Anda di halaman 1dari 37

DERMATITIS

KONTAK ALERGI
Oleh :

Reza Ihza Mahendra : 16 10070100037


Rahmalia ulfa : 16 10070100002
Dwi prasetia : 16 10070100070

Preseptor :

dr. Yola Fadilla, Sp.DV

 SMF ILMU PENYAKIT KULIT DAN KELAMIN


RSUD Dr. ACHMAD MOCHTAR
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS BAITURRAHMAH
LAPORAN KASUS
IDENTITAS PASIEN

Nama : Tn.A
Umur : 40 Tahun
Jenis Kelamin : Laki-laki
Alamat : Bukittinggi
Pekerjaan : Petani
Anamnesa
 Keluhan Utama

Seorang pasien laki-laki usia 40 tahun datang ke poli


kulit RSAM Bukittinggi dengan keluhan bercak kemerahan
yang terasa gatal dikedua punggung kaki sejak 3 bulan lalu.
 Riwayat Penyakit Sekarang

• Pasien mengeluhkan bahwa bercak tampak merah dan terasa


gatal dikedua punggung kaki sejak 3 bulan yang lalu.
• Kemerahan pada kulit tidak langsung muncul melainkan setelah
kontak berulang dengan sandal jepit.
• Pasien mengeluhkan gatal dan sering menggaruk nya.
 Riwayat Penyakit Dahulu

Pasien tidak memiliki Riwayat penyakit kulit apapun

 Riwayat Pengobatan

Pasien belum pernah mendapatkan pengobatan sebelumnya


 Riwayat Penyakit Keluarga

Tidak ada anggota keluarga dengan keluhan yang sama


seperti pasien

 Riwayat Sosial dan Kebiasaan

Pasien seorang petani, kebiasan menggunakan


sandal jepit saat beraktifitas.
Pemeriksaan fisik
1. Status Generalisata

• Keadaan umum : sakit sedang


• Kesadaran : CMC
• Status gizi : baik
• Pemeriksaan thoraks : dalam batas normal
• Pemeriksaan abdomen : dalam batas
normal
Status dermatologikus

1. Lokasi : Kedua Dorsum pedis


2. Distribusi : Regional
3. Bentuk : Khas
4. Susunan : Linier
5. Batas : Tegas
6. Ukuran : Plakat
7. Efloresensi : Plak hiperpigmentasi ,
skuama halus, likenifikasi.
Latar
DIAGNOSA
Belakang

Diagnosa Kerja Diagnosa Banding

Dermatitis Kontak Alergi Dermatitis Kontak


e.c Sendal Jepit Iritan

10
Pemeriksaan penunjang
• Pemeriksaan patch test (uji tempel)
Terapi Umum
1 Hentikan pemakaian sendal jepit
Hindari penggarukan dan pengelupasan lesi agar tidak
2
timbul infeksi sekunder

Meningkatkan kebersihan Kaki


3
4 Menjaga kaki agar tetap kering
Terapi Khusus
1. Sistemik
 Cetirizine tab 10 mg 1 x sehari

2. Topikal
 Desoximetasone Cream 0,25%
RESEP
RSUD ACHMAD MOCHTAR
RUANGAN POLIKLINIK : KULIT DAN KELAMIN
DOKTER : dr. X
SIP NO : 111/SIP/2021

Bukittinggi, 26 oktober 2021

R/ Cetirizine tab 10 mg No. VII


S1 dd tab 1

R/ Desoximetasone Cream 0,25% tube No. 1


S.ue

Pro : Tn. A
Umur : 40 tahun
Alamat : Bukittinggi
Prognosis
Quo Ad Vitam : Bonam

Quo Ad Sanationam : Bonam

Quo Ad Functionam : Bonam

Quo Ad Kosmetikum :
Dubia Et Bonam
Dermatitis Kontak
Dermatitis kontak adalah dermatitis yang
disebabkan oleh bahan/substansi yang menempel
di kulit.
Dermatitis kontak terbagi atas 2 :
1. Dermatitis kontak alergi
2. Dermatitis kontak iritan
Dermatitis Kontak Alergi (DKA)

Dermatitis kontak alergi adalah dermatitis yang


terjadi pada seseorang yang telah mengalami
sensitisasi terhadap suatu bahan penyebab atau
alergen.
Epidemiologi
 Bila dibandingkan dengan DKI, jumlah pasien DKA lebih
sedikit, karena hanya mengenai orang dengan keadaan kulit
yang hipersensitif
 Data baru dari lnggris dan amerika serikat menunjukkan
bahwa dermatitis kontak alergik akibat kerja ternyata cukup
tinggi yaitu berkisar antara 50 dan 60 persen.
Etiologi

Penyebab DKA adalah bahan kimia sederhana dengan berat


molekul rendah (< 1000 dalton), disebut sebagai hapten,
bersifat lipofilik, sangat reaktif, dan dapat menembus stratum
korneum sehingga mencapai sel epidermis bagian dalam yang
hidup.
FAKTOR RISIKO

• Potensi sensitisasi alergen


• Lama pajanan
• Luas daerah yang terkena
• Keadaan kulit pada lokasi kontak
• Status imun
PATOFISIOLOGI
Kontak dengan alergen
IL-1, ICAM-1, LFA-3,
B-7,
MHC I dan II
Alergen kecil dan larut
dalam lemak disebut hapten
Sitokin akan
Sel Langerhans aktif
memproliferasi sel T
mengeluarkan sitokin
Menembus lapisan corneum menjadi lebih banyak
dan memiliki sel T
Difagosit oleh sel memori
langerhans dengan
pinositosis Sitokin akan keluar dari
getah bening
Hapten + HLA-DR
Beredar ke seluruh
tubuh
Membentuk antigen
Individu tersensititasi
Dikenalkan ke limfosit T Fase Sensitasi (I)
melalui CD4 2-3 minggu
Fase Elisitasi (II)
24-48 jam Respons klinis DKA

Pajanan Ulang Faktor kemotaktik, dan


eikosanoid menarik →
neutrofil, monosit dan sel
Sel T memori darah lain dari dalam
pembuluh darah masuk ke
dermis
Aktivasi sitokin inflamasi
lebih kompleks
Molekul terlarut
(komplemen dan kinin) →
Ploriferasi dan ekspansi ke epidermis dan dermis
sel T di kulit

Dilatasi vaskuler dan


IFN – γ → keratinosit → Eikosanoid (dari sel mast peningkatan
LFA -1, IL-1, TNF-α dan keratinosit permeabilitas vaskuler
Gejala Klinis
• Gatal
• Bercak eritematosa yang berbatas jelas
Akut •

Edema
Papulovesikel
• Vesikel atau bula dapat pecah menyebabkan erosi dan eksudasi

• Kulit kering

Kroni
• Berskuama
• Papul,

k
Likenifikasi
• Fisur
• Batasnya tidak jelas
Lokasi
Lokasi Kemungkinan Penyebab

Tangan Pekerjaan yang basah (‘Wet Work’), memasak makanan, mencuci


pakaian. Contoh bahan yang dapat menyebabkan dermatitis:
detergen,antiseptic, getah sayuran, semen, pestisida.

Lengan Jam tangan (nikel), sarung tangan karet, debu semen, dan tanaman.

Ketiak Deodoran, anti-perspiran, formaldehid yang ada di pakaian.

Wajah Bahan kosmetik, spons (karet), obat topikal, alergen di udara (aero-
alergen), nikel (tangkai kacamata).

Bibir Lipstik, pasta gigi, getah buah-buahan.


Lokasi Kemungkinan Penyebab
Kelopak mata Maskara, eye shadow, obat tetes mata

Telinga Anting yang terbuat dari nikel, tangkai kacamata, cat


rambut, hearing aids, gagang telpon.
Leher Kalung dari nikel, alergen di udara, zat warna pakaian.

Badan Tekstil, zat warna, kancing logam, karet (elastis, busa),


plastik, deterjen, bahan pelembut atau pewangi pakaian.

Genitalia Antiseptik, obat topikal, nilon, pembalut wanita, alergen


yang berada di tangan, kontrasepsi.

Paha dan tungkai Tekstil, kaus kaki nilon, obat topikal, sepatu/sandal.
bawah
Diagnosis
Anamnesis

Kriteria diagnosis :
1. Adanya riwayat kontak dengan bahan alergen
2. Menanyakan riwayat pekerjaan, hobi, obat topikal yang pernah
digunakan, kosmetik dengan berbagai bahan yang menimbulkan alergi
3. Riwayat penyakit kulit sebelumnya
4. Terdapat ruam eritem dengan rasa gatal
Pemeriksaan fisik
Biasanya didapatkan adanya eritema, edema dan papula
disusul dengan pembentukan vesikel. Lesi pada
umumnya timbul pada tempat kontak, berbatas tegas
dan dapat meluas ke daerah sekitarnya
Diagnosis banding

DKI Dermatitis Atopi


Pemeriksaan Penunjang
Tes in vivo
Uji Tempel atau Patch Test
 Dermatitis yang terjadi harus sudah tenang (sembuh).
 Tes dilakukan sekurang-kurangnya satu mingu setelah pemakaian
kortikosterioid sistemik dihentikan
 Uji tempel dibuka setelah 48 jam ( dua hari penempelan),
kemudian dibaca. Pembacaan kedua dilakukan pada hari ke-3 sampai
ke-7.
Pasien dilarang melakukan aktivitas yang menyebabkan uji tempel
menjadi longar/terlepas (tidak menempel dengan baik), karena dapat
memberikan hasil negatif palsu.
Cara melakukan uji tempel
Unit uji tempel terdiri dari chamber, plester dan alergen. Yang perlu diperhatikan :
1. Chamber harus sudah terstandarisasi (Finn chamber, gamma chamber)
2. Plester perekat harus bersifat non alergenik dan dapat merekatkan kuat chamber ke kulit
3. Alergen yg digunakan sudah terstandarisasi (TRUE, TROLAB)
4. Alergen non standar dapat dipersiapkan beberapa jam seblm pelaksanaan dalam bentuk vaselin
album dan beberapa menit dalam bentuk cairan

Yang perlu diperhatikan dalam pengisian dan penempelan chamber :


1. Chamber harus terisi penuh sesuai kapasitasnya
2. Perekat chamber dapat mengalami penurunan daya rekat
3. Pencukuran rambut pada lokasi uji tempel jika diperlukan
4. Desinfeksi sebelum penempelan
5. Setelah semua chamber tertempel perlu dilakukan mapping posisi agar tdk terjadi kesalahan
lokasi chamber saat pembacaan hasil
 Setelah 48 jam, uji  Hasilnya dicatat seperti berikut:
• +1 = reaksi lemah (non-vesikular) : eritem, infiltrat, papul
tempel dilepas.
(+)
Pembacaan pertama
• +2 = reaksi kuat : edema atau vesikel (++)
dilakukan15-30 menit • +3 = reaksi sangat kuat (ekstrim) : bula atau ulkus (+++)
setelah dilepas, agar • ± = meragukan : hanya makula eritematosa

efek tekanan • IR = iritasi : seperti terbakar, pustul atau purpura (IR)


• - = reaksi negatif (-)
menghilang atau
• NT = tidak dites (NT = not tested)
minimal.
Tes in Vitro
Pemeriksaan Histopalogi
Pada dermatitis kontak, limfosit T yang telah tersensitisasi,
menginvasi dermis dan epidermis serta menyebabkan edema
dermis atau spongiosis epidermis.
Penatalaksanaan
Non-Medikamentosa

Memberi edukasi mengenai kegiatan yang berisiko untuk


terkena dermatitis kontak alergi

Gunakan perlengkapan/pakaian pelindung saat melakukan


aktivitas yang bersentuhan dengan alergen.

Memberi edukasi kepada pasien untuk tidak mengenakan


perhiasan, aksesoris, pakaian atau sandal yang merupakan
penyebab alergi
Medikamentosa
Sistemik
 Cetirizine 1x10 mg , atau
 Loratadin 1x10 mg per hari selama maksimal 2 minggu
 Methylprednisolon 4-8 mg
 Prednison 30 mg
Topikal
 Kompres dengan larutan garam faal atau larutan asam salisilat
 Pelembab krim hidrofilik urea 10%.
 Kortikosteroid: desonide krim 0,05% (catatan: bila tidak tersedia dapat
digunakan fluosinolon asetonid krim 0,025%).
 Pada kasus dengan manifestasi klinis likenifikasi dan hiperpigmentasi,
dapat diberikan golongan betametason valerat krim 0,1% atau
mometason furoat krim 0,1%).
Prognosis
Peyakit ini baik apabila sedini mungkin sudah terdiagnosis dan dilakukan
penatalaksanaan yang baik, serta menghindari factor pencetusnya.
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai