net/publication/323535120
CITATIONS READS
0 7,476
1 author:
SEE PROFILE
Some of the authors of this publication are also working on these related projects:
Impact of an unmanaged ephemeral stream on channel irrigation in eastern Indonesia View project
All content following this page was uploaded by Norman Riwu Kaho on 03 March 2018.
KUPANG, 2017
Daftar Isi
Halaman
DAFTAR ISI I
ANALISIS JARAK PELAYANAN PUSKESMAS MENGGUNAKAN SAGA GIS & QGIS ...... 60
Gambar.
Keterkaitan Berbagai Komponen SIG
1
Raster dan Vektor. Apa Bedanya?
Dalam modul ini akan ditemui banyak istilah raster dan vektor yang merupakan 2 tipe file SIG
yang paling umum ditemui.
a. Raster
Data raster merupakan suatu permukaan kontinu yang akan terbagi dalam sel-sel grid yang
memiliki besaran yang sama. Setiap sel akan nampak sebagai warna tertentu berdasarkan
nilai-nilai tertentu (contoh : pada pemantulan cahaya). File dalam format raster termasuk
didalamnya foto udara, citra satelit atau peta yang telah di-scan. Selain itu, file raster juga
dapat terdiri dari citra atau foto yang telah digeneralisasi atau memiliki nilai yang
ditambahkan untuk menciptakan suatu lapisan (layer). Format umum dari raster ini antara
lain .tif, jpg, .sid, dan lain-lain.
b. Vektor
Vektor merupakan permukaan yang diskrit yang direpresentasi sebagai titik (point), garis,
atau poligon (area). Data vektor selalu terlihat sebagai “seperti peta” dan selalu kelihatan
sebagai suatu abstrak jika dibandingkan gambar asli (contoh : shape yang merepresentasikan
batas desa/kelurahan/negara, titik yang merepresentasikan kota/kabupaten, dll). Data
vektor ini umumnya akan memiliki format ESRI shapefiles (.shp), ESRI coverages (.cov), goole
Keyhole Markup Language (.kml) dan lain-lain.
2
MENGUNDUH, INSTALASI & PENGENALAN INTERFACE
PERANGKAT LUNAK QGIS
Quantum GIS (QGIS) merupakan perangkat lunak SIG gratis (free) dan berbasis pengembangan
terbuka (open-source) yang menyediakan fasilitas penyuntingan dan analisis data spasial. QGIS
dapat dijalankan pada berbagai sistem operasi (operting system) atau platform seperti Microsoft
Windows, Linux, Unix, Mac OSX, dan Android. QGIS dapat diunduh secara gratis di website
http:\\www.qgis.org.
QGIS dapat menjadi pilihan alternatif dari perangkat lunak SIG komersial seperti dari produk dari
beberapa provider seperti Enviromental Systems Research Insitute Inc/ESRI. (ARCVIEW dan
ARCGIS), Pitney Bowes (MAPInfo GIS), Blue Marble (Global Mapper), selain beberapa perangkat
lunak yang gratis dan pengembangan terbuka seperti SAGA GIS, OPEN JUMP, ILWIS, dll).
A. Mengunduh QGIS
Langkah 1 : ketik http://qgis.org/id/site/ pada alat pencarian (browser) yang anda gunakan.
Dalam contoh ini pengunduhan QGIS menggunakan browser Mozilla Firefox. Klik pada tulisan
Unduh Sekarang.
Langkah 2 : Pilih versi QGIS sesuai platform dan spesifikasi (bit) laptop/komputer yang akan
diinstal perangkat lunak ini. Selain itu, terdapat 2 versi software QGIS yaitu rilisan baru (new
release) dan rilisan jangka panjang (long-term release). Rilisan baru merupakan versi terkini
yang telah diupdate dalam setiap kali rilis (sebagai contoh : rilis terkini saat modul ini dibuat
adalah QGIS versi 2.18), sedangkan rilisan jangka panjang merupakan versi QGIS yang lebih lama
akan tetapi lebih stabil dan cocok digunakan oleh korporasi atau pengguna yang tidak terlalu
menuntut fitur-fitur yang baru (dalam contoh ini QGIS versi 2.14).
Oleh karena laptop yang akan diinstal
perangkat lunak QGIS memiliki platform
Microsoft Windows 64 bit dan ingin
menginstal versi QGIS terkini, maka klik QGIS
Standalone Installer Versi 2.18 (64 bit) dan
akan langsung mengunduh secara otomatis.
3
B. Menginstal QGIS
Langkah 1 : Double click pada installer QGIS versi 2.18.5 yaitu file QGIS-OSGeo4W-2.18.5-2-
Setup-x86_64.exe
Langkah 2 : Menu setup wizard akan muncul. Klik tombol Next > I Agree > Next > Instal > Finish
4
Langkah 2 : Setelah dibuka, Anda akan melihat tampilan seperti di bawah ini.
5
d. Map Canvas : merupakan bagian dimana peta akan ditampilkan
e. Status Bar : menunjukkan informasi tentang peta yang sedang ditampilkan (skala peta,
koordinat, magnifier dan properti proyeksi.
Memuat peta dalam bentuk vektor (polygon/titik/garis) dapat dilakukan dengan cara seperti
berikut :
Langkah 2 : Klik Browse untuk mencari data yang akan ditampilkan pada folder latihan
6
Langkah 3 : Pilih file (1) DATA POPULASI_API_Lembata_2014; (2) Desa
Lembata_BPS_UTM.shp; (3) Kecamatan Lembata_BPS_UTM.shp; dan (4) klik Open
Pada SIG, satu dataset mempunyai beberapa tipe ekstensi yang berbeda. Sebuah dataset
berbentuk Shapefile terdiri dari empat tipe file (.shp, .shx, .dbf, .prj), untuk memuat data ke QGIS
yang harus dipilih adalah file dengan tipe .shp. Anda dapat mengatur untuk menyembunyikan
ekstensi lainnya dengan cara mengganti All files(*) menjadi ESRI shapefiles.
7
Catatan : Langkah 1 – 4 dapat dilakukan lebih mudah dan singkat dengan cara melakukan “seret
dan lepas” (drag & drop) file dengan ekstensi .shp dan csv tersebut langsung dari folder kedalam
Map Canvas QGIS. Oleh karena cara ini lebih mudah, maka dalam tutorial selanjutnya akan
digunakan cara ini ketimbang Langkah 1-4.
8
Langkah 6 : (1) Klik Properties Style; (2) Ubah dari Single Symbol menjadi Categorized; (3)
Pilih Column KECAMATAN; (4) Klik CLASSIFY; dan (5) klik APPLY
Catatan : Terdapat pilihan jenis pengaturan untuk mengubah tampillan polygon pada drop-down
menu di sebelah kiri atas. Pilihan yang tersedia sebagai berikut:
1. Single symbol: Mengganti keseluruhan warna polygon Anda dengan satu warna saja.
2. Categorized: Membuat kategori dan membuat warna sesuai kategori yang sudah ditentukan.
3. Graduated: Membuat kategori berdasarkan atribut kuantitatif sehingga kita dapat membuat
ranking dan memberi warna sesuai ranking tersebut.
4. Rule-based: Cara paling fleksibel dan lanjut untuk mengganti tampilan polygon. Anda dapat
membuat kategori sendiri dengan beberapa kriteria dan membuat warna sesuai kategori
tersebut.
5. Point displacement: Jenis ini berguna ketika Anda mempunyai point layer yang titiknya
tumpeng tindih satu sama lain karena berlokasi berdekatan atau koordinatnya mirip. Ini hanya
dapat dilakukan pada point layer, dan akan secara otomatis menggeser lokasi dari titik yang
tumpeng tindih sehingga semua titik akan terlihat.
6. Inverted polygons: Digunakan untuk menggubah warna pada area di luar polygon. Inverted
polygon ini Hanya dapat dilakukan pada polygon layer.
Pada latihan ini kita memilih pilihan Categorized untuk membuat pengakategorian berdasarkan
wilayah Kecamatan di Kab Lembata.
9
Langkah 7 : (1) Klik Properties Labels; (2) Ubah dari No Labels menjadi Show labels for this
layer; (3) Tampilkan KECAMATAN pada Label with untuk menampikan label nama kecamatan;
(4) klik Text dan ubah Size atau besar huruf menjadi 8.5; dan (5) Klik OK.
