Anda di halaman 1dari 21

ASKEP PASIEN DENGAN

FRAKTUR

Oleh

Ns. M. NURMAN, M.Kep


Definisi :
• Fraktur adalah kerusakan kontunuitas
tulang,tulang rawan epefisis atau tulang
rawan sendi yang biasanya dengan
melibatkan kerusakan vaskular dan
jaringan sekitarnya yang ditandai dengan
nyeri, pembengkakkan, dan tenderness.
(Syamsu Hidayat, 1997).
• Fraktur adalah terputusnya kontuinitas
jaringan tulang dan atau tulang rawan
yang umumnya di sebabkan oleh ruda
paksa (Sjamsuhidajat, 2004).
Etiologi
 Trauma
 Kecelakaan lalu lintas
 Kecelakaan olahraga
 Kecelakaan rumah tangga
 Kecelakaan kerja
 Bencana alam
 Gerakan plintir mendadak
 Kontraksi otot ekstrem
 Keadaan patologis : osteoporosis,
neoplasma
Manifestasi klinis
 Nyeri terus menerus dan bertambah beratnya
sampai fragmen tulang diimobilisasi,
hematoma, dan edema.
 Deformitas karena adanya pergeseran fragmen
tulang yang patah
 Terjadi pemendekan tulang yang sebenarnya
karena kontraksi otot yang melekat diatas dan
dibawah tempat fraktur.
 Krepitasi akibat gesekan antara fragmen satu
dengan lainnya.
 Pembengkakan dan perubahan warna lokal pada
kulit.
Patofisiologi
Trauma langsung dan tdk langsung

Fraktur terbuka/tertutup

Perdarahan/hematoma
Edema
Nekrotik

Gangguan hantaran ke bagian distal

Manifestasi klinis (sindrom kompartemen)


JENIS-JENIS FRAKTUR
 TRANSVERSAL (Melintang)
 OBLIQUE (Miring)
 SPIRAL
 COMMINUTIF
 IMPACTED
 INKOMPLIT
 MAJEMUK
 SIMPLE
KLASIFIKASI FRAKTUR :

TERTUTUP / TERBUKA
= CLOSED # = OPEN #

FRAKTUR
LUKA
Adanya hubungan udara
Luar dengan tempat fraktur
KOMPLIT/INKOMPLIT
Komplit : garis patah melalui seluruh
penampang tulang atau melalui kedua korteks
tulang.
Inkomplit :garis patah tidak melalui seluruh
penampang tulang
Prinsip Penanganan Fraktur (4 R)
 Rekognisi (Pengenalan) : menyangkut
diagnosi fraktur, lokasi fraktur, derajat
keparahan melalui pemeriksaan dan
keluhan dari klien.
 Reduksi (mengembalikan posisi tulang ke
posisi anatomis)
 Reduksi terbuka : dgn pembedahan,
memasang alat fiksasi interna (mis ; pen,
kawat, sekrup, plat dan batangan logam).
 Reduksi tertutup : ekstremitas dipertahankan
dgn fiksasi eksterna (mis ; gips, traksi, brace
dan bidai).
 Retensi Reduksi (immobilisasi)
Setelah direduksi, fragmen tulang harus di
imobilisasi atau dipertahankan dlm posisi dan
kesejajaran yg benar hingga terjadi penyatuan.
 Rehabilitasi : mempertahankan dan
mengembalikan fungsi ;
– Mempertahankan reduksi dan retensi reduksi
– Meninggikan daerah fraktur utk meminimalkan
pembengkakan
– Memantau status neuromuskular
– Latihan isometrik dan setting otot
– Kembali ke aktivitas semula secara bertahap.
Proses Penyembuhan Tulang
 Tahap I Pembentukan Hematoma /
Inflamasi
Terjadi perdarahan dalam jaringan yg cedera dan
terjadi pembentukan hematoma pd tempat patah
tulang. Selama 72 jam bekuan darah terbentuk
pada daerah fraktur. Seiring dengan
pembentukan bekuan darah, fibrin dilepaskan
dan lunak terbentuk di daerah fraktur. Fibrin
lunak ini secara protektif menutupi tulang yang
rusak dan bekerja sebagai dasar dalam
pertumbuhan jaringan kapiler dan fibroblas.
Tahap II Pembentukan Fibrokartilago /
Proliferasi Sel
Tahap ini terjadi pada hari ke 3 sampai 2 minggu.
Pada ujung periosteum, endosteum dan sumsum
tulang mensuplai sel yang berploriferasi dan
berdiferensiasi menjadi fibrokartilago, hialin
kartilago dan jaringan menyambung fibrosa.
Trauma periosteal berperan sebagai katalisator
pada ploriferasi osteoblas. Osteogenesis
berlangsung cepat dan pembentukan tulang,
yang secara primer tergantung pada suplai
darah, terjadi dalam beberapa hari.

