Anda di halaman 1dari 15

PELAYANAN KEPERAWATAN

INDIVIDU DAN KELUARGA SAAT


BENCANA
OLEH KELOMPOK 8 TK. 2 REGULER A

NO NAMA KELOMPOK NIM


1 MIA INA PADAMANI PO5303201201044
2 NAOMI NGURU PO5303201201045
3 NELSON M. NOPEMNANU PO5303201201046
4 NINGSI RAMBU SADA MOKI PO5303201201047
MANAJEMEN KRISIS BENCANA
Manajemen krisis adalah proses yang membahas organisasi dengan sebuah peristiwa besar yang
mengancam dan merugikan organisasi, pemangku kepentingan, atau masyarakat umum. Ada tiga
elemen yang paling umum untuk mendefinisikan krisis: ancaman bagi organisasi, unsur kejutan, dan
keputusan waktu singkat.

Berbeda dengan manajemen risiko yang melibatkan menilai potensi ancaman dan menemukan
cara terbaik untuk menghindari ancaman. Sementara manajemen krisis berurusan dengan ancaman
yang telah terjadi. Jadi manajemen krisis dalam pengertian yang lebih luas merupakan sebuah
keterampilan teknis yang dibutuhkan untuk mengidentifikasi, menilai, memahami, dan mengatasi
situasi yang serius, terutama dari saat pertama kali terjadi sampai ke titik pemulihan kembali.
PENGKAJIAN KEBUTUHAN KEPERAWATAN INDIVIDU

Dalam melakukan asuhan keperawatan pada kasus kegawatdaruratan selalu


diawali dengan melakukan pengkajian. Pengkajian kegawatdaruratan pada umumnya
menggunakan pendekatan AB-C (Airway= JALAN NAFAS, Breathing=PERNAFASAN
dan Circulation = SIRKULASI). Perlu diingat sebelum melakukan pengkajian Anda
harus memperhatikan proteksi diri (keamanan dan keselamatan diri) dan keadaan
lingkungan sekitar.
PENJELASAAN

1. PENGKAJIAN AIRWAY (JALAN NAFAS)


Pengkajian jalan nafas bertujuan menilai apakah jalan nafas paten (longgar) atau mengalami
obstruksi total atau partialsambil mempertahankan tulang servikal. Sebaiknya ada teman Anda
(perawat) membantu untuk mempertahankan tulang servikal. Pada kasus non trauma dan korban tidak
sadar, buatlah posisi kepala headtilt dan chin lift (hiperekstensi)sedangkan pada kasus trauma kepala
sampai dada harus terkontrol atau mempertahankan tulang servikal posisi kepala. Pengkajian pada
jalan nafas dengan cara membuka mulut korban dan lihat: Apakah ada vokalisasi, muncul suara
ngorok; Apakah ada secret, darah, muntahan; Apakah ada benda asing sepertigigi yang patah; Apakah
ada bunyi stridor (obstruksi dari lidah). Apabila ditemukan jalan nafas tidak efektif maka lakukan
tindakan untuk membebaskan jalan nafas.
2. PENGKAJIAN BREATHING (PERNAFASAN)

Pengkajian breathing (pernafasan) dilakukan setelah penilaian jalan nafas. Pengkajian


pernafasan dilakukan dengan cara inspeksi, palpasi. Bila diperlukan auskultasi dan perkusi.
Inspeksidada korban: Jumlah, ritme dan tipe pernafasan; Kesimetrisan pengembangan dada;
Jejas/kerusakan kulit; Retraksi intercostalis. Palpasi dada korban: Adakah nyeri tekan; Adakah
penurunan ekspansi paru. Auskultasi: Bagaimanakah bunyi nafas (normal atau vesikuler menurun);
Adakah suara nafas tambahan seperti ronchi, wheezing, pleural friksion rub. Perkusi, dilakukan di
daerah thorak dengan hati hati, beberapa hasil yang akan diperoleh adalah sebagai berikut: Sonor
(normal); Hipersonor atau timpani bila ada udara di thorak; Pekak atau dullnes bila ada konsolidasi
atau cairan.

3. PENGKAJIAN CIRCULATION (SIRKULASI)


Pengkajian sirkulasi bertujuan untuk mengetahui dan menilai kemampuan jantung dan
pembuluh darah dalam memompa darah keseluruh tubuh. Pengkajian sirkulasi meliputi: Tekanan
darah; Jumlah nadi; Keadaan akral: dingin atau hangat; Sianosis; Bendungan vena jugularis
TEKNIK EVAKUASI,TRANSPORTASI KORBAN BENCANA

Evakuasi merupakan suatu tindakan pemindahan korban dari lokasi kejadian /bencana ke lokasi yg lebih
aman pada situasi yg berbahaya,perlu tindakan yang tepat, cepat dan waspada/ cermat.
 Prisnsip Evakuasi
a) Jangan dilakukan jika tidak mutlak perlu
b) Lakukan sesuai denganteknik yang baik dan benar
c) Kondisi penolong harus baik dan terlatih

Sebisa mungkin, jangan memindahkan korban yang terluka kecuali ada bahaya api, lalu lintas, asap
beracun atau hal lain yang membahayakan korban maupun penolong. Sebaiknya berikan pertolongan pertama
di tempat korban berada sambil menunggu bantuan datang
 Jika terpaksa memindahkan korban, perhatikan hal-hal berikut:
1. Apabila korban dicurigai menderita cedera tulang belakang, jagan dipindahkan kecuali memang benar-
benar diperlukan
2. Tangani korban dengan hati-hati untuk menghindari cedera lebih parah. Perhatikan bagian kepala, leher
dan tulang belakang terutama jika korban pingsan
3. Angkat korban secara perlahan-lahan tanpa merenggutnya
LANJUTAN
 Macam – macam pemindahan korban