Hasilnya adalah dapat terlihat perbedaan warna tiap kecamatan dan label nama kecamatan pada
Map Canvas QGIS.
10
E. Menggabungkan Atribut dari Tabel ke Polygon Desa
(Joint Attribute)
DATA POPULASI_API_Lembata.csv merupakan data tabular yang memuat atribut
Kecamatan, Nama Desa beserta jumlah Populasi penduduk (tahun 2014) dan Annual Parasite
Incidence (API) tiap desa tersebut. Pada materi pelatihan ini akan ditampilkan bagaimana
menggabungkan atribut-atribut menggunakan
data tabel yang telah diinput pada Layers Panel
QGIS pada tutorial sebelumnya kedalam
polygon Desa di Kab Lembata dengan
menggunakan tool Joint Attribute.
11
Langkah 2 : (1) klik Properties JOINS; dan (2) Klik untuk menginput tabel yang akan
digabungkan
Langkah 3 : (1) pada Join layer pilih DATA POPULASI_API_Lembata_2014; (2) pada Join field
pilih Desa; (3) pada Target field pilih AREA NAME (point 2 dan 3 ini berarti penggabungan
atribut akan didasari pada kesamaan nama desa pada kedua file tersebut); (4) centang pada
choose which fields are joined untuk memilih kolom atribut yang akan digabungkan; (5) pilih
Populasi dan API 2014; dan (6) klik OK.
12
Langkah 4 : akan muncul notifikasi bahwa telah berhasil digabungkan atribut tabel kedalam file
polygon Desa Lembata. Klik OK.
13
Langkah 6 : Simpan file hasil penggabungan atribut
dengan klik kanan pada Desa Lembata_UTM_BPS >
Save As
Langkah 7 : (1) klik BROWSE dan pilih serta ketik nama file (dalam contoh ini nama file adalah
Joint_Desa_Populasi_API 2014); dan (2) Klik OK.
Catatan : Meski Attribute Joint telah berhasil dilakukan, akan tetapi kolom jumlah populasi dan
API 2014 masih dikategorikan sebagai data STRING (data dalam bentuk pernyataan/deksripsi)
sehingga tidak dapat dianalisis lebih lanjut. Padahal seharusnya data pada kedua kolom ini harus
dikategorikan sebagai INTEGER (data dalam bentuk angka bilangan bulat).
14
Langkah 9 : Ketik refactor dan double
click pada Refactor Fields pada vector
table tools
Langkah 10 : (1) ubah Input layer menjadi Joint_Desa_Populasi_API 2014; dan (2) Jika ada
notifikasi seperti dibawah ini klik YES
15
Langkah 12 : Ubah pada kolom NAME menjadi DESA, KECAMATAN, POPULASI & API 2014
Langkah 13 : (1) tentukan folder tempat penyimpanan file; (2) ketik nama (dalam contoh ini
nama file Joint_Desa_Populasi_API 2014_Koreksi Tipe Data); (3) klik SAVE
16
Langkah 14 : Klik Run
Langkah 16 : (1) Klik properties STYLE; (2) pilih GRADUATED; (3) pilih API 2014; (4) pilih
Mode EQUAL INTERVAL; (5) Klik CLASSIFY; dan (6) pilih CLASSES 3 (3 kelas berdasarkan nilai
API dimana nilai API < 1 = rendah, 1 – 5 = sedang, > 5 = tinggi).
17
Langkah 17 : double click angka 0.00 – 55.33 serta ketik 0 pada lower value dan 0.9999 pada
upper value (ini karena stratifikasi API rendah adalah pada nilai API < 1). Ulangi langkah ini
untuk 2 kelas lain sesuai kategori nilai API tadi.
Langkah 18 : Untuk mengubah warna (hijau = API rendah, kuning = API sedang & merah = API
tinggi), maka (1) double click pada warna dan (2) pilih seperti gambar dibawah ini. Ulangi
langkah ini untuk kelas API sedang dan tinggi.
18
Langkah 19 : double click pada kelas API pada kolom LEGEND dan ubah menjadi RENDAH,
SEDANG & TINGGI
Hasilnya dapat terlihat 3 stratifikasi daerah malaria berdasarkan nilai API tahun 2014 di seluruh
desa Kab Lembata.
19
Langkah 1 : Klik PROJECT > NEW PRINT COMPOSER
Langkah 2 : Ketik judul peta (contoh : Peta API) pada COMPOSER TITLE dan klik OK
Langkah 3 : Setelah jendela Map Composer terbuka, (1) Klik ITEMS dan (2) klik ITEM
PROPERTIES
20
Langkah 4 : Untuk menambahkan peta, klik LAYOUT > ADD MAP
Langkah 6 : Kita bisa menggeser peta sehingga berada tepat di tengah (lihat tanda garis merah
pada QGIS yang menunjukkan peta telah berada di tengah-tengah).
21
Langkah 7 : (1) Klik (move item content); (2) geser peta ke arah tengah; dan (3) ketik
SCALE 285000 (atau skala peta 1 : 285.000).
Langkah 8 : Untuk menambahkan judul peta, klik LAYOUT > ADD LABEL
Langkah 9 : Seret kursor untuk menambah judul peta, maka secara default akan muncul label
bernama QGIS
22
Langkah 10 : (1) Ketik pada kolom seperti yang terlihat pada gambar disamping untuk judul peta
(contoh : PETA STRATIFIKASI DAERAH MALARIA KABUPATEN LEMBATA); (2) klik CENTER
pada HORIZONTAL ALIGNMENT; dan (3) klik MIDDLE pada VERTICAL ALIGNMENT.
Langkah 11 : (1) klik FONT; (2) pilih BOLD; (3) ubah SIZE huruf menjadi 14; dan (4) klik OK.
Langkah 12 : Untuk menambahkan batang skala klik LAYOUT > ADD SCALEBAR
23
Langkah 13 : (1) klik pada area dimana kita ingin menginput scalebar; dan (2) pada SEGMENTS
LEFT ubah dari 2 menjadi 0 dan RIGHT dari 4 menjadi 3 untuk mengedit panjang scalebar.
Langkah 14 : Untuk menampilkan north arrow atau orientasi peta, klik LAYOUT > ADD IMAGE
Langkah 15 : (1) Tentukan area gambar (lihat tanda kotak); (2) klik tulisan SEARCH
DIRECTORIES untuk mencari file gambar (svg) pada direktori QGIS; dan (3) pilih salah satu
gambar untuk orientasi.
24
Langkah 16 : pada PLACEMENT ubah dari TOP LEFT menjadi MIDDLE
Langkah 18 : (1) klik pada area dimana kita ingin menginput legenda; dan (2) pada TITLE ketik
LEGENDA
25
Langkah 19 : (1) double click pada Joint_Desa_Populasi_API 2014_Koreksi; (2) ketik
Stratifikasi Malaria; dan (3) klik OK.
Hasilnya adalah dapat terlihat makna dari warna merah, kuning dan hijau untuk menunjukkan
stratifikasi malaria pada legenda.
26
Langkah 20 : untuk mengeksport peta dalam bentuk gambar, klik EXPORT AS IMAGE
Langkah 21 : (1) Pilih folder tempat eksport file gambar; (2) ketik nama file pada FILE NAME;
(3) pilih JPEG format (*.jpeg *JPEG) pada Save as type; dan (4) klik SAVE.
27
G. Memilih Polygon yang Ditampilkan dengan Query
Selain melihat peta, pada tampilan QGIS untuk kepentingan tertentu dibutuhkan informasi
mengenai data-data apa saja yang tercakup dalam peta tersebut. Untuk mengetahui secara
khusus suatu informasi, Anda dapat melakukan QUERY. Query dapat diartikan sebagai proses
memilih sebuah atau beberapa bagian data untuk berbagai keperluan tertentu. Misalnya ingin
mengetahui lokasi dan informasi (atribut) dari suatu feature. Dengan query, kita dapat mengatur
jika Anda hanya ingin melihat nilai tertentu saja pada peta. Misalnya kita ingin mengetahui Desa
dengan jumlah penduduk < 500 orang di Lembata caranya adalah sebagai berikut :
Langkah 2 : (1) double click file di Layers Panel; (2) pilih properties GENERAL; dan (3) klik
QUERY BUILDER
28
Langkah 3 : (1) Double click DATA POPUL (lihat syntax pada kolom Provider spesific filter
expression akan muncul ekspresi DATA POPUL); (2) Klik tanda <=; dan (3) ketik angka 500. Ini
berarti kita hanya menginginkan desa dengan jumlah populasi penduduk kurang dari 500 orang.
