Gabapentin.

Anda mungkin juga menyukai