1. Pemindahan  darurat Hanya dilakukan jika


a. Ada bahaya langsung terhadap penderita
b. Untuk memperoleh jalan masuk atau menjangkau penderita lainya
c. Tindakan penyelamatan nyawa tidak dapat dilakukan karena posisi penderita tidak sesuai untuk
perawatanya
2. Pemindahan tidak darurat (biasa) Dilakukan setelah :
d. Penilaian awal sudah lengkap dilakukan
e. Denyut nadi dan nafas stabil
f. Tidak ada perdarahan luar atau taka da indikasi perdarahan dalam
g. Mutlak tidak ada cedera spinal / leher atau cedera di tempat lain
h. Semua patah tulang sudah di mobilisasi ( difiksasi secara benar)
LANJUTAN
 Cara pemindahan

A. Darurat Peralatan evakuasi


1) Tarik lengan atau bahu
1. Tandu beroda / tandu
2) Tarik baju atau selimut
3) Tarik menjulang trolley ambulance
4) Tarik dengan merangkak 2. Tandu : lipat , scop, kursi,
basket
3. Spinal board ( panjang &
pendek)
B. Tidak darurat
4. Matras vakum
1) Teknik angkat langsung (2-3 orang)
2) Teknik angkat anggota gerak 5. Bidai vakum
6. Selimut
LANJUTAN
 Transportasi Gawat Darurat :
Setelah penderita diletakan diatas tandu (atau Long Spine Board bila diduga patah tulang belakang)
penderita dapat diangkut ke rumah sakit. Sepanjang perjalanan dilakukan Survey Primer, Resusitasi jika perlu.

 Mekanikan saat mengangkat tubuh gawat darurat


1. Tulang yang paling kuat ditubuh manusia adalah tulang panjang dan yang paling kuat diantaranya adalah
tulang paha (femur). Otot-otot yang beraksi pada tutlang tersebut juga paling kuat.
2. Dengan demikian maka pengangkatan harus dilakukan dengan tenaga terutama pada paha dan bukan
dengan membungkuk angkatlah dengan paha, bukan dengan punggung.

 Transportasi Pasien Kritis:


pasien kritis adalah pasien dengan disfungsi atau gagal pada satu atau lebih sistem tubuh, tergantung
pada penggunaan peralatan monitoring dan terapi.
Panduan dalam mengangkat penderita gawat darurat

1) Kenali kemampuan diri dan kemampuan pasangan kita. Nilai


beban yang akan
2) diangkat secara bersama dan bila merasa tidak mampu jangan
dipaksakan
3) Ke-dua kaki berjarak sebahu kita, satu kaki sedikit didepan kaki
sedikit sebelahnya
4) Berjongkok, jangan membungkuk, saat mengangkat
5) Tangan yang memegang menghadap kedepan
6) Tubuh sedekat mungkin ke beban yang harus diangkat. Bila
terpaksa jarak maksimal tangan dengan tubuh kita adalah 50 cm
7) Jangan memutar tubuh saat mengangkat
8) Panduan diatas berlaku juga saat menarik atau mendorong
penderita
TRIAGE KORBAN BENCANA

Triase adalah proses khusus pemilihan pasien berdasarkan beratnya


cedera yang diderita korban untuk menentukan jenis perawatan gawat
darurat serta transportasi. Proses triase harus terus dilakukan sepanjang
kondisi darurat bencana dan diulang terus menerus karena status triase
pasien dapat berubah. Proses triase biasanya dilakukan oleh petugas
khusus kesehatan yang menangani korban bencana untuk memastikan
bahwa tindakan penyelamatan dilakukan dengan aman dan sesuai
prosedur.
Prioritas tindakan Triage
1. Prioritas Nol (Hitam): korban meninggal atau cedera fatal yang jelas dan tidak mungkin
diresusitasi.

2. Prioritas Pertama (Merah): korban cedera berat yang memerlukan tindakan dan transport segera
(misalnya gagal nafas, cedera kepala, shok atau perdarahan berat, luka bakar berat).

3. Prioritas Kedua (Kuning): korban dengan cedera yang dipastikan tidak akan mengalami
ancaman jiwa dalam waktu dekat (misalnya cedera dada tanpa gangguan pernafasan, cedera
kepala atau tulang belakang leher, serta luka bakar ringan).

4. Prioritas Ketiga (Hijau): korban dengan cedera minor yang tidak membutuhkan stabilisasi
segera (misalnya cedera jaringan lunak, patah tulang ringan, serta gawat darurat psikologis).
Lanjutan
Dalam proses pemilihan dan perencanaan lokasi pengungsian, harus
memenuhi standar-standar tertentu, yaitu:

1. Pemilihan lokasi. Mampu untuk menampung jumlah warga yang


diperkirakan akan mengungsi.
2. Perencanaan lokasi. Perencanaan lokasi memastikan tersedianya ruang
yang cukup untuk rumah tangga dan mendukung keamanan serta
kesejahteraan masyarakat.
3. Keamanan. Pemilihan dan perencanaan lokasi pengungsian memastikan
tercukupinya kebebasan dan keamanan pribadi seluruh anggota penduduk
Korban.
4. Masalah-masalah lingkungan. Penampungan direncanakan dan dikelola
sedemikian rupa sehingga meminimalkan perusakan terhadap lingkungan.
Sekian dan terima
kasih

Anda mungkin juga menyukai