Periosteum meninggi setelah beberapa hari.


berkombinasi dengan peninggian periosteum,
jaringan granulasi membentuk pembatas di
sekitar ujung setiap fragmen. Pembatas semakin
lama semakin besar, menggabungkan dan
membentuk jembatan yang menghubungkan sisi
fraktur.
 Tahap III Pembentukan Kallus
Tiga sampai 10 hari setelah cedera, jaringan
granulasi mulai berubah dan kallus sementara
(prokallus) mulai terbentuk. Permulaan
pembentukan kartilago dan matriks tulang
menembus kallus yang lunak dan meningkat
dalam jumlah sampai jumlah kallus sementara
mencukupi. Prokallus merupakan massa tulang
yang besar dan digantikan dengan anyaman
kartilago yang lebih besar dari diameter tulang.
Ini menahan fragmen tulang, namun tidak
memberikan kekuatan. Prokallus berkembang
sepanjang garis fraktur, memberikan tahanan
sementara. Pada fraktur yang tidak kompleks,
prokallus biasanya mencapai ukuran
maksimalnya pada 14-21 hari setelah cedera.
• Tahap IV Ossifikasi
Kallus permanen menjadi nyata, tulang kaku
terbentuk dan menutupi celah diantara tulang.
Ossifikasi pertama adalah pembentukan kallus
eksternal (diantara periosteum dan korteks),
kemudian kallus internal (medulary) dan
akhirnya kallus intermediet (diantara fragmen
kortikal). Selama minggu ke tiga sampai minggu
ke sepuluh penyembuhan, kallus berubah
menjadi tulang dan penyembuhan telah dapat
dilihat melalui X-ray. Pembentukan tulang ini
mengikat kedua ujung fraktur dan
menyempurnakan penyembuhan. Tahap ini
disebut juga tahap penyatuan.
Tahap V Konsolidasi dan
remodelling
Pada tahap yang sama dengan
pembentukan tulang sebenarnya,
kallus dirubah oleh osteoblastik dan
terjadi aktivitas osteoblastik. Akibatnya
kelebihan tulang dipahat dan diserap
oleh kallus. Jumlah dan waktu
remodelling dipengaruhi oleh tekanan
otot yang mengenaitulang, berat
badan dan umur. Remodelling pada
anak-anak lebih baik daripada dewasa.
Faktor yg mempengaruhi
penyembuhan fraktur
 Faktor yg mempercepat penyembuhan fr
 Imobilisasi fragmen tulang
 Kontak fragmen tulang maksimal
 Asupan darah yg memadai
 Nutrisi yg baik
 Latihan-pembebanan BB utk tulang panjang
 Hormon2 pertumbuhan, tiroid, kalsitonin,
vitamin D, steroid anabolik
 Potensial listrik pada patahan tulang
 Faktor yg menghambat penyembuhan fraktur :
 Trauma lokal ekstensif
 Kehilangan tulang
 Imobilisasi tak memadai
 Rongga atau jaringan diantara fragmen tulang
 Infeksi
 Keganasan lokal
 Penyakit tulang metabolik (mis; peny.paget)
 Radiasi tulang (nekrosis radiasi)
 Nekrosis avaskuler
 Fraktur intraartikuler (cairan sinovial mengandung
fibrolisin, yg akan melisis bekuan darah awal dan
memperlambat pembentukan kallus).
 Usia (lansia sembuh lebih lama)
 Kortikosteroid (menghambat kecepatan perbaikan).
Komplikasi
 Infeksi
 Kompartemen sindroma
 Kerusakan kulit;abrasi,laserasi,penetrasi,nekrosis
 Ganggren
 Emboli Paru
 Trombosis vena
 Osteoporosis pascatrauma
 Ruptur tendon
 Syok;hemoragik,neurogik
 Osteomielitis
 Tetanus
 Batu ginjal bila lama immobilisasi
Pemeriksaan Diagnostik
 Foto rontgen : menentukan lokasi/luasnya
fraktur/trauma.Skan tulang, tomogram, skan CT/MRI :
memperlihatkan fraktur;juga dapat digunakan untuk
mengidentifikasi kerusakan jaringan lunak.
 Arteriogram : dilakukan bila kerusakan vaskuler
dicurigai.
 Hitung darah lengkap
Ht mungkin meningkat (hemokonsentrasi) atau menurun
(perdarahan bermakna pada sisi fraktur atau organjauh
pada trauma multipel). Peningkatan jumlah SDP adalah
respons stress normal setelah trauma.
 Kreatinin
Trauma otot meningkatkan beban kreatinin untuk klirens
ginjal.
 Profil koagulasi
Perubahan dapat terjadi pada kehilangan darah,
transfusi multipel, atau cedera hati.

Anda mungkin juga menyukai