Anda di halaman 1dari 5

LAPORAN KETUA PANITIA

WORKSHOP TATALAKSANA KASUS MALARIA


BAGI FASYANKES KAB. ANAMBAS DAN LINGGA TAHUN 2022
Zoom meeting , 15 s.d 16 Juni 2022

I. PENDAHULUAN

Penyakit Malaria saat ini masih menjadi masalah kesehatan


masyarakat di Indonesia, termasuk di Provinsi Kepulauan Riau.
Berdasarkan data yang di dapat, seluruh Kabupaten/Kota telah
melaporkan adanya kasus malaria. Berdasarkan KEPMENKES RI Nomor
293/MENKES/SK/IV/2009 tentang Eliminasi Malaria dan percepatan
pencapaian MDGs, maka berbagai upaya telah dilakukan Dinas
Kesehatan Prov. Kepulauan Riau untuk pemberantasan malaria, mulai
dari penemuan kasus, pemeriksaan laboratorium, pengobatan dan
pengendalian vektor.
Berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 293 / MENKES
/ SKII Tahun 2009 Tentang Eliminasi Malaria, bahwa target eliminasi
malaria di wilayah Sumatera yaitu tahun 2025. Untuk mencapai hal
tersebut maka berbagai upaya telah dilakukan untuk pengendalian
malaria, mulai dari penemuan kasus, pemeriksaan laboratorium,
pengobatan dan pengendalian vektor. Adapun yang menjadi indikator
prioritas program pengendalian malaria adalah sebagai berikut :
a) RPJMN 2020-2024
 Jumlah Kab/Kota yang eliminasi malaria
b) Renstra Kemenkes
 Jumlah Kab/Kota dengan API <1 per 1000 penduduk
c) Program Prioritas Janji Presiden
 Pertahun : Jumlah Kab/Kota yang mencapai eliminasi
malaria
 Pertriwulan : % kasus malaria yang dikonfirmasi (100%)
% kasus malaria yang diobati sesuai standar
/ ACT (95%)
Indikator pencapaian program pemberantasan malaria yang ditetapkan
Kementerian Kesehatan RI adalah nilai API (Annual Paracite Incidence)
yaitu jumlah kasus positif malaria dengan konfirmasi laboratorium per
1000 penduduk.

Dari 7 Kab/Kota yang ada di Kepulauan Riau, 3 Kab/Kota diantaranya


telah mendapatkan sertifikat eliminasi malaria yaitu Kota Tanjungpinang,
Kota Batam dan Kabupaten Tanjung Balai Karimun. Ada 4 Kabupaten
yang belum mencapai eliminasi yaitu Kabupaten Bintan, Kabupaten
Lingga, Kabupaten Natuna dan Kabupaten Anambas. Diharapkan dengan
peningkatan kegiatan pengendalian, target eliminasi malaria tahun 2025 di
Provinsi Kepulauan Riau dapat tercapai.
Berdasarkan peta di atas dapat diketahui pada tahun 2020, hampir
seluruh Kab/Kota sudah mencapai API <1. Hal ini dikarenakan adanya
peningkatan kegiatan penemuan kasus dan pelaporan yang baik.
Kegiatan pengendalian vektor malaria telah mampu menurunkan jumlah
kasus malaria di beberapa Kab/Kota terutama distribusi kelambu
berinsektisida dan kegiatan larvaciding. Selain itu, pengobatan sesuai
standar (ACT) telah dilakukan di Puskesmas dan Rumah Sakit sehingga
angka kesakitan dan kematian akibat malaria dapat diturunkan.
Indikator suspek yang dikonfirmasi laboratorium adalah persentase
suspek malaria yang dilakukan konfirmasi laboratorium baik
menggunakan mikroskop maupun Rapid Diagnostic Test (RDT) dari
semua suspek yang ditemukan. Target yang diharapkan adalah 100%
yaitu persentase suspek malaria yang dilakukan konfirmasi laboratorium
baik menggunakan mikroskop maupun Rapid Diagnostic Test (RDT) dari
semua suspek yang ditemukan. Dari tahun 2010-2020 pemeriksaan
sediaan darah terus meningkat. Pada tahun 2020 semua kasus malaria
dikonfirmasi dengan mikroskopis dan RDT (100%).
Indikator pengobatan malaria adalah proporsi penderita positif yang
diobati dengan ACT dibandingkan dengan jumlah penderita positif. Angka
ini digunakan untuk melihat kualitas pengobatan kasus malaria apakah
sesuai dengan standar nasional atau tidak.
Target penggunaan ACT ini adalah 95%. ACT merupakan obat yang
efektif untuk membunuh parasit malaria, sementara obat malaria lama
yang masih beredar yaitu klorokuin telah resisten. Penggunaan ACT yang
harus berdasarkan hasil pemeriksaan laboratorium merupakan salah satu
upaya mencegah terjadinya resistensi. Persentase penderita malaria
positif yang diobati ACT pada tahun 2020 adalah sebesar 100%. Untuk
lebih meningkatkan koordinasi antara tenaga medis di Kabupaten/Kota
dalam pengobatan malaria, terutama kaitannya dengan berbagai
kebijakan pengobatan malaria terbaru maka perlu dilakukan pertemuan
pembentukan Pokja tetalaksana malaria bagi tenaga medis (dokter) yang
bertanggung jawab dalam pengobatan malaria di Kab/kota.

