Anda di halaman 1dari 35

PERAN IDI DALAM MENCAPAI ELIMINASI MALARIA

IKATAN DOKTER INDONESIA


CABANG BINTAN
ISU PENTING

 STATUS KESEHATAN MASYARAKAT


 JAMINAN KESEHATAN NASIONAL
 KESIAPAN DOKTER DAN FASILITAS KESEHATAN
 PEMBINAAN ANGGOTA  STANDAR PROFESI
 PERUBAHAN IKLIM
 ELIMINASI MALARIA ?
PENYAKIT TROPIS DI
INDONESIA

 DBD
 DIARE
 MALAR IA
 TB ( MDR TB, Co-infection TB-HIV)
 HIV/AIDS
 FLU BURUNG
 DIFTERI
 DLL
MASALAH MALARIA

 Malaria masih menjadi masalah kesehatan


 Angka kesakitan malaria (Nov 2012, Kemenkes RI) :
 429.948 kasus positif malaria
 2.051.425 kasus klinis
 341.697 kasus diterapi ACT
 1.900.725 kasus diperiksa darah
 API = 1,75 ‰
 Masih banyak propinsi di Indonesia yang belum bebas malaria
 Malaria klinis tanpa konfirmasi, resistensi OAM, supply ACT,
sistem informasi dan manajemen logistik ??
PERMASALAHAN MALARIA
LATAR BELAKANG

Komitmen Komitmen
Regional Komitmen
Global Nasional

 Asia Pasific Leader’s Malaria Alliance Komitmen pimpinan negara


 Tahun 2007 : Resolusi WHA (APLMA) : eliminasi malaria di kawasan  Tahun 1959 Presiden Soekarno
60  Eliminasi Malaria Asia Pasific tahun 2030 membentuk KOPEM (Komando
 Tahun 2021 : WHA 72  re-  Tahun 2014 East Asia Summit ke-9 Pembasmian Malaria)
commitment Elma 2030  Tahun 2008 saat HMS I Presiden SBY
Eliminasi Malaria di Kawasan Asia
 SDGs : menghentikan epidemi menyatakan untuk Eliminasi Malaria
Pasifik
2030
malaria tahun 2030  Tahun 2018 East Asia Summit ke-13
 Program Prioritas Janji Presiden 2020-
Eliminasi Malaria di Kawasan Asia 2024
Pasifik  Indikator dalam RPJMN 2020-2024
IDI

 Ikatan Dokter Indonesia (IDI) adalah satu-satunya


organisasi profesi Kedokteran yang menghimpun para
dokter Indonesia, bersifat independen, dijiwai oleh
Sumpah Dokter dan Kode Etik Kedokteran Indonesia.
 Ketentuan umum UUPK : Organisasi profesi dokter
adalah IDI.
TUJUAN IDI

 Memadukan segenap potensi dokter di Indonesia,


meningkatkan harkat, martabat, dan kehormatan diri dan
profesi dokter di Indonesia, mengembangkan ilmu
pengetahuan dan teknologi Kedokteran, dalam rangka
meningkatkan derajat kesehatan rakyat Indonesia
menuju masyarakat sehat dan sejahtera.
PENGURUS BESAR IKATAN DOKTER INDONESIA

PENGURUS BESAR
Majelis Kolegium Majelis Pengembangan Majelis PENGURUS
Pelayanan Keprofesian
Kedokteran Kehormatan Tingkat Pusat
Indonesia 35 PDSp Etik
Kedokteran
2 PDPP
34 Kolegium 42 PDSm

Badan
Kajian

Pengurus
32 IDI Wilayah
Tingkat
Propinsi

374 IDI Cabang


Pengurus
IDI Cabang
Tingkat
IDI Cabang Cabang

Dokter
Dokter
KEGIATAN IDI

 Fungsi sebagai organisasi profesi yang menyangkut


pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi serta pembinaan
terhadap anggota melalui koordinasi di Wilayah, cabang dan
perhimpunan,
 Melakukan berbagai kegiatan dalam rangka menjaga dan
meningkatkan derajat kesehatan masyarakat bermitra dengan
pemerintah, organisasi maupun lembaga donor yang mempunyai
tujuan yang sama dalam menyehatkan bangsa Indonesia.
TERKAIT MALARIA

 Mengangkat topik malaria pada pertemuan ilmiah tahunan, misalnya


pada PIT PDUI dan Indo Medica Expo PB IDI
 Bersama dengan KEMENKES menyelenggarakan seminar dalam
rangka hari malaria sedunia
 Penyusunan kurikulum malaria untuk pendidikan dokter
 Penyusunan buku saku penatalaksanaan kasus malaria
 Workshop penanganan malaria di RS rujukan
 Membuat “Dukungan Resmi” untuk program Eliminasi Malaria yang
ditandatangani oleh PB IDI dan 9 perhimpunan terkait
 Sosialisasi pedoman tata laksana kasus malaria terkini ke IDI Wilayah
dan Cabang
4Standar
groupsTatalaksana
Standard Malaria
for Malaria
Management
4 Kelompok Standar
Dukungan Organisasi Profesi

Diserahkan Kepada
Menkes RI pada
Peringatan HMS
2010 oleh Ketua IDI
Eliminasi Malaria

Adanya Sistem yang


baik untuk
memastikan tidak 50 Eliminasi malaria adalah suatu
ada penularan % menghentikan
upaya untuk
kembali
penularan malaria setempat
S
dalam satu wilayah geografi tertentu,
Tidak ada penularan Y
setempat selama tiga tahun
dan bukan berarti
tidak ada
A
berturut-turut kasus malaria impor serta sudah
R tidak ada vektor di wilayah tersebut,
Positivity Rate < 5% A sehingga tetap dibutuhkan kegiatan
50%
T kewaspadaan untuk mencegah
penularan kembali
API< 1 Per 1000 penduduk
Peta Jalan Eliminasi Malaria di Indonesia
Subnational Eliminasi merupakan inovasi Indonesia sebagai 2030
negara besar untuk mencapai eliminasi malaria secara Bertahap 2029
2028 Eminiasi Malaria
Semua Prov & Regio Nasional
2025 eliminasi malaria
Semua Kab/kota
2019 eliminasi malaria
Indignous terakhir
di Indonesia
RPJMN 300 Kab/ko
Eliminasi
5.
5. Regional
Regional Papua
Papua
2029
&
& Papua
Papua Barat
Barat
Usulan Verifikasi Eliminasi Malaria-WHO Per Wilayah Regional
4.
4. Regional
Regional Maluku
Maluku &
& NTT
NTT 2028

3.
3. Regional
Regional Kalimantan
Kalimantan
& Malut 2027
& Malut
2.
2. Regional
Regional Sumatera,
Sumatera,
Sulawesi, 2025
Sulawesi, NTB
NTB
1.
1. Regional
Regional Jawa-Bali
Jawa-Bali
2023
Kebijakan dan Strategi
Program Eliminasi
Malaria
Kebijakan Program Malaria

Diagnostik
• Gold Standar secara mikroskopis dan RDT, PCR pada situasi
tertentu
• Ditunjang dengan jejaring pemantapan mutu disetiap level
Pengobatan
• Pengobatan standar lini pertama menggunakan ACT/DHP dan Primaquin
(tanpa komplikasi)
• Pengobatan dengan artesunate inj (malaria berat)

Surveilans
• Peningkatan penemuan di daerah tinggi dan sedang
• Penyelidikan epidemiologi dan surveilans migrasi di daerah rendah dan
bebas

Penanggulangan dan Surveilans Vektor


• Distribusi kelambu di daerah tinggi dan fokus
• Surveilans vector dan pemetaan reseptivitas

Advokasi dan KIE


• Interpersonal Komunikasi Perubahan perilaku
• Advokasi peningkatan komitmen
STANDARD DIAGNOSIS

 Setiap individu yang tinggal di daerah endemik malaria yang menderita


demam atau memiliki riwayat demam dalam 48 jam terakhir atau tampak
anemi; wajib diduga malaria tanpa mengesampingkan penyebab demam yang
lain.
 Setiap individu yang tinggal di daerah non endemik malaria yang menderita
demam atau riwayat demam dalam 7 hari terakhir dan memiliki risiko tertular
malaria ; wajib diduga malaria. Risiko tertular malaria termasuk : riwayat
bepergian ke daerah endemik malaria atau adanya kunjungan individu dari
daerah endemik malaria di lingkungan tempat tinggal penderita.
 Setiap penderita yang diduga malaria harus diperiksa darah malaria dengan
mikroskop atau RDT.
 Untuk mendapatkan pengobatan yang cepat maka hasil diagnosis malaria harus
didapatkan dalam waktu kurang dari 1 hari terhitung sejak pasien
memeriksakan diri.
Pemeriksaan Laboratorium
Malaria
Mikroskopis RDT PCR
Pemeriksaan parasite malaria
Pemeriksaan cepat malaria dengan Pemeriksaan biomolekuler dengan
mernggunakan pewarnaan sediaan
mendeteksi antigen mendeteksi DNA Parasit
darah

Merupakan gold standar • Tes cepat yang digunakan untuk • PCR digunakan dalam
karena dapat membedakan spesies, kegawatdaruratan atau pada penelitian serta
menghitung kepadatan parasite dan daerah terpencil
mudah digunakan di fasyankes • Pemeriksaan RDT bersifat
Surveilans knowlesi
kualitatif, tidak dapat digunakan
untuk pemantauan
pengobatan.
Mikroskop vs Uji Malaria

Mikroskopik Uji Cepat Malaria

 SDM harus trampil sekali  mudah


 Pelatihan cukup  Pelatihan 1 hari
 Kontrol kualitas terjaga  Kontrol kualitas bisa dijaga
 Pemeliharaan sulit  Tidak perlu pemeliharaan
 Mobilitas terbatas  Mobilitas bisa dilapangan
 Lebih mahal  Harga bervariasi, namun total
mungkin lebih murah
 Lebih sensitif  Kurang sensitif
Pengobatan Malaria
• Pengobatan penderita malaria harus mengikuti kebijakan nasional pengendalian
malaria di Indonesia.
• Pengobatan dengan ACT hanya diberikan kepada penderita dengan hasil
pemeriksaan darah malaria positif.
• Penderita malaria tanpa komplikasi harus diobati dengan terapi kombinasi berbasis
artemisinin (ACT) plus primakuin sesuai dengan jenis plasmodiumnya.
• Setiap tenaga kesehatan harus memastikan kepatuhan pasien
meminum obat sampai habis melalui konseling agar tidak terjadi resistensi
Plasmodium terhadap obat.
• Penderita malaria berat harus diobati dengan Artesunate intramuskular atau intravena
dan dilanjutkan ACT oral plus primakuin.
STANDARD PEMANTAUAN
PENGOBATAN

 Evaluasi pengobatan dilakukan dengan pemeriksaan klinis dan


mikroskopis
 Pada penderita rawat jalan, evaluasi pengobatan dilakukan
setelah pengobatan selesai (hari ke-4), hari ke-7, 14, 21, dan
28.
 Pada penderita rawat inap, evaluasi pengobatan dilakukan
setiap hari hingga tidak ditemukan parasit dalam sediaan darah
selama 3 hari berturut-turut, dan setelahnya di evaluasi seperti
pada penderita rawat jalan.
STANDARD TANGGUNG JAWAB
KESEHATAN MASYARAKAT

 Petugas kesehatan harus mengetahui tingkat endemisitas malaria di wilayah


kerjanya dengan berkoordinasi dengan Dinas Kesehatan setempat.
 Untuk meningkatkan penemuan kasus dan pengobatan malaria maka layanan
terhadap penderita dapat dilakukan dengan membina hubungan kemitraan antara
fasilitas kesehatan pemerintah dengan swasta
 Petugas kesehatan memantau pasien malaria dengan memastikan bahwa dilakukan
penanganan yang sesuai pedoman tatalaksana malaria .
 Petugas harus melaporkan semua kasus malaria baik kasus baru maupun relaps dan
hasil pengobatannya kepada dinas kesehatan setempat sesuai dengan ketentuan dan
kebijakan yang berlaku.
ALUR PENEMUAN PENDERITA

Pasien datang dengan gejala klinis demam atau


riwayat demam dalam 7 hari terakhir
(dapat disertai nyeri kepala, mual, muntah,
diare, nyeri otot dan pegal-pegal )

Periksa Darah Malaria dengan


mikoskop atau RDT

HASIL NEGATIF
HASIL POSITIF

MALARIA CARI
ULANG PEMERIKSAAN
DARAH MALARIA ETIOLOGI
SETIAP 24 JAM DEMAM
HINGGA 48 JAM YANG LAIN

HASIL POSITIF TERAPI


SESUAI
ETIOLOGI
MALARIA
Penanggulangan Vektor
Malaria
Perlindungan menyeluruh (universal protection)
Pencegahan dengan kelambu berinsektisida (LLIN) di daerah
penularan penularan malaria
malaria melalui

Manaje
Perlindungan dengan
men
IRS/Penyemperotan dinding rumah di
Vektor daerah terpilih
Terpadu
dan upaya lain Pengendalian vektor berbasis masyarakat
yang terbukti
efektif, efisien, termasuk integrated vector management
praktis dan seperti penggunaan repellent, larvasidasi dan
aman manajemen lingkungan
Dokter Layanan Primer

 Dokter Primer diharapkan mampu menanggani Setiap Malaria


tanpa Komplikasi:
 Diagnosis Malaria yang cepat
 Pengobatan Malaria yang tepat
 Terlibat dalam upaya Promosi & Pencegahan Penularan antara
lain mampu melakukan komunikasi untuk mengubah Perilaku
berisiko terkena Malaria
RENCANA KERJA IDI

 SOSIALISASI PEDOMAN PENATALAKSANAAN


MALARIA TERKINI UNTUK DOKTER PRAKTEK
SWASTA (DPS)
 TRAINING OF TRAINER (TOT) PELATIHAN
PENATALAKSANAAN MALARIA TERKINI
 PELATIHAN PENATALAKSANAAN MALARIA TERKINI
 MONITORING & EVALUASI PENATALAKSANAAN KASUS-
KASUS MALARIA DI TEMPAT PRAKTEK
 PENCATATAN DAN PELAPORAN PENATALAKSANAAN
KASUS MALARIA
RENCANA KERJA IDI

