Anda di halaman 1dari 15

PENAFSIRAN KITAB INJIL

(Satu Cerita, banyak Dimensi)

Umumnya kitab-kitab Injil berisi fakta


sejarah tentang kehidupan/pelayanan Yesus
(hikayat-hikayat), dan ajaran yang
disampaikan-Nya (ucapan-ucapan-Nya).
Sifat-Sifat Kitab Injil
1. Ada empat kitab Injil, kesulitannya adalah Yesus sendiri
tidak menulis kitab Injil. Kitab-kitab Injil itu datang dari
orang lain yaitu para penulis.
2. Kitab Injil berisi sekumpulan ucapan, tetapi ucapan
tersebut selalu terjalin dalam hikayat sejarah kehidupan,
pelayanan dan pengajaran Yesus. Jadi, injil-injil itu
bukanlah kitab yang dikarang oleh Yesus, tetapi kitab-
kitab mengenai Yesus yang berisi banyak kenangan akan
ajaran-Nya.
3. Bahasa yang digunakan oleh Yesus adalah bahasa Aram,
ajaran-ajaran-Nya datang kepada kita dalam bahasa
Yunani.
4. Kitab Injil ditulis oleh empat penulis yang
berbeda latar belakang untuk saling
melengkapi dan memenuhi kebutuhan yang
berbeda-beda.
5. Walaupun penulis berbeda dan penekanan
yang berbeda, namun memiliki nilai dan
wibawa yang sama. Hal ini disebabkan oleh
minat penulis pada dua tingkatan, yaitu:
Pertama, ada minat historis yang murni,
bahwa inilah tokoh Yesus, serta inilah yang
dilakukan dan dikatakan-Nya; Yesus inilah
yang disalibkan, mati, dan bangkit dari antara
orang mati, yang sekarang disembah sebagai
Tuhan yang bangkit dan dimuliakan.
Kedua, ada minat eksistensial untuk
menceritakan kembali hikayat ini demi
kebutuhan jemaat yang berbahasa Yunani.
“Dengan demikian, penafsiran kitab-
kitab Injil harus dilaksanakan
berdasarkan lingkungan historis
kehidupan Yesus dan lingkungan
historis para penulisnya.”
KONTEKS HISTORIS
Konteks historis yang dimaksud adalah
konteks historis yang berkenaan dengan
keberadaan Yesus, yang meliputi
pengetahuan akan kebudayaan dan agama
dari abad pertama yaitu Yudaisme-
Palestina, tempat Yesus hidup dan
mengajar. Konteks historis juga berkenaan
dengan masing-masing penulis dan alasan
mereka untuk menulis.
1. Konteks Historis Umum
Untuk memahami tentang Yesus, penting sekali
mengenal Yudaisme pada abad pertama yang merupakan
lingkungan Yesus sendiri. Mengetahui mengapa suatu
perbuatan dilakukan dan tidak dilakukan. dalam konteks
Yahudi. Contoh: “mencungkil mata dan memotong tangan”.
(Mat. 5:29-30; Mark. 9:43-48).
Dalam teks tersebut, Yesus menyuruh mereka
mencungkil mata dan memotong tangan yang membuat
mereka berdosa.
Kita semua tahu bahwa Yesus tidak sungguh-sungguh
bermaksud demikian, tetapi yang dimaksudkan-Nya
ialah bahwa orang harus membuang apa saja dari
kehidupan mereka yang menyebabkan mereka berbuat
dosa.
Jadi, apabila dilihat dari segi pengajaran Yesus,
bahasa hiperbola merupakan salah satu teknik
mengajar yang sangat efektif.
Selain itu, Yesus juga menggunakan
perumpamaan; amsal/kata-kata bijak (Mat. 6:21;
Mark. 3:24-25), kiasan dan metafora (Mat.
10:16; 5:13, pertanyaan-pertanyaan (Mat.
17:25), dan ironi (Mat. 16:21). Untuk
memperoleh informasi/penjelasan mengenai hal
ini, maka perlu membaca buku Robert H. Stein,
“ The Method Message of Jesus Teaching”
2. Konteks Historis Penulis Kitab Injil
Konteks historislah yang pertama-tama mendorong setiap penulis
kitab Injil untuk menulis Injil. Setiap penulis kitab Injil diketahui
minat dan perhatiannya berdasarkan cara ia memilih, membentuk,
dan menyusun bahan-bahannya.
Pertama, Matius menyoroti Yesus sebagai Raja (menulis garis
keturunan-Nya dan penyembahan orang Majus), Matius ingin
membuktikan bahwa Yesus adalah raja, mesias yang
sesungguhnya yang ditolak oleh bangsanya sendiri. Sehingga ia
menyusun Injilnya dimulai dengan silsilh (dari fakta PL).
Kedua, Markus menyoroti Yesus sebagai hamba (tanpa garis
keturunan), seorang Yahudi+Yunani (Romawi). Fokus Markus
ditujukan kepada bangsa Romawi. Penekanannya adalah Yesus
hamba yang menderita, setia. Dalam Injil Markus tidak banyak
pengajaran, tetapi lebih banyak aktivitas.
Ketiga, Lukas menyoroti Yesus sebagai
“Anak manusia” (menginformasikan masa
kecil hingga dewasa), ia memahami filsafat
Yunani dan adat/kebiasaan orang Yunani.
Lukas mengerti Yesus dari sisi manusia
dengan cara membuktikan silsilah dari Adam.
Keempat, Yohanes menyoroti Yesus sebagai
Anak Allah (menyebut keilahian Yesus).
Dengan menggunakan jargon logos artinya
(nalar, makna, perkataan, pertimbangan,
prinsip pemerstu alam semesta).
Keperluan 4 orang untuk menulis Injil:
 Alasan Yuridis: makin banyak saksi,
makin akurat suatu berita.
 Alasan Perfek: dengan 4 penulis kita
mengenal Yesus secara lengkap.
Menafsirkan Kitab Injil Secara
Keseluruhan
 Penafsiran tidak hanya difokuskan pada
minat penulis terhadap apa yang dikatakan
dan dilakukan oleh Yesus, tetapi alasan
mereka menceritakan kembali satu cerita
kepada para pembaca mereka sendiri.
 Para penulis adalah orang-orang yang
dituntun oleh Roh Kudus untuk menyusun
secara kreatif dan menulis kembali materi
itu untuk kebutuhan para pembaca.
Pengamatan Hermeneutis
 Ajaran dan Perintah.
Setelah mengeksegesis ajaran dan perintah Tuhan
Yesus, maka ajaran dan perintah tersebut harus dibuat
aplikasinya dalam abad 21. Walaupun dalam ajaran
Yesus terkadang manggunakan Taurat, tetapi harus
diaplikasikan dalam konteks zaman kita dan dalam
lingkup anugerah Allah.

 Hikayat-hikayat.
Hikayat–hikayat dalam Alkitab secara tidak langsung
mengandung ajaran tentang iman: ketakutan,
kegagalan, kemenangan, hidup suci, dll.
 Nasihat yang terkhir dan terpenting
Kerangka teologis dasar dari PB umumnya
bersifat eskatologis. Kebanyakan orang Yahudi
pada zaman Yesus berpikir eskatologis. Mereka
membayangkan mereka hidup dalam zaman yang
hampir berakhir.
Perjamuan Kudus adalah cara untuk
mengumumkan kematian Tuhan sampai Ia datang
dan doa yang disampaikan datanglah kerajaan-
Mu, hal itu menyangkut kedatangan kerajaan
Allah secara rohani dan secara fisik.

Anda mungkin juga menyukai