Anda di halaman 1dari 12

Majelis Pengawas dan Pembina Wilayah

•Dasar Hukum :
Peraturan Menteri ATR/Kepala BPN No 2 Tahun 2018.

• Pengertian :
merupakan sebuah wadah yang membina dan mengawasi PPAT.
Majelis Pembina dan Pengawas PPAT Wilayah yang selanjutnya
disingkat MPPW adalah Majelis Pembina dan Pengawas PPAT yang
berkedudukan di Kantor Wilayah BPN (Pasal 1 angka 13 Permen
ATR/KaBPN No.2/2018

•Tujuan dibentuknya :
menjadikan PPAT Profesional dan Berintegritas.
• Profesional artinya produknya mempunyai jaminan kepastian
hukum dan pelayanan yang baik  berdasarkan kode etik IPPAT.
• Integritas artinya jujur  terbuka serta hal hal lain yang
mengacu pada unsur kemanusiaan

Terkait dengan meningkatkan pelayanan kepada masyarakat.


seperti ada pelanggaran kode etik  (pasal 2 Permen
ATR/KaBPN No.2/2018)

• MP3W merupakan pelaksanaan Pasal 33 (PP No. 24 Tahun


2016 tentang perubahan PP No. 37 Tahun 1998 tentang
PPAT). 
1. Pembinaan dan pengawasan terhadap PPAT dilakukan oleh Menteri.
2. Pembinaan dan pengawasan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) di
daerah dilakukan oleh Kepala Kantor Wilayah BPN dan Kepala
Kantor Pertanahan. (Pasal 4)
• Pembinaan oleh Menteri sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 ayat
(1), dapat berupa:
a. penentuan kebijakan mengenai pelaksanaan tugas jabatan PPAT;
b. pemberian arahan pada semua pihak yang berkepentingan
terkait dengan kebijakan di bidang ke-PPAT-an;
c. menjalankan tindakan yang dianggap perlu untuk memastikan
pelayanan PPAT tetap berjalan sesuai dengan ketentuan
peraturan perundangundangan; dan/atau
d. memastikan PPAT menjalankan tugas dan fungsi sesuai dengan
Kode Etik.
• Pasal 9  pengawasan pelaksanaan Jabatan dapat berupa :
a. tempat kedudukan kantor PPAT;
b. stempel jabatan PPAT;
c. papan nama, dan kop surat PPAT;
d. penggunaan formulir akta, pembuatan akta dan
penyampaian akta;
e. penyampaian laporan bulanan akta;
f. pembuatan daftar akta PPAT;
g. penjilidan akta, warkah pendukung akta,
protokol atau penyimpanan bundel asli akta;
h. pelaksanaan jabatan lainnya yang ditetapkan oleh
Menteri.
• Keanggotaan MP3W : terdiri atas:
a. MPPP;
b. MPPW; dan
c. MPPD.
(pasal 15 (4) Permen Atr/KaBPN No.2/2018)

• Majelis Pembina dan Pengawas Pejabat Pembuat Akta Tanah Wilayah


Pasal 18 :
(1) MPPW dibentuk dan ditetapkan oleh Direktur Jenderal atas nama Menteri
dan berkedudukan di Kantor Wilayah BPN.
(2) (2) Susunan keanggotaan MPPW, terdiri atas:
a. 1 (satu) orang ketua, dari unsur Kementerian yang dijabat oleh
Kepala Kantor Wilayah BPN atau pejabat yang ditunjuk;
b. 1 (satu) orang wakil ketua, yang dijabat oleh unsur IPPAT;
c. 7 (tujuh) orang anggota, dengan komposisi 4 (empat) orang dari
unsur Kementerian dan 3 (tiga) orang dari unsur IPPAT.
FORMASI JABATAN PPAT (PP 24/2016) jo PP 37/1998
• PPAT adalah pejabat umum yang diberi kewenangan untuk
membuat akta-akta otentik mengenai perbuatan hukum tertentu
mengenai hak atas tanah. 
• PPAT dibagi ke dalam tiga kategori, yakni :
1. PPAT Biasa, yaitu PPAT yang diangkat untuk melayani masyarakat
dalam pembuatan akta, yang memenuhi syarat tertentu (dapat
merangkap sebagai Notaris, konsultan atau penasehat hukum)
2. PPAT Sementara, yaitu PPAT yang diangkat untuk melayani
pembuatan akta di daerah yang belum cukup terdapat PPAT
(Camat atau Kepala Desa).
3. PPAT Khusus, yaitu PPAT yang diangkat untuk melayani pembuatan
akta tertentu atau untuk golongan masyarakat tertentu (Kepala
Kantor Pertanahan) Tugas pokok PPAT adalah melaksanakan
sebagian kegiatan
• Dasar hukum yang dijadikan pedoman teknis
dalam pelaksanaan tugas PPAT adalah :
1. Undang-Undang Nomor 5 tahun 1960 (UUPA)
2. Peraturan Pemerintah Nomor 24 tahun 1997
tentang Pendaftaran Tanah
3. Peraturan Pemerintah Nomor 37 tahun 1998
Tentang Pejabat Pembuat Akta Tanah serta
peraturan pelaksanaannya.
4. Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 2016
Tentang Peraturan Jabatan Pejabat Pembuat
Akta Tanah
• PPAT hanya berwenang membuat akta mengenai hak
atas tanah yang terletak di dalam daerah kerjanya. PPAT
dalam melakasanakan tugasnya diharuskan untuk :
• Berkantor di satu kantor dalam daerah kerjanya
sebagaimana ditetapkan dalam surat keputusan
pengangkatan, dan diharuskan memasang papan nama
jabatan PPAT sementara, dengan rincian sebagai berikut :
1. Ukuran 100 x 40 cm atau 150 x 60 cm atau 200 x 50 cm
2. Warna dasar dicat putih tulisan hitam
3. Bentuk huruf capital
4. Mempergunakan kop surat dan sampul dinas PPAT
dengan letak Penulisan dan warna tertentu.
5. Mempergunakan stempel jabatan PPAT.
• Formasi Pejabat Pembuat Akta Tanah
• Sesuai dengan pasal 2 peraturan menteri negara agraria/kepala badan
pertanahan nasional, tertanggal 30 maret 1994 nomor 4 tahun 1999, maka
ditentukan bahwa :
Ayat 1:
1. Formasi PPAT ditetapkan oleh menteri untuk setiap daerah kerja PPAT
mempertimbangkan faktor- faktor sebagai berikut:
2. Jumlah kecamatan di daerah yang bersangkutan.
3. Tingkat perkembangan ekonomi daerah yang bersangkutan.
4. Jumlah bidang tanah yang sudah bersertifikat di daerah yang bersangkutan.
5. Frekuensi peralihan hak di daerah yang bersangkutan dan program
mengenai pertumbuhannya.
6. Jumlah rata-rata akta PPAT di daerah kerja yang bersangkutan.
Ayat 2:
• Formasi PPAT ditetapkan secara periodiok dan ditinjau kembali, apabila
terjadi perubahan pada faktor-faktor penent sebagaimana dimaksud ayat 1.
• PP 24/2016 Pasal 12B
1. PPAT dapat berpindah tempat kedudukan dan daerah kerja.
2. Dalam hal PPAT akan berpindah alamat kantor yang masih
dalam kabupaten/kota tempat kedudukan PPAT, wajib
melaporkan kepada Kepala Kantor Pertanahan
kabupaten/kota tempat kedudukan PPAT. (3) Dalam hal
PPAT akan berpindah tempat kedudukan ke kabupaten/kota
pada daerah kerja yang sama atau berpindah daerah kerja,
wajib mengajukan permohonan perpindahan tempat
kedudukan atau daerah kerja kepada Menteri.”
• Pasal 13 PP 24/2016 :
• (1) Dalam hal terjadi pemekaran kabupaten/kota yang
mengakibatkan terjadinya perubahan tempat kedudukan
PPAT, maka tempat kedudukan PPAT tetap sesuai dengan
tempat kedudukan yang tercantum dalam keputusan
pengangkatan PPAT atau PPAT yang bersangkutan mengajukan
permohonan pindah tempat kedudukan yang sesuai.
• (2) Dalam hal terjadi pemekaran provinsi yang mengakibatkan
terjadinya perubahan daerah kerja PPAT, maka daerah kerja
PPAT tetap sesuai dengan daerah kerja yang tercantum dalam
keputusan pengangkatan PPAT atau PPAT yang bersangkutan
mengajukan permohonan pindah daerah kerja.
• (3) PPAT yang bersangkutan wajib mengajukan permohonan
secara tertulis kepada Menteri mengenai perubahan tempat
kedudukan PPAT atau daerah kerja PPAT karena alasan
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) dalam jangka
waktu paling lama 90 (sembilan puluh) hari terhitung sejak
tanggal Undang-Undang mengenai pemekaran wilayah
diundangkan.
• (4) Dalam masa peralihan selama 90 (sembilan puluh) hari
sebagaimana dimaksud pada ayat (3), PPAT yang bersangkutan
berwenang membuat akta mengenai hak atas tanah atau Hak
Milik Atas Satuan Rumah Susun yang terletak di tempat
kedudukan yang baru maupun yang lama.
• (5) Ketentuan lebih lanjut mengenai syarat dan tata cara
permohonan perpindahan tempat kedudukan atau daerah kerja
diatur dengan Peraturan Menteri.”

Anda mungkin juga menyukai