Anda di halaman 1dari 23

MENGENAL PESAWAT SINAR-X

BY DRH. H. SYAFRUDDIN, MP
SINAR X
Pada tahun 1895 Wilhelm Rontgent mengamati adanya
suatu radiasi yang belum diketahui sifatnya, yang dihasilkan
bila elektron-elektron cepat membentur benda yang
selanjutnya dikenal dengan sinar X.

Sinar X ini dikenal sebagai radiasi yang menjalar lurus dan


tidak dipengaruhi oleh medan listrik maupun medan magnet
serta mengakibatkan zat-zat fosforesen berpendar.

 Kenyataan membuktikan semakin besar kecepatan


elektron yang membentur, semakin besar daya tembus sinar
X dan semakin banyak elektron yang membentur semakin
besar intensitas sinar X
Drh. H. Syafruddin, MP
PEMBENTUKAN SINAR X

 Filamen katoda yang dipanaskan dalam tabung hampa


udara menghasilkan elektron-elektron, yang kemudian
dipercepat melalui voltase yang sangat tinggi supaya
menabrak anoda tungsten.
 sinar X yang muncul kemudian dipusatkan ke bawah
menurut ke bentuk dan ukuran yang diinginkan melalui
tabir (shutter) timah hitam atau collimator.
 Penggunaan kilovoltase yang lebih tinggi menghasilkan
sinar X dengan gelombang yang lebih pendek dan daya
tembus yang lebih kuat.
Drh. H. Syafruddin, MP
 Perlu diketahui bahwa sebagian besar energi yang terbentuk
berupa panas sedangkan yang berubah menjadi sinar X hanya
sebagian kecil (lebih kurang 1% dari tegangan 100 kv).
 Oleh karena panas yang sangat tinggi dalam tabung perlu
pendingin yang dapat berupa gas/udara, cairan minyak atau
emerci ataupun dengan anoda putar.
 Daerah anti katoda (filamen tungsten) yang ditumbuk oleh
elektron disebut focal spot atau target, sedangkan proyeksi focal
spot pada bidang tegak lurus sumber sinar X disebut optical
fokus.
 Fokus diusahakan sekecil mungkin akan diperoleh dengan
pancaran sinar dengan ketajaman maksimum (slaargenes).
 Namun perlu juga diingat bahwa efek geometri dengan variasi
jarak relatif maupun absolut pada pembuatan film akan
menghasilkan perubahan ukuran gambar yang diinginkan.
Drh. H. Syafruddin, MP
INTENSITAS SINAR X (MA) DAN TEGANGAN (KV)
 Intensitas sinar X yang dihasikan lebih kurang
sebanding dengan arus elektron juga sebanding
dengan besarnya mA.
 Tegangan kerja tabung sinar X dinyatakan dalam
kV, merupakan ukuran daya tembus sinar X yang
dihasilkan.
 Apabila mA dan kV tetap maka intensitas sinar X
akan naik, sedang bila mA tetap dan kV dinaikkan
maka intensitas dan daya tembus sinar akan naik.
 Daya tembus sinar sesuai kenaikan energinya tetapi
berbanding terbalik dengan panjang gelombang.
 Sinar X yang panjang gelombangnya pendek disebut
sinar X yang kuat dan sebaliknya.
Drh. H. Syafruddin, MP
Contoh Ukuran Sinar X:

 Pada tegangan kurang 20 kV sangat lemah (very soft)


 20–60 kV lemah (soft)
 60–150 kV agak kuat (semihard)
 150–400 kV kuat (hard)
 400–3000 kV sangat kuat (very hard)
 > 3000 kV ultra kuat (ultra hard)

 Perlu diketahui bahwa kV dengan mA boleh dikatakan bahwa


kV sebagai kwalitas kekuatan penetrasi sinar sedang mA
sebagai kwalitas banyaknya perdetik, sehingga ke duanya
saling berhubungan dalam pembuatan foto Ro.

 Walaupun demikian sekarang banyak pabrik yang memproduksi


alat dengan kV dan mA sudah saling menyesuaikan untuk
pembuatan film yang baik (standar) sedang operator tinggal
menyesuaikan jarak dan mengatur waktu.
Drh. H. Syafruddin, MP
Kolimator/diafragma

 Alat ini terbuat dari timah hitam dengan lobang


yang bervariasi ukuran dan bentuknya;
 berguna untuk membatasi ukuran pancaran sinar

primer ke daerah yang diinginkan;


 mengurangi penyinaran primer ke pasien dan

memperkecil jumlah radiasi sekunder.


 Pada kolimasi ada juga yang sudah dilengkapi

dengan filter, baik filter permanen maupun filter


tambahan, juga bermacam-macam konus yang
dapat diganti-ganti.
 Kesemuanya tersebut bertujuan memperkecil

penyinaran yang tidak perlu pada jaringan.