 KEMITRAAN UNTUK MENDUKUNG PROGRAM


ELIMINASI MALARIA DI INDONESIA
 KEMITRAAN LINTAS PROFESI (DOKTER, BIDAN,
PERAWAT, FARMASI, KESMAS ) UNTUK MENDUKUNG
PROGRAM ELIMINASI MALARIA DI INDONESIA
 KELOMPOK KERJA MALARIA PB IDI BERMITRA DENGAN
KEMENKES, EIJKMAN, FK, FARMASI, DLL
 SEMINAR, SIMPOSIUM DAN WORKSHOP TENTANG
PENATALAKSANAAN MALARIA TERKINI
RENCANA KERJA IDI

 MEMBENTUK POKJA “MALARIA”


 KEBIJAKAN DAN STRATEGI IDI UNTUK PERCEPATAN ELIMINASI MALARIA DI
INDONESIA
 MENGKOORDINIR KEGIATAN IDI TERKAIT MALARIA

 PENYUSUNANPEDOMAN PENATALAKSANAAN
KASUS MALARIA KHUSUS :
 MALARIA ANAK
 MALARIA PADA KEHAMILAN
 MALARIA BERAT
 MALARIA DENGAN PENYAKIT LAIN
RENCANA KERJA IDI

 PENYEDIAAN ALAT DIAGNOSTIK DAN OBAT


MALARIA DI DOKTER PRAKTEK SWASTA

 PENYEDIAAN OBAT MALARIA


 PENYEDIAAN ALAT DIAGNOSTIK MALARIA BERUPA
FASILITAS RDT DAN ALAT PERIKSA MIKROSKOPIK
 PENYEDIAAN SISTEM DATABASE TERKAIT
PENATALAKSANAAN KASUS MALARIA
RENCANA KERJA IDI

• PENYUSUNAN MUATAN MATERI PENATALAKSANAAN MALARIA


TERKINI DALAM KURIKULUM PENDIDIKAN DOKTER
INDONESIA DAN P2KB DENGAN KOLEGIUM DOKTER
INDONESIA, AIPKI DAN KKI
• PENYUSUNAN STANDAR PELAYANAN DAN STANDAR PROSEDUR
OPERASIONAL (SOP) PENATALAKSANAAN KASUS MALARIA DI
LAYANAN PRIMER, DI LAYANAN RUJUKAN, DAN DI FASILITAS
DENGAN SUMBER DAYA TERBATAS (TERPENCIL)
RENCANA KERJA IDI

 MAPPING FASILITAS KESEHATAN (DOKTER) BERDASARKAN PETA ENDEMISITAS,


MIGRASI DAN RESISTENSI PENGOBATAN MALARIA
 TOPIK MALARIA MASUK KE MAJALAH IDINEWS DAN WEBSITE IDI YANG BISA DIAKSES
OLEH SELURUH ANGGOTA
 KAJIAN KEBUTUHAN VAKSIN SPESIFIK DAN OBAT ALTERNATIF UNTUK KASUS MALARIA
DI INDONESIA
 PENCEGAHAN PENULARAN MALARIA MELALUI TRANSFUSI DARAH
 RISET KLINIS DAN EPIDEMIOLOGIS TERKAIT KASUS MALARIA DI LAYANAN PRIMER DAN
RUJUKAN
 TINDAK LANJUT PENEMUAN KASUS DI KLINIK DENGAN AKTIFITAS PENCEGAHAN UNTUK
MEMUTUS MATA RANTAI PENULARAN
 PENINGKATAN MUTU, AKSES & CAKUPAN PEMERIKSAAN DAN PENGOBATAN KASUS
MALARIA DI DAERAH TERPENCIL
 PENINGKATAN KOMPTETENSI DOKTER : IN HOUSE TRAINING  ON JOB TRAINING 
SELF GUIDANCE
RTL

 Lakukan Sosialisasi terhadap staf di Puskesmas


 Bentuk Tim IPC Penanganan Malaria di Puskesmas
TERIMA KASIH
Referensi

 Abd. Halik Malik, Peran IDI dalam Mencapai Eliminasi Malaria,


2013
 Kemenkes RI-WHO-IDI, Buku Saku Penatalaksanaan Kasus
Malaria, 2012
 Kebijakan dan Strategi Eliminasi Malaria Menuju
Eliminasi, Disampaikan pada Kegiatan Monitoring dan
Evaluasi Malaria Provinsi Kepulauan Riau
 STRATEGI ELIMINASI MALARIA DI INDONESIA, dr.Guntur
Argana, M.Kes, Koordinator Subtansi Malaria

Anda mungkin juga menyukai