Hasilnya adalah hanya tampak desa-desa di Kab Lembata dengan jumlah penduduk kurang dari
500 orang.
29
Langkah 4 : Sekarang kita akan mencoba menampilkan desa di Lembata dengan nilai API
terkategori tinggi ( > 5). Caranya ulangi Langkah 2 diatas, lalu klik CLEAR untuk menghapus
query sebelumnya.
Langkah 5 : (1) Double click DATA POP_1 (atau kolom API tahun 2014); (2) klik tanda >; (3)
ketik angka 5; dan (4) klik OK
30
Hasilnya adalah akan terlihat sejumlah desa di Kab Lembata dengan nilai API > 5 dan sekaligus
merupakan daerah dengan angka prevalensi malaria tergolong tinggi.
31
PENGENALAN LAYOUT, MENGUNDUH & MENJALANKAN
PERANGKAT LUNAK SAGA GIS
32
Masing-masing jendela ini dapat dibuka dan ditutup dari bagian atas menu dengan mengklik pada
tombol yang sesuai.
Tab Workspace
Tab Tools
Tools merupakan suatu cara dimana seluruh fungsi dari proses di atur di SAGA
SAGA datang dengan sekumpulan tools/modul gratis yang komprehensif dan berkembang
sebanyak 447 pada versi 2.07. Jumlah modul ini semakin banyak pada SAGA versi 2.1.4 yang telah
mencapai 600 modul. Tidak semua modul memiliki tool untuk analisa dan pemodelan yang
sangat rumit. Banyak modul yang menunjukkan operasi data yang sederhana. Namun beberapa
modul lainnya menunjukkan sesuatu yang baru dalam bagian analisisnya. Seperti : Data Import
& Export; Cartographic Projections & Georeferencing; Raster & Vector Data Tools; Image
Processing; Terrain Analysis; Geostatistics, dan sebagainya.
33
Modul juga mudah diakses melalui top menu “Tools” pada bagian drop down menu. Saya
merekomendasikan agar anda menggunakan drop down menu ini untuk menjalankan modul
SAGA karena modul-modul itu dikelompokkan kedalam wilayah proses logika sehingga mudah
untuk diakses.
Tab Data
Data yang ditampilkan merupakan data raster (GRID), vektor atau tabel-tabel data yang telah
anda buka.
Seluruh data raster ditampilkan sebagai grid layer dalam suatu sistem grid. Suatu sistem grid
mengelompokkan grid layer yang mempunyai ukuran grid sel yang sama, jumlah baris dan
kolom yang sama dan semua itu meliputi daerah geografis yang sama. Secara umum, operasi
spasial ditampilkan pada grid dengan sistem grid yang sama.
Variasi dari segala tipe data raster dapat di impor ke SAGA namun ketika data raster tersebut
disimpan maka data tersebut akan disimpan dalam format SAGA yaitu SAGA GRID (disingkat
*.sgrd).
Perubahan nama dari sistem grid atau grid layer dapat dilakukan pada jendela properti obyek.
Ketika data vektor dibuka di SAGA maka akan terbentuk layer baru dengan data point (titik),
line (garis) atau poligon.
Klik kanan pada layer data untuk menampilkan data yang dimasukkan dan pilih show atau
secara singkat double klik pada layer tersebut. Maka data
tersebut akan terbuka di suatu jendela. Untuk menampilkan
layer data pada jendela peta maka klik tab maps.
Tab Maps
Multi layer data dari sistem grid yang berbeda dapat ditampilkan
dalam suatu peta layer tunggal:
Layer-layer peta dapat di nonaktifkan dengan klik kanan pada
suatu layer peta dan hilangkan tanda √ pada ‘show layer ‘ atau
secara mudah dengan memilih layer dan tekan “enter”. Untuk melakukan pilihan Peta layer
lainnya yang akan ditampilkan, maka klik dan pilih ‘move up’ untuk layer di atas atau ‘move down’
untuk layer dibawahnya.
34
Tab Properti Obyek (Object Properties)
Tab Setting
Ada berbagai jenis layer data tergantung pada faktor-faktor yang dapat di edit dan di tampilkan
sesuai parameter-parameter pada bagian “Setting”. Tab’ Settings’ menyediakan bagi pengguna
kesempatan untuk membuat pengaturan bagaimana layer data terlihat pada data dan pada
jendela peta.
Tab Description. Tab ini menunjukkan informasi (ukuran, proyeksi geografi) dari layer yang
dipilih. Data ini tidak dapat diperbaiki/di edit.
Tab Legend. Menampilkan legend atau menunjukkan warna yang sedang digunakan untuk
menampilkan nilai data dari layer terpilih.
Tab History. Jendela ini menampilkan proses yang sudah dilakukan untuk layer yang dipilih.
Attributes Tab
Menggunakan tool aksi/action ( ) untuk menampilkan atribut informasi untuk sel grid yang
dipilih pada suatu grid dari layer data atau atribut yang berhubungan dengan segala sesuatu
dari vektor yang dipilih pada suatu shape/bidang layer data.
Zoom to layer tools – Mendekati sampai seluruh layer kelihatan dalam jendela
35
B. Mengunduh dan Menjalankan SAGA GIS
Langkah 2 : Klik Files untuk memilih file SAGA yang akan diunduh
Langkah 3 : Pilih versi SAGA GIS yang ingin diunduh. Dalam contoh ini akan diunduh SAGA GIS
versi 4.
36
Langkah 4 : Pilih versi SAGA terkini (dalam contoh ini adalah SAGA versi 4.1.0)
Langkah 5 : klik file saga-4.1.0_x64.zip untuk mengunduh SAGA versi portable (tidak perlu
diinstal) sehingga otomatis akan langsung mengunduh perangkat lunak SAGA GIS dalam format
zip
37
PDF MAPS - BAGIAN I
PENGINSTALAN DAN PENYETELAN AKUN PDF MAPS
Aplikasi Avenza Maps atau yang juga dikenal dengan nnama PDF Maps merupakan
aplikasi geotagging dengan menggunakan fitur “GPS” atau “LOKASI” yang bisa dijalankan pada
telepon pintar (smartphone) berbasis sistem operasi Android atau IoS (produk dari Apple). Salah
satu keunggulan aplikasi ini adalah ketika telah diinstal dan disetting, maka dalam
penggunaannya di lapangan TIDAK LAGI MEMBUTUHKAN KONEKSI
INTERNET/TELEKOMUNIKASI LAINNYA. Atau dengan kata lain, aplikasi ini tetap dapat
digunakan pada lokasi yang belum ada sinyal internet maupun jaringan telekomunikasi (contoh:
Telkomsel, Indosat, dll) sekalipun. Akan tetapi, untuk dapat digunakan maka dibutuhkan koneksi
internet untuk menginstal dan menyetel (setting) akun Avenza Maps. Dalam tutorial berikut akan
dijelaskan sejumlah tahapan dengan menggunakan telepon berbasis sistem android sebagai
berikut.
Langkah 1 : Klik aplikasi PLAY STORE pada Langkah 2 : ketik “AVENZA MAPS” (tanpa
HP anda tanda kutip) dan klik pada Logo Avenza
38
Langkah 5 : aplikasi Avenza Maps yang telah Langkah 6 : Isikan (1) alamat email anda; (2)
terbuka selanjutnya klik I’M NEW untuk mulai password; (3) ketik sekali lagi password
membuat akun baru seperti pada point no (2) diatas. Setelah itu
klik SUBMIT
Alamat email bebas apakah gmail, yahoo, etc
Langkah 7 : sampai pada tahap ini kita perlu Langkah 8 : tahap ini hanya opsional. Oleh
untuk mengaktivasi akun Avenza Maps yang karena akun email yang dikirim tadi adalah
sudah kita buat pada tahapan sebelumnya. gmail maka klik aplikasi GMAIL di HP anda.
Klik tanda menu/rumah (home) pada HP anda
untuk melanjutkan pada tahap berikut.
39
Langkah 9 : pada kotak masuk (inbox) cari Langkah 10 : klik pada link dengan tulisan
email dengan judul “DONOTREPLY....” seperti berwarna biru seperti tampak gambar untuk
pada gambar dibawah ini mengaktivasi akun Avenza Map
Langkah 11 : otomatis akan terbuka link pada Langkah 12 : Buka kembali ke aplikasi
alat browser pada HP anda sebagai pertanda Avenza Maps yang tadi dan ketik password
akun anda telah teraktivasi seperti yang telah kita isi pada langkah (6)
diatas
40
Langkah 13 : Jika ada peringatan seperti ini, Langkah 14 : Aplikasi Avenza Maps siap
klik ALLOW untuk mengijinkan aplikasi untuk dilanjutkan pada tahapan berikutnya
Avenza Maps untuk mengakses fitur lokasi
41
PDF MAPS - BAGIAN II
CARA MENGIMPORT DAN MEMBUKA PETA
PADA APLIKASI PDF MAPS
Pada latihan kali ini telah disiapkan beberapa peta dasar dalam format PDF dan gambar
yang tercetak dan akan digunakan untuk membantu proses pemetaan partisipatif di lapangan.
Dalam tutorial selanjutnya akan ditampilkan cara mengimport serta membuka peta dasar Kota
Kupang. Pemilihan Kota Kupang karena alasan tutorial ini disusun oleh penulis di Kota Kupang
dan aplikasi Avanza Maps hanya akan menunjukkan lokasi secara real dari ponsel/HP pada
tempat dimana ia berada.
Akan tetapi, silahkan secara bebas untuk mencoba
mengimport peta dan membukanya sesuai area dimana anda
berasal. Akan tetapi penting untuk dicatat BATAS MAKSIMUM PETA
YANG DAPAT DIIMPORT PADA AVENZA MAPS HANYA 3 PETA.
Langkah 2 : Copy semua file peta dasar tadi (file pdf tadi) kedalam memory internal ponsel
(PHONE) dan cari folder bernama PDF MAPS
42
Langkah 3 : Tempel (paste) semua file peta
dasar tadi kedalam folder PDF Maps yang telah
terbuka sampai semua file tadi telah ada dalam
folder PDF Maps
Langkah 4 : Jika semua file sudah tersalin, silahkan cabut kabel konektor ponsel dari laptop dan
buka aplikasi Avenza Maps
43
Langkah 6 : Klik DOWNLOAD OR IMPORT A MAP
Langkah 8 : Jika terdapat peringatan seperti ini, klik ALLOW untuk mengijinkan aplikasi Avenza
Maps untuk mengakses file peta dasar tadi di ponsel kita
44
Langkah 9 : Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, maka kali
ini klik peta dasar Kota Kupang.pdf untuk diimport pada aplikasi
Avenza Maps
Langkah 10 : Tunggu hingga proses import ini selesai. Semakin besar ukuran file maka proses
import ini akan semakin lama, dan sebaliknya. Akan tetapi, normalnya waktu import tidak akan
lebih dari 3 menit untuk masing-masing peta.
Langkah 11 : setelah proses import telah selesai maka akan terlihat peta dasar Kota Kupang
dibawah tulisan IMPORTED
45
Langkah 12 : Pastikan fitur LOKASI/LOCATION/GPS di ponsel anda telah dinyalakan
46
Langkah 14 : Kita juga bisa menyimpan lokasi tersebut dengan cara klik simbol PIN seperti
gambar dibawah ini, maka otomatis akan langsung menandai lokasi dengan nama secara default
adalah PLACEMARK 1.
Langkah 15 : Untuk mengubah nama dari Placemark 1 menjadi Lokasi 1 maka klik tulisan
tersebut dan ubah seperti yang anda inginkan. Dapat terlihat juga akan langsung tersimpan lokasi
koordinat (derajat desimal) dari lokasi tersebut.
47
Langkah 17 : Klik Export Map Features untuk mengeksport data titik lokasi
Langkah 18 : Klik pada Choose the export format untuk memilih format data untuk dieksport
(kml/csv/gpx)
Langkah 19 : Kita dapat memilih lokasi eksport data dengan klik pada Change the export
method dimana terdapat 3 pilihan : (1) Device Storage untuk mengeksport data dalam
smartphone, (2) Email jika kita ingin mengirim data ke alamat surel tertentu, dan (3) Dropbox
jika ingin mungunggah data ke tempat penyimpanan cloud Dropbox.
48
Langkah 20 : Dalam contoh ini kita ingin mengeksport data dalam format KML maka klik Export
Langkah 21 : Cari file tersebut (biasanya ada dalam folder PDF MAPS) dan klik Kota Kupang.kml
Hasilnya adalah terlihat lokasi koordinat tempat pengambilan data menggunakan PDF Maps yang
telah dieksport pada Google Earth
49
Langkah 22 : Jika tadi kita memilih menyimpan lokasi dalam format CSV, maka kita dapat klik
Kota Kupang.csv
Hasilnya adalah terlihat tabulasi lokasi yang dapat dibuka dengan MS Excel yang telah mencakup
nama, waktu/tanggal pencuplikan data dan koordinat lintang dan bujur dalam format derajat
desimal (decimal degree).
50
PDF MAPS - BAGIAN III
MEMBUAT ATRIBUT PADA PDF MAPS
Langkah 1 : Ambil koordinat lokasi seperti cara pada Langkah
15 diatas dan klik pada New Attribute seperti gambar berikut
untuk mulai membuat atribut pada setiap lokasi koordinat
Langkah 2 : Sebagai contoh kita ingin menginput Nama Enumerator/Surveyor. Ketik judul
atribut pada Attribute Name dan tipe data klik dan pilih String.
51
Hasilnya atribut Nama Enumerator telah ada dalam atribut data lokasi koordinat
Langkah 4 : untuk membuat atribut baru klik tanda + pada Attribute Schema
Langkah 5 : Kita ingin menambahkan informasi nama desa, maka ketik Desa dan tipe String
52
Langkah 6 : Setelah klik tanda + pada Attribute Schema
untuk menambahkan atribut baru, kita ketik Jumlah
penderita malaria dan tipe data Integer karena jawaban
atribut ini dalam bentuk angka bilangan bulat.
Langkah 7 : Setelah klik tanda + pada Attribute Schema untuk menambahkan atribut baru,
kita ketik Jenis kelamin penderita, tipe data String dan klik tanda + pada Pick List untuk
menambahkan pilihan jawaban : Laki-Laki dan Perempuan
Langkah 8 : Setelah klik tanda + pada Attribute Schema untuk menambahkan atribut baru,
kita ketik Usia penderita malaria dan tipe data Integer karena jawaban atribut ini dalam bentuk
angka bilangan bulat.
53
Langkah 9 : Setelah klik tanda+ pada Attribute Schema untuk menambahkan atribut baru,
kita ketik Jenis pengobatan, tipe data String dan klik tanda + pada Pick List untuk
menambahkan pilihan jawaban : ACT, Non ACT dan Non ACT Klinis seperti pada Langkah 7
diatas.
Langkah 11 : Kita dapat mengisi Atribut Desa dengan klik seperti pada gambar berikut
54
Langkah 12 : Ketik nama desa dimana kita mengambil koordinat. Contoh : Naikoten 1.
Langkah 13 : Untuk atribut Jenis kelamin penderita, kita bisa langsung klik salah satu dari opsi
jawaban. Contoh : klik Laki-Laki.
Langkah 14 : Untuk atribut Jenis pengobatan, kita bisa langsung klik salah satu dari opsi
jawaban. Contoh : klik ACT.
55
Langkah 15 : Untuk atribut Jumlah penderita malaria
karena tipe datanya adalah Integer, maka kita langsung
mengetik angka. Contoh : ketik 1.
Langkah 16 : Untuk atribut Nama enumerator dapat mengulang Langkah 12 (Contoh : ketik
Nama anda sendiri) dan pada atribut Usia penderita malaria dapat mengulang Langkah 15
(Contoh : ketik 33).
Langkah 17 : Setelah semua atribut telah terisi maka atribut beserta koordinat lokasi sudah
dapat dieksport seperti pada Langkah 16 – 22 pada tutorial sebelumnya.
56
Hasilnya adalah data tabulasi dengan sejumlah atribut yang telah terisi serta dapat dibuka dengan
MS Excel.