Drh. H. Syafruddin, MP
Alat Pengatur Waktu (timer)

 Alat ini dibuat dan diatur secara elektrik dengan


ketepatan tinggi, dijalankan melalui tombol dan
dapat menghentikan secara tiba-tiba jika saklar
dilepas

 meskipun batas waktu belum habis. Variasi alat


ini didesain oleh masing-masing pabriknya dan
dilengkapi dengan kabel yang panjangnya 3 meter
dari pasien atau sumber radiasi sehingga operator
dapat berada di luar berkas sinar X utama.

Drh. H. Syafruddin, MP
Film Roentgent (x-ray Film)
 Film Ro dalam penggunaannya dibungkus di dalam satu kesatuan yang disebut
kaset atau cassete film roentgent.

 Film ini disisipkan di antara dua screens, dan permukaannya harus betul-betul
menempel erat dengan ke dua permukaan screen ini.

 Screen ini sering disebut dengan intensifyang screen, dimana dilapisi calsium
tungstate;

 namun juga ada jenis intensifying screen bumi yang terbuat dari pospor alami
seperti gadolinium atau lanthanum atau yttrium; dan tipe ini akan lebih baik
dibanding yang dari tipe tungstat karena dapat bekerja 2-10 kali lebih cepat.

 Meskipun demikian macam intensifying screen dapat mengurangi waktu penyinaran


10-40 kali tanpa mengorbankan kualitas gambar untuk keperluan diagnosa.
 

Drh. H. Syafruddin, MP
PENCUCIAN FILM RO (PROCESSING FILM)

 Di samping mempunyai sifat penetrasi (daya tembus), sinar X


menimbulkan fluorescensi pada tabir pendar flour;
 sinar X juga dapat menguraikan Ag Br. Secara makroskopik
penguraian pada film Ro tidak terlihat, tetapi sebenarnya proses
penguraian sudah terjadi walaupun warna filmnya masih tetap
belum berubah.
 Tetapi untuk membuktikannya perlu proses selanjutnya yaitu
pencucian dengan cara di masukkan ke dalam khemikalia
processing atau ke dalam ontwikellar atau larutan developer.
 Apabila dimasukkan ke dalam larutan developer atau pengembang
maka Br- terlepas sehingga yang menempel hanya Ag+ dan AgBr
sisa.

Drh. H. Syafruddin, MP
 Ag+ dan AgBr sisa yang menempel pada plastik film yang ada
gelatinnya, harus segera difiksasi yaitu dengan dimasukkan ke
dalam larutan fixer agar bayangan gambar yang ada pada film
tetap menempel (sebab kalau tidak difiksasi, film tersebut apabila
kena sinar matahari atau penerangan lampu akan terurai lagi
menjadi Ag+ dan Br-).
Larutan developer terdiri dari:

 developing agent adalah bahan kimia yang dapat


merubah butir-butir silver halida ke metalicsilver
 activator atau accelerator adalah alkali yang
mengaktifkan developer terdiri dari sodium carbonat dan
sodium borates. Dengan suasana alkali maka akan terjadi
pelunakan selubung gelatin sehingga developer agen
akan mudah masuk bekerja dengan cepat mengambil Br
 oksidan preservative atau concervants seperti sodium
sulfate berguna untuk mencegah oksidasi developing
agent (methol dan hidrochinin)
 restrainer seperti potassium bromide, potassium iodine
ini mempunyai sifat mengionisasi lebih kuat dari Ag Br.
Karena peranan restrainer ini dapat mencegah
penghitaman seluruh film dan mencegah terjadinya flek

Drh. H. Syafruddin, MP
FIKSASI
 Ketika film dimasukkan ke larutan fikser masih
ada sisa larutan pengembang yang melekat pada
film sehingga akan bereaksi dengan cairan fixer,
akibatnya terlalu banyak fixer yang digunakan,
sedang untuk mengatasinya dapat ditambah asam
acetat 10% sebelum film dimasukkan ke dalam
larutan fixer.
 Lamanya dalam larutan fixer dapat ditentukan
dengan waktu atau demi praktisnya dengan cara
melihat gambaran yang diperoleh pada film,
apabila sudah cukup baik dapat dihentikan.

Drh. H. Syafruddin, MP
WASHING/PENCUCIAN

 Pencucian harus dilakukan pada air mengalir.


Dengan maksud menghindari penimbunan kotoran
dalam cairan, karena ini akan mengganggu dan
mempengaruhi kualitas gambar dan tidak tahan
lama keberadaan film Ro

DRYING (PENGERINGAN

 Tahap yang paling sederhana dalam proses


pencucian film Ro adalah dengan menggantungkan
film pada hangernya, di tempat panas matahari
atau heater atau fan/kipas angin atau diangin-
anginkan.

Drh. H. Syafruddin, MP
PEMBACAAN FILM RO
 Pemeriksaan foto tulang sangat penting untuk mengevaluasi
penyakit atau cidera sistem rangka.
 Bentuk diagnostik yang akurat akan membawa terapi yang
tepat pula, misal pada penyakit traumatik, peradangan,
metabolik neuplastik.
 Ketekunan dan ketelitian pemeriksaan foto Ro serta analisis
yang terorganisir akan menentukan apakah tanda/pembacaan
gambar diterima atau diabaikan.
 Prinsip dasar
A untuk mendeteksiBadanya fraktur atau dislokasi
C
tidak cukup hanya dengan satu foto, tetapi dua foto dengan
proyeksi yang tegak lurus satu sama lain.
 Apabila foto tulang yang fraktur dibuat, foto akan terlihat
meliputi sendi di proksimal dan distal bagian yang fraktur atau
paling tidak sendi yang terdekat sebaiknya terfoto.
 Perlu diingat dan diperhatikan bahwa kerusakan tendo dan
pembuluh darah tidak bisa dilihat dengan foto Ro pola ini.
Drh. H. Syafruddin, MP
ISTILAH-ISTILAH UNTUK PEMBACAAN TULANG:

 Skelerosis : tulang terlihat putih, dense


 Trabikule : pola anyaman tulang
 Periosteal : tepi tulang yang dense
 Endosteal : tepi tulang bagian dalam yang dense
 Medulla : rongga yang berisi sumsum, yang lusen
 Scallop : bergelombang
 Osteofit : tulang baru/penulangan/seperti
tulang
 Sunburst : nyala api
 Osteolisis : destruksi tulang

Drh. H. Syafruddin, MP
UROGRAM

Media
 Iodine 370 mg/lb BB, IV
 Hypaque 50% 0,5-1 ml/lb BB, IV
 (fungsi ginjal normal 30-50 ml)

 
Tehnik
 puasa makan 24 jam, puasa minum 12-15 jam
 laksansia (awal puasa), Enema jika masih ada feses
 eliminasi gas vasopresin (5-10 unit) 1-1,5 jam
sebelum Ro
 ekpose film 5, 10-15, 25-30 menit (gangguan fungsi
ginjal 1, 2, 3 jam)
Drh. H. Syafruddin, MP
UROGRAFI DOSIS TINGGI

Media
 Hypaque 50% (BB < 20 kg, 4-6 ml/kg BB, IV cepat)

(BB > 20 kg, 3-4 ml/kg BB, IV cepat)


 Foto Ro 10, 20, 30 menit pasca injeksi

Indikasi
 Ukuran, bentuk, letak ginjal
 Evaluasi fungsi ginjal
 Ukuran, bentuk divert renalis dan pelvis renis
 Ukuran, letak ureter dan VU
NEFROGRAFI

Media
 Hypaque M 90%, IV 30 detik
 Ro setelah 10-20 detik pasca injeksi total

  SISTOGRAM

Media
 Iodin organik 2,5-5% (dosis > lesi kecil kabur)
 (1 bagian dalam 2,5 bagian air steril/larutan garam steril)
 Barium sulfat

Tehnik
 Kosongkan Visika urinaria
 Injeksi kontras media lewat kateter
 Ro lateral, ventrodorsal (oblique)
PNEUMOSISTOGRAFI

Media
 udara, Co2, nitrous oksid

Tehnik
 kosongkan visika urinaria
 injeksi udara melalui kateter ke visika urinaria
(volume udara tergantung besar kecilnya
hewan
 Ro ventrodorsal dan lateral

 
DOUBLE CONTRAS CYSTOGRAM
 
Media
 barium sulfat 15-30%
 renografin 76%
 udara

Tehnik

 kosongkan visika urinaria


 suntikkan barium sulfat dengan kateter kedalam visika urinaria
 rotasi pasien 360 C
 injeksi udara ke visika urinaria dengan kateter
 Ro lateral, ventrodorsal oblique
 Setelah Ro larutan biarkan keluar sendiri/diirigir dengan
larutan garam steril atau air steril ke VU beberapa ratus ml
URETROGRAM 

Media
 Hypaque 50% (1 bagian dalam 3-4 bagian larutan lubrican steril)
 Renografin 76% 5-10 ml

Tehnik
 larutan diinjeksikan ke dalam uretra dengan menggunakan kateter
 posisi hewan lateral kanan dan kiri, dorsoventral dan ventrodorsal
 setelah Ro larutan biarkan keluar sendiri/diirigir dengan larutan
garam steril

Indikasi
 lokasi, kontur, integritas uretra dan VU
 stenosis uretra perolehan dan kongenital
 neoplasma
 divertikulum
 fistula uretrorektal
 abses periuretral
TERIMA KASIH

SEKIAN
DAN
TERIMA KASIH

23

Anda mungkin juga menyukai