1.ANASTASIA TAMO INYA 2.FRIT SENSIA LAMUNDE 3.GOLGEMA BULU 4.NONO NGADU 5.ROFINUS RONALDO PITANG 6.YAMIS UMBU WOLI Pengertian keselamatan kerja/ patient safety • Patient Safety atau keselamatan pasien merupakan indikator yang paling utama dalam sistem pelayanan kesehatan, yang diharapkan dapat menjadi acuan dalam menghasilkan pelayanan kesehatan yang optimal dan mengurangi insiden bagi pasien (Canadian Patient Safety Institute, 2017). • Menurut Kemenkes RI (2015), keselamatan pasien (patient safety) adalah suatu sistem yang memastikan asuhan pada pasien jauh lebih aman. Sistem tersebut meliputi pengkajian risiko, identifikasi insiden, pengelolaan insiden, pelaporan atau analisis insiden, serta implementasi dan tindak lanjut suatu insiden untuk meminimalkan terjadinya risiko. Sistem tersebut dimaksudkan untuk menjadi cara yang efektif untuk mencegah terjadinya cidera atau insiden pada pasien yang disebabkan oleh kesalahan tindakan. Lanjut • Insiden keselamatan pasien adalah semua kejadian atau situasi yang berpotensi atau mengakibatkan harm (penyakit, cidera, cacat, kematian, kerugian dan lain-lain), hal tersebut dapat dicegah bahkan seharusnya tidak terjadi karena sudah dikategorikan sebagai suatu disiplin. Dalam Permenkes RI No. 1691/ MENKES/ PER/ VIII/ 2011 tentang Keselamatan Pasien Rumah Sakit, insiden keselamatan pasien adalah segala sesuatu yang terjadi secara sengaja atau tidak sengaja dan kondisi mengakibatkan atau berpotensi untuk menimbulkan cidera pada pasien, yang terdiri dari Kejadian tidak Diharapkan (KTD), Kejadian Nyaris Cedera (KNC), Kejadian Tidak Cedera (KTC) dan Kejadian Potensial Cedera (KPC). Insiden keselamatan pasien sewaktu- waktu dapat terjadi tanpa direncanakan yang dapat membahayakan pasien dan tidak terpenuhi outcome dalam penyembuhan pasien. • Insiden keselamatan pasien dapat diklasifikasikan sebagai berikut (WHO, 2018): • 1.Insiden berbahaya yaitu Insiden yang dapat membahayakan dan merugikan pasien sehingga planning perawatan tidak sesuai yang diharapkan. • 2.Insiden tidak berbahaya yaitu Insiden yang tidak menimbulkan bahaya dan kerugian pada pasien. • 3.Insiden nyaris berbahaya yaitu Insiden yang tidak membahayakan pasien tetapi memiliki potensi atau resiko untuk bahaya dan kerugian • Selain klasifikasi inside menurut (WHO 2018) ada juga klasifikasi dampak insiden menurut Cooper 2018 • 1. Tidak ada kerugian seperti Proses pengobatan yang berjalan hingga selesai tanpa ada kerusakan atau kerugian untuk pasien. • Contoh: Pasien menerima obat imunosupresif (azathioprine) tetapi melewatkan pemantauan hematologis rutin selama beberapa bulan tetapi tidak ada bahaya yang terjadi. • 2.Tidak ada kerugian karena hasil mitigasi yaitu Segala insiden yang berpotensi menyebabkan bahaya tetapi tidak menimbulkan bahaya. • Contoh: Seorang petugas kesehatan yang kurang tepat mengindikasikan aturan minum obat yang seharusnya dua kali sehari tapi petugas menulisnya satu kali sehari. Petugas yang menyediakan obat tersebut kepada pasien sebelumnya telah mencatat kesalahan dan mengoreksi obat kembali. • 3.Kerugian ringan yaitu Insiden di mana pasien terluka tetapi tidak memerlukan intervensi atau perawatan minimal • Contoh: Seorang dokter membuat kesalahan resep dan kemudian sediaan obat tidak ada di apotik rumah sakit sehingga obat yang dibutuhkan didapat dari apotik di luar rumah sakit. Pasien tidak mendapatkan obat selama 3,5 jam yang membuat keluarga sangat takut. • 5. Kerugian sedang dimana Pasien yang memerlukan perawatan medis jangka pendek untuk penilaian dan perawatan ringan baik di UGD atupun bangsal rumah sakit. • Contoh: Seorang petugas kesehatan melakukan kunjungan rumah rutin ke pasien diabetes untuk memberikan insulin. Pada saat kunjungan ditemukan gula darah pasien dalam batas aman untuk pemberian insulin. Kemudian pada hari yang sama pasien ditemukan hipoglikemia, pasien tidak memberitahu petugas bahwa 30 menit sebelum petugas datang pasien sudah mendapatkan terapi insulin. Pasien sementara dirawat dirumah sakit untuk memantau gula darah satu Peraturan mentri kesehatan mengenai Keselamatan kerja • Seluruh tindakan medis terhadap pasien pasti memiliki risiko tersendiri. Pastinya tidak ada satu petugas kesehatan atau dokter pun yang menginginkan pasiennya mengalami risiko tidak diinginkan tersebut. Oleh sebab itu, keselamatan pasien harus diutamakan dalam setiap penanganan medis. Setiap tenaga medis harus memahaminya, sehingga bisa menerapkannya dengan baik. • Keselamatan pasien adalah kunci penting bagi setiap fasilitas kesehatan. Hal ini pula yang menjadi indikator sangat penting dalam penilaian sebuah rumah sakit. Terutama dalam kepentingan akreditasinya sebagai standar mutu atas pelayanan dan kinerjanya. Untuk menjamin hal tersebut, maka sudah ditetapkan 6 sasaran keselamatan pasien. • Secara internasional ketentuan tersebut dikenal dengan istilah IPSG (International Patient Safety Goals). Dalam peraturan tersebut ada enam sasaran untuk menjamin keselamatan pasien. Ketentuan itu dirilis oleh Joint Commission International atau JCI. Lembaga ini memberikan dedikasinya untuk peningkatan kualitas layanan fasilitas kesehatan dan juga keselamatan bagi pasien. • Misi dari JCI adalah senantiasa meningkatkan kualitas kesehatan secara berkelanjutan untuk setiap masyarakat. Dengan cara menjalin kerjasama bersama seluruh stakeholder terkait, melakukan evaluasi terhadap organisasi pelayanan kesehatan, dan menjadi inspirasi untuk peningkatan pelayanan pria, efektif dan berkualitas tinggi. Saat ini baru tercatat beberapa saja rumah sakit di tanah air yang sudah berhasil mendapatkan akreditasi dari lembaga tersebut. • IPSG yang dirilis oleh JCI sudah diaplikasikan hampir di setiap rumah sakit di seluruh dunia. Kemudian ketentuan itu pun menjadi pijakan pemerintah Indonesia melalui Kementrian Kesehatan dengan menerbitkan Permenkes-RI no. 1691/MENKES/PER/VII/2011. Peraturan itu terkait dengan keselamatan para pasien yang dirawat di rumah sakit. • Dengan dasar kuat dari JCI maka pemerintah Indonesia pun berupaya untuk melindungi pasien dengan mengutamakan keselamatan pasien (patient safety). Sasaran keselamatan pasien • 1. Ketepatan identifikasi pasien • Hal ini untuk mengembangkan pola pendekatan agar bisa meningkatkan atau memperbaiki ketelitian dalam identifikasi pasien. Aplikasinya seperti identifikasi sebelum pemberian atau pengambilan darah, konsumsi obat dan tindakan lainnya. • Salah satu pendukung poin ini adalah penggunaan gelang identitas pasien. • 2. Peningkatan komunikasi efektif • Cara ini untuk mengembangkan pola pendekatan agar komunikasi bisa berjalan dengan efektif. Hal ini bertujuan agar komunikasi lisan terjadi dengan akurat, sehingga informasinya bisa diterapkan secara konsisten. • 3. Peningkatan keamanan obat atau high alert yang harus diwaspadai • Cara ini dilakukan agar memastikan obat tetap aman untuk diberikan kepada pasien. Prosedur ini berkaitan dengan proses identifikasi, pemberian label, penetapan lokasi dan penyimpanannya. • 4. Kepastian terhadap lokasi, prosedur dan pasien operasi • Cara ini diaplikasikan agar pasien tercatat dengan valid sebelum mendapatkan tindakan operasi. • 5. Pengurangan terhadap risiko infeksi setelah menggunakan pelayanan kesehatan • Hal ini adalah prosedur dalam pencegahan penyakit menular dan infeksi sesuai dengan pedomannya. • 6. Pengurangan risiko jatuh • Setiap tenaga medis harus memahami dan mengaplikasikan sejumlah langkah untuk memastikan pasien tidak mengalami risiko jatuh. Semua langkah akan diawasi untuk memastikan keberhasilannya. Dengan begitu segala risiko tersebut tidak akan menimpa pasien yang tengah dirawatnya. Thanks you