57
PDF MAPS - BAGIAN IV
CARA MENGEKSPORT PETA
DARI SOFTWARE QGIS KE PDF MAPS
Pada prinsipnya semua gambar dapat dieksport kedalam aplikasi PDF Maps, akan tetapi
untuk dapat menggunakan gambar tersebut dengan fitur GPS yang built-in di smartphone adalah
gambar yang sudah tergeoreferensi. Ada berbagai cara untuk bisa mengeksport peta yang
sudah tergeoreferensi kedalam PDF Maps dan salah satu yang termudah adalah dengan
menggunakan software QGIS seperti dalam tutorial ini.
Langkah 1 : Setelah kita telah selesai membuat layout peta pada Map Composer, klik pada tab
COMPOSTION seperti pada gambar dibawah ini.
Langkah 2 : Slide kebawah dan centang Print as raster pada bagian Export Settings
58
Langkah 3 : Klik pada Export as PDF seperti gambar dibawah ini untuk mengekspor gambar
peta dengan format pdf yang telah tergeoreferensi.
Langkah 4 : Setelah diimport gambar kedalam PDF Maps dan dibuka (langkah detail dapat dilihat
pada tutorial sebelumnya), maka dapat terlihat peta yang dikerjakan dengan QGIS telah
tergeoreferensi dan dapat digunakan dalam pengambilan koordinat dan atribut di lapangan.
59
ANALISIS JARAK PELAYANAN PUSKESMAS
MENGGUNAKAN SAGA GIS & QGIS
Cakupan pelayanan kesehatan sangat tergantung pada keterjangkauan (jarak/waktu)
masyarakat terhadap suatu fasilitas/sarana pelayanan kesehatan. Penempatan suatu fasilitas
pelayanan kesehatan misalnya Puskesmas yang tidak mendekatkan pada permukinan
masyarakat, dan atau ketidakterjangkauan karena keterbatasan transportasi memberikan
implikasi pada pemanfaatan fasilitas pelayanan kesehatan oleh masyarakat yang tidak optimal.
Analisis jarak (distance) dari titik lokasi pukesmas akan menghasilkan hasil jarak dari berbagai
lokasi puskesmas yang ada di Kabupaten Lembata.
Langkah 2 : Konversi lokasi puskemas dari format vektor ke raster dengan klik GEOPROCESSING
> GRID > GRIDDING > SHAPES TO GRID
60
Langkah 3 : (1) pada >> Shapes input Lokasi Puskesmas_UTM dan pada Attribute input
Pelayanan; (2) pada Target Grid System ubah dari User Defined menjadi Grid or grid system
dan pada Grid System ubah menjadi 30; 2641x 2976y; dan (3) Klik Okay.
Langkah 4 : Untuk menghasilkan grid jarak dari titik lokasi puskesmas klik GEOPROCESSING >
GRID > DISTANCE > PROXIMITY GRID
61
Langkah 5 : (1) pada Grid system input 30; 2641x 2976y dan pada >> Features input grid
Lokasi Puskesmas_UTM [ID]; dan (2) klik Okay
Hasilnya adalah Grid Jarak dalam satuan (unit) meter. (nb : jarak dalam meter karena sistem
koordinat yang digunakan adalah dalam bentuk UTM).
62
Langkah 6 : kita perlu memotong grid distance dengan menggunakan polygon Kabupaten
Lembata dengan cara klik GEOPROCESSING >> SHAPES >> GRID >> SPATIAL EXTENT >> CLIP
GRID WITH POLYGON
Langkah 7 : (1) pada Grid System input 30; 2641x 2976y dan pada >> Input klik dan pilih
Distance; (2) pada >> Polygons input Kabupaten Lembata_Clip; dan (3) klik Okay
63
Langkah 8 : Kita dapat membuat kelas jarak dengan cara pengkelasan ulang (reclassify) dengan
klik GEOPROCESSING >> GRID >> VALUES >> RECLASSIFY GRID VALUES
Langkah 9 : (1) pada Grid System input 30; 2641x 1529y yang merupakan grid sistem hasil
pemotongan dengan polygon dan pada >> Grid input Distance; (2) pada Method ubah menjadi
SIMPLE TABLE dan pada Operator ubah menjadi min <= value <= max; dan (3) klik pada
Lookup Table
64
Langkah 10 : (1) Klik ADD untuk menambahkan kelas dari default 2 menjadi 4; (2) isi angka 0
pada kolom minimum dan 1000 pada kolom maximum dan 1 pada kolom new dengan tujuan
untuk mengkelaskan jarak 0 – 1 km (1000m) pada kelas 1. Ini diulangi pada kelas yang lain sesuai
gambar dibawah ini sehingga akan diperoleh 4 kelas jarak dalam satuan km yaitu : 0 – 1 km, 1 –
3 km, 3 – 5 km dan > 5 km untuk menggambarkan jauh/dekatnya jangkauan wilayah pelayanan
fasilitas puskemas yang ada.
Hasilnya akan terbentuk grid baru Jarak hasil reklasifikasi (Distance_reclassified) yang
menunjukkan kelas jarak dari fasilitas puskesmas dalam km di Kabupaten Lembata
65
Langkah 11 : Untuk bisa ditampilkan di software QGIS dan dianalisis lebih lanjut maka perlu
untuk dilakukan konversi dari bentuk raster (grid) menjadi vektor (polygon) dengan cara klik
GEOPROCESSING >> SHAPES >> GRID >> VECTORIZATION >> VECTORISING GRID CLASSES
Langkah 12 : (1) pada Grid System input 30; 2641x 1529y dan pada >> Grid input
Distance_reclassified; (2) klik Okay
66
Langkah 13 : Klik kanan pada Distance_reclassified (polygon) > Attributes > Show untuk
menampilkan dan mengedit atribut polygon
Langkah 14 : ketik ganti pada kolom NAME dengan kelas seperti dibawah ini
67
Langkah 16 : Buka software QGIS dan Drag & drop files : (1) Building_Lembata_OSM.shp, (2)
Jarak Puskesmas_reklasifikasi.shp, (3) Kecamatan Lembata_clip.shp dan (4) Lokasi
Puskesmas_UTM.shp
Langkah 17 : Atur susun layer pada Layers Panel QGIS seperti gambar dibawah ini
Langkah 18 : Ubah properties lokasi Puskesmas ubah bentuk symbol seperti gambar dibawah.
68
Langkah 19 : Ubah Properties > Style Building_Lembata_OSM dengan warna kuning dan
Outline Width 0.05.
Langkah 20 : (1) Ubah Style properties Kecamatan Lembata dengan fill style > No Brush dan
Outline Width 0.5; dan (2) ubah properties Labels dengan Style Bold dan Size 7.
69
Langkah 21 : Ubah properties Style Jarak Puskesmas ubah dari Single Symbol menjadi
Categorized dan diatur warna tiap kelas
Hasilnya dapat terlihat masih terdapat polygon pemukiman/perumahan yang berada pada
wilayah dengan jarak tempuh dari Puskesmas > 5 km. Jika ini dibandingkan dengan luas wilayah
yang masih efektif untuk sebuah Puskesmas adalah suatu area dengan jari-jari 5 km, sedangkan
luas wilayah kerja yang dipandang optimal adalah area dengan jari-jari 3 km, jadi jarak antar
Puskesmas adalah 3 sampai 5 km (Departemen Kesehatan, 1991) dengan demikian diperlukan
penambahan Puskesmas baru di Kab Lembata jika ditilik dari hasil analisis ini.
70
71
ANALISIS CLUSTER TITIK KEJADIAN PENYAKIT MALARIA
MENGGUNAKAN METODE HEATMAP DI QGIS
Heatmaps merupakan salah satu alat yang baik dalam visualisasi data kepadatan titik
(point). metode ini menggunakan algoritma Kernel Density Estimation untuk mencipatakan
suatu raster kepadatan (density) dari suatu layer vektor titik. Kepadatan kemudian dihitung
berdasarkan jumlah titik pada suatu lokasi dimana makin banyak terdapat titik yang tercluster
akan berdampak pada nilai raster yang makin besar pula, dan sebaliknya. Metode ini digunakan
untuk memudahkan dalam mencari cluster dimana terdapat konsentrasi tinggi dari suatu
aktivitas.
72
Langkah 3 : ketik Kernel density estimation untuk mencari modul cluster dan klik pada Kernel
Density Estimation dalam algoritma dari SAGA (2.3.2)
73
Langkah 5 : Pada tab Radius ubah dari 10 diketik
menjadi 2500 (ini akan menghasilkan estimasi hingga
2.500 meter atau 2.5 km dari setiap titik lokasi).
Langkah 6 : Klik ... seperti pada gambar dibawah ini pada tab Output extent dan klik Use
layer/canvas extent. Pada Select extent pilih Kabupaten Lembata_Clip dan klik Okay.
Langkah 7 : Pada tab Cellsize ubah dari 100 diketik menjadi 30 (ini berarti kita ingin
menghasilkan resolusi spasial dari grid Heatmap nanti menjadi 30 meter).
74
Langkah 9 : Klik Run
75
Langkah 10 : kita dapat menyimpan file raster Kernel
tersebut dengan cara klik kanan pada Kernel > Save
As
Langkah 11 : (1) Klik Browse dan pilih folder tempat penyimpanan data serta nama file (Contoh
: Heatmaps Lembata); (2) klik OK
76
Langkah 13 : (1) Ubah Render type menjadi Singleband pseudocolor; (2) Ubah Interpolation
menjadi Discrete; (3) ubah Mode menjadi Equal Interval; (4) ubah Classes menjadi 3; (5)
Centang tanda Invert; dan (6) Klik OK.
Hasilnya adalah terlihat 3 kelas kepadatan titik lokasi penderita malaria di Kabupaten Lembata
77
BUFFER DARI TITIK (POINT) LOKASI FASKES DAN SUNGAI
Buffering merupakan proses dimana suatu area diciptakan disekitar obyek tertentu
seperti contohnya lingkaran 200 meter dari sumber polusi, dll. Proses buffer ini dapat dibuat
dengan menggunakan data garis (lines) dan titik (points). Dalam pelatihan akan ditunjukkan
bagaimana membuat buffer dari lokasi faskes dengan jarak 5000 meter (5 km) dengan asumsi
bahwa satu faskes dapat melayani pasien yang tinggal dengan radius hingga 5 km dari faskes
tersebut. Selain itu, buffer dapat dilakukan dengan membuat 5 interval jarak/zone yang sama (1
km, 2km, 3 km, 4km dan 5 km) atau jika dengan menggunakan plugin INASafe (dapat diunduh
gratis), maka dapat dihasilkan buffer dengan interval yang tidak sama (dalam tutorial ini tidak
ditampilkan penggunaan plugin INASafe ini). Selain itu akan ditampilkan bagaimana
menghasilkan buffer sungai berdasarkan orde sungai dimana orde sungai yang besar merupakan
pertemuan dari beberapa anak sungai sehingga asumsinya lebih tinggi peluang untuk air sungai
menggenang dibandingkan orde sungai yang lebih kecil.
78
Langkah 3 : Ketik Buffer pada kolom pencarian dan klik Fix
Distance Buffer
Langkah 4 : (1) ubah Shapes menjadi Lokasi Puskesmas_UTM; (2) Ketik pada Buffer distance
menjadi 5000 (atau buffer sejauh 5 kilometer tiap puskesmas); dan (3) Ketik pada Number of
buffer zones menjadi 5.
Langkah 5 : Simpan file buffer dengan klik seperti gambar dibawah ini
79
Langkah 6 : (1) pilih salah satu folder pada laptop/komputer anda sebagai tempat penyimpanan
data; (2) Ketik nama file (contoh : Buffer Lembata 5km); (3) tipe file SHP; dan (4) klik Save.
80
Dengan pengaturan simbologi tiap zona maka dapat terlihat area buffer dengan 5 zona dimana
tiap zona akan saling berjarak dengan interval 1 km.
Hasilnya dapat terlihat masih terdapat beberapa spot sebaran pemukiman warga yang masih
berada di luar dari wilayah buffer pelayanan efektif dari tiap Puskesmas di Kab Lembata.
81
Langkah 9 : Untuk membuat buffer sungai berdasarkan
orde sungai maka ulangi Langkah 2 & 3 diatas dan klik
Variable distance buffer
Langkah 10 : (1) Ubah Shapes menjadi Sungai Lembata_DEM; (2) Ketik Scalling Factor for
Attribute Values menjadi 20 (ini berarti tiap peningkatan orde sungai akan dikalikan 20x); (3)
Pada Buffer ulangi Langkah 5 & 6 diatas; dan (4) Klik Run.
Hasilnya akan terdapat perbedaan buffer dimana orde sungai makin besar, maka akan semakin
besar pula area buffer dan sebaliknya.
82
Ketika ditampilkan dengan menggunakan peta dasar ESRI (plugin Quickmapservices), maka
dapat terlihat wilayah pemukiman dan buffer orde sungai yang berbeda sekaligus ini dapat
menunjukkan tingkat risiko genangan air berdasarkan besar/kecilnya orde sungai.
Ketika di tumpang-susun (overlay) dengan buffer zona interval 1 km – 5 km, maka dapat terlihat
beberapa lokasi pemukiman berada dalam area dengan risiko malaria yang cenderung lebih
riskan karena faktor genangan air (orde sungai besar) dan jauh dari jangkauan pelayanan
Puskesmas yang ideal (> 5km).
83
ANALISIS RISIKO MALARIA :
(1) ELEVASI, (2) TOPOGRAPHIC WETNESS INDEX; DAN
(3) OVERLAY UNTUK PETA RISIKO MALARIA
Terdapat beberapa faktor lingkungan yang dapat mendeterminasi risiko penyakit malaria
diantaranya adalah elevasi/altitude dan indeks kebasahan topografis. Semakin tinggi elevasi
akan berkorelasi negatif dengan risiko malaria karena suhu udara akan makin rendah dan
sebalinya. Selain itu, semakin tinggi nilai indeks kebasahan topografis akan berkorelasi positif
dengan risiko malaria dimana semakin jauh jarak dari tubuh air (indeks kebasahan topografi
tinggi), maka akan semakin kecil risiko malaria. Jika digambarkan dalam suatu grafik keterkaitan
antara elevasi dan indeksi kebasahan topografis dan overlay keduanya untuk identifikasi risiko
malaria seperti gambar dibawah ini.
Malaria
Indeks Kebasahan
Elevasi
Topografis
Tinggi (3) : Sedang (2) : Rendah (1) : Tinggi (3): Sedang (2) : Rendah (1) :
0 – 300 mdpl 300 - 500 mdpl > 500 mdpl > 8.5 6.5 – 8.5 < 6.5
Risiko Malaria
84
Langkah 2 : Elevasi perlu dilakukan pengkelasan ulang (reclassify) sesuai dengan kelas risiko
malaria diatas dengan klik GEOPROCESSING >> GRID >> VALUES >> RECLASSIFY GRID
VALUES
Langkah 3 : (1) input Grid system dan Grid seperti gambar dibawah ini; (2) Operator pilih min
<= value <= max; dan (3) klik tanda dibawah ini
85
Langkah 4 : Input nilai minimum, maximum dan new sesuai kelas risiko malaria berdasarkan
elevasi dibawah ini
Hasilnya adalah grid elevasi yang telah direklasifikasi sesuai kelas risiko malaria.
Langkah 5 : Kita bisa mengkonversi file kelas risiko malaria berdasarkan elevasi ini dalam
bentuk vektor dengan cara klik GEOPROCESSING >> SHAPES >> GRID >> VECTORIZATION >>
VECTORISING GRID CLASSES
86
Langkah 6 : pada jendela Vectorising Grid Classes diatur seperti gambar dibawah ini.
Langkah 7 : (1) tampilkan atribut dan ubah pada kolom Name 1 = rendah, 2 = sedang, 3 = tinggi;
(2) Klik kanan pada elevasi hasil reklasifikasi; dan (3) klik Save as dan simpan file.
87
Langkah 9 : Ulangi Langkah 3 diatas, tetapi pada >> Grid pilih Topographic Wetness Index
dan << Reclassified Grid pilih Create
Langkah 10 : Input nilai minimum, maximum dan new sesuai kelas risiko malaria berdasarkan
indeks kebasahan topografis seperti dibawah ini
Hasilnya adalah grid reklasifikasi risiko malaria berdasarkan indeks kebasahan topografis
88
Langkah 11 : Ulangi Langkah 5,6 dan 7 untuk mengkonversi dari raster menjadi vektor,
mengubah atribut dan menyimpan data.
Langkah 12 : untuk mendapatkan hasil gabungan antara risiko malaria berdasarkan elevasi dan
indeks kebasahan topografis, maka klik GEOPROCESSING > GRID > CALCULUS > GRID
CALCULATOR
Langkah 13 : (1) Grid system diatur seperti gambar dibawah ini; (2) pada Formula diketik
(g1+g2)/2; (3) pada Name diketik Risiko Malaria; dan (4) klik tanda seperti gambar dibawah
ini.
89
Langkah 14 : pilih (select) DEM LEMBATA [Denoised]_reclassified dan Topographic Wetness
Index_reclassified; (2) klik tanda dibawah ini; (3) hasilnya kedua data tersebut telah berpindah
dari bilik kiri ke kanan; dan (4) klik Okay.
Hasilnya adalah akan dihasilkan grid Risiko Malaria yang merupakan perhitungan dari kedua
grid tadi (elevasi dan TWI).
Langkah 16 : Ulangi Langkah 5,6 dan 7 untuk mengkonversi dari raster Risiko
Erosi_reclassified menjadi vektor, mengubah atribut dan menyimpan data.
90
Ketika vektor Risiko Malaria dioverlay dengan Pemukiman maka dapat terlihat sebagian besar
pemukiman di Kab Lembata berada pada area dengan risiko malaria yang tinggi ditilik dari aspek
elevasi dan indeks kebasahan topografis.
91
MENGUBAH DATA KOORDINAT (LINTANG DAN BUJUR)
DARI MS EXCEL & REPROYEKSI
UNTUK DITAMPILKAN PADA PETA
Seringkali dalam kegiatan survey lapangan dilakukan pengambilan titik koordinat lokasi
dengan sistem koordinat yang paling sering digunakan yaitu bujur dan lintang (format derajat,
menit, detik) atau Universal Transverse Mercator (UTM). Akan tetapi, untuk dapat bisa
ditampilkan pada peta, maka seluruh data spasial yang digunakan harus berada dalam sistem
proyeksi yang sama. Salah satu keunggulan GIS adalah kemampuannya secara mudah untuk
mengubah sistem koordinat (reproyeksi), baik dari geografis ke UTM atau sebaliknya. Dalam
materi pelatihan ini peserta akan dilatih mengenai : (a) cara mengubah data koordinat dalam
format tabel untuk bisa diinput pada software QGIS; dan (2) untuk mengetahui cara menginput
dan menampilkan data titik koordinat pada software QGIS.
Buka file Koordinat_Siap Analisis.xls maka akan ditemukan 11 lokasi koordinat (bujur dan
lintang) yang telah ditabulasi ulang berdasarkan derajat, menit dan detik.
Terdapat 2 cara untuk mengimport koordinat dari MS Excel ke QGIS yaitu (1) secara langsung
dengan format seperti diatas; dan (2) konversi dari derajat, menit, detik menjadi derajat desimal
dengan rumus seperti diatas. Untuk cara kedua telah ada pada modul pemetaan Malaria sehingga
tidak ditampilkan lagi langkah-langkahnya.
92
Langkah 2 : Jika ada notifikasi seperti ini, klik Yes
93
Langkah 4 : (1) klik Browse dan cari file CSV yang telah disimpan pada Langkah 1; (2) pada File
Format pilih CSV (comma separated values); (3) centang DMS coordinates (karena format
data yang digunakan adalah derajat, menit, detik); (4) pada X field pilih field_2 (karena koordinat
bujur ada pada kolom/field 2) dan pada Y field pilih field_3 (karena koordinat lintang ada pada
kolom/field 3); dan (5) klik OK.
94
Langkah 5 : Karena sistem proyeksi data masih dalam sistem koordinat geografis maka harus
direproyeksi menjadi UTM 51 S sesuai dengan format data yang lain. Klik kanan pada
Koordinat_Siap_Analisis > Save As
Langkah 6 : (1) Klik Browse dan cari folder tempat penyimpanan data serta ketik nama file
(contoh : Koordinat Lembata_UTM); dan (2) klik seperti gambar dibawah ini
95
Langkah 7 : (1) Cari dan klik WGS 84 / UTM zone 51S; dan (2) klik OK.
96
Langkah 9 : Drag & drop file Kecamatan Lembata.shp ke QGIS
Hasilnya adalah dapat terlihat persebaran 11 lokasi dengan sistem proyeksi UTM pada wilayah
Kecamatan di Lembata
97
CURRICULUM VITAE
Norman P.L.B Riwu Kaho, SP, M.Sc
Phone : +6281386605131
Email: norman_ega@yahoo.com
A. Identitas Diri
Nama : Norman Patrick Lucky Bire Riwu Kaho, SP, M.Sc
Tempat/Tanggal Lahir : Kupang, 12 Oktober 1984
Pekerjaan : Dosen
Alamat Kantor
Alamat Kantor : Program Studi Kehutanan, FA, Universitas Nusa Cendana,
Jl. Adisucipto – Penfui, ZIP 104, Kupang 85001, NTT,
Agama : Kristen Protestan
Status Perkawinan : Kawin
Alamat Rumah : Jl. Kenari No. 3, Naikoten 1, Kec. Kota Radja
Telepon / HP : 081386605131
Alamat surel : Norman_ega@yahoo.com
B. Riwayat Pendidikan
S-1 S-2
Nama PTN UNDANA Kupang UGM Jogjakarta
Bidang Ilmu Ekofisiologi Agroforestry
Tahun Masuk-Lulus 2002 – 2007 2008-2010
Judul Skripsi/ Pengaruh Tingkat Pemberian Air Hubungan Antara Kebakaran Hutan dan
Thesis/ Disertasi dan Tanaman Inang yang Penggembalaan Lepas terhadap Tegakan
Berbeda Terhadap Pertumbuhan Ampupu (Eucalyptus urophylla) di Cagar
Cendana (Santalum album L.) Alam Gunung Mutis, Timor Barat
Nama 1. Dr. Ir. M. Kasim, M.P 1. Prof. Ir. Sambas Sabarnurdin, Ph.D
Pembimbing/ 2. Ir. A.S.S Ndiwa, M.P 2. Dr. Satyawan Pudyatmoko, S.Hut, M.Sc
Promotor
98
8. Riwu Kaho, NPLB. 2014. Panduan Intepretasi dan Respon Informasi Iklim dan Cuaca untuk
Petani dan Nelayan. Perkumpulan PIKUL (Kerjasama dengan Indonesia Climate Change Trust
Fund-ICCTF).
9. Riwu Kaho, N.P.L.B. 2014. Dampak perubahan iklim bagi pertanian di Provinsi Nusa Tenggara
Timur : Alternatif Solusi Adaptasi melalui sintesis informasi. Artikel pada Buku Potret
Pengelolaan Sumber Daya Air di NTT (Stigma Kekeringan dan Upaya Penanggulangannya).
Dewan Sumberdaya Air NTT, Kupang.
10. Pemetaan Fire Regime di Cagar Alam Gunung Mutis, Timor Barat, Prov NTT. Buletin
Leguminosae, Vol. 19, No. 6 July 2014 Page.13-19, ISSN 0854-8544, Agriculture Faculty,
Undana
11. Fisher, R., S. Hobgen., I. Mandaya., N.P.L.B Riwu Kaho., Zulkarnain. 2016. Satellite Image
Analysis and Terrain Modelling (Buku Panduan Geospatial Gratis untuk Pengelolaan
Sumberdaya Alam, Risiko Bencana dan Perencanaan Pembangunan). Charles Darwin
University kerjasama dengan UNDANA dan UHO Kendari.
12. Riwu Kaho, N.P.L.B. 2016. Mengapa NTT Kering? Apakah Hanya Karena Musim Hujan yang
Kurang? (Menelaah Lebih Jauh Beberapa Penyebab dan Solusi Praktis untuk Mengatasinya).
Artikel pada Buku Sumberdaya Air NTT. Dewan Sumberdaya Air NTT. Kupang.
13. Riwu Kaho, N.P.L.B. 2016. Penggunaan Free & Open Source Software (FOSS) Sistem Informasi
Geografis (SIG) untuk Identifikasi Karakteristik Biofisik Daerah Aliran Sungai Manikin. Jurnal
Agroekologi dan Sumber Daya Alam Vol. 1, Edisi 1 Agustus 2016, Page 117 - 132, Lemlit
Undana. Kupang.
