Anda di halaman 1dari 13

Nama Kelompok 4 :

Bafy Isza Aunillah 1914201004


Dena Tsabita Busroni 1914201008
Devi Syahfitri 1914201009
Absah Rizky 1914201013
Nindy Aulia 1914201102
Yulia Fatma 1914201040
MIASTENIA GRAVIS
DEFENISI ETIOLOGI

Kelainan primer pada


miastenia gravis dihubungkan
Mistenia gravis dengan gangguan transmisi pada
merupakan penyakit autoimun, neuromuscular junction, yaitu
biasanya mengenai orang penghubung antara unsur saraf dan
berumur 20-40 tahun, dengan unsur otot. Pada ujung akson motor
progresivitas kelemahan yang neuron terdapat partikel-partikel
fluktuasi, mengenai terutama globuler yang merupakan
otot okular, otot bulbus, dan penimbunan asetilkolin (ACh). Jika
otot tungkai proksimal (J. C. E. rangsangan motorik tiba pada ujung
Underwood, 2000: 906). Pada akson, partikel globuler pecah dan
penyakit ini terdapat antibodi ACh dibebaskan yang dapat
terhadap reseptor asetilkolin memindahkan gaya saraf yang
pada sinaps neuromuskular. kemudian bereaksi dengan ACh
Reseptor (AChR) pada membran
postsinaptik.
TANDA DAN PATOFISIOLOGI
GEJALA

Tanda dan gejala yang muncul, yaitu: Otot rangka dan otot lurik
1. ptosis fatig. dipersarafi oleh saraf besar
2. diplopia (persepsi adanya 2 bayangan) bermielin yang berasal dari sel
dengan keterbatasan gerak mata. konu anterior medula spinalis dan
3. kelemahan wajah yang meliputi ekspresi batang otak. Saraf-saraf ini
miastenik dan kelemahan saat menutup mengirimkan aksonnya dalam
mata. bentuk saraf-saraf spinal dan
4. gejala dan tanda bulbar yang meliputi kranial menuju ke perifer. Otot
disfagia (dengan regurgitasi nasal cairan), rangka dan otot lurik dipersarafi
dan disartria (suara hidung). oleh saraf besar bermielin yang
5. keterlibatan otot-otot pernapasan (gejala berasal dari sel konu anterior
bulbar dan pernapasan akut yang medula spinalis dan batang otak.
disebabkan oleh mistenia merupakan Saraf-saraf ini mengirimkan
keadaan gawat). aksonnya dalam bentuk saraf-saraf
6. kelemahan otot leher dan ekstremitas spinal dan kranial menuju ke
gerak, memburuk pada sore atau malam perifer.
hari dan setelah berolahraga atau fatig
abilitas
Pengobatan Pencegahan

Penyebab pasti miastenia


Miastenia gravis dapat diterapi dengan
gravis belum diketahui, jadi
beberapa obat berikut, yaitu:
tindakan pencegahan yang dapat
1. antikolinesterase, misal piridostigmin
2. kortikosteroid, misal prednisolon dilakukanpun belum dapat

3. imunosupresi, misal azatioprin dipastikan. Pada keadaan miastenia

4. timektomi jika terdapat timoma gravis terjadi penurunan jumlah


5. pertukaran plasma (plasmaferesis) atau asetilkolin yang berfungsi sebagai
imunoglobulin intravena untuk persiapan neurotransmitter sinaps yang
timektomi dan pada penyakit sangat berat. disampaikan ke otot.
Pengkajian Diagnosa keperawatan

1. Persepsi kesehatan: pola penatalaksanaan


kesehatan,
yang dapat muncul pada klien

Perilaku mencari pelayanan kesehatan anak dan dengan mistenia gravis, yaitu:

orang tua. 1. perubahan pola napas,


2. Nutrisi: Pola makan, Asupan gizi seimbang, berhubungan dengan
Peran orang tua dalam memberikan makanan gangguan sistem pernapasan.
seimbang, Rasa sakit ketika makan, Nafsu makan 2. gangguan rasa nyaman,
anak ketika sakit. berhubungan dengan nyeri
3. Pola eliminasi: Pola eliminasi defikasi, Pola tenggorokan saat batuk.
eliminasi miksi. 3. ketidakseimbangan nutrisi
4. Aktivitas: pola latihan, Pola aktivitas, Kekuatan kurang dari kebutuhan tubuh,
otot gerak, Pola bermain. berhubungan dengan
5. Tidur: pola istirahat, Pola tidur, Waktu tidur
penurunan keinginan makan;
dalam sehari, Gangguan tidur.
INTERVENSI

DX 1 DX 2.

1. Kaji ulang pola, frekuensi dan


1. Kaji intensitas nyeri tenggorokan

kedalaman napas pasien dengan skala nyeri

2. Atur posisi fowler atau 2. Kaji koping pasien terhadap nyerinya

semifowler ketika batuk


3. Bantu anak melakukan teknik 3. Ajarkan teknik napas dalam
napas dalam 4. Ajarkan teknik relaksasi
4. Kaji respon anak ( S dan O)
5. Elaborasi dalam pemberian obat batuk
5. Elaborasi untuk tindakan
6. Libatkan orang tua
oksigenasi
7. Kaji respon pasien (S dan O)
DX 3

1. Kaji kemampuan mengunyah dan menelan


2. Pantau asupan nutrisi setiap hari
3. Alihkan perhatian pasien dari rasa tidak
nyaman menelan yang dirasakannya
4. Pertahankan asupan nutrisi
IMPLEMENTASI

DX 1 DX 2

1. Telah melakukan pemeriksaan 1. Telah ditanyakan intensitas nyeri


fisik pada frekuensi , pola dan dengan menggunakan skala nyeri
kedalaman napas 1-10
2. Telah diberikan posisi fowler 2. Telah ditanyakan apa yang
3. Telah membantu anak melakukan dilakukan anak ketika nyeri terasa
teknik napas dalam 3. Telah diajarkan teknik napas dalam
4. Telah ditanyakan tanggapan anak 4. Telah diajarkan teknik relaksasi
terhadap tindakan dan mengkaji 5. Telah dilakukan elaborasi dalam
respon nonverbal anak. menentukan pemberian obat batuk
DX 3

1. Telah dikaji kekuatan motorik otot dengan diperiksa


bergerak
2. Telah diberikan posisi nyaman dan latihan bergerak
3. Telah dilakukan latihan ROM
4. Telah ditanyakan tanggapan dan respon nonverbal anak
5. Telah meminta orang tua untuk membantu melakukan
latihan
6. Telah dipantau perkembangan pola aktivitas anak secara
beekesinambungan.
Evaluasi
S: merupakan respon subjektif anak, misal anak sudah tidak
mengeluh sakit di tenggorokan lagi, tidak mengeluh
gangguan penglihatan, dan tidak mengeluh lemah untuk
beraktivitas.
O: merupakan respon objektif anak, misalnya pola, frekuensi
dan kedalaman napas.
A: merupakan analisis masalah pasien, misal masalah
teratasi, teratasi sebagian, timbul masalah baru atau tidak
teratasi.
P: rencana dilanjutkan, dihentikan atau dimodifikasi.
KESIMPULAN
 
Mistenia gravis merupakan penyakit autoimun, biasanya
mengenai orang berumur 20-40 tahun, dengan progresivitas
kelemahan yang fluktuasi, mengenai terutama otot okular, otot
bulbus, dan otot tungkai proksimal. Penyakit ini jarang terjadi. Faktor
yang menyebabkan terjadinya, yaitu karena gangguan neuromuskular
junction. Terjadi penurunan jumlah asetilkolin untuk disampaikan ke
otot dan kelenjar. Tanda dan gejala yang timbul, yaitu ptosis fatig,
diplopia, keterbatasan gerak mata, kelemahan wajah dan kelemahan
saat menutup mata, disfagia, dan disartria, keterlibatan otot-otot
pernapasan, kelemahan otot leher dan ekstremitas gerak.

Anda mungkin juga menyukai