Anda di halaman 1dari 18

TUGAS KELOMPOK

PROFESIONALISME KEBIDANAN

“HUBUNGAN BIDAN-IBU dan KETERAMPILAN KOMUNIKASI DALAM


PELAYANAN”

DISUSUN OLEH KELOMPOK 3:

1. NADIA UTARI PRATIWI P00340421015


2. NANDA DWI SAPITRI P00340421016
3. OKTA SAVITRI P00340421017
4. PUTRI FADJRIYAH P00340421018
5. RARAS DWI ASTUTI P00340421019
6. RIZKI YUNIATI P00340421020
7. SHELA RAHAYU PUTRI P00340421021

DOSEN PENGAJAR :

KURNIYATI,SST,M.Keb

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLTEKKES KEMENKES BENGKULU
PRODI DIV ALIH JENJANG
KEBIDANAN CURUP
T.A.2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Allah SWT.Karena berkat dan rahmat-Nya jualah kami bisa
menyelesaikan makalah ini yang berjudul “Hubungan Bida-Ibu dan Keterampilan Komunikasi
Efektif dalam Pelayanan” . Di harapkan dengan adanya makalah ini bisa membantu para
pembaca dalam mempelajari dan mendalami pengetahuan tentang Hubungan Bida-Ibu dan
Keterampilan Komunikasi Efektif dalam Pelayanan. Tidak lupa kami ucapkan terima kasih
kepada dosen pembimbing dan teman-teman yang telah memberikan dukungan dalam
menyelesaikan makalah ini. .

Kami berharap mudah-mudahan dengan adanya makalah ini dapat menambah wawasan
para pembaca.Kami sadari dalam pembuatan makalah masih terdapat kekurangan di sana-
sini,oleh karena itu kritik dan saran sangat kami butuhkan dari pembaca. Agar kedepannya bisa
menjadi penyempurnaan bagi kami untuk lebih baik lagi.

Akhir kata, semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua dan semoga Allah
SWT. Selalu memberikan rahmat dan ridho-Nya kepada kita. Aamiin yaa robbal ‘alamin.

Curup, Februari 2022

Kelompok 3
DAFTAR ISI

COVER
KATA PENGANTAR ...................................................................................
DAFTAR ISI ..................................................................................................
BAB I PENDAHULUAN ...........................................................................
A. Latar Belakang ..............................................................................
B. Rumusan Masalah .........................................................................
C. Tujuan ...........................................................................................
BAB II PEMBAHASAN................................................................................
A. Pengertian Bidan............................................................................
B. Komunikasi Efektif........................................................................
C. Hubungan Dalam Komunikasi Bidan............................................
BAB III PENUTUP.........................................................................................
A. Kesimpulan ...................................................................................
B. Saran..............................................................................................

DAFTAR PUSTAKA .....................................................................................


BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Komunikasi secara mutlak merupakan bagian integral dari kehidupan kita, tidak

terkecuali bidan, yang tugas sehari-harinya selalu berhubungan dengan orang lain. Entah

itu pasien ibu hamil, sesama teman, dengan atasan, dokter dan sebagainya. Maka

komunikasi sangatlah penting sebagai sarana yang sangat efektif dalam memudahkan

perawat melaksanakan peran dan fungsinya dengan baik.

Seorang bidan harus mampu menguasai teknik komunikasi karena dengan memiliki

keterampilan berkomunikasi, bidan akan lebih mudah menjalin hubungan saling percaya

(trust) dengan pasien. Dalam dunia kebidanan, komunikasi ditujukan untuk mengubah

perilaku pasien guna mencapai kesehatan yang optimal.

Pada dasarnya motivasi pada diri seseorang akan menciptakan tingkah laku untuk

mencapai tujuan yang diharapkan. Tercapainya tujuan ini berarti tercapainya pula tujuan

pribadi anggota yang bersangkutan.Maka pribadi yang hebat adalah seorang pribadi yang

dapat memotivasi pribadi lainnya atau suatu kelompok sehingga dapat berubah menjadi

lebih baik dari sebelumnya sehingga pesan yang disampaikan oleh seorang komunikator

dapat diterima dengan baik oleh komunikan lainnya dan dapat diaplikasikan pada

kehidupan sehari-harinya
Bidan bertanggung jawab memotivasi pasien ibu hamil seperti memberikan semangat

kepada ibu hamil untuk terus berjuang sampai anak lahir dan menjelaskan bahwa proses

hamil sampai persalinan itu suatu anugrah yang diberikan kepada seorang ibu dari Tuhan,

memberikan dukungan fisik seperti memeriksa kondisi kesehatan ibu dan janin yang

sedang dikandungnya, memberikan rasa nyaman kepada setiap pasien ibu hamil dengan

keramahan seorang bidan, seorang bidan harus memberikan rasa aman dan percaya diri

kepada ibu hamil dengan cara memastikan dirinya bahwa bidan tersebut memiliki

kredibilitas yang baik. Motivasi merupakan pengertian yang melingkupi penggerak,

alasan-alasan atau dorongandorongan dalam diri manusialah yang menyebabkan manusia

itu berbuat sesuatu.

Bidan sangat berpengaruh terhadap kondisi mental dan emosional ibu selama

persalinan. Mengurangi rasa takut, ketidak pastian, tekanan dan rasa kesepian akan

perasaan ibu, jauh berbeda antara ibu yang merasa putus asa dan tidak dapat mengontrol,

dengan ibu yang merasa aman dan percaya diri. Bidan harus menggunakan kekuatan

untuk membuat perasaan ibu merasa senang, aman dan nyaman selama persalinan

(Nengah, 2010).

Hubungan antara bidan dengan pasiennya merupakan hubungan kerja sama yang

ditandai dengan tukar menukar perilaku, perasaan, pikiran dan pengalaman dalam

membina hubungan intim yang terapeutik. Berdasarkan pemaparan latar belakang diatas,

Untuk menjawab rumusan masalah dalam makalah ini maka kelompok berharap dapat

menjawab rumusan masalah tentang Hubungan Bidan-Ibu dan Keterampilan Komunikasi

Efektif dalam Pelayanan.


B. Rumusan Masalah

Berdasarkan pemaparan latar belakang diatas, perumusan masalahnya adalah:

Apa hubungan bidan-ibu dan keterampilan komunikasi efektif dalam pelayanan?

C. Tujuan

Untuk mengetahui apakah ada hubungan bidan-ibu dan keterampilan komunikasi efektif

dalam pelayanan
BAB II

TINJAUAN TEORI

A. Bidan

1. Pengertian

Menurut WHO, bidan adalah seseorang yang telah menyelesaikan program

pendidikan bidan yang diakui oleh Negara serta memperoleh kualifikasi dan diberi

izin untuk menjalankan praktik kebidanan di Negara itu. Dia harus mampu

memberikan supersive, asuhan dan memberikan nasehat yang ibutuhkan kepada

perempuan selama masa hamil,persalinan, dan masa pasca persalinan (masa nifas).

Memimpin persalinan atas tanggung jawabnya sendiri serta asuhan bayi baru lahir

dan anak. Asuhan termasuk tindakan preventif, pendektesian kondisi abnormal pada

ibu dan bayi, dan mengupayakan bantuan medis serta melakukan tindakan

pertolongan gawat darurat pada saat tidak hadirnya tenaga medis lainnya. Dia

mempunyai tugas penting dalam konsultasi an pendidikan kesehatan, tidak hanya

untuk perempuan tersebut, tetapi juga termasuk keluarga dan komunitasnya.

Pekerjaan itu termasuk pendidikan antenatal, dan persiapan untuk menjadi orang tua,

dan meluas kedaerah tertentu dan ginekologi, keluarga berencana, dan asuhan anak.

Dia bisa berpraktik dirumah sakit, klinik, unit kesehatan,rumah perawatan, atau

tempat-tempat pelayanan kesehatan lainnya.

Bidan adalah seorang perempuan yang lulus dari pendidikan Bidan yang diakui

pemerintah dan organisasi profesi di wilayah Negara Republik Indonesia serta

memiliki kompetensi dan kualifikasi untuk diregister, sertifikasi dan atau secara sah

mendapat lisensi untuk menjalankan praktik kebidanan.


Bidan adalah tenaga professional yang bertanggung-jawab dan akuntabel, yang

bekerja sebagai mitra perempuan untuk memberikan dukungan, asuhan dan nasehat

selama masa hamil, masa persalinan dan masa nifas, memfasilitasidan memimpin

persalinan atas tanggung jawab sendiri dan memberikan asuhan kepada bayi baru

lahir, dan bayi. Asuhan ini mencakup upaya pencegahan, promosi persalinan normal,

deteksi komplikasi pada ibu dan anak, dan akses bantuan medis atau bantuan lain

yang sesuai, serta melaksanakan tindakan kegawat-daruratan.

Bidan mempunyai tugas penting dalam konseling dan pendidikan kesehatan,

tidak hanya kepada perempuan, tetapi juga kepada keluarga dan masyarakat. Kegiatan

ini mencakup pendidikan antenatal dan persiapan menjadi orang tua serta dapat

meluas pada kesehatan perempuan, kesehatan seksual atau kesehatan reproduksi dan

asuhan anak.Bidan dapat praktik diberbagai tatanan pelayanan: termasuk di rumah,

masyarakat, Rumah Sakit, klinik atau unit kesehatan lainnya (IBI,2016).

2. Peran dan Fungsi Bidan

Dalam melaksanakan profesinya bidan memiliki peran sebagai pelaksana,

pengelola, pendidik dan peneliti.

a) Peran pelaksana

Tugas mandiri

1) Menetapkan manajemen kebidanan pada setiap asuhan kebidanan yang

diberikan.

2) Memberikan pelayanan dasar pranikah paa anak remaja dan melibatkan

mereka sebagai klien.

3) Memberi asuhan kebidanan kepada klien selama kehamilan normal


4) Memberi asuhan kebidanan kepada klien yang berada dalam masa persalinan

dengan melibatkan klien/keluarga.

5) Memberi asuhan kebidanan pada bayi baru lahir.

6) Memberi asuhan kebidanan pada klien dalam masa nifas dengan melibatkan

klien/keluarga.

7) Memberikan asuhan kebidana pada perempuan usia subur yang membutuhkan

pelayanan keluarga berencana.

8) Memberikan asuhan kebidanan pada perempuan dengan gangguan system

reproduksi dan perempuan dalam masa klimakterium.

9) Memberikan asuhan kebidanan pada bayi balita dengan melibatkan keluarga.

Tugas Kolaborasin (kerja sama)

1) Menerapkan manajemen kebidanan pada setiap asuhan kebidanan sesuai

fungsi kolaborasi dengan melibatkan klien dan keluarga.

2) Memberikan asuhan kebidanan pada ibu hamil dengan resiko tinggi dan

pertolongan pertama pada kegawatdaruratan yang memerlukan tindakan

kolaborasi.

3) Memberikan asuhan kebidana pada ibu pada masa persalinan dengan resiko

tinggi serta keadaan kegawatdaruratan yang memerlukan pertolongan pertama

dengan tindakan kolaborasi dengan melibatkan klien dan keluarga.

4) Memberikan asuhan kebidanan pada ibu dalam masa nifas dengan resiko

tinggi, serta pertolongan pertama dalam keadaan kegawatdaruratan yang

memerlukan tindakan kolaborasi bersama klien dan keluarga


5) Memberikan asuhan kebidanan pada bayi baru lahir dengan risiko tinggi dan

pertolongan pertama dalam keadaan kegawatdaruratan, yang memerlukan

tindakan kolaborasi bersama klien dan keluarga.

6) Memberikan asuhan kebidanan pada balita dengan risiko tinggi serta

pertolongan pertama dalam keadaan kegawatdaruratan yang memerlukan

tindakan kolaborasi bersama klien dan keluarga.

Tugas Ketergantungan (merujuk)

1) Menerapkan manajemen kebidanan, pada setiap asuhan kebidanan sesuai

dengan fungsi keterlibatan klien dan keluarga.

2) Memberi asuhan kebidanan melalui konsultasi dan rujukan pada kasus

kehamilan dengan resiko tinggi kegawatdaruratan

3) Memberii asuhan kebidanan melalui konsultasi serta rujukan pada masa

persalinan dengan penyulit tertentu, dengan melibatkan klien dan keluarga.

4) Memberi asuhan kebidanan melaului konsultasi dan rujukan pada ibu dalam

masa nifas yang disertai penyulit tertentu dan kegawatdaruratan dengan

melibatkan klien dan keluarga.

5) Memberi asuhan kebidanan pada bayi baru lahir dengan kelainan tertentu dan

kegawatdaruratan yang memerlukan konsultasi serta rujukan dengan

melibatkan keluaraga,

6) Memberikan asuhan kebidanan kepada anak balita dengan kelainan tertentu

dan kegawatdaruratan yang memerlukan konsultasi serta rujukan dengan

melibatkan klian/keluarga.
b) Peran Sebagai Pengelola

1) Mengembangkan pelayanan dasar kesehatan

2) Berpartisipasi dalm tim

c) Peran sebagai pendidik

Sebagai pendidik, bidan mempunyai dua tugas utama yaitu pendidik dan

penyuluh. Dalam tugas mendidik, bidan memberikan pendidikan dan

penyuluhan kesehatan pada klien. Dalam tugas sebagai penyuluh, bidan 

memberikan pelatihan dan membimbing kader.

d) Peran sebagai peneliti/investigator

Sebagai peneliti, bidan betugas melakukan penelitian atau investigasi

dalam bidang kesehatan, baik secara mandiri maupun berkelompok.

Tugas ini mencakup:

 Mengidentifikasi kebutuhan investigasi yang akan dilakukan.

 Menyusun rencana kerja pelatihan.

 Melaksanakan investigasi sesuai dengan rencana.

 Mengolah dan menginterpretasikan data hasil investigasi.

 Menyusun laporan hasil investigasi dan tindak lanjut.

 Memanfaatkan hasil investigasi untuk meningkatkan

 program kerja atau pelayanan kesehatan.

Fungsi Bidan

a. Fungsi pelaksana

b. Fungsi pengelola

c. Fungsi pendidik
d. Fungsi peneliti

B. Komunikasi Efektif

Komunikasi efektif menurut Mc. Crosky Larson dan Knapp dalam bukunya An

Introduction to Interpersonal Communication mengatakan bahwa komunikai yang efektif

dapat dicapai dengan mengusahakan ketepatan (acurancy ) yang paling tinggi derajatnya

antara komunikator dan komunikan dalam setiap situasi. Komunikasi yang lebih efektif

terjadi apabila komunikator dan komunikan terdapat persamaan dalam pengertian, sikap

dan bahasa.

Komunikasi efektif dalam kebidanan merupakan salah satu langkah yang bagus

terutama untuk mendapatkan informasi mengenai bagaimana praktek Komunikasi yang

baik bisa diterapkan kepada pasien. Sebagaimana kita ketahui, proses persalinan bisa

menjadi sebuah pengalaman baru dan pertama bagi seorang ibu. Tugas bidan sebagai

penolong persalinan tentu harus bisa menyediakan pelayanan yang optimal sehingga ibu

tidak merasa khawatir atau cemas dan melakukan persalinan dengan baik. Inilah alasan

mengapa Komunikasi yang efektif bisa menjadi begitu penting. Tujuan Komunikasi

efektif adalah memberi kemudahan dalam memahami pesan yang disampaikan antara

pemberi dan penerima sehingga bahasa lebih jelas, lengkap, pengiriman dan umpan balik

seimbang, dan melatih penggunaan bahasa nonverbal secara baik

Komunikasi efektif adalah Komunikasi di mana :

a) Pesan diterima dan dimengerti sebagaimana yang dimaksud oleh pengirimnya.

b) Pesan disetujui oleh penerima dan ditindaklanjuti dengan perbuatan yang diamati oleh

pengirim.
c) Tidak ada hambatan untuk melakukan apa yang seharunya dilakukan untuk

menindaklanjuti pesan yang dikirim.

d) Proses Komunikasi Efektif, suksesnya proses Komunikasi sehingga dapat

menghasilkan Komunikasi yang efektif tentu saja dipengaruhi oleh banyak faktor

baik itu faktor dari komunikator maupun dari komunikan.

Untuk membantu meningkatkan efektifitas Komunikasi dapat dilakukan dengan cara :

a) Sebagai pengirim

1) Menggunakan bahasa yang tepat,menarik serta dimengerti oleh penerima.

2) Menggunakan empati dengan berusaha menempatkan diri ditempat penerima.

3) Mempertajam persepsi dengan membayangkan bagaimana pesan akan diterima,

dibaca, ditafsir dan ditanggapi oleh penerima.

4) Mengendalikan bentuk tanggapan dengan menggunakan kode atau lambang yang

tepat dan saluran yang sesuai.

5) Bersedia menerima umpan balik positif maupun negatif.

6) Mengembangkan kredibilitas diri sehingga dapat dipercaya karena kualitas

pribadi, mutu hidup dan keahlian profesional.

7) Mempertahankan hubungan baik dengan penerima.

b) Sebagai penerima

1) Meningkatkan kemampuan untuk mendengarkan sampai mampu mendengarkan

dengan empatik.

2) Waspada terhadap prasangka, bias, dan apriori dan sikap tidak terbuka dari kita.

3) Mengembangkan kecakapan menyampaikan umpan balik secara konstruktif. 4

4) Berusaha berfikir kreatif terhadap pesan yang diterima.


5) Bersikap terbuka tetapi kritis.

6) Benar- benar mengerti pesan Komunikasi, jangan malu bertanya apabila pesan

belum kita tangkap atau tidak dimengerti.

7) Saat mengambil keputusan sadar akan tujuannya

c) Keefektifan Komunikasi antar pribadi dipengaruhi oleh faktor- faktor berikut :

1) Keterbukaan yaitu kesediaan membuka diri, merasakan pikiran dan perasaan

orang lain, mereaksi pada orang lain.

2) Empati, yaitu mengahayati perasaan orang lain.

3) Mendukung yaitu kesediaan secara spontan untuk menciptakan suasana yang

bersifat mendukung.

4) positif yaitu menyatakan sikap positif terhadap diri sendiri dan orang lain dan

situasi.

5) Keseimbangan yaitu mengakui bahwa kedua belah pihak mempunyai kepentingan

yang sama, pertukaran informasi secara seimbang.

6) Percaya diri yaitu merasa yakin pada diri sendiri, bebas dari rasa malu.

7) Kesegaran yaitu segera melakukan kontak disertai rasa suka dan berminat.

8) Manajemen interaksi yaitu mengendalikan interaksi untuk memberikan keputusan

kepada kedua belah pihak.

9) Pengungkapan yaitu keterlibatan secara jujur dalam berbicara dan menyimak baik

secara verbal maupun nonverbal.

10) Orientasi kepada orang lain yaitu penuh perhatian, minat dan kepedulian kepada

orang lain.
C. Hubungan dalam Komunikasi Bidan-Ibu

Hakikatnya manusia sebagai makhluk sosial tidak mampu hidup sendiri. Manusia

membutuhkan manusia lainnya. Hubungan antar manusia ini didasari pada interaksi

sosial yang terjadi secara terus-menerus di lingkungan masyarakat. Hubungan manusia

atau human relation merupakan proses interaksi yang berhubungan dengan kejiwaan

manusia dan bertujuan untuk mencari kebahagiaan.

Hubungan antar manusia mendasari interaksi dan komunikasi antara bidan dengan

pasien dalam pelayanan kebidanan.

Contoh :

Sebagian ibu merasa sangat khawatir dan takut saat membayangkan betapa sakitnya

melahirkan anak. Ketakutan itu kadang datang dari diri sendiri maupun cerita

menyeramkan dari orang lain. Ketakutan yang sering muncul pada ibu-ibu menjelang

persalinan usia kehamilan trimester III (7 - 9 bulan), seperti takut tak mampu bertahan

dan meninggal, takut nyeri, takut disalahkan dan hal lainnya.

Mental ibu hamil terutama yang hamil kali pertama harus kuat dan tidak mudah labil,

karena hal tersebut dapat membuat proses persalinan terkendala. Ibu hamil tidak boleh

mendapat tekanan secara psikologis karena dapat menimbulkan stress dan kepanikan. Hal

tersebut sangat tidak baik untuk kesehatan ibu dan sang bayi.

Salah satu yang harus dipersiapkan ibu menjelang persalinan yaitu menghindari

kepanikan dan ketakutan. Motivasi dari seorang bidan sangat diperlukan agar psikis ibu

bisa terangkat saat menjalani proses persalinan. Dengan begitu ibu bisa lebih kuat,

nyaman, percaya diri, dan ringan ketika bersalin. Walaupun begitu, tidak semua ibu

punya mental yang kuat untuk menghadapi persalinan. Ketika ibu panik dan kesakitan
hingga berteriak-triak. bidan amat dituntut kesabaran dan ketenangannya untuk tetap

menenteramkan dan mendukung ibu dalam menjalani proses persalinan.

Bidan sangat berpengaruh terhadap kondisi mental dan emosional ibu selama persalinan.

Mengurangi rasa takut, ketidak pastian, tekanan dan rasa kesepian akan perasaan ibu,

jauh berbeda antara ibu yang merasa putus asa dan tidak dapat mengontrol, dengan ibu

yang merasa aman dan percaya diri. Bidan harus menggunakan kekuatan untuk membuat

perasaan ibu merasa senang, aman dan nyaman selama persalinan (Nengah, 2010).

Dalam dunia kebidanan, komunikasi ditujukan untuk mengubah perilaku pasien guna

mencapai kesehatan yang optimal.Oleh karena bertujuan untuk terapi, maka komunikasi

dalam kebidanan disebut komunikasi terapeutik.Jadi inti dari komunikasi terapeutik

adalah komunikasi yang dilaksanankan untuk tujuan terapi.

Ciri hakiki “Human Relations“, yaitu proses rohaniah yang tertuju kepada “kebahagiaan”

berdasarkan watak, sifat, perangai, kepribadian, sikap, tingkah laku, dan lain-lain serta

aspek kejiwaan yang terdapat pada diri manusia.

Faktor-faktor yang dapat menimbulkan hubungan personal yang baik antara lain:

1. Rasa percaya

2. Sikap sportif.

3. Sikap terbuka dan sikap tertutup.


BAB III

PENUTUP

A. KESIMPULAN

Bidan adalah tenaga professional yang bertanggung-jawab dan akuntabel,

yang bekerja sebagai mitra perempuan untuk memberikan dukungan, asuhan dan

nasehat selama masa hamil, masa persalinan dan masa nifas, memfasilitasidan

memimpin persalinan atas tanggung jawab sendiri dan memberikan asuhan

kepada bayi baru lahir, dan bayi. Asuhan ini mencakup upaya pencegahan,

promosi persalinan normal, deteksi komplikasi pada ibu dan anak, dan akses

bantuan medis atau bantuan lain yang sesuai, serta melaksanakan tindakan

kegawat-daruratan.

Bidan mempunyai tugas penting dalam konseling dan pendidikan

kesehatan, tidak hanya kepada perempuan, tetapi juga kepada keluarga dan

masyarakat. Kegiatan ini mencakup pendidikan antenatal dan persiapan menjadi

orang tua serta dapat meluas pada kesehatan perempuan, kesehatan seksual atau

kesehatan reproduksi dan asuhan anak.Bidan dapat praktik diberbagai tatanan

pelayanan: termasuk di rumah, masyarakat, Rumah Sakit, klinik atau unit

kesehatan lainnya (IBI,2016)

B. SARAN

Tentunya penulis sudah menyadari terdapat banyak kesalahan pada makalah ini

dan jauh dari kata sempurna. Adapun penulis akan lebih banyak belajar dan

memperbaiki makalah sesuai dengan kode etik yang berlaku.


DAFTAR PUSTAKA

Uripni,Charistina Lia,dkk. 2013. Komunikasi Kebidanan. Jakarta: EGC.

YPKP, IBI dan Depkes RI.2016. Konseling Kesehatan Rproduksi; Modul Mahasiswi.

Jakarta: Depkes RI.

Https://Www.Researchgate.Net/Publication/315305427_Pengaruh_Konsep_Diri_Terhadap_Kom

unikasi_Interpersonal_Ma hasiswa [Accessed Jun 17 2019].

Anda mungkin juga menyukai