Anda di halaman 1dari 25

Kehamilan Ektopik

OLEH: RAVIKA RAMLIS


Definisi
Kehamilan ektopik adalah kehamilan dengan implantasi terjadi diluar rongga uterus, tuba
fallopi merupakan tempat tersering untuk terjadinya implantasi kehamilan ektopik. Sebagian
besar kehamilan ektopik berlokasi dituba jarang terjadi implantasi pada ovarium, rongga perut,
kanalis servikalis uteri, tanduk uterus yang rudimenter dan divertikel pada uterus. (Sarwono
Prawiroharjo).

Kehamilan ektopik adalah kehamilan dengan implantasi terjadi diluar rongga uterus. (Panduan
Praktis Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatus)
Klasifikasi Kehamilan Ektopik
Menurut prawirohardjo, macam-macam kehamilan ektopik berdasarkan lokasinya,
antara lain :
a) Kehamilan Ektopik Tuba  Pars interstisialis, isthmus, ampilla, infundibulum, fimbria.
b) Kehamilan Ektopik Uterus  Kanalis servikal, diverkulum,kornu, tanduk rudimenter
c) Kemanilan ovarium.
d) Kehamilan Ektopik Intraligamenter
e) Kehamilan Abdominal
f ) Kombinasi kehamilan dalam dan luar Uterus.
Lanjutan . . .
Kehamilan ektopik yang paling banyak terjadi adalah dituba,
hal ini disebabkan oleh adanya hambatan perjalanan ovum yang
tidak dibuahi ke kavum uteri, hal ini dapat disebabkan oleh :

 Adanya sikatrik di pada tuba

 Gangguan kelainan bawaan pada tuba

 Gangguan fisiologi pada tuba karena pengaruh hormonal.


Etiologi
Penyebab kehamilan ektopik belum diketahui secara pasti. Adapun beberapa faktor yang berhubungan
dengan penyebab kehamilan ektopik terganggu, yaitu:
1. Faktor-faktor mekanis yang mencegah atau menghambat perjalanan ovum yang telah dibuahi ke
kavum uteri.
a) Salpingitis, khususnya endosalpingitis, yang menyebabkan aglutinasi lipatan arboresen mukosa
tuba dengan penyempitan lumen atau pembentukan kantung buntu.berkurangnya siliasi mukosa
tuba akibat infeksi dapat ikut menyebabkan implantasi zigot dalam tuba fallopi
b) Adhesi peritubal setelah infeksi pasca abortus atau infeksi masa nifas, apendisitis ataupun
endometriosis, yang menyebabkan tertekuknnya tuba dan penyempitan lumen.
c) Kehamilan ektopik sebelunya insiden kehamilan ektopik berikutnya akan menjadi 7 hingga 15
persen. Meningkatnya risiko ini kemungkinan disebabkan oleh salpingitis yang terjadi sebelumnya
Lanjutan . . .
d) Pembedahan sebelumnya pada tuba, dilakukan pada kegagalan sterilisasi. Wanita yang pernah mengalami
pembedahan tuba mempunyai risiko kehamilan ektopik yang lebih tinggi

e) Abortus setelah menjalani abortus induksi sebanyak dua kali atau lebih. Kenaikan risiko ini kemungkinan
akibat peningkatan insiden salpingitis

f ) Tumor yang mengubah bentuk tuba, seperti mioma uteri dan adanya benjolan pada adneksa

g) Penggunaan alat kontrasepsi dalam rahim WHO menyatakan bahwa penggunaan IUD memiliki risiko
kurang dari 50% untuk mengalami kehamilan ektopik dibandingkan dengan yang tidak menggunakan
kontrasepsi
Lanjutan . . .
2. Faktor-faktor fungsional yang memperlambat perjalanan ovum yang telah dibuahi
kedalam kavum uteri

a) Migrasi eksternal ovum

b) Refluk menstruasi

c) Berubahnya motilitas tuba

3. Peningkatan daya penerimaan mukosa tuba terhadap ovum yang telah dibuahi
P
a
t
o
f
i
s
i
o
l
o
g
i
Manifestasi klinis
(Mansjoer A).
Gejala lain antara lain :
1) Amenore
1. Syock Hipovolemia
2) Gejala kehamilan muda
2. Nyeri bahu dan leher
3) Nyeri perut bagian bawah pada ruptur tuba nyeri
terjadi tiba-tiba dan hebat, menyebabkan penderita 3. Nyeri pada palpasi : perut penderita biasanya
pingsan sampai shock. tegang dan agak kembung.

4) Perdarahan pervagina bewarna coklat 4. Nyeri pada toucher

5) Pada pemeriksaan vagina terdapat nyeri goyang bila 5. Pembesaran Uterus


serviks digerakkan, nyeri pada perabaan dan kavum
6. Tumor dalam rongga panggul
douglasi menonjol karena ada bekuan darah
7. Gangguan berkemih
 Pemeriksaan umum
 Pemeriksaan ginekologi
 Pemeriksaan laboratorium : pemeriksaan hemoglobim dan jumlah sel darah
merah berguna dalam menegakkan diagnosis kehamilan ektopik terganggu,
terutama bila ada tanda-tanda perdarahan dalam rongga perut.
 Penghitungan leukosit secara berturut menunjukkan adanya perdarahan bila
Pemeriksaan leukositosis meningkat

Penunjang  Kuldosentris : adalah suatu cara  pemeriksaan untuk mengetahui apakah


kavum Douglas ada darah
 Ultrasonografi : berguna dalam diagnostic kehamilan ektopik. Diagnosis pasti
ialah apabila ditemukan kantong gestasi di luar uterus yang di dalamnya
tampak denyut jantung janin.
 Laparoskopi : hanya digunakan sebagai alat bantu diagnostic terakhir untuk
kehamilan ektopik, apabila hasil penilaian prosedur diagnostic yang lain
meragukan.
Penatalaksanaan
a) Manajemen nyeri nonfarmakologi

b) Manajemen nyeri dengan pendekatan farmakologik

- Analgetika golongan nonnarkotika

- Analgetika golongan narkotika

- Adjuvan

c) Prosedure invasive

Prosedur invasif yang biasanya dilakukan adalah dengan memasukan opioid ke dalam ruang epidural atau
subarakhnoid melalui intraspinal, cara ini dapat memberikan efek analgesik yang kuat tetapi dosisnya lebih
sedikit. Prosedur invasif yang lain adalah blok saraf, stimulasi spinal, pembedahan
Komplikasi . . .
1. Pada pengobatan konservatif, yaitu jika ruptur tuba telah lama berlangsung (4-6 minggu), terjadi
perdarahan ulang (recurrent bledding). Ini merupakan indikasi operasi.
2. Infeksi
3. Sub-ileus karena massapelvis
4. Sterilitas
5. Komplikasi kehamilan ektopik dapat terjadi sekunder akibat kesalahan diagnosis, diagnosis yang
terlambat, atau pendekatan tatalaksana
6. Komplikasi yang timbul akibat pembedahan antara lain adalah perdarahan, infeksi, kerusakan
organ sekitar (usus, kandung kemih, ureter, dan pembuluh darah besar). Selain itu ada juga
komplikasi terkait tindakan anestesi.
Asuhan Keperawatan Kehamilan Ektopik
1. Pengkajian
a) Keluhan Utama : Nyeri hebat pada perut bagian bawah dan disertai dengan perdarahan selain itu klien
ammeorrhoe.
b) Riwayat penyakit sekarang : Awalnya wanita mengalami ammenorrhoe beberapa minggu kemudian
disusul dengan adanya nyeri hebat seperti disayat-sayat pada mulanya nyeri hanya satu sisi ke sisi
berikutnya disertai adanya perdarahan pervagina :
- Kadang disertai muntah
- Keadaan umum klien lemah dan adanya syok
- Terkumpulnya darah di rongga perut
- Menegakkan dinding perut nyeri
- Dapat juga menyebabkan nyeri hebat hingga klien pingsan
- Perdarahan terus menerus kemungkinan terjadi syok hipovolemik
c) Riwayat penyakit dahulu
Dari faktor paktor pencetus misalnya adanya riwayat endomatritis,addresitis menyebabkan perlengkapan
endosalping, Tuba menyempit / membantu. Endometritis tidak baik bagian nidasi
d) Status obstetri ginekologi : Usia perkawinan, sering terjadi pada usia produktif 25 – 45 tahun, berdampak
bagi psikososial, terutama keluarga yang masih mengharapkan anak.
• Riwayat persalinan yang lalu, Apakah klien melakukan proses persalinan di petugas kesehatan atau di dukun
• Grade multi
• Riwayat penggunaan alat kontrasepsi, seperti penggunaan IUD.
• Adanya keluhan haid, keluarnya darah haid dan bau yangmenyengat. Kemungkinan adanya infeksi.
e) Riwayat kesehatan keluarga
• kaji kesehatan suami
• Suami yang mengalami infeksi system urogenetalia, dapat menular pada istri dan dapat mengakibatkan infeksi
pada celvix.
f) Riwayat Psikososial
Tindakan salpingektomi menyebabkan infertile. Mengalami gangguan konsep diri, selain itu menyebabkan
kekhawatiran atau ketakutan
g) Pola aktivitas sehari – hari
1) Pola nutrisi
Pada rupture tube keluhan yang paling menonjol selain nyeri adalah Nausea dan vomiting karena banyaknya darah
yang terkumpul dirongga abdomen.
2) Eliminasi
Pada BAB klien ini dapat menimbulkan resiko terhadap konstipasiitu diakibatkan karena penurunan peristaltik
usus, imobilisasi, obatnyeri, adanya intake makanan dan cairan yang kurang. Sehinggatidak ada rangsangan dalam
pengeluaran faeces.Pada BAK klien mengalami output urine yang menurun < 1500ml/hr, karena intake makanan
dan cairan yang kurang.
3) Personal hygiene
Luka operasi dapat mengakibatkan pembatasan gerak, takut untuk melakukan aktivitas karena adanya kemungkinan
timbul nyeri,sehingga dalam personal hygiene tergantung pada orang lain.
4) Pola aktivitas (istirahat tidur)
Terjadi gangguan istirahat, nyeri pada saat infeksi/defekasi akibathematikei retropertonial menumpuk pada cavum
Douglasi.
h) Anamnesis dan Gejala Klinis

1) Riwayat terlambat haid

2) Gejala dan tanda kehamilan muda

3) Dapat ada atau tidak ada perdarahan pervaginan

4) Terdapat aminore

5) Ada nyeri mendadak disertai rasa nyeri bahu dan seluruh abdomen, terutama abdomen bagian
kanan / kiri bawah

6) Berat atau ringannya nyeri tergantung pada banyaknya darah yang terkumpul dalam perineum
1. Inspeksi 2. Palpasi
• Mulut : • Abdomen :
Bibir Pucat uterus teraba lembek, TFU lebih kecil
dari pada UK, nyeri tekan, perut teraba
Pemeriksaa • Payudara :
- Hyperpigmentasi,
tegang massa pada adnexa

n fisik - Hypervaskularisasi,
• Genetalia :
nyeri goyang porsio, kavum douglas
- Simetris menonjol.
• Abdomen : 3. Auskultasi
Terdapat pembesaran abdomen • Abdomen :
• Genetalia : bising usus (+), DJJ (-)
terdapat perdarahan pervaginan 4. Perkusi
• Ekstremitas : • Ekstremitas :
dingin Refleks Patella +/+
a) Pemeriksaan Fisik Umum
 Pasien tampak anemis dan sakit
 Didapatkan rahim yang juga membesar, adanya tumor didaerah adneksa.
 Kesadaran bervariasi darri baik sampai koma tidak sadar.
 Daerah ujung (ekstremitas) dingin.
 Adanya tanda – tanda syok hipovolemik, yaitu hipotensi, pucat, adanya tanda- tanda abdomen akut, yaitu
perut tegang bagian bawah, nyeri tekan dan nyeri lepas dinding abdomen.
 Nadi meningkat, tekanan darah menurun sampai syok
 Pemeriksaan abdomen : perut kembung, terdapat cairan bebas darah, nyeri saat peraban
b) Pemeriksaan khusus:
 Nyeri goyang pada pemeriksaan serviks
 Kavum douglas menonjol dan nyeri
 Mungkin tersa tumor di samping uterus
 Pada hematokel tumor dan uterus sulit dibedakan.
 Pemeriksaan ginekologis: seviks teraba lunak, nyeri tekan, nyeri pada uteris kanan dan kiri
c) Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan air seni dapat dilakukan untuk mengetahui kehamilan seseorang, sedangkan untuk mengetahui
kehamilan ektopik seorang dokter dapat melakukan:
 Laboratorium
 Hematokrit
Tergantung pada populasi dan derajat perdarahan abdominal yang terjadi.
 Sel darah putih
Sangat bervariasi dan tak jarang terlihat adanya leukositosis. Leoukosite 15.000/mm 3.  Laju endap darah
meningkat.
 Tes kehamilan
Pada kehamilan ektopik hampir 100% menunjukkan pemeriksaan β-hCG positif. Pada kehamilan intrauterin,
peningkatan kadar β-hCG meningkat 2 kali lipat setiap dua hari, 2/3 kasus kehamilan ektopik menunjukkan
adanya peningkatan titer serial hCG yang abnormal, dan 1/3 sisanya menunjukkan adanya peningkatan titer
hCG yang normal. Kadar hormon yang rendah  menunjukkan adanya suatu masalah seperti kehamilan
ektopik.
d) Pemeriksaan Penunjang/Khusus
Setelah 24 jam dan jumlah sel darah merah dapat meningkat.
 Pemeriksaan ultrosonografi (USG). 
Pemeriksaan ini dapat menggambarkan isi dari rahim seorang wanita. Pemeriksaan USG dapat melihat dimana
lokasi kehamilan seseorang, baik di rahim, saluran tuba, indung telur, maupun di tempat lain.
USG :
• Tidak ada kantung kehamilan dalam kavum uteri
• Adanya kantung kehamilan di luar kavum uteri
• Adanya massa komplek di rongga panggul
 Laparoskopi ─ peranan untuk menegakkan diagnosa kehamilan ektopik sudah diganti oleh USG
 Laparotomi ─ Harus dilakukan pada kasus kehamilan ektopik terganggu dengan gangguan hemostasis (tindakan
diagnostik dan definitif).
 Kuldosintesis ─ Memasukkan jarum kedalam cavum Douglassi transvaginal untuk menentukan ada atau tidak
adanya darah dalam cavum Douclassi. Tindakan ini tak perlu dikerjakan bila diagnosa adanya perdarahan
intraabdominal sudah dapat ditegakkan dengan cara pemeriksaan lain.
 Diagnosis pasti hanya ditegakkan dengan laparotomi.
Diagnosa Keperawatan yang Mungkin Muncul :

 Perubahan Perfusi Jaringan berhubungan dengan Perdarahan dalam rongga peritoneum


 Nyeri berhubungan dengan Adanya Ruptur, Perdarahan dalam rongga peritoneum
 Kurangnya pengetahuan yang berhubungan dengan kurang pemahaman atau tidak mengenal sumber-
sumber informasi
 Ansietas berhubungan dengan proses akan dilakukannya pembedahan

Anda mungkin juga menyukai