Anda di halaman 1dari 14

Kualitas Air Budidaya KJA

OLEH :

1. LINDIYANI BAHRUDIN (1913010043)


2. YOSEFINA ALOISIA RANGO (1913010049)
3. ELIAS DON DA COSTA (1913010042)
4. ISMIE D R KURNIAWATI(1913010077)
5. NEHEMIAH TAGI REHI (1913010062)
6. SINTYA A. DIMU LUDJI (1913010054)
7. BRIGITA JULIA SANGUINIYATI (1713010042)
Kualitas Air KJA

Potensi sumberdaya perikanan budidaya pada perairan umum


daratan merupakan peluang besar untuk dikembangkan, hal ini
didukung ketersediaan lahan yang masih memadai untuk
pengembangan kolam budidaya ikan serta keberadaan perairan
umum (sungai dan waduk) untuk pengembangan budidaya
keramba (Rizal, 2013). Menurut Effendi (2003), adanya kegiatan
perikanan tersebut akan memberikan dampak perubahan kualitas
perairan akibat masukan bahan yang akan menimbulkan
pencemaran berupa limbah atau polutan organic dan anorganik ke
perairan. Jumlah penduduk yang begitu tinggi menyebabkan
adanya tuntutan pendayagunaan sumberdaya yang terus
meningkat dari waktu kewaktu. Kondisi ini memacu terjadinya
pengelolaan sumberdaya secara eksploitatif dan keseimbangan
lingkungan bisa terganggu.
Parameter Fisika

Parameter fisika dalam kualitas air merupakan


parameter yang bersifat fisik, dalam arti dapat
dideteksi oleh panca indera manusia yaitu melalui
visual, penciuman, peraba dan perasa, perubahan
warna dan peningkatan kekeruhan air dapat
diketahui secara visual, sedangkan penciuman dapat
mendeteksi adanya perubahan bau pada air serta
peraba pada kulit dapat membedakan suhu air,
selanjutnya rasa air tawar, asin dan lain sebagainya
dapat dideteksi oleh lidah (indera perasa).
Parameter Fisika

Beberapa kriteria peubah lingkungan untuk


budidaya ikan nila dengan sistem keramba jaring
apung (KJA) yaitu salinitas 0 - 33 ppt, (asal
perubahan salinitas harian tidak lebih 10ppt)
temperature / suhu 25 – 32 ° c, pH 6,5 - 8,5, oksigen
terlarut 4 - 8 ppm, kecepatan arus 10 - 20 cm / dt,
tinggi gelombang < 1 m, kecerahan > 3 m, dan
kedalaman air 3 - 10 m.
Parameter Kimia

1. Oksigen Terlarut (DO)


DO (Dissolved Oxygen) atau oksigen terlarut merupakan zat yang
paling penting dalam system kehidupan di perairan karena
berperan penting dalam proses metabolism serta respirasi.
DO berkisar antara 3.93 - 4.36 mg/L sehingga dapat disimpulkan
jika oksigen terlarut di perairan tersebut dapat mendukung
kegiatan KJA.Menurut Sastrawijaya (2000) menyatakan bahwa
kehidupan organism akuatik berjalan dengan baik apabila
kandungan oksigen terlarutnya minimal 5 mg/l.
Mundeng, dkk., (2013) biota air membutuhkan oksigen guna
pembakaran bahan bakarnya (makanan) untuk menghasilkan
aktifitas, seperti aktifitas berenang, pertumbuhan, reproduksi,
dan sebaliknya.
Parameter Kimia

2. Karbondioksida (CO2)
Ketersediaan karbondioksida terlarut dalam air dapat
bersumber dari air tanah, dekomposisi zat organik,
respirasi organisme air, senyawa kimia dalam air
maupun dari udara namun dalam jumlah yang sedikit.
Menurut Ellis dalam Boyd (1979), kandungan
karbondioksida yang baik untuk menunjang
kehidupan ikan adalah kurang dari 5,0 mg/l dan ikan
dapat mentolerir kandungan karbondioksida lebih dari
10 mg/l apabila kandungan oksigennya tinggi.
Apabila karbondioksida (CO2) yang dihasilkan dari respirasi makin banyak,
reaksi bergerak kekanan dan secara bertahap melepaskan ion H+ yang
menyebabkan pH air turun dan reaksi sebaliknya pH air akan naik. Jumlah
CO2 yang meningkat akan menekan aktifitas pernafasan ikan dan
menghambat peningkatan oksigen oleh hemoglobin sehingga menjadi
sumber stress bagi ikan.
Ketersediaan karbondioksida adalah sumber utama untuk fotosintesis dan
pada banyak cara menunjukkan keterbalikan dengan oksigen. Semakin
menipisnya intensitas cahaya matahari, kandungan karbondioksida dalam air
semakin besar.
Sedangkan semakin banyaknya intensitas cahaya matahari, kandungan
karbondioksida menipis kembali. Meskipun suhu dan pH merupakan faktor
dalam regulasi konsentrasi oksigen dan karbondioksida, tetapi hal ini juga
tergantung pada fotosintesis tanaman, respirasi dari semua organisme, aerasi
air, keberadaan gas-gas lainnya dan oksidasi kimia yang mungkin terjadi.
3. Amonia (NH3)
Amonia merupakan parameter penting dalam budidaya perikanan
system KJA karena dapat dianggap sebagai satu racun paling
mematikan dalam kegiatan budidaya. Amonia merupakan produk
akhir metabolisme nitrogen yang bersifat racun.
Ammonia dalam keramba, tambak atau perairan dapat pula
terbentuk sebagai hasil proses dekomposisi protein yang berasal
dari sisa pakan atau plankton yang mati. Bila proses pembusukan
(nitrifikasi) tidak berlangsung lancar maka terjadi pembusukan
NH3 sampai pada konsentrasi yang membahayakan ikan. Menurut
Boyd (1983), kandungan amoniak sudah dapat bersifat racun pada
konsentrasi 0,6 - 2,0 mg/L. Daya racun amoniak akan meningkat
sebanding dengan meningkatnya pH dan suhu.
4. Fosfat (PO4)
Fosfat merupakan nutrisi yang paling penting dalam menentukan
produktivitas perairan. Keberadaan fosfat diserap oleh bakteri,
phytoplankton dan makrofita. Fosfat seperti juga nitrogen dan
sulfur, turut serta dalam daur geologis dunia.
Kandungan rata-rata nilai fosfat untuk dari pengambilan sampel
berkisar 0.009 ± 0.225 mg/L di Desa Ulak Jermun (stasiun 1),
Desa Terusan Menang (stasiun 2), dan Desa Mangun Jaya
(stasiun 3). Berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 82 Tahun
2001 tentang baku mutu air nilai total fosfat berkisar sebesar 0,2-
1 mg/l. Berdasarkan nilai fosfat yang didapat menyatakan bahwa
masih baik untuk dikembangkan kegiatan budidaya system KJA.
5. BOD (Biochemical Oxygen Demand)
Menurut Hartami (2008), parameter yang dapat
digunakan untuk menggambarkan keberadaan bahan
organik diperairan adalah BOD5. Semakin tinggi nilai
BOD5 maka semakin tinggi pula aktivitas organisme
untuk menguraikan bahan organik atau dapat dikatakan
pula semakin besar kandungan bahan organik diperairan
tersebut. Nilai BOD5 tidak menunjukkan jumlah bahan
organik yag sebenarnya, tetapi hanya mengukur secara
kualitatif dengan melihat jumlah oksigen yang
dibutuhkan untuk mengoksidasi bahan organik
6. Chemical Of Demand (COD)
Chemical Oxygen Demand (COD) merupakan uji yang lebih cepat dari
pada BOD, yaitu suatu uji berdasarkan reaksi kimia tertentu unyuk
menentukan jumlah oksigen yang di butuhkan oleh bahan oksidan
(misalnya kalium dikromat) untuk mengoksidasi bahan-bahan organik
yang terdapat di dalam air (Nugroho, 2006).
Untuk nilai COD antara 100-900 mg/L, di tentukan dengan
bertambahnya ion Cr3+ dalam daerah 600 nm. Nilai COD dibawah 90
mg/L ditentukan dengan melihat berkurangnya ion Cr O 2- pada daerah
420 nm”. 2 7 Angka COD merupakan ukuran bagi pencemaran air oleh
zat-zat organis yang secara alamiah dapat di oksidasikan melalui proses
mikrobiologis, dan mengakibatkan berkurangnya oksigen terlarut di
dalam air. Sebagian besar zat organis melalui tes COD ini di oksidasi
oleh larutan K2Cr2O7 dalam keadaan asam yang mendidih.
PARAMETER BIOLOGI

1. Plankton
Dalam perairan fitoplankton berfungsi sebagai produsen, penyedia
oksigen dalam perairan, indikator pencemaran dan lain-lain.
Fitoplankton dapat melakukan aktivitas hidupnya sendiri dengan
memanfaatkan cahaya matahari karena adanya
kandungan klorofil dalam selnya, adapun peran zooplankton sebagai
konsumen primer. Peran plankton lainnya adalah sebagai indikator
kesuburan perairan berdasarkan perhitungan kelimpahan plankton.
Keberadaan fitoplankton dan zooplankton di kawasan tambak air
payau sepanjang tahun secara kualitatif dan kuantitatif selalu berubah-
ubah karena pengaruh kadar salinitas dan faktor lingkungan lain yang
selalu berubah; misal adanya beban masukan ke dalam perairan
tambak, akan memperkaya nutrisi yang mendukung pertumbuhan
fitoplankton.
2. Bakteri
Bakteri Gram negatif potensial patogen yaitu terdapat
bakteri Vibrio harveyi, bakteri Aeromonas
salmonicida, dan bakteri Edwardsiella ictaluri.
Pada sampel air KJA dengan menggunakan metode
pengenceran ditemukan sebanyak 1835 cfu/ml bakteri
Jumlah sel tersebut terdiri atas 1120 cfu/ml bakteri
Vibrio harveyi, 100 cfu/ml bakteri Aeromonas
salmonicida dan 715 cfu/ml bakteri Edwardsiella
ictaluri
SEKIAN
DAN
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai