Anda di halaman 1dari 28

Referat

KEHAMILAN EKTOPIK TERGANGGU

Disusun oleh :

Mega Utari 1610070100005

Preseptor :
dr. Erman Ramli, SpOG(K)

KEPANITERAAN KLINIK SENIOR OBSTETRI DAN GINEKOLOGI


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS BAITURRAHMAH
RSUD DR. ACHMAD MOCHTAR
BUKITTINGGI
2021

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan

karunia-Nya sehingga penulis dapat menyusun dan menyelesaikan sebuah referat,

yang diajukan dengan judul “Kehamilan Ektopik Terganggu“ dalam rangka untuk

memenuhi tugas kepaniteraan klinik RSUD ACHMAD MOCHTAR Bukittinggi.

Penyusun referat ini tentunya tidak lepas dari berbagai hambatan dan

kesulitan, untuk itu penulis mengucapkan terimakasih kepada dr. Erman Ramli,

SpOG(K) yang telah membimbing dan memberi arahan dalam penyusunan

referat.

Penulis menyadari bahwa referat ini masih jauh dari kata sempurna. Maka

dari itu, penulis mengharapkan kritik dan saran dari pembaca, sehingga dapat

memperbaiki referat yang dibuat oleh penulis. Akhir kata, semoga referat ini dapat

bermanfaat untuk semua pihak dan bernilai amal kebajikan dihadapan Allah SWT.

Bukittinggi, Desember 2021

Penulis

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.................................................................................... ii

DAFTAR ISI................................................................................................... iii

BAB I. PENDAHULUAN.............................................................................. 1

1.1 Latar Belakang............................................................................................ 1

1.2 Tujuan......................................................................................................... 2

1.3 Manfaat....................................................................................................... 2

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi..................................................................................................... 3

2.2 Epidemiologi............................................................................................. 3

2.3 Etiologi..................................................................................................... 4

2.4 Faktor Risiko............................................................................................ 6

2.5 Patofisilogi................................................................................................ 7

2.6 Jenis Kehamilan Ektopik.......................................................................... 9

2.7 Manifestasi Klinis..................................................................................... 12

2.8 Diagnosis.................................................................................................. 18

2.9 Tatalaksana.............................................................................................. 21

2.10 Prognosis.................................................................................................. 22

BAB III. KESIMPULAN............................................................................... 24

DAFTAR PUSTAKA...................................................................................... 25

iii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kehamilan ektopik merupakan suatu keadaan dimana kantung gestasi berada

diluar kavum uteri. Kehamilan ektopik terjadi pada 1 dari 50 kehamilan. Hal yang

menyebabkan besarnya angka kematian ibu akibat kehamilan ektopik. Kehamilan

ektopik merupakan salah satu penyebab terbesar kematian ibu pada triwulan

pertama dari kehamilan.1,2

Kehamilan ektopik pertama kali diungkapkan pada abad ke-11, dan, sampai

pertengahan abad ke-18, biasanya berakibat fatal. John Bard melaporkan satu

intervensi bedah yang berlangsung sukses untuk mengobati sebuah kehamilan

ektopik di New York pada tahun 1759. Angka keselamatan pada awal abad ke-19

sangat kecil, satu laporan mengatakan hanya 5 dari 30 yang dapat selamat dari

operasi abdominal. Menariknya, angka keselamatan pasien yang tidak diobati 1

dari 3.1,2

Pada permulaan abad ke-20, kemajuan pesat dalam ilmu anestesi, antibiotik,

dan transfuse darah berperan dalam menurunkan angka kematian ibu. Pada awal

pertengahan abad ke-20, tercatat 200-400 kematian per 10.000 kasus. Sejak tahun

1970, Centers for Disease Control and Prevention (CDC) mulai mencatat dan

membuat statistik mengenai kehamilan ektopik, dilaporkan terdapat 17.800 kasus.

Pada tahun 1992, angka kehamilan ektopik meningkat menjadi 108.000 kasus.

Namun, angka kematian menurun dari 35,5 per 10.000 kasus pada tahun 1970

menjadi 2,6 per 10.000 kasus pada tahun 1992.3,4

1
Resiko kehamilan ektopik sangat besar karena kehamilan ini tidak bisa

menjadi normal. Bila telur tersebut tetap tumbuh dan besar di saluran tuba maka

suatu saat tuba tersebut akan pecah dan dapat menyebabkan perdarahan yang

sangat hebat dan mematikan. Apabila seseorang mengalami kehamilan ektopik

maka kehamilan tersebut harus cepat diakhiri karena besarnya risiko yang

ditanggungnya.3

Prinsip dasarnya jika pada wanita dalam masa reproduksi dengan gangguan

atau keterlambatan haid yang disertai dengan nyeri perut bagian bawah, perlu

difikirkan kehamilan ektopik terganggu. Gambaran klinik kehamilan ektopik yang

terganggu amat beragam. Sekitar 10 – 29% pasien yang pernah mengalami

kehamilan ektopik, mempunyai kemungkinan untuk terjadi lagi. Kira-kira

sepertiga sampai separuh dari pasien dengan kehamilan ektopik mempunyai

riwayat infeksi pelvis sebelumnya.2,4

1.2 Tujuan Penulisan

1. Mengetahui dan memahami tentang Kehamilan Ektopik Terganggu

2. Melengkapi syarat Kepaniteraan Klinik Senior (KKS) di Rumah Sakit

Achmad Mochtar Bukittinggi 2021

3. Untuk memenuhi tugas Kepaniteraan Klinik Senior (KKS) di Bagian

Obgyn Rumah Sakit Achmad Mochtar Bukittinggi 2021.

1.3 Manfaat Penulisan

Manfaat penulisan referat ini adalah menambah wawasan dan pengetahuan

mengenai Kehamilan Ektopik Terganggu.

2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2. 1. Definisi

Kehamilan ektopik didefinisikan sebagai setiap kehamilan yang terjadi di

luar kavum uteri, yaitu bila sel telur yang dibuahi berimplantasi dan tumbuh di

luar endometrium kavum uteri. Kehamilan ekstrauterin tidak sinonim dengan

kehamilan ektopik karena kehamilan pada pars interstitialis tuba dan kanalis

servikalis masih termasuk dalam uterus tetapi jelas bersifat ektopik.1,2

Kehamilan ektopik adalah kehamilan yang tempat implantasi/ nidasi/

melekatnya buah kehamilan di luar tempat yang normal, yakni di luar rongga

rahim. Sedangkan yang disebut sebagai kehamilan ektopik terganggu adalah suatu

kehamilan ektopik yang mengalami abortus ruptur pada dinding tuba.1,3

Gambar 2.1 Lokasi Kehamilan Ektopik

2. 2. Epidemiologi

Frekuensi dari kehamilan ektopik dan kehamilan intrauteri dalam satu

konsepsi yang spontan terjadi dalam 1 dalam 30.000 atau kurang. Angka

kehamilan ektopik per 1000 diagnosis konsepsi, kehamilan atau kelahiran hidup

3
telah dilaporkan berkisar antara 2,7 hingga 12,9. Angka kejadian kehamilan

ektopik dari tahun ke tahun cenderung meningkat. Diantara faktor-faktor yang

terlibat adalah meningkatnya pemakaian alat kontrasepsi dalam rahim, penyakit

radang panggul, usia ibu yang lanjut, pembedahan pada tuba, dan pengobatan

infertilitas dengan terapi induksi superovulasi.4

Angka kejadian kehamilan ektopik di Amerika Serikat meningkat dalam

dekade terakhir yaitu dari 4,5 per 1000 kehamilan pada tahun 1970 menjadi 19,7

per 1000 kehamilan pada tahun 1992. Kehamilan ektopik masih menjadi

penyebab kematian utama pada ibu hamil di Kanada yaitu berkisar 4% dari 20

kematian ibu pertahun. Sebagian besar wanita yang mengalami kehamilan ektopik

berumur antara 20-40 tahun dengan umur rata-rata 30 tahun. Frekuensi kehamilan

ektopik yang berulang dilaporkan berkisar antara 0-14,6%.5

Didapatkan 2% dari keseluruhan kehamilan merupakan kehamilan ektopik.

Pada kehamilan ektopik ini merupakan penyebab utama kematian pada trimester

pertama, serta bertanggung jawab atas 9% dari seluruh kematian yang terjadi pada

ibu hamil.6

2. 3. Etiologi

Etiologi kehamilan ektopik terganggu telah banyak diselidiki, tetapi

sebagian besar penyebabnya tidak diketahui.4

Sebagian besar kehamilan ektopik berlokasi di tuba. Sangat jarang terjadi

implantasi pada ovarium, rongga perut, kanalis servikalis uteri, tanduk uterus

yang rudimenter, dan divertikel pada uterus. Berdasarkan implantasi hasil

4
konsepsi pada tuba, terdapat kehamilan pars interstisialis tuba, kehamilan pars

ismika tuba, kehamilan pars ampullaris tuba dan kehamilan infundibulum tuba.7

Tiap kehamilan dimulai dengan pembuahan telur dibagian ampulla tuba,

dan dalam perjalanan ke uterus telur mengalami hambatan sehingga pada saat

nidasi masih di tuba, atau nidasinya di tuba dipermudah.8

Beberapa pembagian yang berbeda mengenai faktor-faktor yang memegang

peranan dalam hal ini adalah sebagai berikut1:

1. Faktor dalam lumen tuba

a. Endosalpingitis dapat menyebabkan perlekatan endosalping, sehingga

lumen tuba menyempit atau membentuk kantong buntu.

b. Pada hipoplasia uteri lumen tuba sempit dan berlekuk-lekuk dan hal ini

sering disertai gangguan fungsi silia endosalping.

c. Operasi plastik tuba dan sterilisasi yang tak sempurna dapat menjadi

sebab lumen tuba menyempit.

2. Faktor pada dinding tuba

a. Endometriosis tuba dapat mempermudahkan implantasi telur yang

dibuahi dalam tuba.

b. Divertikel tuba congenital atau ostium assesorius tubae dapat menahan

telur yang dibuahi di tempat ini.

3. Faktor di luar dinding tuba

a. Perlekatan peritubal dengan distorsi atau lekukan tuba dapat menghambat

perjalanan telur.

5
b. Tumor yang menekan dinding tuba dapat menyempitkan lumen tuba.

4. Faktor lain

a. Migrasi luar ovum, yaitu perjalanan dari ovarium kanan ke tuba kiri atau

sebaliknya dapat memperpanjang perjalanan telur yang dibuahi ke uterus

pertumbuhan telur yang terlalu cepat dapat menyebabkan implantasi

premature.

b. Fertilisasi in vitro.

2.4. Faktor Resiko

Ada berbagai macam faktor yang dapat menyebabkan kehamilan ektopik.

Namun kehamilan ektopik juga dapat terjadi pada wanita tanpa faktor risiko.7,9

Lebih dari setengah kehamilan ektopik yang berhasil diidentifikasi ditemukan

pada wanita tanpa ada faktor resiko. Faktor risiko kehamilan ektopik adalah4:

a. Riwayat kehamilan ektopik sebelumnya

Merupakan faktor risiko paling besar untuk kehamilan ektopik.

Angka kekambuhan sebesar 15% setelah kehamilan ektopik pertama dan

meningkat sebanyak 30% setelah kehamilan ektopik kedua.

b. Penggunaan kontrasepsi spiral dan pil progesterone

Kehamilan ektopik meningkat apabila ketika hamil masih

menggunakan kontrasepsi spiral (3- 4%). Pil yang mengandung hormon

progesteron juga meningkatkan kehamilan ektopik karena dapat

mengganggu pergerakan sel rambut silia di saluran tuba yang membawa

sel telur yang sudah dibuahi untuk berimplantasi ke dalam rahim.

c. Kerusakan saluran tuba.

6
2.5. Patofisiologi

Proses implantasi ovum yang dibuahi yang terjadi di tuba pada dasarnya

sama dengan halnya di kavum uteri. Telur di tuba bernidasi secara kolumner atau

interkolumner. Implantasi secara kolumner yaitu telur berimplantasi pada ujung

atau sisi jonjot endosalping. Perkembangan telur selanjutnya dibatasi oleh

kurangnya vaskularisasi dan biasanya telur mati secara dini dan kemudian

diresorpsi. Pada nidasi secara interkolumner telur bernidasi antara dua jonjot

endosalping.1 Setelah tempat nidasi tertutup, maka telur dipisahkan dari lumen

tuba oleh lapisan jaringan yang menyerupai desidua dan dinamakan

pseudokapsularis. Karena pembentukan desidua di tuba tidak sempurna, dengan

mudah vili korialis menembus endosalping dan masuk ke dalam lapisan otot-otot

tuba dengan merusak jaringan dan pembuluh darah. Perkembangan janin

selanjutnya bergantung pada beberapa faktor, seperti tempat implantasi, tebalnya

dinding tuba dan banyaknya perdarahan yang terjadi oleh invasi trofoblas.1,2

Di bawah pengaruh hormon estrogen dan progesteron dari korpus luteum

graviditas dan trofoblas, uterus menjadi besar dan lembek. Endometrium dapat

pula berubah menjadi desidua. Setelah janin mati, desidua dalam uterus

mengalami degenerasi dan kemudian dikeluarkan berkeping-keping atau

dilepaskan secara utuh. Perdarahan pervaginam yang dijumpai pada kehamilan

ektopik terganggu berasal dari uterus dan disebabkan oleh pelepasan desidua yang

degenerative.1,2

Tuba bukanlah tempat untuk pertumbuhan hasil konsepsi, sehingga tidak

mungkin janin tumbuh secara utuh seperti dalam uterus. Sebagian besar

7
kehamilan tuba terganggu pada umur kehamilan antara 6 sampai 10 minggu.

Terdapat beberapa kemungkinan mengenai nasib kehamilan dalam tuba yaitu:

1. Hasil konsepsi mati dini dan diresorpsi


Pada implantasi secara kolumner, ovum yang dibuahi cepat mati karena

vaskularisasi kurang dan dengan mudah terjadi resorpsi total. Dalam keadaan ini

penderita tidak mengeluh apa-apa dan haidnya terlambat untuk beberapa hari.2

2. Abortus ke dalam lumen tuba


Perdarahan yang terjadi karena pembukaan pembuluh-pembuluh darah

oleh villi koriales pada dinding tuba di tempat implantasi dapat melepaskan

mudigah dari dinding tersebut bersama-sama dengan robeknya pseudokapsularis.

Pelepasan ini dapat terjadi sebagian atau seluruhnya. Bila pelepasan menyeluruh,

mudigah dan selaputnya dikeluarkan dalam lumen tuba dan kemudian didorong

oleh darah ke arah ostium tuba abdominale. Perdarahan yang berlangsung terus

menyebabkan tuba membesar dan kebiru-biruan (Hematosalping) dan selanjutnya

darah mengalir ke rongga perut melalui ostium tuba, berkumpul di kavum douglas

dan akan membentuk hematokel retrouterina.1,2

3. Ruptur dinding tuba


Ruptur tuba sering terjadi bila ovum berimplantasi pada ismus dan

biasanya pada kehamilan muda. Sebaliknya ruptur pada pars interstitialis terjadi

pada kehamilan yang lebih lanjut. Faktor utama yang menyebabkan ruptur ialah

penembusan villi koriales ke dalam lapisan muskularis tuba terus ke peritoneum.

Ruptur dapat terjadi secara spontan atau karena trauma ringan. Darah dapat

mengalir ke dalam rongga perut melalui ostium tuba abdominale. Bila ostium tuba

tersumbat, ruptur sekunder dapat terjadi. Dalam hal ini, dinding tuba yang telah

8
menipis oleh invasi trofoblas, pecah karena tekanan darah dalam tuba. Kadang-

kadang ruptur terjadi di arah ligamentum latum dan terbentuk hematoma

intraligamenter antara 2 lapisan ligamentum tersebut. Jika janin hidup terus, dapat

terjadi kehamilan intraligamenter.4,10

Pada ruptur ke rongga perut, seluruh janin dapat keluar dari tuba, tetapi

bila robekan tuba kecil, perdarahan terjadi tanpa hasil konsepsi dikeluarkan dari

tuba. Nasib janin bergantung pada tuanya kehamilan dan kerusakan yang diderita.

Bila janin mati dan masih kecil, dapat diresorpsi seluruhnya, dan bila besar dapat

diubah menjadi litopedion.5,6

Janin yang dikeluarkan dari tuba dengan masih diselubungi oleh kantong

amnion dan dengan plasenta masih utuh kemungkinan tumbuh terus dalam rongga

perut, sehingga terjadi kehamilan ektopik lanjut atau kehamilan abdominal

sekunder. Untuk mencukupi kebutuhan makanan bagi janin, plasenta dari tuba

akan meluaskan implantasinya ke jaringan sekitarnya misalnya ke sebagian

uterus, ligamentum latum, dasar panggul dan usus.1,2

2. 6. Jenis Kehamilan Ektopik

1. Kehamilan Pars Interstisialis Tuba

Kehamilan ektopik ini terjadi bila ovum bernidasi pada pars interstisialis

tuba. Keadaan ini jarang terjadi dan hanya satu persen dari semua kehamilan tuba.

Rupture pada keadaan ini terjadi pada kehamilan lebih tua, dapat mencapai akhir

bulan keempat. Perdarahan yang terjadi sangat banyak dan bila tidak segera

dioperasi akan menyebabkan kematian.11

9
Tindakan operasi yang dilakukan adalah laparatomi untuk membersihkan isi

kavum abdomen dari darah dan sisa jaringan konsepsi serta menutup sumber

perdarahan dengan melakukan irisan baji (wegde resection) pada kornu uteri

dimana tuba pars interstisialis berada.11

2. Kehamilan ektopik ganda

Sangat jarang kehamilan ektopik berlangsung bersamaan dengan kehamilan

intrauterine. Keadaan ini disebut kehamilan ektopik ganda (combined ectopic

pregnancy). Frekuensinya berkisar 1 di antara 15.000 – 40.000 persalinan. Di

Indonesia sudah dilaporkan beberapa kasus. Pada umumnya diagnosis kehamilan

dibuat pada waktu operasi kehamilan ektopik yang terganggu. Pada laparotomi

ditemukan uterus yang membesar sesuai dengan tuanya kehamilan dan 2 korpora

lutea.6,7

3. Kehamilan Ovarial

Kehamilan ovarial primer sangat jarang terjadi. Diagnosis kehamilan

tersebut ditegakkan atas dasar 4 kriteria dari Spiegelberg, yakni1,4 :

a. Tuba pada sisi kehamilan harus normal

b. Kantong janin harus berlokasi pada ovarium

c. Kantong janin dihubungkan dengan uterus oleh ligamentum ovary

proprium

d. Jaringan ovarium yang nyata harus ditemukan dalam dinding kantong

janin

Diagnosis yang pasti diperoleh bila kantong janin kecil dikelilingi oleh

jaringan ovarium dengan trofoblas memasuki alat tersebut. Pada kehamilan

10
ovarial biasanya terjadi rupture pada kehamilan muda dengan akibat perdarahan

dalam perut. Hasil konsepsi dapat pula mengalami kematian sebelumnya sehingga

tidak terjadi rupture, ditemukan benjolan dengan berbagai ukuran yang terdiri atas

ovarium yang mengandung darah, vili korialis dan mungkin juga selaput

mudigah.12

4. Kehamilan servikal

Kehamilan servikal juga sangat jarang terjadi. Bila ovum berimplantasi

dalam kavum servikalis, maka akan terjadi perdarahan tanpa nyeri pada kehamilan

muda. Jika kehamilan berlangsung terus, serviks membesar dengan ostium uteri

eksternum terbuka sebagian. Kehamilan servikal jarang melampaui 12 minggu

dan biasanya diakhiri secara operatif oleh karena perdarahan. Pengeluaran hasil

konsepsi pervaginam dapat menyebabkan banyak perdarahan, sehingga untuk

menghentikan perdarahan diperlukan histerektomi totalis.4,8

Paalman dan Mc ellin (1959) membuat kriteria klinik sebagai berikut1,2:

a. Ostium uteri internum tertutup

b. Ostium uteri eksternum terbuka sebagian

c. Seluruh hasil konsepsi terletak dalam endoservik

d. Perdarahan uterus setelah fase amenore tanpa disertai rasa nyeri

e. Serviks lunak, membesar, dapat lebih besar dari fundus uteri, sehingga

terbentuk hour-glass uterus

5. Kehamilan ektopik lanjut

Merupakan kehamilan ektopik dimana janin dapat tumbuh terus karena

mendapat cukup zat-zat makanan dan oksigen dari plasenta yang meluaskan

11
implantasinya ke jaringan sekitar misalnya ligamentum latum, uterus, dasar

panggul, usus dan sebagainya. Dalam keadaan demikian, anatomi sudah kabur.

Kehamilan ektopik lanjut biasanya terjadi sekunder dari kehamilan tuba yang

mengalami abortus atau ruptur dan janin dikeluarkan dari tuba dalam keadaan

masih diselubungi oleh kantung ketuban dengan plasenta yang masih utuh yang

akan terus tumbuh terus di tempat implantasinya yang baru.1

2.7. Manifestasi Klinis

Gambaran klinis secara umum tergantung dari lokasi terjadinya. Tanda dan

gejalanya sangat bervariasi tergantung pada ruptur atau tidaknya kehamilan

tersebut. Adapun gejala dan hasil pemeriksaan laboratorium antara lain4,3 :

a. Keluhan gastrointestinal

Keluhan yang paling sering dikemukakan oleh pasien kehamilan ektopik

terganggu adalah nyeri pelvis. Dorfman menekankan pentingnya keluhan

gastrointestinal dan vertigo atau rasa pening. Semua keluhan tersebut mempunyai

keragaman dalam hal insiden terjadinya akibat kecepatan dan taraf perdarahannya

di samping keterlambatan diagnosis.

b. Nyeri tekan abdomen dan pelvis

Nyeri tekan yang timbul pada palpasi abdomen dan pemeriksaan,

khususnya dengan menggerakkan servik, dijumpai pada lebih dari tiga per empat

kasus kehamilan ektopik sudah atau sedang mengalami ruptur, tetapi kadang-

kadang tidak terlihat sebelum rupture terjadinya.

12
c. Amenore

Riwayat amenore tidak ditemukan pada seperempat kasus atau lebih. Salah

satu sebabnya adalah karena pasien menganggap perdarahan pervaginam yang

lazim pada kehamilan ektopik sebagai periode haid yang normal, dengan

demikian memberikan tanggal haid terakhir yang keliru.

d. Spotting atau perdarahan vaginal

Selama fungsi endokrin plasenta masih bertahan, perdarahan uterus

biasanya tidak ditemukan, namun bila dukungan endokrin dari endometrium

sudah tidak memadai lagi, mukosa uterus akan mengalami perdarahan. Perdarahan

tersebut biasanya sedikit-sedikit, bewarna cokelat gelap dan dapat terputus-putus

atau terus-menerus.

e. Perubahan Uterus

Uterus pada kehamilan etopik dapat terdorong ke salah satu sisi oleh masa

ektopik tersebut. Pada kehamilan ligamentum latum atau ligamentum latum terisi

darah, uterus dapat mengalami pergeseran hebat. Uterine cast akan dieksresikan

oleh sebagian kecil pasien, mungkin 5% atau 10% pasien. Eksresi uterine cast ini

dapat disertai oleh gejala kram yang serupa dengan peristiwa ekspulsi spontan

jaringan abortus dari kavum uteri.

f. Tekanan darah dan denyut nadi

Reaksi awal pada perdarahan sedang tidak menunjukkan perubahan pada

denyut nadi dan tekanan darah, atau reaksinya kadang-kadang sama seperti yang

13
terlihat pada tindakan flebotomi untuk menjadi donor darah yaitu kenaikan ringan

tekanan darah atau respon vasovagal disertai bradikardi serta hipotensi.

g. Hipovolemi

Penurunan nyata tekanan darah dan kenaikan denyut nadi dalam posisi

duduk merupakan tanda yang paling sering menunjukkan adanya penurunan

volume darah yang cukup banyak. Semua perubahan tersebut mungkin baru

terjadi setelah timbul hipovolemi yang serius.

h. Suhu tubuh

Setelah terjadi perdarahan akut, suhu tubuh dapat tetap normal atau bahkan

menurun. Suhu yang lebih tinggi jarang dijumpai dalam keadaan tanpa adanya

infeksi. Karena itu panas merupakan gambaran yang penting untuk membedakan

antara kehamilan tuba yang mengalami ruptura dengan salpingitis akut, dimana

pada keadaan ini suhu tubuh umumnya diatas 38⁰ C.

i. Masa pelvis

Masa pelvis dapat teraba pada 20% pasien. Masa tersebut mempunyai

ukuran, konsistensi serta posisi yang bervariasi. Biasanya masa ini berukuran 5-15

cm, sering teraba lunak dan elastis. Akan tetapi dengan terjadinya infiltrasi

dinding tuba yang luas oleh darah masa tersebut dapat teraba keras. Hampir selalu

masa pelvis ditemukan di sebelah posterior atau lateral uterus. Keluhan nyeri dan

nyeri tekan kerap kali mendahului terabanya masa pelvis dalam tindakan palpasi.

14
j. Hematokel pelvik

Pada kehamilan tuba, kerusakan dinding tuba yang terjadi bertahap akan

diukuti oleh perembesan darah secara perlahan-lahan ke dalam lumen tuba, kavum

peritonium atau keduanya. Gejala perdarahan aktif tidak terdapat dan bahkan

keluhan yang ringan dapat mereda, namun darah yang terus merembes akan

berkumpul dalam panggul, kurang lebih terbungkus dengan adanya perlekatan dan

akhirnya membentuk hematokel pelvis.4

Gejala-gejala kehamilan ektopik terganggu beraneka ragam, sehingga

pembuatan diagnosis kadang-kadang menimbulkan kesulitan, khususnya pada

kasus-kasus kehamilan ektopik yang belum mengalami atau ruptur pada dinding

tuba sulit untuk dibuat diagnosis.1

Gambaran klinik kehamilan tuba yang belum terganggu tidak khas dan

penderita maupun dokter biasanya tidak mengetahui adanya kelainan dalam

kehamilan, sampai terjadinya abortus tuba atau ruptur tuba.

1. Kehamilan ektopik belum terganggu

Kehamilan ektopik yang belum terganggu atau belum mengalami ruptur

sulit untuk diketahui, karena penderita tidak menyampaikan keluhan yang khas.

Amenorea atau gangguan haid dilaporkan oleh 75-95% penderita. Lamanya

amenore tergantung pada kehidupan janin, sehingga dapat bervariasi. Sebagian

penderita tidak mengalami amenore karena kematian janin terjadi sebelum haid

berikutnya. Tanda-tanda kehamilan muda seperti nausea dilaporkan oleh 10- 25%

kasus.3

15
Di samping gangguan haid, keluhan yang paling sering disampaikan ialah

nyeri di perut bawah yang tidak khas, walaupun kehamilan ektopik belum

mengalami ruptur. Kadang-kadang teraba tumor di samping uterus dengan batas

yang sukar ditentukan. Keadaan ini juga masih harus dipastikan dengan alat bantu

diagnostik yang lain seperti ultrasonografi (USG) dan laparoskopi.3

Mengingat bahwa setiap kehamilan ektopik akan berakhir dengan abortus

atau ruptur yang disertai perdarahan dalam rongga perut, maka pada setiap wanita

dengan gangguan haid dan setelah diperiksa dicurigai adanya kehamilan ektopik

harus ditangani dengan sungguhsungguh menggunakan alat diagnostik yang ada

sampai diperoleh kepastian diagnostik kehamilan ektopik karena jika terlambat

diatasi dapat membahayakan jiwa penderita.3

2. Kehamilan ektopik terganggu

Gejala dan tanda kehamilan tuba terganggu sangat berbeda-beda dari

perdarahan banyak yang tiba-tiba dalam rongga perut sampai terdapatnya gejala

yang tidak jelas. Gejala dan tanda bergantung pada lamanya kehamilan ektopik

terganggu, abortus atau ruptur tuba, tuanya kehamilan, derajat perdarahan yang

terjadi dan keadaan umum penderita sebelum hamil.1,4

Diagnosis kehamilan ektopik terganggu pada jenis yang mendadak atau

akut biasanya tidak sulit. Nyeri merupakan keluhan utama pada kehamilan ektopik

terganggu (KET). Pada ruptur tuba, nyeri perut bagian bawah terjadi secara tiba-

tiba dan intensitasnya disertai dengan perdarahan yang menyebabkan penderita

pingsan, tekanan darah dapat menurun dan nadi meningkat serta perdarahan yang

lebih banyak dapat menimbulkan syok, ujung ekstremitas pucat, basah dan dingin.

16
Rasa nyeri mula-mula terdapat dalam satu sisi, tetapi setelah darah masuk ke

dalam rongga perut, rasa nyeri menjalar ke bagian tengah atau keseluruh perut

bawah dan bila membentuk hematokel retrouterina menyebabkan defekasi nyeri.1,5

Perdarahan pervaginam merupakan tanda penting kedua pada kehamilan

ektopik terganggu. Hal ini menunjukkan kematian janin dan berasal dari kavum

uteri karena pelepasan desidua. Perdarahan dari uterus biasanya tidak banyak dan

berwarna coklat tua. Frekuensi perdarahan ditemukan dari 51-93%. Perdarahan

berarti gangguan pembentukan Hcg (human chorionic gonadotropin).1

Yang menonjol ialah penderita tampak kesakitan, pucat dan pada

pemeriksaan ditemukan tanda-tanda syok serta perdarahan rongga perut. Pada

pemeriksaan ginekologik ditemukan serviks yang nyeri bila digerakkan dan

kavum Douglas yang menonjol dan nyeri raba. 5 Pada abortus tubabiasanya teraba

dengan jelas suatu tumor di samping uterus dalam berbagai ukuran dengan

konsistensi agak lunak. Hematokel retouterina dapat diraba sebagai tumor di

kavum Douglas.1,2

Kesulitan diagnosis biasanya terjadi pada kehamilan ektopik terganggu

jenis atipik atau menahun. Kelambatan haid tidak jelas, tanda dan gejala

kehamilan muda tidak jelas, demikian pula nyeri perut tidak nyata dan sering

penderita tampak tidak terlalu pucat. Hal ini dapat terjadi apabila perdarahan pada

kehamilan ektopik yang terganggu berlangsung lambat. Dalam keadaan yang

demikian, alat bantu diagnostik sangat diperlukan untuk memastikan

diagnosis.3,9,10

2. 8. Diagnosis

17
Kesukaran membuat diagnosis yang pasti pada kehamilan ektopik belum

terganggu demikian besarnya sehingga sebagian besar penderita mengalami

abortus tuba atau ruptur ruba sebelum keadaan menjadi jelas. Alat bantu

diagnostik yang dapat digunakan ialah ultrasonografi (USG), laparoskopi atau

kuldoskopi.12

a. Anamnesis : haid biasanya terlambat untuk beberapa waktu, dan kadang-

kadang terdapat gejala subyektif kehamilan muda.1 Nyeri abdominal

terutama bagian bawah dan perdarahan pervaginam pada trimester pertama

kehamilan merupakan tanda dan gejala klinis yang mengarah ke diagnosis

kehamilan ektopik. Gejala-gejala nyeri abdominal dan perdarahan

pervaginam tidak terlalu spesifik atau juga sensitif.1,2

b. Pemeriksaan umum : penderita tampak kesakitan dan pucat. Pada

perdarahan dalam rongga perut tanda-tanda syok dapat ditemukan. Pada

jenis tidak mendadak perut bagian bawah hanya sedikit menggembung dan

nyeri tekan.1 Kehamilan ektopik yang belum terganggu tidak dapat

didiagnosis secara tepat semata-mata atas adanya gejala-gejala klinis dan

pemeriksaan fisik.4,5

c. Pemeriksaan ginekologi : tanda-tanda kehamilan muda mungkin

ditemukan. Pergerakan serviks menyebabkan rasa nyeri. Bila uterus dapat

diraba, maka akan teraba sedikit membesar dan kadang-kadang teraba

tumor di samping uterus dengan batas yang sukar ditentukan. Kavum

Douglas yang menonjol dan nyeri-raba menunjukkan adanya hematokel

retrouterina. Suhu kadang-kadang naik sehingga menyukarkan perbedaan

dengan infeksi pelvik. (Ilmu kebidanan) Hampir semua kehamilan ektopik

18
didiagnosis antara kehamilan 5 dan 12 minggu. Identifikasi dari tempat

implantasi embrio lebih awal dari pada kehamilan 5 minggu melampaui

kemampuan teknik-teknik diagnostik yang ada. Pada usia kehamilan 12

minggu, kehamilan ektopik telah memperlihatkan gejala-gejala sekunder

terhadap terjadinya ruptur atau uterus pada wanita dengan kehamilan

intrauteri yang normal telah mengalami pembesaran yang berbeda dengan

bentuk dari kehamilan ektopik.1,5

d. Pemeriksaan laboratorium : pemeriksaan hemoglobin dan jumlah sel darah

merah berguna dalam menegakkan diagnosis kehamilan ektopik. terganggu,

terutama bila ada tanda-tanda perdarahan dalam rongga perut. Pada kasus

tidak mendadak biasanya ditemukan anemia, tetapi harus diingat bahwa

penurunan hemoglobin baru terlihat setelah 24 jam. 1 Perhitungan leukosit

secara berturut menunjukkan adanya perdarahan bila leukosit meningkat

(leukositosis). Untuk membedakan kehamilan ektopik dari infeksi pelvik

dapat diperhaikan jumlah leukosit. Jumlah leukosit yang lebih dari 20.000

biasanya menunjukkan infeksi pelvik.1

Penting untuk mendiagnosis ada tidaknya kehamilan. Cara yang paling

mudah ialah dengan melakukan pemeriksaan konsentrasi hormon β human

chorionic gonadotropin (β-hCG) dalam urin atau serum. Hormon ini dapat

dideteksi paling awal pada satu minggu sebelum tanggal menstruasi

berikutnya. Konsentrasi serum yang sudah dapat dideteksi ialah 5 IU/L,

sedangkan pada urin ialah 20–50 IU/L. Tes kehamilan negatif tidak

menyingkirkan kemungkinan kehamilan ektopik terganggu karena

kematian hasil konsepsi dan degenerasi trofoblas menyebabkan human

19
chorionic gonadotropin menurun dan menyebabkan tes negatif.1 Tes

kehamilan positif juga tidak dapat mengidentifikasi lokasi kantung

gestasional. Meskipun demikian, wanita dengan kehamilan ektopik

cenderung memiliki level β-hCG yang rendah dibandingkan kehamilan

intrauterin.

e. Kuldosentesis : ialah suatu cara pemeriksaan untuk mengetahui apakah

terdapat darah dalam kavum Douglas.10 Cara ini sangat berguna untuk

membuat diagnosis kehamilan ektopik terganggu. Teknik kuldosentesis

yaitu11 :

 Penderita dibaringkan dalam posisi litotomi.

 Vulva dan vagina dibersihkan dengan antiseptik

 Spekulum dipasang dan bibir belakang porsio dijepit dengan

tenakulum, kemudian dilakukan traksi ke depan sehingga forniks

posterior ditampakkan

 Jarum spinal no. 18 ditusukkan ke dalam kavum douglas dan dengan

semprit 10 ml dilakukan pengisapan. Hasil positif bila dikeluarkan

darah berwarna coklat sampai hitam yang tdak membeku atau berupa

bekuan-bekuan kecil.

Hasil negatif bila cairan yang dihisap berupa11 :

 Cairan jernih yang mungkin berasal dari cairan peritoneum normal

atau kista ovarium yang pecah.

 Nanah yang mungkin berasal dari penyakit radang pelvis atau radang

appendiks yang pecah (nanah harus dikultur).

20
 Darah segar berwarna merah yang dalam beberapa menit akan

membeku, darah ini berasal dari arteri atau vena yang tertusuk.

f. Ultrasonografi : Cara yang paling efisien untuk mengeluarkan adanya

kehamilan ektopik adalah mendiagnosis suatu kehamilan intrauteri. Cara

yang terbaik untuk mengkonfirmasi satu kehamilan intrauteri adalah

dengan menggunakan ultrasonografi. Sensitivitas dan spesifisitas dari

diagnosis kehamilan intrauteri dengan menggunakan modalitas ini

mencapai 100% pada kehamilan diatas 5,5 minggu. Sebaliknya identifikasi

kehamilan ektopik dengan ultrasonografi lebih sulit (kurang sensitif) dan

kurang spesifik.1,5

g. Laparoskopi : hanya digunakan sebagai alat bantu diagnostik terakhir

untuk kehamilan ektopik apabila hasil penilaian prosedur diagnostik yang

lain meragukan. Melalui prosedur laparoskopik, alat kandungan bagian

dalam dapat dinilai. Secara sistematis dinilai keadaan uterus, ovarium,

tuba, kavum Douglas dan ligamentum latum. Adanya darah dalam rongga

pelvis mempersulit visualisasi alat kandungan tetapi hal ini menjadi

indikasi untuk dilakukan laparotomi.1,5

2.9. Tatalaksana

Pada kehamilan ektopik terganggu, walaupun tidak selalu ada bahaya

terhadap jiwa penderita, dapat dilakukan terapi konservatif, tetapi sebaiknya tetap

dilakukan tindakan operasi. Kekurangan dari terapi konservatif (non-operatif)

yaitu walaupun darah berkumpul di rongga abdomen lambat laun dapat diresorbsi

atau untuk sebagian dapat dikeluarkan dengan kolpotomi (pengeluaran melalui

vagina dari darah di kavum Douglas), sisa darah dapat menyebabkan perlekatan

21
perlekatan dengan bahaya ileus. Operasi terdiri dari salpingektomi ataupun

salpingoooforektomi. Jika penderita sudah memiliki anak cukup dan terdapat

kelainan pada tuba tersebut dapat dipertimbangkan untuk mengangkat tuba.

Namun jika penderita belum mempunyai anak, maka kelainan tuba dapat

dipertimbangkan untuk dikoreksi supaya tuba berfungsi.1

Tindakan laparatomi dapat dilakukan pada ruptur tuba, kehamilan dalam

divertikulum uterus, kehamilan abdominal dan kehamilan tanduk rudimenter.

Perdarahan sedini mungkin dihentikan dengan menjepit bagian dari adneksia yang

menjadi sumber perdarahan. Keadaan umum penderita terus diperbaiki dan darah

dari rongga abdomen sebanyak mungkin dikeluarkan. Serta memberikan transfusi

darah.1,2

Untuk kehamilan ektopik terganggu dini yang berlokasi di ovarium bila

dimungkinkan dirawat, namun apabila tidak menunjukkan perbaikan maka dapat

dilakukan tindakan sistektomi ataupun oovorektomi.4 Sedangkan kehamilan

ektopik terganggu berlokasi di servik uteri yang sering mengakibatkan perdarahan

dapat dilakukan histerektomi, tetapi pada nulipara yang ingin sekali

mempertahankan fertilitasnya diusahakan melakukan terapi konservatif.1,5

2.10 Prognosis

Angka kematian ibu yang disebabkan oleh kehamilan ektopik terganggu

turun sejalan dengan ditegakkannya diagnosis dini dan persediaan darah yang

cukup. Kehamilan ektopik terganggu yang berlokasi di tuba pada umumnya

bersifat bilateral. Sebagian ibu menjadi steril (tidak dapat mempunyai keturunan)

22
setelah mengalami keadaan tersebut diatas, namun dapat juga mengalami

kehamilan ektopik terganggu lagi pada tuba yang lain.1

Ibu yang pernah mengalami kehamilan ektopik terganggu, mempunyai

resiko 10% untuk terjadinya kehamilan ektopik terganggu berulang. Ibu yang

sudah mengalami kehamilan ektopik terganggu sebanyak dua kali terdapat

kemungkinan 50% mengalami kehamilan ektopik terganggu berulang.5

Ruptur dengan perdarahan intraabdominal dapat mempengaruhi fertilitas

wanita. Dalam kasus-kasus kehamilan ektopik terganggu terdapat 50-60%

kemungkinan wanita steril. Dari sebanyak itu yang menjadi hamil kurang lebih

10% mengalami kehamilan ektopik berulang.2

BAB III
PENUTUP

3.1. Kesimpulan

23
Kehamilan ektopik merupakan suatu keadaan dimana kantung gestasi berada

diluar kavum uteri. Bila telur tersebut tetap tumbuh dan besar di saluran tuba

maka suatu saat tuba tersebut akan pecah dan dapat menyebabkan perdarahan

yang sangat hebat dan mematikan. Etiologi kehamilan ektopik terganggu telah

banyak diselidiki, tetapi sebagian besar penyebabnya tidak diketahui. Namun

terdapat faktor yang berhubungan dengan penyebab kehamilan ektopik terganggu

yaitu faktor mekanis dan faktor fungsional. Adapun faktor risiko yang dapat

menyababkan kehamilan ektopik adalah Riwayat kehamilan ektopik sebelumnya,

penggunaan spiral dan pil progesteron, dan kerusakan saluran tuba.

Tuba bukanlah tempat untuk pertumbuhan hasil konsepsi, sehingga tidak

mungkin janin tumbuh secara utuh seperti dalam uterus. Sebagian besar

kehamilan tuba terganggu pada umur kehamilan antara 6 sampai 10 minggu.

Terdapat beberapa kemungkinan mengenai nasib kehamilan dalam tuba yaitu hasil

konsepsi mati dini dan direbsorpsi, abortus kedalam lumen tuba, dan rupture

dinding tuba. Manifestasi klinis dari kehamilan ektopik yaitu Keluhan

gastrointestinal, nyeri tekan abdomen dan pelvis, amenore, spotting atau

perdarahan vaginal, perubahan uterus, tekanan darah dan denyut nadi, hipovolemi,

dan suhu tubuh. Diagnosis ditegakkan berdasarkan anamnesis, pemeriksaan

umum, pemeriksaan ginekologi, pemeriksaan laboratorium, kuldosentesis, USG,

dan laparoskopi.

DAFTAR PUSTAKA

1. Prawirohardjo, S. 2007.Kehamilan Ektopik dalam Ilmu Kebidanan, Jakarta


Pusat : Yayasan Bina Pustaka.

24
2. Prawirohardjo S, Hanifa W. 2005. Gangguan Bersangkutan dengan Konsepsi.
Dalam: Ilmu Kandungan, edisi II. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono
Prawiroharjo
3. Rachimhadhi T. 2005. Kehamilan Ektopik. Dalam : Ilmu Bedah Kebidanan.
Edisi I. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawiroharjo,
4. Cunningham FG, Macdonald PC, Gant NF. 2005. Kehamilan Ektopik. Dalam:
Obstetri William (William’s Obstetri). Edisi XVIII. Jakarta: Penerbit Buku
Kedokteran EGC.
5. Schwart SI, Shires TS. 2000. Kehamilan Ektopik. Dalam: Intisari Prinsip-
Prinsip Ilmu Bedah. Edisi VI. Editor: Spencer FC. Jakarta: Penerbit Buku
Kedokteran EGC.
6. Fortner, Kimberly B.; et al.2007.The Johns Hopkins Manual Of Gynecology
And Obstetric_3rd Edision_Lippincott Williams & Wilkins Philadelphia.
7. Wiknjosastro, Hanifa. 2000. Kehamilan Ektopik. Ilmu Bedah Kebidanan edisi
pertama. Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawiroharjo. Jakarta..hal 198-210.
8. Mansjoer, A. 2016. Kehamilan Ektopik Terganggu. Kapita Selekta
Kedokteran, Media Aesculapius FKUI, Jakarta.
9. Robbins S, Cotran R, Kumar V. 2014. Buku Ajar Patologi Robbins Edisi
kesembilan. Jakarta:Elsevier.
10. Stulberg DB, Cain RL, Dahlquist I, Lauderdale D. 2015. Ectopic pregnancy
rates in the Medicine population. America journal of obstetrics and
gynecology.208-274
11. Wiknjosastro, Hanifa. 1999. Gangguan Bersangkutan Dengan Konsepsi. Ilmu
Kandungan edisi kedua. Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawiroharjo.
Jakarta.
12. Prawirohardjo, S. 2002. Buku panduan praktis oelayanan Kesehatan maternal
dan neonatal. Kehamilan ektopik. Yayasan bina pustaka sarwono
prawiroharjo. Jakarta

25

Anda mungkin juga menyukai