Anda di halaman 1dari 25

ETIKA DAN KESEHATAN

REPRODUKSI

Dedi Alamsyah.SKM.M.Kes
Dari berbagai aspek tentang kesehatan
reproduksi, tiga hal yang sering menjadi
masalah terkait dengan etika dan hukum
kesehatan:

A. Aborsi
B. Teknologi Reproduksi Buatan
C. Keluarga Berencana
A. ABORSI

Aborsi adalah keluarnya atau dikeluarkannya hasil


konsepsi dari kandungan seorang ibu sebelum waktunya.
Aborsi atau abortus dapat terjadi secara spontan dan
aborsi buatan
Aborsi secara spontan merupakan mekanisme alamiah
keluarnya hasil konsepsi yang abnormal (keguguran)
Aborsi buatan atau juga disebut terminasi kehamilan,
ada 2 macam :
1. Bersifat legal
2. Bersfat Ilegal
1. Bersifat legal
Dilakukan oleh tenaga kesehatan/medis yang
berkompeten berdasarkan indikasi medis
Dengan persetujuan ibu yang hamil dan/atau suami
Aborsi legal disebut juga pengguguran dengan
indikasi medis, namun tidak semua tindakan yang
sudah mempunyai indikasi medik ini dapat
dilakukan aborsi buatan.
Beberapa persyaratan lain yang harus dipenuhi :
a. Aborsi hanya dilakukan sebagai tindakan teraputik.
b. Dengan persetujuan ibu hamil dan atau suaminya.
c. Disetujui secara tertulis oleh dua orang dokter yang
berkompeten
d. Dilakukan ditempat pelayanan kesehatan yang diakui
oleh suatu otoritas yang sah
2. Bersifat Ilegal

Dilakukan oleh tenaga kesehatan/tenaga medis yang


tidak kompeten
Melalui cara-cara diluar medis (pijat, jamu atau
ramuan-ramuan)
Dengan atau tnpa persetujuan ibu hamil dan/atau
suaminya.
Aborsi ilegal sering juga dilakukan oleh tenaga medis
yang kompeten, tetapi tidak mempunyai indikasi
medis.
Dalam undang undang kesehatan yang lama (UU No. 23 /
1992) ketentuan mengenai aborsi menyebutkan :
“dalam keadaan darurat sebagai upaya untuk
menyelamatkan jiwa ibu hamil dan atau janinnya dapat
dilakukan tindakan medis tertentu.”(Pasal 15)

Dalam Undang undang kesehatan yang berlaku saat ini


(UU No. 36/2009), ketentuan mengenai aborsi
depertegas :
“ setiap orang dilarang melakukan aborsi” (Pasal 75
ayat 1)
Bahwa tindakan medis tertentu atau aborsi yang
dimaksud hanya dapat dilakukan :
 Berdasarkan indikasi medis yang
mengharuskan diambilnya tindakan
 Oleh tenaga kesehatan yang mempunyai
keahlian dan kewenangan
 Disetujui oleh ibu hamil yang bersangkutan
atau suami atau keluarganya.
 Pada sarana kesehatan tertentu.
• Larangan aborsi ini dikecualikan berdasarkan:

a. indikasi kedaruratan medis yang dideteksi sejak


usia dini kehamilan, baik yang mengancam nyawa ibu
dan/atau janin, yang menderita penyakit genetik
berat dan/atau cacat bawaan, maupun yang tidak
dapat diperbaiki sehingga menyulitkan bayi tersebut
hidup di luar kandungan; atau

b. kehamilan akibat perkosaan yang dapat


menyebabkan trauma psikologis bagi korban
perkosaan.
(Pasal 75 ayat 2)
Tindakan - tindakan pengecualian terhadap aborsi hanya dapat
dilakukan setelah melalui konseling dan/atau penasehatan pra
tindakan dan diakhiri dengan konseling pasca tindakan yang
dilakukan oleh konselor yang kompeten dan berwenang.

Jika tindakan pengecualian terhadap aborsi terpaksa


dilakukan, beberapa persyaratan yang harus dipenuhi adl:
a. sebelum kehamilan berumur 6 (enam) minggu dihitung dari
hari pertama haid terakhir, kecuali dalam hal kedaruratan
medis;
b. oleh tenaga kesehatan yang memiliki keterampilan dan
kewenangan yang memiliki sertifikat yang ditetapkan oleh
menteri;
c. dengan persetujuan ibu hamil yang bersangkutan;
d. dengan izin suami, kecuali korban perkosaan; dan
e. penyedia layanan kesehatan yang memenuhi syarat yang
ditetapkan oleh Menteri.
Sanksi Pidana Aborsi

Setiap orang yang dengan sengaja melakukan


aborsi tidak sesuai dengan ketentuan
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 75 ayat
(2) dipidana dengan pidana penjara paling
lama 10 (sepuluh) tahun dan denda paling
banyak Rp1.000.000.000,00 (satu miliar
rupiah).
B. Tekhnologi Reproduksi Buatan
• tiga dasawarsa terakhir ini, tekhnologi kesehatan
khususnya di bidang reproduksi telah mengalami
terobosan yang besar, yakni bayi tabung (baby
tube)dan cloning.
• Kedua metode ini merupakan metode diluar
kehamilan alamiah, oleh karena itu disebut
Tekhnologi Reproduksi Buatan / TRB (man made
reproduction technology)
• TRB merupakan tekhnik dimana oosit (sel telur
yang sudah dibuahi ) dimanipulasi (disemaikan)
dalam media tabung (tube) sebelum ditanamkan
kedalam rahim ibu.
• Tekhnologi bayi tabung merupakan upaya yang
dilakukan bagi suami istri yang mempunyai masalah
untuk mengalami kehamilan secara alamiah.
• Dapat juga dikatakan bahwa metode ini merupakan
upaya yang terakhir atau pengobatan bagi pasangan
yang kurang subur.
• Tekhnologi bayi tabung di pelopori oleh Louise
Brown dari Inggris pada tahun 1978
• Namun metode ini juga mempunyai tingkat
kegagalan yang tinggi, walaupun terjadi pembuahan
dalam media tabung, tetapi ketika dipindahkan
kedalam rahim bisa terjadi kegagalan.
• Walaupun mempunyai tingkat kegagalan yang tinggi,
namun para ahli reproduksi tidak pantang surut untuk
mencari terobosan.
• Pada akhir abad ke-20 di Inggris juga ditemukan
reproduksi buatan lagi yang disebut dengan “cloning”
oleh Dr. Ian Welmut, pada tahun 1997.
• Dr. Ian berhasil memanfaatkan tekhnologi transplantasi
inti sel dari sel dewasa sehingga dapat menumbuhkan
kehidupan baru.
• Meskipun cloning ini baru berhasil pada binatang,
khususnya domba, namun penemuan ini telah
menimbulkan gelombang kegelisahan, bahkan
keprihatinan.
Yang tidak setuju dengan tekhnonologi
cloning khawatir jika nanti cloning
diterapkan pada manusia seperti halnya
tekhnologi bayi tabung.
Dewasa ini para ahli berpendapat bahwa
pengkloningan individu manusia tidak
dapat diterima, baik dari segi agama,
segi etik maupun dari segi hukum.
• Terkait kehamilan diluar alami ini, ketentuan undang undang
kesehatan mengatur hal sebagai berikut :

a. Kehamilan diluar cara alami dapat dilaksanakan sebagai


upaya terakhir untuk membantu suami istri dalam
mendapatkan keturunan
b. Upaya kehamilan di luar cara alami hanya dapat dilakukan
oleh pasangan suami istri yang sah dengan ketentuan:
 hasil pembuahan sperma dan ovum dari
suami istri yang bersangkutan ditanamkan
dalam rahim istri dari mana ovum berada.
 dilakukan oleh tenaga kesehatan yang
mempunyai keahlian dalam kewenangan
untuk itu
C. KELUARGA BERENCANA
• Keluarga Berencana adalah upaya mengatur kelahiran anak, jarak
dan usia ideal melahirkan, mengatur kehamilan, melalui promosi,
perlindungan, dan bantuan sesuai dengan hak reproduksi untuk
mewujudkan keluarga yang berkualitas.

• Program Keluarga Berencana di Indonesia telah dimulai sejak tahun


1970, sampai dengan saat ini telah mengalami pasang surut

• Berbagai cara ber –KB telah ditawarkan dan berbagai alat


kontrasepsi di sediakan oleh pemerintah, mulai dari cara
tradisional, barier, hormonal (pil, suntikan, susuk KB), bahkan saat
ini tersedia alat kontrasepsi yang bersifat permanen.(kontrasepsi
mantap / vasektomi dan tubektomi)

• Dari segi hak-hak asasi manusia, maka seyogiayanya segala jenis


kontrasepsi yang ditawarkan hatuslah mendapat persetujuan dari
• Hukum dan etika Keluarga Berencana di Indonesia saat ini
diatur dalam UU No. 52 Tahun 2009 tentang Perkembangan
Kependudukan dan Pembangunan Keluarga (mengantikan UU
No. 10/1992)

• Kebijakan keluarga berencana sebagaimana dilaksanakan


untuk membantu calon atau pasangan suami istri dalam
mengambil keputusan dan mewujudkan hak reproduksi secara
bertanggung jawab tentang:
a. usia ideal perkawinan;
b. usia ideal untuk melahirkan;
c. jumlah ideal anak;
d. jarak ideal kelahiran anak; dan
e. penyuluhan kesehatan reproduksi.
• Kebijakan keluarga berencana bertujuan untuk:
a. mengatur kehamilan yang diinginkan;
b. menjaga kesehatan dan menurunkan angka
kematian ibu, bayi dan anak;
c. meningkatkan akses dan kualitas informasi,
pendidikan, konseling, dan pelayanan keluarga
berencana dan kesehatan reproduksi;
d. meningkatkan partisipasi dan kesertaan pria
dalam praktek keluarga berencana; dan
e. mempromosikan penyusuan bayi sebagai upaya
untuk menjarangkan jarak kehamilan.
• Kebijakan keluarga berencana mengandung
pengertian bahwa dengan alasan apapun promosi
aborsi sebagai pengaturan kehamilan dilarang.

• kebijakan keluarga berencana dilakukan melalui upaya:


a. peningkatan keterpaduan dan peran serta masyarakat;
b. pembinaan keluarga; dan
c. pengaturan kehamilan dengan memperhatikan agama,
kondisi perkembangan sosial ekonomi dan budaya, serta
tata nilai yang hidup dalam masyarakat.

• Upaya sebagaimana dimaksud , disertai dengan


komunikasi, informasi dan edukasi.
• Pengaturan kehamilan adalah upaya untuk membantu
pasangan suami istri untuk melahirkan pada usia yang ideal,
memiliki jumlah anak, dan mengatur jarak kelahiran anak
yang ideal dengan menggunakan cara, alat, dan obat
kontrasepsi.

• Pelayanan kontrasepsi diselenggarakan dengan tata cara


yang berdaya guna dan berhasil guna serta diterima dan
dilaksanakan secara bertanggung jawab oleh pasangan
suami isteri sesuai dengan pilihan dan mempertimbangkan
kondisi kesehatan suami atau isteri.

• Pelayanan kontrasepsi secara paksa kepada siapa pun dan


dalam bentuk apa pun bertentangan dengan hak asasi
manusia dan pelakunya akan dikenakan sanksi sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan.
• Penyelenggaraan pelayanan kontrasepsi dilakukan dengan cara
yang dapat dipertanggungjawabkan dari segi agama, norma
budaya, etika, serta segi kesehatan.

• Suami dan/atau isteri mempunyai kedudukan, hak, dan


kewajiban yang sama dalam melaksanakan keluarga berencana.

• Dalam menentukan cara keluarga berencana Pemerintah wajib


menyediakan bantuan pelayanan kontrasepsi bagi suami dan
isteri.

• Penggunaan alat, obat, dan cara kontrasepsi yang


menimbulkan risiko terhadap kesehatan dilakukan atas
persetujuan suami dan istri setelah mendapatkan informasi
dari tenaga kesehatan yang memiliki keahlian dan kewenangan
untuk itu.
Tata cara penggunaan alat, obat, dan cara
kontrasepsi dilakukan menurut standar
profesi kesehatan sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan.

Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara


penggunaan alat, obat, dan cara kontrasepsi
diatur dengan peraturan menteri yang
bertanggungjawab di bidang kesehatan.
• SUAMI DAN ISTRI HARUS SEPAKAT MENGENAI
PENGATURAN KEHAMILAN DAN CARA YANG
DIPAKAI AGAR TUJUANNYA TERCAPAI DENGAN
BAIK.

• KEPUTUSAN ATAU TINDAKAN SEPIHAK DAPAT


MENIMBULKAN KEGAGALAN ATAUPUN MASALAH
DIKEMUDIAN HARI

• OLEH KARENA ITU APABILA ISTRI GAGAL


MENGGUNAKAN ALAT KONTRASEPSI DENGAN
ALASAN KESEHATAN, MAKA SUAMILAH YANG
HARUS MEGGUNAKAN ALAT KONTRASEPSI YANG
COCOK BAGINYA.
• Pengaturan tentang Keluarga Berencana dalam undang
undang kesehatan menegaskan bahwa :

1. Pelayanan kesehatan dalam keluarga berencana


dimaksudkan untuk pengaturan kehamilan bagi
pasangan usia subur untuk membentuk generasi
penerus yang sehat dan cerdas. 
2. Pemerintah bertanggung jawab dan menjamin
ketersediaan tenaga, fasilitas pelayanan, alat dan
obat dalam memberikan pelayanan keluarga
berencana yang aman, bermutu, dan terjangkau
oleh masyarakat.
3. Ketentuan mengenai pelayanan keluarga berencana
dilaksanakan sesuai dengan peraturan
perundangundangan.
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai