Anda di halaman 1dari 27

B A B 8 D E PA RT E M E N I S A S I B O P

KELOMPOK 11
1. Ajeng Novitanili

(5190111013)

2. Nungki Prastyo Puji

Utomo (5190111047)

3. Indah Kumala Sari

(5190111127)
Departementalisasi BOP adalah pembagian pabrik ke dalam bagian-bagian yang disebut
departemen biaya atau pusat biaya yang dibebani BOP.
Dalam departementalisasi biaya overhead pabrik, tarif biaya overhead dihitung untuk
setiap departemen produksi dengan dasar pembebanan yang mungkin berbeda diantara
departemen-departemen produksi yang ada. Oleh karena itu departementalisasi biaya
overhead pabrik memerlukan pembagian perusahaan ke dalam departemen-departemen
untuk memudahkan pengumpulan biaya overhead pabrik yang terjadi. Departemen-
departemen inilah yang merupakan pusat-pusat biaya yang merupakan tempat
ditandingkannya biaya dengan prestasi yang dihasilkan oleh departemen tersebut.
Manfaat Departementalisasi Biaya Overhead Pabrik adalah untuk Pengendalian biaya dan
ketelitian penentuan harga pokok produk. Dengan digunakannya tarif – tarif biaya overhead
pabrik yang berbeda – beda untuk tiap departemen, maka pesanan atau produk yang
melewati suatu departemen produksi akan dibebani dengan biaya overhead pabrik sesuai
dengan tarif departemen yang bersangkutan. Pengendalian biaya overhead pabrik dapat
lebih mudah dilakukan dengan cara menghubungkan biaya dengan pusat terjadinya,
sehingga dengan demikian akan memperjelas tanggungjawab setiap biaya yang terjadi
dalam departemen tertentu. Dengan digunakannya tarif-tarif biaya overhead pabrik yang
berbeda-beda untuk tiap departemen, maka pesanan atau produk yang melewati suatu
departemen produksi akan dibebani dengan biaya overhead pabrik sesuai tarif dari
departemen yang besangkutan. Hal ini mempunyai akibat terhadap ketelitian terhadap
penentuan harga pokok produk.
Dasar Departementalisasi

1. Lini Fungsional. Masing-masing departemen fungsional mengerjakan bagiannya terpisah dari


keseluruhan perusahaan.
2. Lini Proses. Masing-masing departemen proses mengerjakan bagiannya terpisah dari keseluruhan
proses produksi.
3. Lini Produk. Masing-masing departemen memproduksi dan menjual satu produk tertentu
4. Lini Pelanggan. Masing-masing dari departemen pelanggan memenuhi kebutuhan produk dan jasa
konsumen tertentu.
5. Lini geografis. Masing-masing departemen wilayah meproduksi dan menjadi produk di wilayah.
Macam Departementalisasi

a. Departementalisasi Fungsional, mengelompokan fungsi yang sama atau kegiatan yang


sejenis untuk membentuk satuan organisasi.
b. Departementalisasi Devisional, dengan membagi divisi-divisi atas dasar:
1. Struktur Organisasi Divisional atas dasar produk.
2. Struktur Organisasi Divisional atas dasar wilayah.
3. Struktur Organisasi Divisional atas dasar langganan.
4. Struktur Organisasi Divisional atas dasar proses.
5. Struktur Organisasi Divisional atas dasar alphanumerical.
Dasar Pembebanan BOP

1. Unit Produksi
2. Jam Mesin
3. Biaya Bahan Baku
4. Biaya Tenaga Kerja
5. Jam Tenaga Kerja
Langkah-langkah Penentuan Tarif BOP per
Departemen

1. Penyusunan anggaran BOP per departemen.


2. Alokasi BOP departemen pembantu ke departemen produksi, ada dua
macam metode alokasi Biaya Overhead Pabrik departemen
pembantu :
a. Metode Alokasi Langsung
b. Metode Alokasi Bertahap
 Metode Alokasi Kontinyu
 Metode Aljabar
 Metode Urutan Alokasi yang diatur
3. Perhitungan tarif pembebanan BOP per departemen
1. Penyusunan Anggaran BOP per Departemen
Penyusunan anggaran biaya overhead per departemen dibagi menjadi empat tahap berikut ini:
A. Penaksiran biaya overhead langsung departemen atas dasar kapasitas yang direncanakan untuk
tahun anggaran.
Dalam menyusun anggaran BOP dibagi manjadi 2 golongan, yaitu:
a. Biaya langsung departemen
Adalah jenis biaya overhead pabrik yang terjadi atau dapat langsung dibebankan pada
departemen tertentu. Contoh biaya overhead pabrik langsung adalah upah tenaga kerja tidak
langsung di departemen cetak adalah BOP langsung bagi departemen tersebut.
b. Biaya tidak langsung departemen
Adalah jenis BOP yang manfaatnya dinikmati oleh lebih dari satu departemen. Contoh biaya
overhead pabrik tidak langsung adalah biaya penyusutan gedung percetakan yang manfaat
gedungnya dinikmati oleh bagian lain.
B. Penaksiran BOP tidak langsung departemen.
Adalah jenis BOP yang manfaatnya dinikmati lebih dari satu departemen. Contoh BOP tidak
langsung departemen antara lain gaji pengawas departemen, biaya penyusutan gedung pabrik,
biaya perbaikan dan pemeliharaan gedung.
Dalam perhitungan tarif BOP per departemen produksi, BOP tidak langsung harus
didistribusikan lebih dulu ke departemen yang menikmati manfaatnya atas dasar distribusi
tertentu berikut ini :
C. Distribusi biaya overhead tidak langsung departemen ke departemen-departemen yang menikmati
manfaatnya.
Dalam rangka penentuan tarif, biaya-biaya overhead tidak langsung departemen harus didistribusikan
kepada departemen-departemen yang menikmati manfaatnya atas salah satu dasar distribusi tersebut
di atas.
D. Menjumlah BOP per departemen baik BOP langsung maupun tidak langsung untuk mendapatkan
anggaran BOP per departemen, baik departemen produksi maupun departemen pembantu.
Setelah selesai dilakukan distribusi biaya overhead tidak langsung departemen ke departemen-
departemen yang menikmati manfaatnya.
Langkah selanjutnya dalam penyusunanan anggaran BOP per departemen adalah menjumlah taksiran
biaya overhead langsung dan tidak langsung dalam tiap-tiap departemen.
Biaya overhead pabrik per departemen ini kemudian dipisahkan menurut perilakunya dalam
hubungannya dengan perubahan volume kegiatan ke dalam BOP tetap dan biaya overhead variabel.
2. Alokasi BOP Departemen Pembantu ke Departemen Produksi
Alokasi biaya overhead departemen pembantu ke departemen produksi dapat dilakukan dengan
salah satu dari dua cara berikut ini:
a. Metode Alokasi Langsung (dirrect allocation method)
Pada metode alokasi langsung , biaya overhead departemen pembantuk dialokasikan ke
tiap-tiap departemen produksi yang menikmatinya.
Metode alokasi langsung digunakan bila jasa yang dihasilkan oleh departemen pembantu
hanya dinikmati oleh departemen produksi.
Tidak ada departemen pembantu yang memakai jasa departemen pembantu yang lain.
b. Metode Alokasi Bertahap
Metode ini digunakan bila jasa yang dihasilkan departemen pembantu tidak hanya dipakai
oleh departemen produksi saja, tapi digunakan pula oleh departemen pembantu yang lain.
1. Metode alokasi yang memperhitungkan transfer jasa timbal balik antar departemen pembantu :
a. Metode Alokasi Kontinyu
Dalam metode ini, BOP departemen-departemen pembantu yang saling memberikan jasa
dialokasikan secara terus menerus, sehingga jumlah BOP yang belum dialokasikan menjadi
habis atau sampai jumlah yang tak berarti.
Kebaikan metode alokasi kontinyu adalah sebagai berikut :
 Mencerminkan alokasi jasa antar departemen pembantu secara penuh atau timbal balik.
 Lebih teliti dan adil dibandingkan dengan metode alokasi langsung maupun metode alokasi
bertahap yang tidak bertimbal balik.
Kelemahan metode alokasi kontinyu yaitu :
 Perhitungan yang lebih rumit dibandingkan metode alokasi langsung dan metode alokasi
bertahap tidak bertimbal-balik, lebih-lebih pada perusahan yang memiliki banyak
departemen pembantu dan biaya overhead pabriknya cukup besar.
b. Metode Aljabar (algebraic methods)
Dalam metode ini, jumlah biaya tiap departemen pembantu dinyatakan dalam persamaan
aljabar
Kebaikan dari metode aljabar adalah sebagai berikut :
 Mencerminkan alokasi jasa antar departemen pembantu secara penuh atau timbal balik.
 Lebih teliti dan adil dibandingkan metode alokasi langsung maupun metode alokasi
bertahap tidak bertimbal-balik.
 Dapat menghindar tahapan putaran-putaran metode alokasi kontinyu, jadiwaktu dan biaya
alokasi kontinyu, jadi waktu dan biaya alokasi dapat ditekan.
Kelemahan metode alokasi aljabar yaitu :
 Pada perusahaan yang memiliki banyak departemen pembantu,misalnya lebih dari 3
departemen, seringkali ada persamaan tersamar dalam metode aljabar yang tidak dapat di
pecahkan atau diselesaikan.
Dengan demikian alokasi biaya overhead dari departemen pembantu ke departemen produksi
dilakukan secara bertahap.
Pertama kali mengalokasikan biaya overhead antar departemen pembantu.
Selanjutnya mengalokasikan biaya overhead departemen pembantu ke departemen produksi.
Metode alokasi bertahap dibagi menjadi dua kelompok, yaitu:
1. Metode alokasi bertahap yang memperhitungkan transfer jasa timbal balik antar departemen-
departemen pembantu.
Yang termasuk dalam kelompok metode ini adalah:
a. Metode alokasi kontinu (continuous allocation method)
b. Metode aljabar (algebraic method)
2. Metode alokasi bertahap yang tidak memperhitungkan transfer jasa timbal balik antar
departemen pembantu.
Metode alokasi yang termasuk dalam kelompok ini adalah ‘metode urutan alokasi yang
diatur’ (specified order of closing).
Contoh :
PT Indra memiliki 3 Departemen Produksi, yaitu Departemen A, Departemen B dan Departemen C serta 2 departemen pembantu, yaitu departemen X
dan departemen Y. Taksiran BOP dan taksiran kapasitas dari tiap departemen adalah sebagai berikut :

Departemen Fixed Variable Total

A 2.500.000 4.398.000 6.898.000

B 2.000.000 4.672.000 6.672.000

C 3.000.000 3.738.000 6.738.000

X - - 3.046.000

Y - - 5.000.000

Taksiran kapasitas Dept A : 100.000 JKL


Dept B : 25.000 JM
Dept C : Rp 36.000.000
Perbandingan service atau jasa yang diberikan oleh departemen pembantu X dan Y kepada departemen produksi adalah sebagai berikut :

Dept. A B C D E

X 40 20 25 - 15

Y 30 20 40 10 -
Dari soal diatas perhitungan tarif BOP untuk tiap departemen produksi (A, B, C) dengan menggunakan metode :
a.       Metode Alokasi Kontinyu
Dept. A Dept. B Dept. C Dept. X Dept. Y
BOP tetap 2.500.000 2.000.000 3.000.000
BOP variable 4.398.000 4.672.000 3.738.000
Total 6.898.000 6.672.000 6.738.000 3.046.000 5.000.000
Alokasi BOP Dept Y 1.500.000 1.000.000 2.000.000 500.000 (5.000.000)
BOP setelah alokasi Dept Y 8.398.000 7.672.000 8.738.000 3.546.000 0
Alokasi BOP Dept X 1.418.400 709.200 886.500 (3.546.000) 531.900
BOP setelah alokasi Dept X 9.816.400 8.381.200 9.624.500 0 (531.900)
Alokasi BOP Dept Y 159.570 106.380 212.760 53.190 0
BOP setelah alokasi Dept Y 9.975.970 8.487.580 9.837.260 (53.190) 7.978
Alokasi BOP Dept X 21.276 10.638 13.298 0 7.978
BOP setelah alokasi Dept X 9.997.246 8.498.218 9.850.558 80 (7.978)
Alokasi BOP Dept Y 2.393 1.596 3.191 (80) 0
BOP setelah alokasi Dept Y 9.999.639 8.499.814 9.853.749 0 12
Alokasi Dept X 32 16 20 1 12
BOP setelah alokasi Dept X 9.999.671 8.499.830 9.853.769 1 (12)
Alokasi Dept Y 5 3 3 (1) 0
Setelah alokasi X dan Y (a) 9.999.676 8.499.833 9.853.772 0
Kapasitas (b) 100.000 JKL 25.000 JM 36.000.000 UBL
Tarif BOP (a:b) Rp 99,9/JKL Rp 339,99/JM 27,37%
Tarif BOP Tetap Rp 25/JKL Rp 80/JM 8,33%
Tarif BOP Variabel Rp 74,99/JKL Rp 259,99/JM 19,04%
b.  Metode Aljabar

X = jumlah biaya departemen X setelah menerima alokasi biaya dari departemen Y


Y = jumlah biaya departemen X setelah menerima alokasi biaya dari departemen X
Maka,
X = Rp 3.046.000 + 10% Y
Y = Rp 5.000.000 + 15% X
Penyelesaian lanjutannya :
X   = Rp 3.046.000 + 10% (Rp 5.000.000 + 15% X)
      = Rp 3.046.000 + 500.000 + 0,015 X
X – 0,015 X = Rp 3.546.000
0,985 X = Rp 3.546.000
X   = Rp 3.600.000
Y   = Rp 5.000.000 + 15% (3.600.000)
      = Rp 5.000.000 + 540.000
Y   = Rp 5.540.000
Dept A Dept B Dept C Dept X Dept Y
BOP tetap 2.500.000 2.000.000 3.000.000
BOP variable dan Y 4.398.000 4.672.000 3.738.000
Total 6.898.000 6.672.000 6.738.000 3.046.000 5.000.000
Alokasi BOP Dept Y 1.662.000 1.108.000 2.216.000 554.000 (5.540.000)
8.560.000 7.780.000 8.954.000 3.600.000 540.000
Alokasi BOP Dept X 1.440.000 720.000 900.000 (3.600.000) (540.000)
Setelah alokasi x (a) 10.000.000 8.500.000 9.854.000 0 0
Kapasitas (b) 100.000 JKL 25.000 JM 36.000.000
UBL
Tarif BOP (a:b) Rp 100/JKL Rp 340/JM 27,37%
Tarif BOP tetap Rp 25/JKL Rp 80/JM 8,33%
Tarif BOP Variabel Rp 75/JKL Rp 260/JM 19,04%
2. Metode Alokasi yang tidak memperhitungkan transfer jasa timbal balik antar departemen pembantu :
a. Metode Urutan Alokasi yang diatur
Karakteristik metode urutan alokasi yang diatur adalah sbb :
 Biaya overhead departemen pembantu dialokasikan secara bertahap.
 Alokasi biaya overhead departemen pembantu diatur urutannya sedemikian rupa sehingga
arus alokasi biaya menuju ke satu arah.
 Pedoman umum di dalam mengatur urutan alokasi biaya overhead departemen pembantu,
adalah sebagai berikut :
a. Biaya overhead departemen pembantu yang jasanya paling banyak dipakai oleh
departemen-departemen lain, dialokasikan pada urutan pertama.
b. Urutan alokasi biaya dapat juga didasarkan pada urutan besarnya biaya overhead dalam
masing-masing departemen pembantu.
c. Departemen pembantu yang paling banyak menerima jasa dari departemen lain, maka
diletakkan pada urutan paling akhir dalam proses alokasi biaya overhead.
d. Selama melakukan alokasi biaya overhead harus diperhatikan pedoman umum berikut ini :
 Tidak diadakan alokasi biaya overhead ke dalam departemen yang biaya overheadnya telah
telah habis dialokasikan ke departemen lain. Dengan kata lain tidak dimungkinkan
timbulnya arus balik dalam proses alokasi biaya overhead.
 Departemen-departemen pembantu yang saling memberikan jasa, bila jumlahnya tidak
tidak material dan saling mengkompensasi, tidak diadakan alokasi biaya overhead ke
dalamnya.
3. . Perhitungan tarif pembebanan BOP
Tarif pembebanan BOP dihitung dengan cara membagi total BOP departemen produksi setelah menerima
alokasi BOP dari departemen pembantu, dengan dasar pembebanan yang digunakan.
 Penentuan Tarif Biaya Overhead Pabrik Dalam Metode Variable Costing
Dalam metode variable costing, produk hanya dibebani dengan biaya produksi variable saja, yang terdiri
dari biaya bahan baku, tenaga kerja langsung, dan biaya overhead pabrik variabel.
Tarif biaya pabrik variabel per departemen dihitung dengan langkah :
a. Biaya overhead pabrik langsung departemen dipisahkan ke dalam biaya variabel dan biaya tetap.
b. Biaya overhead pabrik variabel departemen pembantu dialokasikan ke departemen produksi
berdasarkan kuantitas jasa yang dikonsumsi oleh departemen pembantu lain dan departemen
pembantu.
c. Biaya overhead pabrik variabel departemen produksi setelah ditambah dengan biaya overhead pabrik
variabel yang diterima dari alokasi biaya departemen pembantu dibagi dengan dasar pembebanan
untuk mendapatkan tarif biaya overhead pabrik.
Analisis selisih BOP per Departemen

Biaya overhead sesungguhnya terjadi dikumpulkan dan dicatat selama masa tahun anggaran tersebut
, agar pada akhir tahun dapat dilakukan pembandingan antara biaya overhead yang dibebankan
berdasarkan angka taksiran dengan biaya overhead yang sesungguhnya(BOP-S) terjadi.
1. Mengumpulkan jumlah tiap jenis BOP-S dalam masing-masing departemen selama tahun
anggaran.
2. Mengumpulkan data sesungguhnya yang berhubungan dengan dasar distribusi dan alokasi BOP.
3. Mengalokasikan BOP-S departemen pembantu
4. Mencari selisih BOP
5. Menganalisis selisih BOP per departemen
Contoh analisa selisih  BOP per Departemen
PT AUBIL JAYA
Analisa Selisih Biaya Overhead Pabrik Tahun 20XX
Departemen A Departemen B
Selisih Anggaran
Biaya-biaya overhead yang sesungguhnya Rp 4.049.150 Rp 3.539.850
Dikurangi : biaya overhead tetap sesungguhnya 1.300.000 1.525.000
Biaya overhead variable yang sesungguhnya 2.749.150 2.014.850
Biaya overhead variable yang dianggarkan
60.000 x Rp 40.85 2.451.000
20.000 x Rp 104.70 2.094.000
Selisih anggaran Rp 298.150(Rugi) Rp 79.150(Rugi)
Selisih kapasitas
Kapasitas normal 50.000 jam 25.000 jam
Kapasitas sesungguhnya yang terjadi 60.000 20.000
Selisih kapasitas 10.000 jam 5.000 jam
Tarif biaya overhead tetap Rp 26 Rp 61
Selisih kapasitas Rp 260.000(Laba) Rp 305.000(Laba)
Selisih bersih biaya overhead tahun 20xx Rp 38.150(Rugi) Rp 225.850(Rugi)
Akuntansi BOP (Metode Full Costing)
1. Pembebanan BOP kepada produk atas dasar tarif yg 3.Penutupan Rek. BOP yg dibebankan ke Rek. BOP-S

ditentukan di muka BOP dibebankan Dept. A                   xxxx

BDP-BOP Dept. A                             xxxx BOP dibebankan Dept. B                   xxxx

BDP-BOP Dept. B                             xxxx             BOP-S Dept. A                                               xxxx

            BOP dibebankan Dept. A                               xxxx             BOP-S Dept. B                                               xxxx

            BOP dibebankan Dept. B                               xxxx 4. Penentuan BOP yang kurang atau lebih dibebankan

2. Pengumpulan BOP-S yang terjadi Over/Under upplied BOP Dept. A     xxxx

BOP-S                                                 xxxx Over/Under upplied BOP Dept. B     xxxx

            Berbagai rekening dikredit                 xxxx             BOP-S Dept. A                                               xxxx

Pemindahan BOP-S ke Rek. BOP-S per Departemen             BOP-S Dept. B                                               xxxx

BOP-S Dept. A                                               xxxx


BOP-S Dept. B                                               xxxx
BOP-S Dept. X                                               xxxx
            BOP-S                                                             xxxx
Alokasi BOP Dept. Pembantu ke Dept. Produksi
BOP-S Dept. A                                               xxxx
BOP-S Dept. B                                               xxxx
            BOP-S Dept. X                                               xxxx
Akuntansi BOP (Metode Variabel Costing)
Akuntansi biaya overhead pabrik dalam metode variable costing berbeda dengan akuntansi biaya
yang sama dengan metode full costing. Perbedaan tersebut terletak pada :
a. Dalam metode variable costing biaya overhead pabrik perlu dipisahkan menurut perilaku biaya
dalam hubungannya dengan perubahan volume kegiatan. Kemudian pada akhir periode
akuntansi tertentu, misalnya pada akhir bulan, dilakukan pemisahan biaya overhead pabrik
menurut perilakunya dengan memindahkan unsure biaya variable ke dalam rekening biaya
overhead pabrik variable departemen tertentu dan rekening biaya overhead pabrik tetap
departemen tertentu.
b. Karena metode variable costing menghendaki pemisahan biaya variable dan biaya tetap, maka
alokasi biaya overhead pabrik dari departemen pembantu ke departemen pembantu lain dan
departemen produksi harus selalu memisahkan unsure biaya variable dari biaya tetap.
1.Pembebanan BOP kepada produk atas dasar tarif yg
ditentukan di muka
BOP-T sesungguhnya Dept. A           xxxx
BDP-BOP-V Dept. A                         xxxx
BOP-T sesungguhnya Dept. B           xxxx
BDP-BOP-V Dept. B                         xxxx
            BOP-T sesungguhnya Dept. X           xxxx
            BOP-V dibebankan Dept. A              xxxx
3.Penutupan Rek. BOP-V dibebankan ke Rek. BOP-
            BOP-V dibebankan Dept. B               xxxx
V sesungguhnya
2.Pengumpulan BOP-S yang terjadi
BOP-V dibebankan Dept. A              xxxx
BOP-S Dept. A                                   xxxx
BOP-V dibebankan Dept. B               xxxx
BOP-S Dept. B                                   xxxx
            BOP-V sesungguhnya Dept. A          xxxx
BOP-S Dept. X                                   xxxx
            BOP-V sesungguhnya Dept. B           xxxx
            Berbagai rekening dikredit                 xxxx
4.Penutupan Rek. BOP-V dan BOP-T
Pemisahan BOP
sesungguhnya ke Rek. Laba Rugi
BOP-V sesungguhnya Dept. A          xxxx
Laba-Rugi                                           xxxx
BOP-T sesungguhnya Dept. A           xxxx
            BOP-V/T sesungguhnya Dept. A       xxxx
            BOP-S Dept. A                                   xxxx
            BOP-V/T sesungguhnya Dept. B       xxxx
Dst…..
Alokasi BOP Dept. Pembantu ke Dept. Produksi
BOP-V sesungguhnya Dept. A          xxxx
BOP-V sesungguhnya Dept. B           xxxx
            BOP-V sesungguhnya Dept. X          xxxx

Anda mungkin juga menyukai