Anda di halaman 1dari 13

Hasil Penelitian Sejarah Lisan

PARA PELAKU UMKM DI KOTA


SEMARANG SAAT KRISIS MONETER (1997-
1999)
Disusun Oleh :

Anindya Raissanea 13030120120014

Tugas Mata Kuliah


Metode Penelitian Sejarah Lisan
Pendahuluan

Pada tahun 1997-1999 Indonesia mengalami suatu peristiwa


besar yang sangat mempengaruhi perekonomian negara yakni
“krisis moneter”. Akan tetapi, ada salah satu hal menyelamatkan
ekonomi Indonesia pada saat krisis moneter yakni UMKM.
UMKM atau Usaha Mikor Kecil dan Menengah. Kota
Semarang adalah ibu kota dari Jawa Tengah dan memiliki
banyak UMKM yang telah ada sejak krisis moneter terjadi.
Narasumber Penelitian

1 2 3

Bu Sri Bp. Gimin


Bp. Wasino Umiyati
Bp. Wasino
54 Tahun

Pengerajin dan Penjual Figura dan Lukisan “Agung Rejeki”

Jalan Gajah Raya, kecamatan Gayamsari

Narasumber 2
USAHA
Awal Berdiri
Sistem Keuangan
 Berdiri tahun 1997  Tidak ada pembukuan
 Didirikan sendiri  Keungan usaha tercampur dengan
 Masih sangat sepi karena Bapak
keungan pribadi
Wasino adalah pendatang

Modal Usaha Perkembangan

 Dana usaha milik  Sempat berpindah letak usaha


pribadi  Sudah mulai banyak pelanggan
 Pinjaman uang dari tetap
kerabat  Produk semakin bertambah
Usaha pada tahun • Usaha memang tidak terlalu terpengaruh oleh
1997-1999 (krisis adanya krisis moneter
moneter)
• Harga bahan baku seperti kayu memang
sempat naik tajam namun harga jual masih bisa
"Mendirikan Usaha naik dan keuntungan masih bisa didapatkan
saat Krisis Moneter
• Bahan baku didatangkan dari Kota Malang
terjadi memang
lebih sulit namun • Banyak penawaran pinjaman dari bank atau
jika dijalani dengan lainnya namun tidak diterima
sungguh-sungguh
usaha tetap akan • Pemilik usaha kerap menerima permintaan
bertahan" yang aneh
• Sempat ditipu oleh sales dan mengalami
kerugian
Ibu Sri Sumiyati
47 tahun

Usaha Persewaan Alat Pesta dan Rias Pengantin


“Mylla”
Jalan Sawo Edi Wibowo
Kelurahan Batursari Kecamatan Pucang Gading

Narasumber 2
USAHA
Awal Berdiri
Sistem Keuangan
 Berdiri tahun 1994  Selalu ada pembukuan di akhir
 Bersama sang suami tahun
 Belum lengkap  Ada dana-dana cadangan untuk
kebutuhan usaha

Modal Usaha Perkembangan

 Dana usaha milik  Penambahan jumlah


pribadi barang dan pegawai
 Dana pinjaman dari bank  Makin dikenal
 Investasi berupa barang
maupun tanah
Usaha pada tahun • Kinerja usaha masih stabil karena masih ada yang
1997-1999 (krisis mengadakan pesta walaupun dalam skala kecil
moneter) • Usaha semakin meningkat dan berkembang
• Keuntungan kotor paling besar dalam satu bulan 100
juta
"Saat krisis moneter
usaha-usaha dalam • Angsuran dan pinjaman dari bank juga masih sama
bidang • Masalah-masalah seperti penipuan, tidak selalu ramai,
entertainment tidak
dll
mendapatkan
dampak yang • Penyelesaian masalah dengan memakai neraca aset
signifikan bahkan dan membayar tagihan atau debet ke bank secara
masih stabil" double, lebih berhati-hati dalam urusan pelunasan, dll
• Pemilik usaha membuka 3 tabungan agar keuangan
tetap berjalan lancar
Bapak Gimin
55 Tahun

Usaha Produksi dan Penjual Tempe “Pak Min”

Jalan Sendang Utara


Kelurahan Gemah Kecamatan Pedurungan

Narasumber 3
USAHA
Awal Berdiri

 Berdiri tahun 1995 Perkembangan


 Didirikan bersama sang Istri
 Belum ada karyawan lain  Letak usaha sempat berpindah-pindah
4 kali
Modal Usaha  Karyawan semakin bertambah dan
bekas karyawan ada yang membuka
 Berasal dari dana pribadi usaha sendiri
 Tempe dijual di Pasar Gayamsari
Sistem Keuangan
 Selalu ada pembukuan pedapatan
dan pengeluaran
 Selalu berusaha untuk hemat
Usaha pada tahun • Saat krisis moneter Koperasi “Puskopti” bubar
1997-1999 (krisis (tidak ada subsidi kedelai lagi)
moneter)
• Pembelian bahan baku (kedelai) beralih ke
Pedagang Cina
"Saat krisis moneter • Tempe menjadi banyak peminat bahkan
peminat tempe
menjadi lebih tinggi produksi tempe dapat mencapai 1 kwintal dalam
karena harga ayam satu bulan
naik tajam. Ini yang
• Harga kedelai semakin naik dan tidak terkendali
membuat banyak
pedagang/produsen karena bahan baku yang mahal
tempe menjadi lebih • Banyak pedagang dan produsen tempe yang
makmur"
gulung tikar
• Semakin lama kedelai harga belinya semakin turun namun harga
jual masih tinggi sehingga keuntungan semakin banyak
• Tidak dipergunakan lagi “Ngalap-Nyaur”
• Produksi sempat terhambat karena masalah pembusukan
• Pengelolaan keungan menjadi semakin di perkuat dan teratur

Anda mungkin juga menyukai