II. DASAR PELAKSANAAN


1. Tersedianya dana dari Pertemuan Workshop Tatalaksana Malaria
dan Pengembangan Standar Prosedur Tatalaksana Kasus Malaria untuk
Dokter Umum, Internis, Dokter Anak, Kebidanan Dan Tenaga Kesehatan
lainnya di Fasilitas Kesehatan.

2. Terbitnya SK Panitia dan Narasumber Pelaksanaan Workshop


Tatalaksana Malaria dan Pengembangan Standar Prosedur Tatalaksana
Kasus Malaria untuk Dokter Umum, Internis, Dokter Anak, Kebidanan
dan Tenaga Kesehatan lainnya di Fasilitas Kesehatan.

III. TUJUAN

A. Tujuan Umum

Terlaksananya Pertemuan Evaluasi Workshop Tatalaksana Malaria


dan Pengembangan Standar Prosedur Tatalaksana Kasus Malaria untuk
Dokter Umum, Internis, Dokter Anak, Kebidanan dan Tenaga Kesehatan
Lainnya di Fasilitas Kesehatan.

B. Tujuan Khusus

1. Memberikan pembekalan, sharing pengetahuan dan keterampilan


tatalaksana malaria bagi dokter RSUD dan fasyankes di Kab/Kota.
2. Meningkatkan ketepatan pengobatan kasus malaria positif yang
diobati sesuai standar.

IV. SASARAN

Jumlah peserta yang ikut dalam pertemuan ini sebanyak 30 orang


dengan rincian sebagai berikut :

No. Instansi Jumlah Peserta (orang)


1. Dinkes Provinsi Kepulauan Riau 4
2. Dinkes Kabupaten Bintan 4
3. Puskesmas Teluk Bintan 2
4. Puskesmas Tanjung Uban 1
5. Puskesmas Teluk Sebong 1
6. Puskesmas Sri Bintan 1
7. Puskesmas Berakit 2
8. Puskesmas Teluk Sasah 1
9. Puskesmas Kuala Sempang 1
10. Puskesmas Kijang 1
11. Puskesmas Sei Lekop 2
12. Puskesmas Kawal 2
13. Puskesmas Mantang 1
14. Puskesmas Kelong 1
15. Puskesmas Numbing 1
16. Puskesmas Toapaya 2
17. RSUD Bintan 2
18. IDI Kabupaten Bintan 1

V. NARASUMBER
1. Dinkes Provinsi Kepri
2. Dinkes Kabupaten Bintan
3. IDI Kabupaten Bintan
4. Instalasi Farmasi Kabupaten Bintan
5. Puskesmas Berakit
6. Puskesmas Kawal
7. Puskesmas Sei Lekop

VI. WAKTU DAN TEMPAT


1. Waktu
a. Hari : Hari Kamis s/d Sabtu
b. Tanggal : 25 s/d 27 November 2021
2. Tempat : Hotel Comforta
Jl. Adi Sucipto Km. 10 Tanjungpinang.

VII. PEMBIAYAAN
Biaya penyelenggaraan dibebankan kepada dana hibah Global Fund
(GF) ATM Komponen Malaria Provinsi Kepulauan Riau Tahun Anggaran
2021.

VIII. RENCANA PELAPORAN


Kegiatan ini dilaporkan paling lama 1 (satu) bulan setelah pelaksanaan
pertemuan ini berlangsung.

IX. PENANGGUNGJAWAB
Tanggung jawab pelaksanaan Workshop Tatalaksana Malaria dan
Pengembangan Standar Prosedur Tatalaksana Kasus Malaria untuk Dokter
Umum, Internis, Dokter Anak, Kebidanan dan Tenaga Kesehatan Lainnya di
Fasilitas Kesehatan berada pada Koordinator Pelaksana dan Pelaksana
Program.

X. PENUTUP
Demikian Laporan Panitia ini dibuat untuk dapat dipergunakan
seperlunya.

Tanjungpinang, 26 November 2021

Pengelola Program Malaria


Dinas Kesehatan Provinsi Kepri

Ardani Akhirudin, SKM, DAPE


NIP. 19810404 200904 1 002

Anda mungkin juga menyukai