Anda di halaman 1dari 9

Teori Belajar Konstrukticvisme

PENGERTIAN KONSTRUKTIVISME
Konstruktivisme adalah suatu pendekatan terhadap belajar yang berkeyakinan bahwa
orang secara aktif membangun atau membuat pengetahuannya sendiri dan realitas
ditentukan oleh pengalaman orang itu sendiri pula (Abimanyu, 2008: 22).
Konstruktivisme menurut Piaget (1971) adalah sistem penjelasan tentang bagaimana
siswa sebagai individu beradaptasi dan memperbaiki pengetahuan. Teori belajar
konstruktivisme adalah sebuah teori yang memberikan kebebasan terhadap manusia
yang ingin belajar atau mencari kebutuhannya dengan kemampuan menemukan
keinginan atau kebutuhannya tersebut dengan bantuan fasilitasi orang lain, sehingga
teori ini memberikan keaktifan terhadap manusia untuk belajar menemukan sendiri
kompetensi, pengetahuan, atau teknologi dan hal lain yang diperlukan guna
mengembangkan dirinya sendiri (Rangkuti, 2014).
Tujuan Belajar
Konstruktivisme
Tujuan dilaksanakannya
Tujuan konstruktivisme yaitu:
pembelajaran konstruktivisme
1) Mengembangkan
yaitu
kemampuan siswa untuk
(1) memberikan kesempatan
mengajukan pertanyaan dan
kepada siswa untuk
mencari sendiri pertanyanya
berinteraksi langsung
2) Membantu siswa untuk
kepada benda-benda
mengembangkan pengertian dan
konkrit ataupun model
pemahaman konsep secara
artifisial,
lengkap
2) memperhatikan konsepsi
3) Mengembangkan
awal siswa guna menanamkan
kemampuan siswa untuk
konsep yang benar, dan
menjadi pemikir yang mandiri
3) sebagai proses mengubah
(Thobroni, 2015:95).
konsepsi-konsepsi siswa yang
sudah ada dan mungkin salah
(Karfi, dkk, 2002:6)
Ciri-ciri belajar konstruksivisme

Orientasi
Elitasi

Restrukturisasai
ide
Penggunaan ide
baru dalam
Review
setiap situasi
Langkah-langkah
Konstruktivisme

Tahap pertama, peserta Tahap ketiga, peserta didik


didik didorong agar melakukan penjelasan dan
mengemukakan solusi yang didasarkan
pengetahuan awalnya pada hasil observasi
tentang konsep yang akan peserta didik, ditambah
dibahas. dengan penguatan guru.

Tahap keempat, guru berusaha menciptakan


Tahap kedua, peserta didik diberi iklim pembelajaran yang memungkinkan
kesempatan untuk menyelidiki peserta didik dapat mengaplikasikan
dan menemukan konsep melalui pemahaman konseptualnya, baik melalui
pengumpulan, pengorganisasian, kegiatan maupun pemunculan masalahmasalah
dan penginterprestasian data yang berkatian dengan isu-isu dalam lingkungan
dalam suatu kegiatan yang telah peserta didik tersebut (Yager dalam Lapono,
dirancang oleh guru. dkk, 2008: 3-28)
implikasi teori konstruktivistik dalam pembelajaran adalah sebagai berikut
• Kurikulum disajikan mulai dari keseluruhan menuju ke bagian- bagian dan lebih
mendekatkan kepada konsep-konsep yang lebih luas
• Pembelajaran lebih menghargai pada pemunculan pertanyaan dan ide-ide peserta
didik
• Kegiatan kurikuler lebih banyak mengandalkan pada sumber- sumber data primer dan
manipulasi bahan
• Peserta didik dipandang sebagai pemikir-peikir yang dapat memunculkan teori-teori
tentang dirinya
• Pengukuran proses dan hasil belajar peserta didik terjalin di dalam kesatuan
kegiatan pembelajaran, dengan cara guru mengamati hal- hal yang sedang dilakukan
peserta didik, serta melalui tugas-tugas pekerjaan
• Peserta didik-peserta didik banya belajar dan beerja di dalam group proses
• Memandang pengetahuan adalah non objektif, berifat temporer, selalu berubah, dan
tidak menentu
• Belajar adalah penyusunan pengetahuan, sedangkan mengajar adalah menata
lingkungan agar peserta didik termotivasi dalam menggali makna
• Teori belajar Humanistik dan implikasinya dalam pembelajaran “Pengertian Belajar
Menurut Teori Belajar Humanistik”
Garis besar pandangan Konstruktivisme
dalam pembelajaran

Pengetahuan merupakan
hasil konstruksi manusia dan
bukan sepenuhnya
representasi suatu fenomena
atau benda.
Pengetahuan
merupakan hasil
konstruksi sosial.

Pengetahuan
bersifat tentative
dan senantiasa
berubah
Teori belajar konstruktivisme adalah sebuah teori yang
memberikan kebebasan terhadap manusia yang ingin belajar
atau mencari kebutuhannya dengan kemampuan menemukan
keinginan atau kebutuhannya tersebut dengan bantuan fasilitasi
orang lain, sehingga teori ini memberikan keaktifan terhadap
manusia untuk belajar menemukan sendiri kompetensi,
pengetahuan, atau teknologi dan hal lain yang diperlukan guna
mengembangkan dirinya sendiri (Rangkuti, 2014).

Thank you for listening

Anda mungkin juga menyukai