14. Naskah Akademik Rancangan Peraturan Daerah (Ranperda) NTT tentang Pemanfaatan dan
Pengelolaan Hasil Hutan Bukan Kayu (HHBK). 2017. Anggota Tim Penulis
15. Fisher, R., S. Hobgen., I. Mandaya., N.P.L.B Riwu Kaho., Zulkarnain. 2017. Satellite Image
Analysis and Terrain Modelling (Buku Panduan Geospatial Gratis untuk Pengelolaan
Sumberdaya Alam, Risiko Bencana dan Perencanaan Pembangunan) Edisi II. Charles Darwin
University kerjasama dengan UNDANA dan UHO Kendari.
D. Pengalaman Penelitian/Pengabdian/Kerjasama
1. Riwu Kaho, L.M., L.S. Marimpan & N.P.L.B Riwu Kaho. Pengaruh Kebakaran Terhadap
Kelimpahan Anakan Ampupu (Eucalyptus urophylla) di Cagar Alam Gunung Mutis. 2011.
Anggota Tim Peneliti
2. Consultancy on Mitigation Action Analysis and Advocacy Materials in Sikka, Ende, South
Central Timor, and Kupang Regency. Kerjasama UNDANA & CARE International. 2011.
Kupang. Anggota Tim Peneliti
3. Riwu Kaho, U.J & N.P.L.B Riwu Kaho. Analisis Komposisi dan Struktur Vegetasi serta
Keanekaragamanhayati pada Sistem Agroforestry, Desa NiukBaun, Kabupaten Kupang. 2013.
Kupang. Anggota Tim Peneliti.
4. Evaluation Plan for Scaling Up Farmers Managed Natural Regeneration (FMNR) Program in
Mainland Sumba. Collaboration Work of Wahana Visi Indonesia (WVI) & UNDANA. 2014.
Anggota Tim Peneliti
5. Riwu Kaho, L.M., W.I.I Mella & N.P.L.B Riwu Kaho. Produktivitas Agroekosistem Daerah
Penggembalaan dalam Kawasan Hutan yang diperbaiki di Hulu DAS Noelmina, Timor Barat.
2014. Anggota Tim Peneliti.
6. Ipteks Bagi Masyarakat (IbM) Kelompok Tani untuk Meningkatkan Kapasitas Pengeringan
Padi pada Saat Panen di Musim Hujan. 2014. Anggota Tim Peneliti
7. Identifikasi untuk Usulan Perubahan Fungsi dan Peruntukan Kawasan Hutan di Kota Kupang.
Dinas Pertanian, peternakan, perkebunan dan Kehutanan Kota Kupang. 2014. Anggota Tim
Ahli.
8. Survey dan Pemetaan Partisipatif Tipology Tambang Mangan Skala Kecil di DAS Tilong.
Project of Artisanal and Small Scale Mining for Development (Eastern Indonesia). 2015.
Anggota Tim Peneliti.
99
9. Enviromental Impact Assesment Survey in Noelmina Watershed. Project of Artisanal and
Small Scale Mining for Development (Eastern Indonesia). 2015 s/d 2016. Anggota Tim
Peneliti
10. Survey dan Pemetaan Partisipatif Tipology Tambang Mangan Skala Kecil di DAS Noelmina.
Project of Artisanal and Small Scale Mining for Development (Eastern Indonesia). 2015 &
2016. Anggota Tim Peneliti
11. Fasilitasi Daerah dalam Penetapan Kawasan Perdesaan di Kabupaten Kupang dan Kabupaten
Rote Ndao Provinsi Nusa Tenggara Timur. Kerjasama DITJEN Pembangunan Kawasan
Perdesaan, KEMENDESA RI & Lembaga Penelitian UNDANA. 2015. Anggota Tim Peneliti
12. Improving Irrigation Infrastructure (Greater Food and Water Security in Eastern Indonesia.
Collaboration Research between UNDANA and CDU. 2015. Anggota Tim Peneliti
13. Riwu Kaho, L.M., W.I.I Mella & N.P.L.B Riwu Kaho. Penelitian dan Pengembangan Ikanfoti
sebagai Kawasan Stasiun Penelitian Undana. 2016. Anggota Tim Peneliti
14. Riwu Kaho, L.M & N.P.L.B Riwu Kaho. 2016. Pengendalian Penggunaan Ekosistem Hulu DAS
Manikin Baki melalui Implementasi Model Agrosilvopastoral. 2016. Anggota Tim Peneliti
15. Baseline Survey - Green Skills Initiative Youth Economic Empowerment (YEE) Project. PLAN
INTERNATIONAL. 2016. Anggota Tim Peneliti
16. Kajian Lingkungan Hidup Strategis (KLHS) Kabupaten Sabu Raijua. 2016. Anggota Tim
Peneliti.
17. Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kabupaten Sabu Raijua. 2016.
Anggota Tim Peneliti.
18. Masterplan Kesehatan Kabupaten Sabu Raijua Tahun 2016 – 2036. 2016. Anggota Tim
Peneliti
19. Tingkat Elektabilitas Bakal Calon Walikota Kupang Periode 2017 – 2022. Kerjasama UNDANA
dan Partai Gerindra. 2016. Kupang. Anggota Tim Peneliti
20. Survey Cepat (Quick Survey) beberapa DAS Lintas Negara RI-RDTL. 2016. Anggota Tim
Peneliti.
21. Ipteks bagi Masyarakat (IbM) Masyarakat Desa Hutan di Sekitar Hutan Alam Ampupu
(Eucalyptus urophylla), Amfoang Selatan, Kabupaten Kupang. 2016. Anggota
22. Ephemeral Stream Sediment Deposition and Flooding in Lambanapu Distric, Sumba
Indonesia. 2016. Sebagai Co-Supervisor untuk penelitian mahasiswa Rojita Thapa (Master of
Civil Engineering), School of Engineering & Information, CDU, Australia
23. Evans, K.G., M. Narayan., B. Lamsal., R. Thapa., N.P.L.B Riwu Kaho., S.E Hobgen., B.A Myers &
P. Wurm. Improving Food and Water Security in Sumba, Indonesia. Darwin. 2016. Anggota
Tim Peneliti
24. Pemetaan Partisipatif Tata Guna Lahan (Land Use) Berbasis Global Positioning System (GPS),
Android Smartphone & Sistem Informasi Geografis (Google Earth) di Kecamatan Haharu,
Kabupaten Sumba Timur. Wahana Visi Indonesia/Indonesia Rural Economic Development.
2017. Konsultan
100
F. Pengalaman Presentasi/Pemakalah Oral
1. Pemakalah pada Lokakarya Pengelolaan DAS Terpadu DAS Kambaniru. 2012. Waingapu
2. Pemakalah pada Seminar Penyusunan Rencana Kontinjensi Bencana Banjir di DAS Benain.
2012. Kupang.
3. Pemakalah pada Seminar Konsultasi Publik Penyusunan Rencana Kesatuan Pengelolaan
Hutan Produksi (KPHP) Rote-Ndao. 2012. Rote.
4. Tutor dalam Pelatihan Sistem Informasi Geografis menggunakan Software SAGA GIS bagi
Anggota Asosiasi Penambang Rakyat Indonesia (APRI). 2016. Bogor.
5. Presentation about “Soil Erosion Rates In The Manganese Mining Areas Of West Timor”.
International Conference on Community Mining in Indonesia. 2016. Jakarta.
6. Presentasi mengenai “Penggunaan Free & Open Source Software (FOSS) Sistem Informasi
Geografis (SIG) untuk Identifikasi Karakteristik Biofisik Daerah Aliran Sungai Manikin.
Seminar Nasional tentang Perubahan Iklim. 2016. Kupang.
7. Tutor dalam Pelatihan Sistem Informasi Geografis bagi Mahasiswa Bidikmisi Faperta Undana.
2016. Kupang
8. Tutor dalam Pelatihan Analisis Statistika Menggunakan Software MS Excel, Minitab & PAST
bagi Mahasiswa Bidikmisi Faperta Undana. 2016. Kupang
9. Tutor dalam Pelatihan Aplikasi FOSS GIS dalam Survey Cepat Karakteristik DAS Lintas Negara
RI-RDTL. 2016. Atambua.
10. Tutor dalam International Workshop and Training on Satellite Image Analysis and Terrain
Modelling with SAGA GIS 4+. 2017. Makasar
Semua data yang saya isikan dan tercantum dalam biodata ini adalah benar dan dapat
dipertanggungjawabkan secara hukum. Apabila dikemudian hari ternyata dijumpai ketidak
sesuaian dengan kenyataan, saya sanggup menerima sanksi.
101