Masalah stunting dan penyakit tidak menular seperti obesitas pada anak, masih
menjadi problem serius di Indonesia sampai tahun 2019 ini. Hal itu disampaikan
Koordinator Riset Departemen Ilmu Gizi, Fakultas Kedokteran Universitas
Indonesia, Rina Agustina belum lama
Obesitas pada anak merupakan salah satu masalah kesehatan karena prevalensi
obesitas anak di dunia semakin meningkat tiap tahunnya. Kegemukan dan obesitas
didefinisikan sebagai akumulasi lemak abnormal atau berlebihan yang dapat
mengganggu kesehatan. Pada tahun 2016, sebanyak 41 juta anak di bawah usia 5
tahun mengalami kelebihan berat badan atau obesitas. Sebagian populasi dunia
hidup di negara-negara di mana kelebihan berat badan dan obesitas membunuh lebih
banyak orang daripada kekurangan berat badan (WHO, 2019). Sementara penelitian
yang dilakukan University of Washington di 195 negara menemukan sebanyak 107
juta anak-anak dan 603 juta orang dewasa di seluruh dunia mengidap obesitas
ANGKA KEJADIAN KASUS DI DUNIA
Wajah bulat dan pipi tembem : Dimulai dari kepala Ibu sudah bisa melihat adanya gejala
obesitas pada anak berupa wajah bulat, pipi tembem, serta dagu berlipat dua karena adanya
timbunan lemak.
Leher yang terlihat pendek : Dikarenakan dagu yang berlipat, maka jarak antara kepala
dan lehernya akan terlihat pendek. Ruas lehernya pun menjadi tidak nampak.
Dada membusung dengan payudara membesar : Anak yang obesitas dadanya akan
membusung dan payudaranya membesar seperti perempuan yang mengalami masa puber.
Adanya lipatan perut : Ini merupakan tanda yang paling terlihat saat berat badan anak
berlebih yang menandakan perut berisi banyak lemak tak sehat.
TANDA DAN GEJALA
Kaki membentuk huruf “X” saat berjalan : Kekuatan tulang kaki si Kecil
tidak seimbang dengan bobot tubuhnya. Akibatnya, kaki anak akan membentuk
huruf “X” saat berjalan.
Ukuran alat kelamin tampak kecil : Obesitas pada anak laki-laki dapat
mempengaruhi alat kelaminnya yang tampak lebih kecil. Kondisi tersebut secara
otomatis juga akan masa depannya.
Indeks massa tubuh (IMT) : Menurut CDC (Centers for Disease Control) 2002,
anak dengan usia 2-18 tahun yang dianggap obesitas adalah yang memiliki indeks
massa tubuh lebih dari P95.
POLA KONSUMSI MAKANAN JAJANAN DI SEKOLAH
DAPAT
MENINGKATKAN RESIKO OVERWEIGHT/OBESITAS
PADA ANAK
(Studi di SD Negeri Ploso I-172 Kecamatan Tambaksari
Obesitas anak merupakan salah satu masalah
Surabaya kesehatan masyarakat yang paling serius pada
Tahun 2017)
abad ke-21. Kebiasaan makan yang tidak baik seperti kelebihan makan tinggi lemak, gula, dan
kalori serta kurangnya aktivitas fisik menjadi penyebab overweight atau obesitas pada anak.
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis hubungan pola konsumsi makanan jajanan dengan
kejadian overweight/obesitas. Penelitian dilakukan di SDN Ploso I-172 Kecamatan Tambaksari
Surabaya pada bulan Mei- Juli 2017 dengan desain case control. Metode pengumpulan data
dilakukan dengan cara wawancara dan pengukuran anthropometri. Besar sampel sebanyak 112
responden, sampel kasus sebanyak 56 dan 56 sampel kontrol. Analisis data menggunakan uji
regresi linier dan regresi logistik. Hasil penelitian menunjukkan makanan jajanan yang banyak
dikonsumsi anak sekolah adalah sirup buah, minuman perisa, cokelat, papeda, gorengan, otak-
otak dan sosis, pentol, sirup, saus, dan topping. Ada hubungan yang signifikan antara pola
konsumsi makanan jajanan frekuensi harian meliputi sirup buah (p = 0,004; OR = 8,000),
minuman perisa (p = 0,02; OR = 13,412), cokelat (p = 0,013; OR = 6,333), gorengan (p = 0,015;
OR = 14,786), otak-otak dan sosis (p = 0,004; OR = 8,750), pentol (p = 0,039; OR = 4,044),
sirup, saus, dan topping (p = 0,023; OR = 4,643) dengan kejadian
Perbandingan asupan energi, karbohidrat, protein dan
lemak dengan
angka kecukupan gizi pada anak obesitas
Prevalensi obesitas pada anak meningkat dari tahun ke tahun. Obesitas salah satunya disebabkan oleh
faktor nutrisi dan behubungan dengan asupan makanan tinggi kalori. Tujuan dari penelitian ini adalah
untuk mengetahui perbandingan asupan energi, karbohidrat, protein dan lemak dengan angka
kecukupan gizi pada anak obesitas. Penelitian ini merupakan penelitian analitik cross-sectional yang
dilaksanakan di Rumah Sakit Umum Pusat Sanglah pada tahun 2011-2016. Terdapat 57 subyek
dengan besar rerata asupan dan angka kecukupan gizi (AKG) berturut turut adalah asupan energi
2378,3 dan AKG energi 1678,07 (p = 0,001; 700,24 IK 95% 569,05-831,43), asupan karbohidrat
1414,63 dan AKG karbohidrat 922,94 (p = 0,001; 491,69 IK 95% 391,69-591,68), asupan protein
373,02 dan AKG protein 169,47 (p 0,001; 203,54 IK 95% 175,04-232,04), asupan lemak 561,28 dan
AKG lemak 561,63 (p 0,992; -0,34 KI 95% -65,05-64,35). Asupan energi, karbohidrat dan protein
berkorelasi positif dengan indeks massa tubuh dengan nilai r dan p masing-masing adalah r = 0,44 (p
0,01), r = 0,383 (p = 0,03) dan r = 0,413 (p 0,01). Asupan lemak tidak berkorelasi dengan indeks
massa tubuh dengan nilai r = 0,188 (p 0,161). Pada anak obesitas asupan energi, karbohidrat dan
protein lebih tinggi dibandingkan angka kecukupan gizi sesuai usia dan jenis kelamin. Asupan protein
memiliki korelasi tertinggi dengan indeks massa tubuh dibandingkan karbohidrat dan lemak.
Obesitas pada Anak Sekolah
Dasar